Makalah Pleno 1 KDK Kel.4

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PLENO

KELALAIAN PERAWAT

Dosen Pengajar :
Ns. Indah Mawarti, S.Kep., M.Kep

Oleh : Kelompok 4

1. Rani Alfiyyah Az-Zahra (G1B118012)


2. Indah Eka Purwasih (G1B118030)
3. Vanessa Rabbani (G1B118031)
4. Ismi Adisti (G1B118033)
5. Putri Dwita (G1B118032)
6. Rivi Maldanurman Putri (G1B118014)
7. Intan Syafika (G1B118013)
8. Chantika Septidanti (G1B118010)
9. Nur Ayu Hijratun Nikma (G1B118011)
10. Fajar (G1B118061)
11. Jelisa Laxmi Lovy (G1B118029)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
kelalaian.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan  kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah  ini.

Jambi, 7 November 2018
    

                                                                                              Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................1
Daftar isi............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Definisi kelalaian..........................................................................................................5
B. Pendapat para ahli tentang kelalaian.............................................................................5
C. Hubungan malpraktik dan kelalaian dalam keperawatan..............................................6
D. Jenis-jenis dalam kelalaian keperawatan......................................................................6
E. Liabilitas dalam praktek keperawatan...........................................................................7
F. Dasar hukum UU praktek keperawatan tentang masalah kelalaian..............................7
G. Tanggung jawab profesi perawat..................................................................................8
H. Bentuk kelalaian dalam keperawatan............................................................................9
I. Dampak dari kelalaian.................................................................................................10
J. Upaya pencegahan terhadap masalah kelalaian..........................................................12

BAB III PENUTUP.........................................................................................................13


A. Kesimpulan.................................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................15
A. Step 1...........................................................................................................................15
B. Step 2...........................................................................................................................16
C. Step 3...........................................................................................................................16
D. Step 4...........................................................................................................................19
E. Step 5...........................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan


pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat. Sebagai
salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan
praktek keperawatan dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang
dapat dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai bdy of
knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada
masyarakat langsung.

Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi


praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga
dan masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna
mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata
lain upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung berhubungan dan


berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat interaksi inilah sering timbul
beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja maupun tidak disengaja, kondisi
demikian inilah sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek
keperawatan. Oleh karena itu profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan
aturan lainnya yang didasari  oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi
perlindungan kepada masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan
inilah dapat dilihat apakah seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun
bentuk pelanggaran praktek keperawatan lainnya.

Kelalaian (Negligence) adalah salah satu bentuk pelanggaran praktek keperawatan,


dimana perawat melakukan kegiatan prakteknya yang seharusnya mereka lakukan pada
tingkatannya, lalai atau tidak mereka lakukan. Kelalaian ini berbeda dengan malpraktek,
malpraktek merupakan pelanggaran dari perawat yang melakukan kegiatan yang tidak
seharusnya mereka lakukan pada tingkatanya tetapi mereka lakukan.

Kelalaian dapat disebut sebagai bentuk pelanggaran etik ataupun bentuk


pelanggaran hukum, tergantung bagaimana masalah kelalaian itu dapat timbul, maka yang
penting adalah bagaimana menyelesaikan masalah kelalaian ini dengan memperhatikan
dari berbagai sudut pandang, baik etik, hukum, manusianya baik yang memberikan
layanan maupun penerima layanan. Peningkatan kualitas praktek keperawatan, adanya
standar praktek keperawatan dan juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia
keperawatan adalah hal penting.
Dengan berbagai latar belakang diatas maka kelompok membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan kelalaian, baik ditinjau dari hukum dan etik keperawatan, disamping itu
juga kelompok membahas bagaimana dampak dan bagaimana mencegah serta melindungi
klien dari kelalaian praktek keperawatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kelalaian?


