Anda di halaman 1dari 8

PAPER

ANALOGI
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

OLEH :
MIFTAKHAERIAH (082192003)

PROGRAM PASCA SARJANA


TEKNIK PERENCANAAN PRASARANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
1. Pengertian Analogi

Dalam penyimpulan generalisasi kita bertolak dari sejumlah peristiwa pada


penyimpulan analogi kita yang bertolak dari satu atau sejumlah peristiwa menuju kepada satu
peristiwa lain yang sejenis. Apa yang terdapat pada fenomena peristiwa yang lain karena
keduanya mempunyai persamaan Principal berdasarkan persamaan. Principal pada keduanya
itulah maka mereka akan sama pula dalam aspek-aspek lain yang mengikutinya.

Analogi dalam bahasa Indonesia ialah “kias” dalam Bahasa Arab ialah “Gasa”
(mengukur membandingkan) kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses
penalaran dari satu fenomena menuju. Fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan
bahwa fakta yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang
lain. Demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan,
dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu:
a. peristiwa yang menjadi dasar analogi persamaan
b. Principal yang menjadi pengikat
c. Fenomena yang hendak kita analogikan.
Sebagian besar pengetahuan kita disamping didapat dengan generalisasi juga didapat
dengan penalaran analogi jika kita membeli sepatu dan kita berkeyakinan bahwa sepatu itu
akan enak dan awet dipakai fenomena yang dianalogikan karena sepatu yang dulu dibeli di
toko yang sama persamaan prinsip awet dan enak dipakai maka penyimpulan serupa adalah
ah penalaran analogi begitu pula jika kita berkeyakinan bahwa buku yang baru saja kita beli
adalah buku yang menarik karena kita pernah membeli buku dari pengarang yang sama yang
ternyata menarik. (W. Poespoprodjo,1985)

2. Pengertian Analogi Menurut Para Ahli


Berikut ini terdapat beberapa pengtian analogi menurut para ahli, terdiri atas:

a. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, analogi adalah persesuaian antara kedua
benda yang berlainan (kamisa,1997:37).
b. Analogi adalah berusaha untuk mencapai kesimpulan dengan menggantikan dengan
apa ynag kita coba untuk membuktikan dengan sesuatu yang serupa dengan hal
tersebut, namun yang lebih dikenal,dan kemudian menyimpulkan kembali apa yang
mengawali penalaran kita (louis O. Kattsef,1992:32).
c. Analogi adalah proses dari fenomena menuju fenomena yang lain yang sejenis
kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan
terjadi pada fenomena yang lain (Mundiri, 2008:157).
d. Analogi adalah proses berfikir untuk menyimpulkan sesuatu berdasarkan
kesamaannya dengan sesuatu yang lain (Syarkawi dhofir, 2000:78).
e. Analogi adalah suatu perbandingan yang dipakai untuk mencoba membuat suatu idea
yang dapat dipercaya guna membuat suatu konsep yang sulit menjadi mudah dan jelas
(poespoprodjo, 1999:179).
f. Analogi adalah berbicara dua hal yang berlainan, yang satu bukan yang lain, dan dua
hal ynag berlainan itu dibandingkan satu dengan yang lainnya (Soekadijo, tt:139).
g. Analogi adalah pengertian yang menunjuk sesuatu yang sama tetapi dalam kesamaan
itu ada sesuatu yang berbeda pula (Poedjawijatna, 2004:40).

2
3. Macam-macam analogi

Macam-macam analogi yang telah kita bicarakan di atas adalah analogi induktif dan
analogi deklaratif :

a. Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama
terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada
persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Misalnya, Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari.
Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
b. Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat
bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan
dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai. Misalnya, untuk
penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan
warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar
diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
contoh analogi deklaratif adalah: Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta
sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu tetapi tidak semua pengetahuan itu ilmu
sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah oleh karena itu menciptakan
pikiran sebagaimana ginjal mengeluarkan air seni.
Penjelasan di sini orang hendak menjelaskan struktur ilmu yang masih asing bagi
pendengar dengan struktur rumah yang sudah begitu dikenal begitu pula penjelasan
tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih samar dijelaskan dengan hubungan
antara buah ginjal dan air seni.
Para pejuang wanita memutuskan untuk menguji apakah undang-undang perkawinan
itu menguntungkan kedudukan wanita ternyata semakin jelas bahwa undang-undang
perkawinan itu tidak ubahnya undang-undang perbudakan yang dikatakan sebagai
pelindung hak-hak orang hitam padahal kata pelindung hak tidak ubahnya adalah
penindasan terselubung penjelasan di sini hendak menegaskan bahwa undang-undang
perkawinan merupakan penindasan terselubung sebagaimana undang-undang perbudakan
orang masih samar bahwa undang-undang perkawinan itu sebenarnya merupakan
penindasan untuk itu para pejuang wanita di negara barat menegaskan bahwa undang-
undang perkawinan itu sama liciknya dengan undang-undang perbudakan yang telah
diketahui secara luas bahwa hal itu merupakan penindasan terselubung.

3
4. Cara menilai analogi
Sebagaimana generalisasi kepercayaan tergantung kepada terpenuhi tidaknya alat-alat
ukur yang telah kita ketahui, maka demikian pula analogi untuk mengukur derajat atau
cara sebagai berikut:
a. Sedikit Banyaknya peristiwa yang dianalogikan
Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan semakin besar pula taraf
kepercayaannya, apabila pada suatu ketika saya mengirimkan baju saya pada seorang
tukang penatu dan ternyata hasilnya tidak memuaskan, maka atas dasar analogi saya
bisa menyarankan kepada kawan saya untuk tidak mengirimkan pakaian kepada
tukang penatu tadi analogi saya menjadi lebih kuat, setelah B kawan saya juga
mendapat hasil yang menjengkelkan tas bajunya yang dikirim ke tukang penatu yang
sama analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C D E F dan G juga mengalami
hal yang sama.
Contoh kasus kedua, Semisal si A menggunakan jasa sebuah biro penerbangan dan
ternyata pelayanannya tidak memberikan kepuasan pada si A, maka atas dasar
analogi, si A menyarankan kepada temannya untuk tidak menggunakan biro
penerbangan yang sama dengan yang digunakan tadi. Analogi si A akan semakin kuat
dengan adanya si B yang juga tidak merasa puas dengan biro penerbangan tersebut.
Analogi menjadi semakin kuat lagi setelah ternyata si C, D, E, F dan G juga
mengalami hal yang serupa.
b. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi
Ambillah contoh yang telah kita sebut yaitu tentang sepatu yang telah kita beli pada
sebuah tokoh bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai
karena sepatu yang dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai Analogi ini menjadi
lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya mereknya dan
bahannya.
c. Sifat analogi yang kita buat
Apabila kita mempunyai mobil dan 1 liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km
kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dengan mobil kita akan
menempuh jarak 10 km setiap 1 liter nya maka analogi demikian cukup kuat Analogi
ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 KM setiap
liter bahan bakarnya dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan
dapat menempuh 15 KM setiap bahan bakarnya jadi semakin rendah taksiran yang
kita analogikan maka semakin kuat analogi itu.
d. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang
dianalogikan
Semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda, maka semakin kuat
kepercayaan analoginya. Konklusi yang kita ambil bahwa: Agung Gumelar
mahasiswa baru di Universitas X akan menjadi sarjana yang ulung karena beberapa
Tamatan dari Universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini menjadi
lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan
sebelumnya. Konklusi lain, misalnya: a, b c d dan e yang mempunyai latar belakang
yang berbeda ada dalam ekonomi pendidikan SLTA, daerah, agama, Pekerjaan orang
tua, atau kesemuanya mereka itu adalah sarjana yang ulung.

4
e. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan
Bila tidak relevan, Sudah barang tentu analoginya tidak kuat bahwa bisa gagal. Bila
kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita beli, setiap liter bahan bakarnya akan
menempuh 15 KM berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya contoh jumlah
jendela dan tahun produksinya sama dengan mobil yang kita beli, ternyata dapat
menempuh 15 KM setiap liter bahan bakarnya, maka analogi serupa adalah analogi
yang tidak relevan. Seharusnya untuk menyimpulkan demikian harus didasarkan atas
unsur-unsur yang relevan yaitu banyaknya silinder, kekuatan daya tarik serta berat
dari bodynya.

