Keja, anak perempuan, usia 14 hari dibawa ke IGD rumah sakit oleh Ibunya dengan
keluhan gerakan berulang pada lengan dan tungkai kanan sejak 1 jam yang lalu. Gerakan
berhenti setelah dokter IGD memberikan obat suntik pada Keja.
Ibu bercerita bahwa Keja adalah anak dari kehamilan keempat yang sangat
diharapkannya menjadi anak yang tumbuh sehat dan cerdas. Kakak pertama Keja, perempuan,
saat ini berusia 6 tahun dalam kondisi lumpuh dan tidak bisa melihat. Sebelumnya saat usia 2
tahun kakak Keja menderita telinga berair dan demam tinggi diikuti dengan kejang dan
penurunan kesadaran. Saat itu kakak dirawat selama 2 minggu di RS. Pada kehamilan kedua dan
ketiga, ibu mengalami keguguran. Ayah Keja diketahui seorang pecandu narkoba. Ayah baru
meninggal 2 bulan yang lalu karena penyakit HIV dan hepatitis yang dideritanya.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter didapatkan anak demam, mikrosefali, dan
hepatosplenomegali. Dokter merencanakan akan melakukan pemeriksaan darah perifer lengkap,
konsultasi ke bagian mata, pemeriksaan serologi TORCH, Hepatitis B, HIV, dan dan CT scan
kepala. Saat Dokter juga mendiskusikan pemeriksaan darah untuk Ibu. Saat diskusi dengan
dokter tersebut, Ibu mengaku bahwa Ia sempat berpikir untuk membunuh Keja saat kelahirannya
karena Ibu depresi memikirkan nasib dirinya sepeninggal suaminya.
Bagaimana saudara menjelaskan apa yang terjadi pada Keja dan kakak pertamanya?
STEP 1 TERMINOLOGI
1. Mengapa terjadi gerakan berulang pada lengan kanan dan tungkai kanan sejak 1
jam yang lalu?
Keluhan gerakan berulang mungkin kejang. Kejang dapat diakibatkan oleh :
a. Infeksi : pada BBL dapat terjadi infeksi dalam rahim, selama persalinan, atau segera
sesudah lahir. Infeksi intrauterin terjadi karena infeksi primer dari ibu seperti
TORCH.
b. Asfiksia: asfiksia menyebabkan hipoksik-iskemik ensefalopati. HIE dapat
menyebabkan kejang
2. Mengapa setelah dokter IGD memberikan obat injeksi gerakannya berhenti ? Apa
obat yang diberikan ?
Phenobarbital merupakan obat anti kejang yang merupakan obat pilihan. Diberikan
secara IV selama 5 menit. Berikan IM, IV, atau PO setiap 12 jam.
Tatalaksana kejang diberikan diazepam rektal, bila kejang masih berlanjut setelah 10
menit
3. Bagaimana hubungan kehamilan keempat ibu dengan keluhan yang dialami keja ?
4. Mengapa kakak keja yang pertama mengalami kelumpuhan dan tidak bisa melihat
saat berusia 6 tahun ?
Meningitis memiliki komplikasi paraparesis, kejang, gangguan pada mata seperti
kebutaan dan papil atropi, gangguan intelektual,dll
Gangguan penglihatan akibat meningitis bisa bersifat sementara ataupun permanen.
Gangguan penglihatan sementara dapat terjadi karena pembengkakkan di sekitar saraf
penglihatan (saraf optik) yang terjadi karena reaksi peradangan. Setelah reaksi
peradangan berkurang (meningitis sembuh), maka penglihatan bisa kembali normal.
Gangguan penglihatan permanen dapat terjadi dengan mekanisme yang serupa dengan
penyebab gangguan pendengaran, yaitu terjadi kerusakan pada saraf penglihatan
karena efek langsung dari toksin bakteri ataupun gangguan perfusi (aliran darah) ke
saraf penglihatan.
5. Bagaimana hubungan kelumpuhan dan tidak bisa melihat kakak keja dengan
riwayat sakitnya saat berumur 2 tahun ?