2. Bagaimanakah pendapat para ahli tentang kelalaian?
3. Bagaimanakah hubungan malpraktik dan kelalaian dalam keperawatan?
4. Apa sajakah jenis jenis dalam kelalaian keperawatan?
5. Bagaimanakah liabilitas dalam praktek keperawatan?
6. Bagaimanakah dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan menyangkut
masalah kelalaian?
7. Bagaimanakah tanggung jawab profesi perawat?
8. Bagaimanakah bentuk kelalaian dalam keperawatan?
9. Apa sajakah dampak dari kelalaian?
10. Bagaimanakah upaya pencegahan terhadap masalah kelalaian?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini :

1. Tujuan Umum
mahasiswa dapat memahami kelalaian dalam bidang keperawatan dilihat dari dimensi
etik dan dimensi hukum.

2. Tujuan khusus
mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian, kriteria dan unsur-unsur terjadinya
kelalaian, disamping itu juga dapat menjelaskan dampak yang terjadi dengan adanya
kelalaian serta bagaimana mencegah terjadinya kelalaian dalam praktek keperawatan.

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan para mahasiswa
keperawatan,agar dapat lebih mengetahui dan mengerti tentang bahaya malpraktik dan
neglected (kelalaian) dalam keperawatan keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi kelalaian

Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi elalaian termasuk dalam arti
malpraktek, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu unsur kelalaian. Kelalaian
adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehinnga dapat
mengakibatkan  cedera/kerugian orang lain (sampurno, 2005)

Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan kelalaian
adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap
hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaiknya melakukan apa yang seseorang
dengan sikap hati-hati tidak akan melakukan nyadalam situasi tersebut. Kelalaian
dapat berupa omission (kelalaian sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia 1994)

Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang


seharusnnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan tindakan
dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang
perawat tidak mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan
keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka
dilingkungan yang sama.

B. Pendapat para ahli tentang kelalaian

Menurut Hanafiah dan Amir (1999) mengatakan bahwa kelalaian (neglected)


adalah sikap yang kurang hati-hati,yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan
sikap hati-hati melakukannya dengan wajar,atau sebaliknya melakukan apa yang
seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.

Guwandi (1994) mengatakan bahwa kelalaian (neglected) adalah kegagalan


untuk bersikap hati-hati yang umumnya seorang yang wajar dan hati-hati akan
melakukan di dalam keadaan tersebut, ia merupakan suatu tindakan yang seorang
dengan hati-hati yang wajar tidak akan melakukan di dalam keadaan yang sama atau
kegagalan untuk melakukan apa yang seorang lain dengan hati-hati yang wajar justru
akan melakukan di dalam keadaan yang sama.

C. Hubungan malpraktik dan kelalaian dalam keperawatan


Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa kelalaian lebih bersifat
ketidaksengajaan,kurang teliti,kurang hati-hati,acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli
terhadap kepentingan orang lain,namun akibat yang ditimbulkan memang bukanlah
menjadi tujuannya.Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika
kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan
orang itu dapat menerimanya (Hanafiah & Amir, 1999).Tetapi jika kelalaian itu
mengakibatkan kerugian materi,mencelakakan bahkan merengut nyawa orang
lain,maka ini dklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata), serius dan kriminal.

Malpraktik tidaklah sama dengan kelalaian.Malpraktik sangat spesifik dan


terksait dengan status profesional dari pemberi pelayanan dan standar pelayanan
profesional Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional (misalnya dokter dan
perawat) melakukan sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi seseorang yang
karena memiliki ketrampilan dan pendidikan (Vestal,K.W, 1995).Hal ini bih
dipertegas oleh Ellis & Hartley (1998) bahwa malpraktik adalah suatu batasan
spesifik dari kelalaian.Ini ditujukan pada kelalaian yang dilakukan oleh yang telah
terlatih secara khusus atau seseorang yang berpendidikan yang ditampilkan dalam
pekerjaannya.Oleh karena itu batasan malpraktik ditujukan untuk menggambarkan
kelaliaian oleh perawat dalam melakukan kewjibannya sebagai tenaga keperawatan.

Kelalaian memang termasuk dalam arti malpraktik,tetapi didalam malpraktik


tidak selalu harus ada unsur kelalaian.Malpraktik lebih luas
daripadanegligence.Karena selain mencakup arti kelalaian,istilah malpraktik pun
mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan sengaja (criminal malpractice)
dan melanggar Undang-undang.Didalam arti kesengajaan tersirat ada motifnya (guilty
mind) sehingga tuntutannya dapat bersifat perdata atau pidana.

