DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PEKALONGAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN OSTEOMIELITIS
I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (M. Tuberculosa,
jamur) (Mansjoer, 2000 hal 358).
Osteomielitis adalah suatu infeksi tulang yang bersifat umum,
serius dan sering berakibat fatal pada anak-anak (Sachaeva, 1996 hal 92).
Osteomielitis adalah radang sumsum tulang (Ramali, 2000, 249)
pembagian Osteomielitis yang lazim menurut Arif Mansjoer (2000, hal
258) :
1. Osteomielitis primer yang disebabkan penyebaran secara hematogen
dari fokus lain, Osteomielitis primer dapat dibagi menjadi
Osteomielitis akut dan kronik.
2. Osteomielitis sekunder atau Osteomielitis perkontinuitanum yang
disebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya seperti bisul dan luka.
Secara umum Osteomielitis adalah infeksi pada tulang yang disebabkan
oleh bakteri, virus dan sering berakibat fatal pada anak-anak.
B. Etiologi
Organisme penyebab umum menurut Sachaeva 1996 hal 92 :
1. Stafilokokus 75%
2. Streptokokus
3. Pneumokokus
4. E. Coli
5. M. Tuberkulosis merupakan penyabab yang paling umum pada
Osteomielitis kronik.
6. Treponema (sifilis) dulu merupakan penyebab umum tapi sekarang
jarang.
C. Faktor Predisposisi
Menurut Sachaeva (1996, hal : 92)
1. Umur umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak
2. Jenis kelamin lebih sering pada laki-laki daripada wanita
3. Lokasi cenderung mengenai metafisi tulang panjang
4. Fokus septic yang ada di dalam tubuh bisul, furunkel, infeksi telinga,
tonsilitis dan lain-lain
5. Higiene yang buruk
6. Penyakit yang melemahkan
7. Faktor terbuka
D. Patofisiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit
1. Virulensi organisme
2. Ketentuan hospes dengan status imun yang rendah
Penyakit ini lebih terbatas pada metafisis tulang hal ini dapat
diterangkan sebagai berikut :
1. Pembuluh darah cenderung melingkari metafisis sehingga
memungkinkan emboli terinfeksi menyangkut di daerah itu.
2. Lapisan epifisis dapat mencegah penyebaran infeksi ke sendi sehingga
infeksi terkoalisir di metafisi. Itulah sebabnya mengapa infeksi terjadi
pada lapisan metafisis tulang yang mengalami pertumbuhan pada
anak-anak (tetapi pada orang dewasa terjadi diafisis).
Emboli yang terinfeksi menyangkut di dalam pembuluh darah
menyebabkan trombosis, sehingga mengakibatkan nekrosis vaskuler pada
bagian korteks tulang. Respons peradangan terhadap infeksi
mengakibatkan terangkatnya periosteum dari tulang, sehingga
memutuskan lebih banyak suplai darah. Pengangkatan periosteum ini
menimbulkan nyeri hebat, apalagi dengan adanya tegangan eksudat di
bawahnya. Tulang yang mengalami nekrosis dikenal sebagai sekuestrum.
Tulang dimana periosteum terangkat melapisi tulang yang mati dikenal
dengan involukrum. Pas mencari jalan keluar dari lapisan tulang baru
melalui serangkaian lubang yang dikenal dengan kloaka stadium lanjut
penyakit ini jarang terjadi kemajuan di dalam pengobatan (Sachadeva,
1996 : 92).
E. Pathway Keperawatan
Umur Jenis Kelamin Lokasi Fokus Septik Hygiene Buruk Fraktur Terbuka
Organisme masuk
Metafisis / diafisis
Penyebaran Hipertemia
Kerusakan Menembus
integritas kulit kulit Menekan Suplai darah Bengkak
pembuluh darah terputus
Radang
Fistula Sekuester
Nyeri
Potensial
terhadap infeksi
Kurang
informasi Kerusakan
mobilitas fisik
Kurang
pengetahuan
F. Manifestasi Klinik
Menurut MA Handerson (1997 : 213/215)
a. Osteomielitis Akut
- Nyeri tekan akut pada daerah tulang yang sakit
- Pembengkakan dan kemerahan
- Nyeri bila bagian yang sakit digerakkan
- Pyrexia
- Panas tinggi
b. Osteomielitis Kronik
- Keluhan nyeri pada tulang yang kumat-kumatan selama suatu
jangka waktu yang panjang.
- PX sinar X memperlihatkan adanya kavitas.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada fase akut ditemukan CRP (Protein C-Reaktif) yang meninggi,
Lanjut Endap Darah (LED) meninggi dan leukonsitosis.
b. Pemeriksaan Radiologik
Pada fase akut gambaran radiologik tidak menunjukkan kelainan pada
fase kronik ditemukan suatu involukrum dan sekuester.
- Carpenito, L., (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC