Anda di halaman 1dari 29

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 TINJAUAN TEORITIS HIDROSEFALUS


2.1.1 Anatomi Dan Fisiologi Otak
Anatomi otak menurut Muttaqin (2008: 11) . “Otak merupakan
organ paling mengagumkan dari seluruh organ, otak terdiri dari
jaringan otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tulang tengkorak
dan tulang belakang, serta tiga lapisan jaringan penyambung atau
meningen yaitu piameter, araknoid dan piameter. Masing-masing
merupakan suatu lapisan terpisah dan kontinu, antara pia meter dan
araknoid terdapat penghubung yang disebut trebekula”.
Otak terletak dalam cavum crani dan bersambung dengan medulla
spinalis melalui foramen magnum. Secara konvensional otak dibagi
menjadi tiga bagian utama.Bagian-bagian tersebut antara lain
prosencephalon, mesencephalon, dan rhmbencephalon. Pembagian
encephalon adalah sebagai berikut:
2.1.1.1 Prosencephalon: otak depan
2.1.1.2 Telencephalon (cerebrum): otak kecil
2.1.1.3 Diencephalon: interbrain
2.1.1.4 Mesencephalo: otak tengah
2.1.1.5 Rhombencephalon: otak belakang
2.1.1.6 Metencephalon ( otak belakang )
a. Pons
b. Cerebellum
2.1.1.7 Myelencephalon disebut Medulla Oblongata

6
7

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Bagian Otak Manusia

Sumber: Syaifuddin.(2011)

Menurut Wahyu W (2008: 6) anatomi dan fisiologi otak terdiri dari :

2.1.1.1 Lapisan Otak (Meninges)


Otak dilindungi oleh tulang tengkorak serta dibungkus
membran jaringan ikat yang disebut meninges. Dimulai dari
lapisan paling luar, berturut-turut terdapat dura mater,
araknoid, dan pia mater.
Dura mater adalah lapisan paling luar meningen.
Merupakan lapisan ikat, kasar, membran yang dua lapis,
memisahkan serebellum dan batang otak dati hemisfere
sereberal.
Arachnoid bentuknya seperti jaring laba-laba. Dan
merupakan membran tengah yang tipis.
Pia mater merupakan lapisan meningeal paling dalam,
lapisan tipis dan merupakan membrane vascular yang
membungkus seluruh permukaan otak dan medulla spinalis.
2.1.1.2 Sereberum
Korteks sereberal terdiri dair sepasang lobus. Fissure
longitudinal besar membagi menjadi hemifare sereberal
kanan dan kiri.
8

Lobus frontal merupakan daerah motorik utama. Lobus


parietal sebagai kortek sensorik. Lobus temporal sebagai
integrasi somatic, auditorik dan daerah asosiasi visual.
Lobus oksipitalis merupakan daerah reseptif visual
utama,yang memungkinkan untuk melihat
a. Diecepalon
Terdiri dari talamus yang berguna sebagai penerima
dan meneruskan rangsang menuju korteks sereberal.
Epitalamus berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan. Hipotalamus berfungsi sebagai regulasi
fungsi homeostatic
b. Ganglia Basal
Berfungsi sebagai pengontrol motorik dari pergerakan
tubuh yang halus
c. Kelenjar Pituitary
Pada dasar otak, didalam ruang tulang yang disebut
dengan sella tursiak terdapat kelenjar pituitary yang
mensekresi 6 hormon
d. Serebellum
Terletak di fossa posterior yang berfungsi
mengkoordinasikan keseimbangan pergerakan aktivitas
kelompok otot, juga mengontrol pergerakan halus.
e. Batang Otak
Batang otak terdiri dari: otak tengah, pons dan medulla
oblonganta, berfungsi sebagai sebagai tempat keluar
nervus craniali, Pusat pernapasan, kardiovaskular, dan
pencernaan, Pengaturan refleks otot yang berhubungan
dengan kesembangan dan postur, Penerima dan
pengintregasi input sinaptik dari medulla spinalis,
aktivasi korteks cerebrum.
9