D. Jenis- jenis kelalaian perawat

Bentuk-bentuk kelalaian menurut sampurno (2005) sebagai berikut:


1. Malfeasance, yaitu melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak
tepat/layak, misal: melakukan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat.
2. Misfeasance, yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi
dilakukan dengan tidak tepat.misal: melakukan tindakan keperawatan dengan
menyalahi prosedur.
3. Nonfeasance, yaitu tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan
kewajibannya. Missal: pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi
tidak dilakukan.

Sampurno (2005) menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau dianggap lalai


bila memenuhi 4 unsur berikut:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak
melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi
tertentu.
2. Derelicition of the duty atau menyimpangan kewajiban.
3. Damage atau kerugian,yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai
kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini
harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan
kerugian yang setidaknya menurunkan “proximate cause”.

E. Liabilitas dalam praktek keperawatan

Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap


tindakan atau kegagalan melakukan tindakan. Perawat professional, seperti halnya
tenaga kesehatan lain mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang
ditimbulkan dari kesalahan tindakannya. Tanggungan yang dibebankan perawat dapat
berasal dari kesalahan yang dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan criminal
kecerobohan dan kelalaian.

Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan


melakukan sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama, hal ini
merupakan masalah hukum yang paling lazim terjadi dalam keperawatan. Terjadi
akibat kegagalan menerapkan pengetahuan dalam praktek antara lain disebabkan
kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.

Sedangkan akuntabilitas adalah konsep yang sangat penting dalam praktek


keperawatan, akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggung jawabkan suatu
tindakan yang dilakukan dan dapat menerima konsenkuensi dari tindakan
tersebut (kohzier, 1991).

F. Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan menyangkut masalah


kelalaian

Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima


praktek keperawatan yang ada diindonesia, adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan pasal 23


(penyembuhan penyakit dan pemulihan)
2. Undang-undang No.8 tahun 1992 tentang perlindungan konsumen.
3. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.kes/ll/1998 tentang rumah sakit.
4. Peraturan Menkes No.660/Men.Kes/SK/lX/1987 yang dilengkapi surat ederan
Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/l/88 tentang
penerapan standar praktek keperawatan bagi perawat kesehatan dirumah sakit.

G. Tanggung jawab profesi perawat

Perawat adalah salah satu pekerjaan yang memiliki ciri atau sifat yang sesuai
dengan ciri-ciri profesi. Saat ini Indonesia sudah memiliki pendidikan profesi
keperawatan yang sesuai dengan undang-undang sisdiknas, yaitu pendidikan
keprofesian yang diberikan pada orang yang telah memiliki jenjang S1 di bidang
keperawatan, bahkan sudah ada pendidikan spesialis keperawatan. Organisasi profesi
keperawatan telah memiliki standar profesi walaupun secara luas sosialisasi masih
berjalan lamban. Karena Tanggung jawab dapat dipandang dalam suatu kerangka
sistem hirarki, dimulai dati tingkat individu, tingkat institusi/profesional dan tingkat
sosial (Kozier,1991)

Profesi perawat telah juga memiliki aturan tentang kewenangan profesi, yang
memiliki dua aspek, yaitu kewenangan material dan kewenangan formil. Kewenagan
material diperoleh sejak seseorang memperoleh kompetensi dan kemudian ter-
registrasi, yang disebut sebagai Surat ijin perawat (SIP) dalam kepmenkes 1239.
sedangkan kewenangan formil adalah ijin yang memberikan kewenangan kepada
perawat (penerimanya) untuk melakukan praktek profesi perawat, yaitu Surat Ijin
Kerja (SIK) bila bekerja didalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP)
bila bekerja secara perorangan atau kelompok. (Kepmenkes 1239, 2001)

Kewenangan profesi haruslah berkaitan dengan kompetensi profesi, tidak boleh


keluar dari kompetensi profesi. Kewenangan perawat melakukan tindakan diluar
kewenangan sebagaimana disebutkan dalam pasal 20 Kepmenkes 1239 adalah bagian
dari good samaritan law yang memang diakui diseluruh dunia. Otonomi kerja perawat
dimanifestasikan ke dalam adanya organisasi profesi, etika profesi dan standar
pelayanan profesi. Oragnisasi profesi  atau representatif dari masyrakat profesi harus
mampu melaksanakan self-regulating, self-goverming dan self-disciplining, dalam
rangka memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa perawat berpraktek adalah
perawat yang telah kmpeten dan memenuhi standar.

Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi/masyrakat profesi, untuk mengatur


sikap dan tingkah laku para anggotanya, terutama berkaitan dengan moralitas. Etika
profesi perawat mendasarkan ketentuan-ketentuan didalamnya kepada etika umum
dan sifat-sifat khusus moralitas profesi perawat, seperti autonomy, beneficence,
nonmalefience, justice, truth telling, privacy, confidentiality, loyality, dan lalin-lain.
Etika profesi bertujuan mempertahankan keluhuran profesi umumnya dituliskan
dalam bentuk kode etik dan pelaksanaannya diawasi oleh sebuah majelis atau dewan
kehormatan etik.

Sedangkan standar pelayanan Kepmenkes 1239 disebut sebagai standar profesi,


dan diartikan sebagai pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalanankan profesi secara baik dan benar.

Tanggung jawab hukum pidana profesi perawat jelas merupakan tanggung


jawab perorangan atas perbuatan pelanggaran hukum pidana yang dilakukannya. Jenis
pidana yang mungkin dituntutkan kepada perawat adalah pidana kelalaian yang
mengakibatkan luka (pasal 360 KUHP), atau luka berat atau mati (pasal 359 KUHP),
yang dikualifikasikan dengan pemberatan ancaman pidananya bila dilakukan dalam
rangka melakukan pekerjaannya (pasal 361 KUHP). Sedangkan pidana lain yang
bukan kelalaian yang mungkin dituntutkan adalah pembuatan keterangan palsu (pasal
267-268 KUHP).

Didalam setting Rumah Sakit, pidana kelallaian yang dapat dituntutkan kepada
profesi perawat dapat berupa kelalaian dalam melakukan asuhan keperawatan maupun
kelalaian dalam melakukan tindakan medis sebagai pelaksana delegasi tindakan
medis. Kelalaian dapat berupa kelalaian dalam mencegah kecelakaan di Rumah Sakit
(jatuh), kelalaian dalam mencegah terjadinya decubitus atau pencegahan infeksi,
kelalaian dalam melakukan pemantauan keadaan pasien, kelalaian dalam merespon
suatu kedaruratan, dan bentuk kelalaian lainnya yang juga dapat terjadi pada
pelayanan profesi perorangan.

H. Bentuk Kelalaian dalam Keperawatan

Pelayanan kesehatan saat ini menunjukkan kemajuan yang cepat, baik dari segi
pengetahuan maupun teknologi, termasuk bagaimana penatalaksanaan medis dan
tindakan keperawatan yang bervariasi. Sejalan dengan kemajuan tersebut kejadian
kelalaian juga terus meningkat sebagai akibat kompleksitas dari bentuk pelayanan
kesehatan khususnya keperawatan yang diberikan dengan standar
keperawatan. (Craven & Hirnle, 2000).

Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan kelalaian dalam


keperawatan diantaranya yaitu :
1. Kesalahan pemberian obat: Bentuk kelalaian yang sering terjadi. Hal ini
dikarenakan begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian yang
bervariasi. Kelalaian yang sering terjadi, diantaranya kegagalan membaca label
obat, kesalahan menghitung dosis obat, kesalahan mempersiapkan konsentrasi,
atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut akan menimbulkan
akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian.
2. Mengabaikan Keluhan Pasien: termasuk perawat dalam melalaikan dalan
melakukan observasi dan memberi tindakan secara tepat. Padahal dapat saja
keluhan pasien menjadi data yang dapat dipergunakan dalam menentukan masalah
pasien dengan tepat (Kozier, 1991)

3. Kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien: Kemunungkinan terjadi pada situasi


RS yang cukup sibuk, sehingga kondisi pasien tidak dapat secara rinci
diperhatikan. (Kozier, 1991).

4. Kelalaian di ruang operasi: Sering ditemukan kasus adanya benda atau alat
kesehatan yang tertinggal di tubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini juga kelalaian
perawat, dimana peran perawat di kamar operasi harusnya mampu mengoservasi
jalannya operasi, kerjasama yang baik dan terkontrol dapat menghindarkan
kelalaian ini.

5. Timbulnya Kasus Decubitus selama dalam perawatan: Kondisi ini muncul karena
kelalaian perawat, kondisi ini sering muncul karena asuhan keperawatan yang
dijalankan oleh perawat tidak dijalankan dengan baik dan juga pengetahuan
perawat terdahap asuhan keperawatan tidak optimal.

6. Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan Pasien: Contoh yang sering


ditemukan adalah  kejadian pasien jatuh yang sesungguhnya dapat dicegah jika
perawat memperhatikan keamanan tempat tidur pasien.  Beberapa rumah sakit
memiliki aturan tertentu mengenai penggunaan alat-alat untuk mencegah hal ini.

I. Dampak dari kelalaian

Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas,
tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, Individu
perawat pelaku kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat
berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).

Dampak dari kelalaian :


1. Terhadap pasien
a.  Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat menimbulkan masalah
keperawatan bary.
b. Biaya rumah sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat
kesehatan/perawatan lainnya.
c. Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan perawatan sesuai
standar yang benar.
d. Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak rumah sakit atau
perawat secara perorangan dengan ketentuan yang berlaku, yaitu KUHP.
2. Perawat sebagai individu/pribadi.

a. Perawat tidak dipercayai oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi sendir,
karena telah melanggar prinsip maral/etik keperawatan, antara lain:
 Benificience
 Veracity
  Avoiding killing
 Fidelity

b. Perawat akan menghadapi tuntutan hukum dari keluarga pasien dang anti rugi
atas kelalaiannya, sesuai KUHP.
c. Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan mendapatkn
peringatan baik atasannya (kepala ruang-direktur RS) dan juga organisasi
profesinya.

3. Bagi rumah sakit


a. Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan RS
b. Menurunya kualitas keperawatan, dan kemungkinan melanggar visi misi RS
c. Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana dan perdata karena
melakukan kelalaian terhadap pasien.
d. Standarisasi pelayanan RS akan dipertanyakan baik secara administrasi dan
prosedur.

4. Bagi profesi
a. Kepercayaan masyarakat terhadap perawat berkurang, karena menganggap
organisasi profesi tidak menjamin kepada masyarakat bahwa perawat yang
melakukan asuhan keperawatan adalah perawat yang sudah kompeten dan
memenuhi standar keperawatan.
b. Masyarakat dan keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan standarisasi
perawat yang telah dihasilkan oleh pendidikan keperawatan.

Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan
bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran
autonomy, justice, nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya
dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat
ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan juga institusi
penyelenggara pelayanan praktek keperawatan,  dan bila ini terjadi kelalaian dapat
digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan 361 KUHP).
J. Upaya pencegahan terhadap masalah kelalaian

1. Bagi perawat secara individu harus melakukan tindakan dengan kecermatan dan
ketelitian tidak ceroboh.
2. Perlunya standarisasi praktek keperawatan yang dibuat oleh organisasi profesi
dengan jelas dan tegas.
3. Perlunya suatu badan dan konsil keperawatan yang menyeleksi perawat yang
sebelum bekerja pada pelayanan keperawatan dan melakukan praktek
keperawatan.
4. Memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada perawat/praktisi
keperawatan sebelum memberikan praktik keperawatan sehingga dapat
dipertanggung jawabkan baik secara administrasi dan hukum, missal:SIP
dikeluarkan dengan sudah melewati proses-proses tertentu.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti
malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian. Dapat
dikatakan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada
tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar
yang telah ditentukan.
Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan
tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam
merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
Kelalaian merupakan bentuk pelanggaran yang dapat dikategorikan dalam pelanggaran
etik dan juga dapat digolongan dalam pelanggaran hukum, yang jeas harus dilihat dahulu
proses terjadinya kelalaian tersebut bukan pada hasil akhir kenapa timbulnya kelalaian.
Harus dilakukan penilaian terlebih dahulu atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau
yang tidak dilakukan oleh tenaga keperawatan dengan standar yang berlaku.
Penyelesaian kasus kelalaian harus dilihat sebagai suatu kasus profesional bukan
sebagai kasus kriminal, berbeda dengan perbuatan/kegiatan yang sengaja melakukan
kelalaian sehingga menyebabkan orang lain menjadi cedera dll. Disini perawat dituntut
untu lebih hati-hati, cermat dan tidak cerobah dalam melakukan praktek keperawatannya.
Sehingga pasien terhindar dari kelalaian.