Analogi yang mendasarkan pada suatu hal yang relevan, jauh lebih kuat daripada
analogi yang mendasarkan pada selusin persamaan yang tidak relevan. Penyimpulan seorang
dokter bahwa untuk mengobati Tuhan b adalah sebagaimana yang telah dilakukan terhadap
Tuhan c, karena keduanya menderita tanda-tanda terserang penyakit yang sama dan karena
jenis darahnya sama, jauh lebih kuat dibandingkan jika mendasarkan pada persamaan lebih
banyak tetapi tidak relevan, besarnya karena umurnya, bintang kelahirannya, latar belakang
pendidikannya, warna kulitnya, jumlah anaknya, pekerjaan dan kesukaannya.

Analogi yang relevan, biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan
kausal titik meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan Analogi ini cukup
terpercaya kebenarannya. Kita mengetahui bahwa Sambungan rel kereta api dibuat tidak
rapat untuk jaga kemungkinannya bila kena panas, real tetap pada posisinya, maka kita akan
mendapatkan kemantapan yang kuat bahwa rangka rumah yang kita buat dari besi juga akan
terlepas dari bahaya melengkung bila kena panas karena itu kita telah menyuruh tukang untuk
memberikan jarak pada setiap sambungan titik disini kita hanya mendasarkan pada satu
hubungan kausal, bahwa karena besi memuai bila kena panas maka jarak yang dibuat antara 2
sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung titik jadi analogi
yang bersifat kausal memberikan keterpercayaan yang kokoh.

5. Kekeliruan dalam beranalogi analogi yang pincang

Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer namun tidak semua
penalaran analogi merupakan merupakan penalaran induktif yang benar. Ada masalah yang
tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita
menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan dalam
membandingkannya yang tidak tepat.

Contoh kekeliruan pada analogi induktif : Kita seharusnya menjauhkan diri dari
kebodohan. Semakin banyak belajar semakin banyak hal yang tidak diketahui, jadi Semakin
banyak kita belajar kita semakin Bodoh. karena itu sebaiknya kita tidak usah belajar.

Penjelasan kebodohan hanya dapat dihindarkan dengan belajar. Meskipun dengan


belajar kita menjadi tahu ketidaktahuan kita tetapi kita menjadi tahu banyak hal. Tanpa
belajar kita tidak akan mengetahui banyak hal, dan dengan belajar kita dapat mengetahui
beberapa hal. Kesalahan atau kekeliruan di sini yaitu menyamakan arti kebodohan yang harus
kita tinggalkan dan kebodohan sebagai sesuatu yang tidak bisa kita hindari.

5
Kekeliruan pada analogi deklarasi:

Khutbah itu tidak perlu kita Terjemahkan dalam bahasa kita, biarlah dalam bahasa aslinya,
yaitu Arab. Bila diterjemahkan dalam bahasa kita, tidak bagus lagi sebagaimana kopi susu
yang dicampur iterasi. Kopi susu sendiri sudah lezat dan bila kita campur dengan terasi tidak
bisa diminum, bukan? Karena itulah saya tidak pernah berkhutbah dengan terjemahan, karena
saya tahu saudara semua tidak ingin minum kopi yang dicampur dengan terasi. Di sini
pembicara yang dikritik khutbah nya karena selalu menggunakan bahasa Arab, membuat
pembelaan bahwa khutbah dengan terjemahan adalah sebagaimana kopi susu dicampur
terasing sekilas pembelaan ini seperti benar, Tetapi bila kita amati mengandung kekeliruan
yang serius. Analogi yang dibuatnya timpang karena hanya mempertimbangkan kedudukan
bahasa Arab dan bahasa terjemahan, padahal ada yang lebih penting dari sekedar itu, yang
harus diperhatikan, yaitu: pemahaman pendengar titik Apakah dengan bahasa Arab tujuan
khutbah menyampaikan pesan bisa dimengerti oleh sebagian besar pendengar alasan
pembicara di atas dapat dibantah dengan analogi yang tidak pincang, misalnya:

berikut buah dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh para pendengarnya sama dengan
memberi kalung emas pada seekor ayam. Bukankah ayam lebih suka diberi beras daripada
diberi kalung? Ayam akan memilih beras sebagai mana pendengar tentu akan memilih
khutbah dengan bahasa yang dimengertinya (Mudiri,2012)