Anatomi Fisiologi pembentukan CSF

Gambar 2.2 Anatomi CSF

2.1.1.1 Pembentukan CSF


Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari
dengan demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak
dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0,
30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
a. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar
b. Parenchym otak
c. Arachnoid
2.1.1.2 Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir
dari tempat pembentuknya ke tempat ke tempat
absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui
sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini
melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui
satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello
10

pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari


foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini
mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis
dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui
cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex
cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana
terjadi absorbsi melalui villi arachnoid

2.1.2 Pengertian
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan
baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi,
dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi
sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan
serebrospinalis (Darto Suharso, 2009).

Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan


dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan
kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi
CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili
arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya
peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010).

Hidrocephalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara


aktiv yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak,walaupun
pada kasus hidrocephalus eksternal pada anak-anak cairan akan
berakumulasi di dalam rongga araknoid (Satyanegara, 2010).
11

2.1.3 Klasifikasi Hidrosepalus


2.1.3.1 Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang
dialami sejak dalamkandungan dan berlanjut setelah
dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi
setelah bayidilahirkan atau terjadi karena faktor lain
setelah bayi dilahirkan (Harsono, 2006).
2.1.3.2 Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi
secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan
absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi
setelah cairanCSS mengalami obstruksi beberapa
minggu (Anonim, 2007)
2.1.3.3 Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana
CSS masih biaskeluar dari ventrikel namun alirannya
tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana
sumbatanaliran CSS yang terjadi disalah satu atau lebih
jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel
otak (Anonim, 2003).
2.1.3.4 Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh
infeksi yangmengenai otak dan jaringan sekitarnya
termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh
stroke atau cederatraumatis yang mungkin
12

menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy


(Anonim, 2003).
Menurut Arif Muttaqin 2008 klasifikasi Hidrosefalus adalah :

2.1.3.1 Hydrocephalus komunikan


Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid,
sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel
sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat
obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus
arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage
subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala –
gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi
villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam
jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya
terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan
ICP)
2.1.3.2 Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem
ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSS.
Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus
kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi
bentuk hidrosefalus non komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler
yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering
13

dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan


malformasi congenital pada system saraf pusat atau
diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas
luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari
obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan
adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system
ventricular. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi
atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan
tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda
dan gejala–gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-
anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat
pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.

Ada beberapa istilah dalam klasifikasi hidrocephalus: (Satyanegara,


2010)
2.1.3.1 Hidrosefalus interna:menunjukan adanya dilatasi ventrikel
2.1.3.2 Hidrosefalus eksternal: cenderung menunjukan adanya
pelebaran rongga subarachnoid diatas permukaan korteks
2.1.3.3 Hidrosefalus komunikans adalah keadaan hidrosefalus
dimana ada hubungan antara system ventrikel dengan
rongga subarachnoid otak dan spinal
2.1.3.4 Hidrosefalus nonkomunikans bila ada blok didalam sistem
ventrikel atau saluranya kerongga subarachnoid

Berdasarkan waktu onzetnya


2.1.3.1 Akut :dalam beberapa hri
2.1.3.2 Subakut : dalam beberapa minggu
2.1.3.3 Kronis : bulanan
14

Berdasarkan gejala yang ada


2.1.3.1 Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana factor-
factor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat
tersebut sudah tidak aktiv lagi
2.1.3.2 Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus
ventrikelulomegali yang diakibatkan oleh atrofi otak
primer,yang biasanya terdapat pada orang tua secara teoritis
terjadi sebagai akibat
a. Produksi likuar yang berlebihan
b. Peningkatan resistensi aliran likuor
c. Peningkatan tekanan sinus venosa