B. SARAN

1. Standar profesi keperawatan dan standar kompetensi merupakan hal penting untuk
menghindarkan terjadinya kelalaian, maka perlunya pemberlakuan standar praktek
keperawatan secara Nasional dan terlegalisasi dengan jelas.
2. Perawat sebagai profesi baik perorangan dan kelompok hendaknya memahami dan
mentaati aturan perundang-undangan yang telah diberlakukan di Indonesia, agar
perawat dapat terhindar dari bentuk pelanggaran baik etik dan hukum.
3. Pemahaman dan bekerja dengan kehati-hatian, kecermatan, menghindarkan bekerja
dengan cerobah, adalah cara terbaik dalam melakukan praktek keperawatan sehingga
dapat terhindar dari kelalaian/malpraktek.
4. Rumah Sakit sebagai institusi pengelola layanan praktek keperawatan dan asuhan
keperawatan harus memperjelas kedudukannya dan hubungannya dengan
pelaku/pemberi pelayanan keperawatan, sehingga dapat diperjelas bentuk tanggung
jawab dari masing-masing pihak
5. Penyelesaian terbaik dalam menghadapi masalah kelalaian adalah dengan jalan
melakukan penilaian atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau yang tidak dilakukan
oleh tenaga perawat dan dibandingkan dengan standar yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
 Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga:
Jakarta: EGC.
 Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott
 Huston, C.J, (2000). Leadership Roles and Management Functions in Nursing; Theory
and Aplication; third edition: Philadelphia: Lippincott.
 Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.  Philadelphia.
Addison Wesley.
 Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi Praktik Perawat.
 Leah curtin & M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and
Pragmatics: Maryland: Robert J.Brady CO.
 Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.
 Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar tidak
diterbitkan.
 Staunton, P and Whyburn, B. (1997). Nursing and the law. 4th ed.Sydney: Harcourt.
 Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi Mahkamah
Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
 Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing. 2ndEd. Philadelphia.
FA Davis.
LAMPIRAN

Step 1

1. Hemiparase
2. Apatis
3. Extremitas
4. Bicara pelo
5. Stoke iskemik
6. Sinistra
7. Advice
8. Obat nicardipine
9. Injeksi cardipine
10. Side drill
11. Intra muskuler

Jawab :

1. Hemiparase adalah kondisi dimana sebagian tubuh mengalami kelumpuhan namun


tidak sepenuhnya.
2. Apatis adalah sikap acuh tak acuh,tidak peduli ,masa bodoh
3. Extermitas adalah anggota gerak badan
4. Bicara pelo adalah kondisi dimana seseorang susah untuk berkata dengan jelas,
bahasa yang diucapkan susah dimengerti (cedal). Bicara pelo ini merupakan gangguan
bicara yang diakibatkan cidera neuromuscular, gangguan bicara ini diakibatkan luka
pada sistem saraf pusat, yang pada gilirannya mempengaruhi bekerja baiknya satu
atau beberapa otot yang diperlukan untuk bicara.
5. Stoke iskemik adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran
darah ke otak sehingga menggangu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak
6. Sinistra adalah bagian tubuh sebelah kiri
7. Advive adalah sesuatu yang diberikan dan tindakan berupa nasihat perhatian dan lain
– lain
8. Obat nicardipine adala oabat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi
(hipertensi) dan menurunkan tekanan darah,mencegah stroke,serangan jantung dan
masalah ginjal.
9. Injeksi cardipine adalah suntikan yang diberikan melalui penyekat kalsium yang
bkerja sebagai fasodilator yang digunakan dalam bentuk garam hidropolida dengan
tujuan untuk mencegah penyakit darah tinggi.
10. Side drill adalah alat seperti bor atau pagar yang ada di tempat tidur pasien.
11. Intra muskuler adalah injeksi yang ditusuk pada area kulit yang dilewati atau
menembus jaringan subkutan dengan tujuan mencegah atau mengurangi iritasi obat.
STEP 2

1. Efek samping dari obat nicardipine


2. Mengapapasien mengalami stroke dan mengalami bicara pelo
3. Apa akibatnya jika pasien tidak diberi obat nicardipine HCl
4. Bagaimana cara mengatasi stroke iskemik
5. Apakah tindakan caring perawat yang dilakukan di kasus
6. Apakah tindakan yang dilakukan perawat dikasus bertentangan dengan hukum?
7. Apakah kasus tersebut termasuk dalam kelalaian
8. Bagaimana jika tindakan perawat yang di kaus tidak melakukan malpraktik apakah
keluarga pasien dapat menuntut perawat tersebut.
9. Kondisi kesehatan apa yang dapat berintraksi dengan obat nicardipine?