6. Argumen argumen berdasarkan analogi

Dapat dikatakan bahwa penalaran analogi merupakan penalaran yang paling


fundamental dan paling umum dari semua proses rasional. Ia menjadi basis bagi keputusan-
keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seorang gadis bermaksud memotong
rambutnya, bisa saja ia ingat bahwa seorang temannya memperoleh potongan rambut yang
sangat baik di Salon Rudy Hadisuwarno dan memutuskan untuk pergi ke salon itu untuk
memotong rambutnya. Seorang karyawan yang ingin membeli sepeda motor bisa saja
mempertimbangkan merk Yamaha dan Honda dan sudah diberitahu oleh temannya bahwa
Honda lebih baik ketimbang Yamaha Ia pun memutuskan untuk membeli sepeda motor
merek honda. Penalaran analogi adalah penalaran yang tergantung pada suatu perbandingan
contoh-contoh. Jika kemiripan contoh-contohnya memadai, maka keputusan yang dibuat
pada akhirnya baik titik Akan tetapi jika kemiripan contoh-contohnya tidak memadai, maka
keputusan yang dihasilkan bisa tidak baik. Jika suatu proses penalaran semacam itu
diekspresikan dalam kata-kata, Maka hasilnya adalah suatu argumen berdasarkan analogi.

6
Contoh Analogi

Berikut ini terdapat beberapa contoh analogi, terdiri atas:

Contoh Analogi 1:
Budi adalah anak yang penakut sikapnya ini membuatnya sering jadi bahan mainan teman-
temannya. Bagai kerbau dicocok hidung ia selalu mengikuti apa kata orang lain. Sehingga ia
tidak dapat berkembang dan selalu hanya bisa diam sama seperti kerbau yang hanya bisa
diam ketika hidungnya dicocok untuk melakukan apa yang diinginkan tuannnya.

Contoh Analogi 2:
Belajar dengan menggunakan buku dan kertas seperti pedang yang berkepala dua . Jika
menggunakan kertas terlalu banyak dapat menyebabkan hutan gundul dan pemansan global
terjadi. Tapi apabila tidak menggunakan kertas dapat menyebabkan orang tidak dapat belajar
dengan baik apalagi yang memiliki tingkat ekonomi terbatas serba salah untuk mengambil
keputusan seperti saat menggukan pedang berkepala dua yang bisa menyerang 2 arah yang
berlawanan.

Contoh Analogi 3:
Pertumbuhan tindak kejahatan korupsi di Inodnesia terus bertumbuh pesat. Baru saja ada
yang tertangkap sudah muncul banyak tersangka lain yang terus menghebohkan dunia
perpolitikan Indonesia. Sama halnya seperti pepatah mati satu tumbuh seribu . Begitulah juga
keadaaan tindak korupsi di negara ini yang terus tumbuh pesat dan merugikan banyak orang.

Contoh Analogi 4 Bidan Teknik Perencanaan Prasarana :


analogi induktif : Pembangunan perencanaan jalan jembatan di Kota A berjalanlancar, dan
baik tidak adam masalah yang berarti, dengan melihat kondisi tersebut direncanakan pula
perencanaan jalan jembatan layang di Kota B , kota A dan Kota Bmemilik kondisi fisik
wilayah yang hampir sama maka dapat ditarik kesimpulan perencanaan jalan jembatan layang
di kota B juga berjalan lancar, dan baik tidak ada masalah yang berarti.

Analogi deklarasi : universitas hasanuddin memberi wadah untuk mahasiswa mencari dan
mengembangkan ilmu seperti halnya jembatan yang menhubungkan kawasan yang satu
dengan kawasan disebelahnya

7
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, 2006, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta).

Djalil, Basiq, 2012, Logika (Ilmu Mantiq), (Jakarta: Kencana)

Mundiri, 2012, Logika, (Jakarta: PT Raja Grafindo).


W. Poespoprodjo, Logika Sientifika, (Bandung: Remadja RK Karya, 1985).

Anda mungkin juga menyukai