Awalnya telinga berair menandakan OMSK, OMSK dengan kolesteatom dapat terjadi
komplikasi ekstrakranial dan intrakranial. Kompilikasi intrakranial spt abses otak,
hidrosefalus otik, meningitis, sll. Infeksi dapat menyebabkan demam dan kejang serta
penurunan kesadaran. Meningitis memiliki komplikasi paraparesis, kejang, gangguan
pada mata seperti kebutaan dan papil atropi, gangguan intelektual,dll
6. Mengapa bisa kehamilan ke dua dan ketiga ibu Keja mengalami keguguran ?
Apakah ada hubungan dengan kelakuan ayahnya yang hobi narkoba ?
Penyebab keguguran sangat beragam, dan kadang tidak selalu dapat ditentukan
secara pasti. Pada umumnya, keguguran terjadi karena perkembangan janin yang tidak
normal akibat kelainan genetik atau masalah di plasenta.
Selain itu, keguguran juga dapat disebabkan oleh:
Ada sejumlah faktor yang membuat seorang ibu hamil lebih berisiko mengalami
keguguran, di antaranya:
Keguguran bisa disebabkan karena penyakit infeksi. Suami menggunakan narkoba risiko
mengalami HIV, ketika suami HIV dapat menular ke istri melalui hubungan badan. Ibu
dengan HIV dapat menyebabkan keguguran.
Gejala Toxoplasmosis bawaan:
Gejala Toxoplasmosis bawaan:
Kebutaan
Tuli
Kelainan jantung
Keterbelakangan mental
Gejala Cytomegalovirus (CMV):
Gejala Herpes simpleks:
fungsi pemeriksaan TORCH saat kehamilan pada dasarnya adalah untuk mengetahui ada tidaknya
infeksi. Pemeriksaan TORCH juga dapat dilakukan pada wanita yang berencana untuk hamil guna
mengetahui kondisi kesehatan sebelum hamil. Selain itu, pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada
seorang bayi yang menunjukkan gejala yang sesuai dengan salah satu infeksi bawaan tersebut.
Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya infeksi TORCH yang umum dilakukan adalah
pemeriksaan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap keempat jenis organisme ini. Secara
umum jika seseorang terinfeksi maka sistem kekebalan tubuhnya akan bereaksi membentuk
antibodi. Pemeriksaan antibodi terhadap TORCH dalam darah wanita hamil biasanya dilakukan
pada trisemester pertama kehamilan dan pemeriksaan terhadap antibodi ini pada prinsipnya hanya
merupakan pemeriksaan awal). Jika hasil pemeriksaan antibodi dalam darah memberikan hasil
posistif sebaiknya dikonfirmasi dengan pemeriksaan lain yang lebih canggih seperti pemeriksaan
cairan ketuban yang diperiksa dengan metode polymerase chain reaction (PCR) untuk mencari DNA
parasit atau virus.
Tes antibodi, yang umumnya digunakan untuk mendiagnosis HIV, tidak disarankan untuk
dilakukan pada anak. Seperti namanya, tes ini mendeteksi antibodi yang diproduksi tubuh
sebagai reaksi terhadap HIV. Pada bayi baru lahir, antibodi milik bayi masih bercampur dengan
antibodi milik ibu. Karena alasan ini, tes antibodi bisa memberikan hasil positif bila antibodi ibu
pada darah bayi terdeteksi sehingga memberikan hasil positif palsu. Dengan kata lain, hasil
yang didapat tidak akurat.
Antibodi maternal (yang diturunkan dari ibu ke anak) ini perlahan-lahan akan hilang, rata-rata di
usia anak sekitar 1 sampai 2 tahun. Untuk meminimalkan risiko infeksi HIV, bayi yang baru lahir
umumnya diresepkan obat pencegahan (profilaksis) obat antiretroviral untuk jangka waktu 4
sampai 6 minggu.
Biasanya, untuk pemeriksaan dalam rangka mendeteksi HIV pada anak bayi, dokter akan
melakukan tes yang disebut uji polymerase chain reaction (PCR). Tes ini berfungsi untuk
mendeteksi keberadaan DNA HIV, atau tes RNA assay, untuk mendeteksi adanya RNA HIV di
dalam tubuh anak.