2.1.4 Etiologi
Hidrosefalus disebabkan karena terjadinya penyumbatan cairan
serebrospinalis (CSS) pada salah satu pembentukan CSS dalam
sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang
subaraknoid,sehingga terjadi penyumbatan dilatasi ruangan CSS di
atasnya (foramen monrai,foramen luschka,magendie,sistem
magna,dan sistem basalis merupakan tempat tersering terjadinya
penyumbatan).
Hidrosefalus terutama menyerang anak usia 0-2 tahun dengan
penyebab utamanya adalah kelainan kongenital,infeksi
intrauterine,anoreksia,pendarahan intrakranial akibat adanya
trauma,meningoensefalitis bakterial dan viral,serta tumor atau kista
araknoid. Pada anak usia 2-10 tahun penyebab utamanya adalah
tumor fossa posterior dan stenosis akuaduktus, sedangkan pada usia
dewasa penyebab utamanya adalah meningitis,subaraknoid
hemoragi,ruptur aneurisma,tumor, dan idiopatik.(Asuhan Neonatus
Bayi dan Anak Balita,Salemba Medika hal: 118)
Gangguan aliran cairan yang menyebabkan cairan tersebut
bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di
15

sekitarnya, khususnya pusat-pusat syaraf yang vital. Menurut


lembaga Nasional Instutite of Neurological Disorders and Stroke (
NINDS), gangguan aliran cairan otak ada tiga jenis,yaitu:
2.1.4.1 Gangguan aliran adanya hambatan sirkulasi
Contoh: tumor otak yang terdapat di dalam ventrikel akan
menyumbat aliran cairan otak.
2.1.4.2 Aliran cairan otak tidak tersumbat, tetapi sebaliknya cairan
itu diproduksi berlebihan, akibatnya cairan otak bertambah
banyak.
Contoh: tumor ganas di sel-sel yang memproduksi cairan
otak.
2.1.4.3 Cairan otak yang mengalir jumlahnya normal dan tidak ada
sumbatan,tetapi ada gangguan dalam proses penyerapan
cairan ke pembuluh darah balik, sehingga otomatis jumlah
cairan akan meningkat pula.
Misalnya: bila ada cairan nanah ( meningitis atau infeksi
selaput otak) atau darah (akibat trauma) di sekitar tempat
penyerapan.
Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan, dapat
perlahan atau progresif,menyebabkan ventrikel-ventrikel
tersebut melebar,kemudian menekan jaringan otak di
sekitarnya. Tulang tengkorak bayi di bawah 2 tahun yang
belum menutup akan memungkinkan kepala bayi
membesar. Pembesaran kepala merupakan salah satu
petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi
hidrosefalus.( Sudarti, 2010 )
Penyebab Hidrosefalus (Allan H. Ropper, 2005:360).
2.1.4.1 Kelainan Bawaan (Kongenital)
Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbanyak
pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%). Aqueduktus
dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau
16

abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala


hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat
pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
2.1.4.2 Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga
dapat terjadi obliterasi ruangan subarahnoid. Pelebaran
ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila
aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat
pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis.
Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis.
Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai
beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara
patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid
sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis
serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat
di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan
interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta
lokasisasinya lebih tersebar.
2.1.4.3 Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah
basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.
Etiologi menurut (Scott kahan & John j.Raves, 2011)
2.1.4.1 Dapat timbul sebagai akibat produksi cairan serebrospinal
(LCS) yang berlebihan resorpsi LCS yang tidak memadai
oleh villi araknoid,atau tersumbatnya jalur sirkulasi LCS.
2.1.4.2 Akumulasi LCS dan pelebaran Ventrikel serebral yang
progresif mengakibatkan disfungsi otak yang progresif
17

2.1.4.3 Hidrosefalus komunikan : Reabsorpsi LCS yang tidak


memadai paling sering timbul sekunder sebagai
trauma,infeksi atau perdarahan subaraknoid
2.1.4.4 Hidrosefalus non komunikan : Obstruksi jalur sirkulasi LCS
oleh tumor atau kelainan bawaab (misalnhya stenosis
akueduktus,malformasi, Arnold Chiari), sedemikian
sehingga LCS tidak dapat mengalir keluar dari dalam otak
ke sisterna basal.