STEP 3

1. Efek samping obat nicardipine :


Pusing, Mual, Sakit maag, Kram otot, Konspasi, Nyeri di bagian lengan, punggung,
dan rahang. Dada terasa berat dan sesak, Gangguan pernapasan dan detak jantung,
pembengkakan pada tungkai atau kaki.

2. Bicara pelo disebabkan oleh kelemahan otot-otot yang berperan penting dalam
berbicara seperti otot bibir, lidah, dan rongga mulut. Kelemahan otot tersebut
disebabkan oleh adanya gangguan aliran darah ke otak yang menyebabkan terkenanya
bagian pengontrol gerakan otot rongga mulut di otak. Bicara pelo akibat kelemahan
otot dapat membaik dalam beberapa hari atau minggu, tapi dapat pula menetap.
Disartria merupakan komplikasi stroke yang memiliki gejala bicara pelo. Diasartria
dapat membuat artikulasi menjadi tidak jelas, memengaruhi kualitas dan kekerasan
suara, serta kemampuan berbicara secara normal.

3. Jika pasien tidak diberi obat ini maka otak, jantung, ginjal tidak bekerja secara
normal, dan akan menyebabkan serangan jantung dan gagal jantung karena obat
nicardipine ini untuk mengobati penderita hipertensi (tekanan darah tinggi). Apabila
tidak diberikan maka akan terjadi stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal.

4. Cara mengatasi stroke iskemik dapat berupa :


a. Aspirin
Salah satu pengobatan paling umum yang digunakan dokter dalam darurat stroke
adalah aspirin. Telah terbukti efektif untuk mengencerkan darah, aspirin dapat
membantu menyalurkan darah ke area yang terpengaruh. Namun, Anda atau
anggota keluarga lainnya harus memberi tahu dokter jika pasien sudah dalam
pengobatan aspirin untuk penyakit jantung atau penyakit lain.
b. Obat-obatan stroke
Dokter Anda mungkin juga memberikan obat lain untuk mengurai penyumbatan.
Obat-obatan ini dapat disuntikkan melalui tube tipis (kateter) ke pembuluh darah
Anda. Obat yang paling umum digunakan untuk mengobati stroke adalah tisue
plasminogenactiator (TA). Obat ini membantu mengurai penyumbatan yang terjadi
di otak. Obat lainnya yang diminum dan mungkin digunakan untuk mengencerkan
darah dan mengurangi risiko stroke ulang di masa depan adalah clopidogrel dan
arfarin. Statin juga telah terbukti mengurangi insiden terjadinya stroke.

c. Embolektomi kateter
Jika obat-obatan gagal mengurai penyumbatan darah, dan jika stroke berpusat pada
satu area (akut), dokter mungkin menggunakan kateter untuk meraih penyumbatan
dan mengangkatnya secara manual menggunakan alat khusus. Kateter dilewatkan
melalui pembuluh darah menuju area tempat terjadinya penyumbatan.
Penyumbatan tersebut kemudian diangkat menggunakan alat yang mirip pembuka
tutup botol win e yang dipasang di ujung kateter, atau dengan obat pengurai
sumbatan yang diberikan lewat kateter.

d. Kraniotomi dekompresi

Stroke yang parah dapat menyebabkan pembengkakan yang serius pada otak.
Intervensi melalui operasi mungkin harus dilakukan jika obat-obatan tidak dapat
mengurangi pembengkakan ini. Tujuan dari kraniotomi dekompresi adalah untuk
mencegah tekanan di dalam tengkorak membesar sampai tingkat yang
membahayakan. Dalam prosedur ini, ahli bedah akan membuka sebagian kecil
tengkorak pada area pembengkakan. Saat tekanan sudah hilang, bukaan ini akan
dikembalikan.

5. Tidak ada tindakan caring yang dilakukan pada kasus ini, karena caring adalah sikap
peduli perawat terhadap pasien. Di dalam kasus tidak ada perawat yang melakukan
tindakan caring.