2.1.5 Patofisiologi
Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi akibat dari tiga mekanisme
yaitu (1) produksi cairan serebro spinal yang berlebihan,(2)
peningkatan resistensi aliran cairan serebro spinal,dan (3)
peningkatan tekanan sinus vena.sebagai konsekuensi dari tiga
mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial ( TIK)
sebagai upaya mempertahankan keseimbanagan sekresi dan
absorbsi.Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel masih belum dapat
dipahami secara terperinci,namun hal ini bukanlah hal yang
sederhana sebagaimana akumulasi akibat dari ketidakseimbangan
antara produksi dan absorbsi.Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel
cukup rumit dan berlangsunng berbeda-beda tiap saat selama
perkembangan hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :

2.1.5.1 kompresi sistem serebrovaskuler;


2.1.5.2 redistribusi dari cairan srebro spinal atau cairan
ekstraseluler atau keduanya di dalam sistem susunan saraf
pusat;
2.1.5.3 perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas
tak,gangguan viskoelastisitas otak,kelainan turgor otak);
18

2.1.5.4 efek tekanan denyut cairan serebro spinal (masih


diperdebatkan)
2.1.5.5 hilangnya jaringan otak
2.1.5.6 pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda)
akibat adanya regangan abnormal pada sutura kranial.

70% cairan srebro spinal diproduksi oleh pleksus khoroid ventrikel


lateral, ventrikel III dan ventrikel IV, sedangkan 30% sisanya
merupakan produk matriks ekstrasel. Jumlah produksinya sebanyak
± 500 ml/hari atau 20 ml/jam.Dari ventrikel lateral, cairan ini
melalui foramina interventrikulare Monro ke ventrikel III, lalu
aquaduktus sylvius ke ventrikel IV, selanjutnya cairan ini mengalir
melalui foramen luschka dan Magendie ke dalam ruang
subaraknid,beredar ke seluruh otak, dan ke dalam ruang subaraknoid
spinal di sekeliling medula spinalis.cairan srebro spinal di resorbsi di
intrakranial dan di sepanjang medulla spinalis. Sebagian cairan
srebro spinal meninggalkan ruang subaraknoid dan memasuki aliran
darah melalui villi granulationes arachnidales pacchioni yang
terletak pada sinus sagitalis superior dan pada vena diplo dan
kembali atrium kanan jantung melalui v.kava superior.Sisanya
diresorbsi di selubung perineurel saraf kranialis dan spinalis,pada
tempat masing-masing saraf tersebut keluar dari batang otak dan
medula spinalis,melewati sel-sel ependim dan kapiler leptomeninges.

Jika cairan srebro spinal diproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit


diresorpsi,atau terdapat sumbatan pada sistem ventrikel, sistem
ventrikular menjadi membesar (Satyanegara, 2010).
19

Gambar 2.3 Pathway

(Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak )

2.1.6 Manifestasi Klinis


Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997;
Depkes;1998) dalam NANDA, NIC-NOC , 2012 :
2.1.6.1 TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil
saraf otak II
2.1.6.2 Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
2.1.6.3 Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan
tubuh
2.1.6.4 Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada
waktunya teraba tegang dan mengkilat dengan perebaran
vena di kulit kepala
2.1.6.5 Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
20

2.1.6.6 Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan
hitam-hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
2.1.6.7 Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan
tulang suborbita
2.1.6.8 Sklera mata tampak di atas iris
2.1.6.9 Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak
jarang terdapat
2.1.6.10 Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis
berupa gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang,
kadang-kadang gangguan pusat vital..

Tanda dan Gejala (Muttaqin, Arief. 2008,)


2.1.6.1 Fontanel anterior yang sangat tegang.
2.1.6.2 Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
2.1.6.3 Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena
superfisial menonjol.
2.1.6.4 Fenomena „matahari tenggelam‟ (sunset phenomenon).
a. Bayi :
Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada
umur 3 tahun. Keterlambatan penutupan fontanela
anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras,
sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara
lain : Muntah, Gelisah dan Menangis dengan suara
ringgi
b. Anak yang telah menutup suturanya :
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
1) Nyeri kepala
2) Muntah
3) Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
21

4) Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada


anak berumur 10 tahun
5) Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
6) Strabismus
7) Perubahan pupil

Tanda dan Gejala menurut (Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010)


2.1.6.1 Tengkorak kepala mengalami pembesaran
2.1.6.2 Muntah dan nyeri kepala
2.1.6.3 Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
2.1.6.4 Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada
waktunya, teraba tegang dan menonjol
2.1.6.5 Dahi lebar, kulit kepal tipis, tegang dan mengkilat
Pelebaran vena kulit kepala Saluran tengkorak belum
menutup dan teraba lebar
2.1.6.6 Terdapat cracked pot sign bunyi pot kembang retak saat
dilakukan perkusi kepala
2.1.6.7 Adanya sunset sign dimana sklera berada di atas iris
sehingga iris seakan-akan menyerupai matahari terbenam
2.1.6.8 Pergerakan bola mata tidak teratur
2.1.6.9 Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan
neurologis berupa:
a. Gangguan Kesadaran
c. Kejang
d. Terkadang terjadi gangguan pusat vital

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis
dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya.
22

Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian


sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
2.1.7.1 Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan
merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau
pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox)
yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2.1.7.2 Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira
serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu
menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
2.1.7.3 Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ
ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid mengalirkan
cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan
jantung melalui kateter yang berventil (Holter
Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran
cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan
cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti
sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus
diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
f. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau
drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan
pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul
kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka
rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung
selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan
23

selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak


terlihat dari luar.
g. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan
bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet,
lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi
pintas / “ shunting “:
1) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan
bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal
yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.
2) Internal
a) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota
tubuh lain :
 Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke
sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
 Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus
sagitalis superior
 Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke
Bronhus.
 Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke
mediastinum
 Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke
rongga peritoneum.
b) Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis
Lumbalis ke rongga peritoneum dengan
operasi terbuka atau dengan jarum Touhy
secara perkutan.
24

Penatalaksanaan menurut (Scott Kahan & John J.Raves, 2011)

2.1.7.1 Hidrisefalus Komunikan


a. Pemberian acetazolamide (inhibitor karbonik
anhidrase) akan menurunkan produksi LCS
b. Fungsi lumbal berulang untuk mengevakuasi LCS yang
berlebihan
c. Pintasan ventrikulperitoneal atau lumboperiotoneal
diindikasikan pada sekitar sepertiga kasus dan
merupakan terapi definitif
2.1.7.1 Hidrosefalus non-komunikan
a. Lesi massa obstruksi diangkat
b. Pintasan ventrikuloperioneal diindikasikan pada hampir
semua kasus
c. Ventrikulotomi pada ventrikel tertius membantu
penyembuhan pada 15% kasus

Penatalaksanaan menurut ( sudarti, 2010 )


2.1.7.1 Umum
a. Pengawasan suhu atau pencegahan hipotermi.
b. Pencegahan infeksi.
c. Observasi TPRS, aktivitas,reaksi dan rangsangan,serta
adanya dilatasi pupil strabismus.
d. Intake-output.
e. Perawatan sehabis BAK dan BAB
2.1.7.2 Khusus
a. Pengukuran lingkar kepala dilakukan dari dahi-atas
telinga-belakang kepala-ingkaran ke atas kepala sisi
sebelahnya-pertemukan di dahi, kemudian dibaca satu
sampai dua angka di belakang koma,lalu catat dan buat
grafiknya.
b. Pengawasan dan pencegahan muntah.
25

1) Catat kapan terjadi muntah dan berapa


frekuensinya selama 24 jam serta berapa banyak
yang dimuntahkan.
2) Berikan minum sedikit-sedikit tapi sering.
3) Bila sampai terjadi muntah segera lakukan suction
untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia

2.1.8 Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut (Prasetio, 2004)
2.1.8.1 Peningkatan TIK
2.1.8.2 Pembesaran kepala
2.1.8.3 kerusakan otak
2.1.8.4 Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
2.1.8.5 Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi,
sensibilitas kulit menurun
2.1.8.6 Kerusakan jaringan saraf
2.1.8.7 Proses aliran darah terganggu
Komplikasi Hidrosefalus (Riyadi, 2009)
2.1.8.1 Peningkatan tekanan intrakranial
2.1.8.2 Kerusakan otak
2.1.8.3 Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningit
is,ventrikulitis,abses otak.
2.1.8.4 Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi
mekanik.
2.1.8.5 Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi
organ dalam rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
2.1.8.6 Kematian
Komplikasi Hidrosefalus menurut (Scott Kahan & John J. Raves,
2011)
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi :
2.1.8.1 Perdarahan intraserebral atau intraventrikular
26

2.1.8.2 Infeksi
2.1.8.3 Malfungsi pintasan dan
2.1.8.4 Hematom subdural (sebagai akibat drainase LCS yang
berlebihan)

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


Saat ini hidrosefalus dapat didiagnosis sebelum lahir dengan
pemeriksaan ultrasonografi prenatal rutin.Hidrosefalus yang timbul
stelah lahir dapat dideteksi dengan pemeriksaan dan
dokumensaiserial rutin lingkar kepala anak; jika kepala berkembang
lebih cepta menurut diagram kurva referensi,harus diccurigai adanya
hidrosefalus.Setelah lahir,hidrosefalus dapat dideteksi dari beberapa
pemeriksaan penunjang seperti X-ray konvensional, CT Scan, USG
, dan MRI
2.1.9.1 USG prenatal dapat diandalkan dan cukup akurat dalam
janin dapat mulai dideteksi pada akhir trimester pertama
kehamilan,tetapi pelebaran abnorml dari sisitim ventrikel
akan lebih jelas terlihat setelah usia 20-24 minggu
gestasi.Meskipun pemerisaan USG kurang akurat untuk
melihat keadaan ventrikel III,IV, dan ruang subarakhnoid,
USG memiliki kelebihan dalam haal peraalatanya lebih
mudah dibawa, tidaak memerlukan sedasi, tidak
memberikan radiasi serta lebih murah dibandingkan CT
Scan/ MRI.
2.1.9.2 Tanda hidrosefalus kongenital/ infantil pada rontgen polos
kepala berupa tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
seperti makrokrania,pelebaran sutura tengkorak (pada bayi
dengan ubun-ubun sutura yang belum menutup).gambaran
alur pembuluh darah yang semakin jelas, tanda peningkatan
tekanan intrakranial kronik berupa pendataran sella
turaika/erosi dari processus clinoid posterior dan gambaran
27

impressio digitate (gambaran sperti bekas penekanan jari-


jari akibat tekanan permukaan tak pada tengkorak)
2.1.9.3 CT Scan yang menjadi alat diagnostik terpilih pada kasus-
kasus ini adalah CT Scan di mana CT Scan kepala dapat
memperlihatkan secara akurat bentuk dan ukuran dari
ventrikel, adanya gambaaran perdarahan, klasifikasi, kista
dan alat shunt,CT scan juga dapat memperlihatkan dengan
jelas tanda-tanda peningkatan tekanan intrakraaniaal seperti
hilangnya gaambaraan sulkus serebri, hilangnya gaambaran
ruang subarakhnoid di konveksitas, imbibisi dari caairan
serebro spinal di substansi albaperiventrikel.Gambaran ini
yang membedaakan hidrosefalus dengan ventrikelulomegali
karena atrofi serebri (tidak terdapat tanda peningkatan
tekanan intrakranial)
2.1.9.4 MRI merupakan pemeriksaan terpilih untuk meneliti
penyebab anatomis yang mendasari
hidrosefalus.Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan
gambaran anatomis otak dan lesi intrakranial (
tumor,vaskuler) dengan lebih baik.Dengan MRI dapat
dilihat gambaran membran pada loculated ventricle,dan
patensi akuaduktus sylvius yang bermanfaat pada penilaian
pre operasi endoskopi.Namun, mengingat waktu
pemeriksaanya yaang cukup lama, pada bayi perlu
dilakukan pembiusan.Keuntungan dari pemeriksaan MRI
ini adalah tidak adabahaya radiasi. (Satyanegara, 2010)
Pemeriksaan Penunjang menurut (Scott Kahan & John J.Raves,2010)
2.1.9.1 Anamnesa riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik,termasuk
pemeriksaan neurologik yang rinci
2.1.9.2 CT scan kepala tanpa kontras
2.1.9.3 MRI kepala diindikasikan jika ducurigai stenosis
akueduktus atau Arnold-Chiari
28

2.1.9.4 pemeriksaan LCS radioisitop diindikasikan jika ducurigai


adanya hidrosefalus komunikan,dapat memperlihatkan
sirkulasi LCS yang abnormal

2.2 TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN


HIDROSEFALUS
Proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di
awali dengan pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan.
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Anamnesa
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi
penglihatan perifer.
c. Kaji Riwayat Perkembangan
Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras
atau tidak. Apakah pernah terjatuh dengan kepala
terbentur. Keluhan sakit perut.
2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2) Adanya Pembesaran kepala.
3) Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh
darah terlihat jelas.
b. Palpasi :
1) Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
2) Fontanela : fontanela tegang keras dan
sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata :
29

1) Akomodasi.
2) Gerakan bola mata.
3) Luas lapang pandang
4) Konvergensi.

Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak


bisa melihat keatas. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
1.2 Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
1) Peningkatan sistole tekanan darah.
2) Penurunan nadi / Bradicardia.
3) Peningkatan frekwensi pernapasan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Pada pasien anak dengan Hydrocephalus diagnosa yang dapat
muncul ( Nanda Nic-Noc, 2013 ) , yaitu :
2.2.2.1 Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
2.2.2.2 Potensial terhadap perubahan integritas kulit kepala
berhubungan dengan faktor mekanik (pemasangan Vp
shunt)
2.2.2.3 Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan berhubungan dengan anoreksia,nausea,vomitus
2.2.2.4 Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis
2.2.2.5 Resiko tinggi terjadi cidera b/d peningkatan tekanan intra
kranial

2.2.3 Intervensi Keperawatan


2.2.3.1 Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
30

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam


diharapkan Perfusi jaringan serebral tidak efektif teratasi
dengan kriteria hasil :
-klien tidak mengeluh nyeri kepala,dan mual muntah
-TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji faktor penyebab dari situasi/ keadaan individu atau
penyebab koma/penurunan perfusi jaringan dan
kemungkinan penyebab peningkatan TIK
R:Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi,
mengkaji status neurologis/tanda-tanda kegagalan
untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan
pembedahan.
b. Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam
R: suatu keadaan normal bila sirkulasi serebri
terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan
tekanan darah sistemik, penurunan dari autoregulator
kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi lokal
vaskularisasi darah serebri
c. Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral,
usahakan dengan sedikit bantal. Hindari penggunaan
bantal yang tinggi pada kepala
R: perubahan kepala pada suatu sisi dapat
menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan
menghambat aliran darah ke otak (menghambat
drainase pada vena serebri) untuk itu dapat
meningkatkan tekanan intrakranial
d. kolaborasi Pemberian oksigen sesuai indikasi
R: mengurangi hipoksemia, dimana dapat
meningkatkan vasodilatasi serebri dan volume darah
dan menaikkan TIK
31

e. kolaborasi terapi farmakologi contohnya : manitol,


furoscide
R:Diuretik mungkin digunakan pada fase akut untuk
mengalirkan air dari kerusakan sel dan mengurangi
edema serebri dan TIK
2.2.3.2 Potensial terhadap perubahan integritas kulit kepala
berhubungan dengan faktor mekanik (pemasangan Vp
shunt)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam


diharapkan Potensial terhadap perubahan integritas kulit
kepala dengan kriteria hasil : Tidak terjadi gangguan
integritas kulit dengan kriteria :Kulit utuh, bersih dan
kering.
Intervensi :
a. Kaji kulit kepala setiap 2 jam dan monitor terhadap
area yang tertekan
R. Untuk memantau keadaan integumen kulit secara
dini.
b. Ubah posisi tiap 2 jam dapat dipertimbangkan untuk
mengubaha kepala tiap jam.
R: Untuk meningkatkan sirkulasi kulit
c. Hindari tidak adanya linen pada tempat tidur
R: Linen dapat menyerap keringat sehingga kulit tetap
kering
d. Baringkan kepala pada bantal karet busa /menggunakan
tempat tidur air
R: Untuk mengurangi tekanan yang menyebabkan stess
mekanik.
e. Berikan nutrisi sesuai kebutuhan.
32

R: Jaringan akan mudah nekrosis bila kalori dan protein


kurang
2.2.3.3 Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan berhubungan dengan anoreksia,nausea,vomitus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam


diharapkan Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi dengan kriteria hasil :
-tidak terjadi penurunanberat badan sebanyak 10%
-tidak adanya mual muntah
Intervensi :
a. pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah
mengunyah makanan
R:mulut yang tidak bersih mempengaruhi rasa makanan
dan mual
b. berikan makanan porsi kecil tapi sering
R:makanan porsi kecil tapi sering dapat meringankan
kerja lambung,saluran pencernaan dapat terganggu
karena hidrosefalus
c. observasi berat badan klien
R:mengetahui berat badan klien secara bertahap
d. kolaborasi dengan ahli gizi
R:mengetahui status gizi klien
2.2.3.4 Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam


diharapkan Nyeri akut klien teratasi dengan kriteria hasil :
-klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
- skala nyeri 0
- klien tampak rileks
-tidak meringis
33

- ttv dalam batas nrmal

Intervensi :
a. kaji penglaman nyeri minta anak menunjukan area yang
sakit dan skala nyeri ( 1-5)
R:membantu mengevaluasi rasa nyeri
b. observasi TTV
R:perubahan TTV menunjukan trauma batang otak
c. jelaskan pada orang tua anak bisa menangis lebih keras
bila mereka ada,tetapi kehadiran mereka itu penting
untuk meningkatkan kepercayaan
R: meningkatkan pengetahuan rang tua tentang kapan
anak harus di dampingi atau tidak
d. kolaborasi pemberian terapi farmakologi
R:terapi farmakologi jika nyeri tidak tertahankan lagi
2.2.3.5 Resiko tinggi terjadi cidera b/d peningkatan tekanan intra
kranial
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
diharapkan tidak terjadi Resiko tinggi terjadi cidera Tanda
vital normal, pola nafas efektif, reflek cahaya positif,tidak
tejadi gangguan kesadaran, tidak muntah dan tidak kejang
Intervensi :
a. Observasi ketat tanda-tanda peningkatan TIK
R:Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK
b. Tentukan skala coma
R:Penurunan keasadaran menandakakan adanya
peningkatan TIK
c. Hindari pemasangan infus dikepala
R:Mencegah terjadi infeksi sistemik
d. Hindari sedasi
34

R:Karena tingkat kesadaran merupakan indikator


peningkatan TIK
e. Jangan sekali-kali memijat atau memopa shunt untuk
memeriksa fungsinya
R:Dapat mengakibatan sumbatan sehingga terjdi nyeri
kepala karena peningkatan CSS atau obtruksi pada
ujung kateter diperitonial
f. Ajari keluarga mengenai tanda-tanda peningkatan TIK
R: Keluarga dapat berpatisipasi dalam perawatan anak
dengan hidrosefalus

Anda mungkin juga menyukai