6. Bertentangan karena yang dilakukan oleh perawat itu termasuk kelalaian dimana arti
kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar
sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).

7. Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), salah satunya adalah :


Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan
kewajibannya. Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak
dilakukan.

Beberapa bentuk Kelalaian dalam Keperawatan, salah satu contoh menurut kasus :
Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan Pasien: Contoh yang sering ditemukan
adalah  kejadian pasien jatuh yang sesungguhnya dapat dicegah jika perawat
memperhatikan keamanan tempat tidur pasien.  Beberapa rumah sakit memiliki aturan
tertentu mengenai penggunaan alat-alat untuk mencegah hal ini.

8. Dapat, karna perawat tersebut melakukan kecerobohan, yaitu tidak membaca instruksi
terlebih dahulu sehingga perawat tersebut memberikan injeksi/tindakan yang tidak
sesuai dengan SOP.

9. Kondisi kesehatan yang dapat berinteraksi dengan nicardipine :


a. stenosis aorta (penyempitan katup dalam jantung Anda), berat. Sebaiknya
tidak digunakan pada pasien dengan kondisi ini.
b. Gagal jantung bawaan. Gunakan dengan hati-hati, dapat membuat kondisi ini
lebih buruk.
c. penyakit ginjal
d. penyakit hati. Gunakan dengan hati-hati. Efek samping dapat meningkat
karena pembersihan obat yang lambat dari tubuh.
e. stroke, baru saja mengalami penurunan tekanan darah. Dapat mengakibatkan
penurunan efektivitas dari obat ini.

STEP 4
Ny. U 51 th

pengkajian

Data Subjektif Tanda – tanda vital Pemeriksaan fisik


-tidak mau makan -terjadi hemiparase
TTD : 210/150mmhg
-bicara pelo
-kondisi lemah Nadi : 110x/menit -apatis

Stroke iskemik

Tindakan perawat

Keluarga panik melihat . memberikan injeksi cardipine


HCL
pasien jatuh tidak .tidak memasang side drill
sadarkan diri tempat tidur

kelalaian

STEP 5
1. menurut anda bagaimanakah sikap perawat dalam melakukan praktek keperawatan seperti
kasus diatas ?
2. apakah kasus ini merupakan bentuk pelanggaran yang dialakukan oleh perawat?
Alasannya
3. bentuk pelanggaran apa yang dilakukan dari prinsip legal etik keperawatan ?
4. apakah perawat melakukan kelalaian atau melpraktek,berikan alasannya?

JAWABAN :

1. Menurut saya sikap perawat pada kasus ini adalah perawat melakukan kelalaian
karena terburu-buru dan lupa membaca intruksi sehingga perawat memberikan injeksi
cardipine Hcl melalui intra musculer.Dan perawat tersebut tidak bertanggung jawab
karena setelah melakukan injeksi perawat tidak memasang side drill tempat tidur
pasien lagi sehingga menyebabkan pasien terjatuh dan tidak sadarkan diri,sikap
perawat yang lainnya adalah acuh tak acuh kepada pasien dan perawat tidak berhati-
hati sehingga merugikan pasien.dan sikap perawat seperti ini telah melanggar kode
etik keperawatan,karena dapat membahayakan dan merugikan pasien.

2. Iya,kasus tersebut termasuk bentuk pelanggaran .Pelanggaran yang dilakukan perawat


pada kasus yaitu kelalaian.Kelalaian adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan
tergesa-gesa atau terburu-buru dan tanpa ada motif kesengajaan,sehingga dapat
merugikan pasien.

3. Bentuk pelanggaran yang dilakukan perawat dalam prinsip legal etik keperawatan
yaitu prinsip:
 Beneficience : Melakukan tindakan terbaik dan tidak merugikan orang
lain dan tidak membahayakan kondisi atau keadaan orang
lain.
 Non Malficience : Setiap tindakan yang dilakukan seorang perawat tidak
menimbulkan kerugian pada pasien baik fisikmaupun
mental. Pada kasus tersebut perawat telah melanggar prinsip-
prinsip tersebut.

4. Pada kasus ini perawat melakukan kelalaian,karena tindakan yang dilakukan perawat
dilakukan tanpa ada motif kesengajaan.pada kasus ini perawat melakukan tugasnya
tidak teliti, tergesa-gesa, acuh tak acuh .

Anda mungkin juga menyukai