REVISI I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP.........................................................................5
BAB III TATA LAKSANA...........................................................................27
BAB IV DOKUMENTASI............................................................................29
BAB I
DEFINISI
Tujuan
1. Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung
pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining
pada kontak pertama.
2. Menghasilkan keputusan tentang pengobatan pasien yang harus segera dilakukan
dan kebutuhan pengobatan berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau pelayanan
terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah.
3. Mengumpulkan informasi yang sistematis tentang pasien
4. Membuat basis informasi yang komprehensif untuk pengambilan keputusan
tentang perawatan setiap pasien.
5. Menyediakan perawatan yang tepat bagi pasien
BAB II
RUANG LINGKUP
-
B. Alur Tatalaksana Skrining Pasien RSU Putri Bidadari
1. Anamese
a. Riwayat penyakitsekarang
b. Riwayat penyakit dahulu termasuk penyakit sistemik
c. Riwayat penyakitkeluarga
d. Riwayat rawat inap sebelumnya
e. Riwayat operasi sebelumnya
f. Riwayat peristiwa anestesi sebelumnya
g. Riwayat alergi obat
h. Riwayat kebiasaan seperti perokok atau minum alkohol
i. Riwayat pekerjaan
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memperoleh informasi tentang sistem organ tertentu.
Pemeriksaan fisik terfokus harus mencakup komponen-komponen berikut:
a. Tingkat kesadaran dan GCS
b. Status psikologis
c. Skala nyeri
d. Status gizi mencakup berat dan tinggi badan
e. Tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan dan saturasi oksigen
f. Pemeriksaan head to toe secara cermat dan sistematis yaitu kepala,mata,hidung,
mulut,telinga, leher, dada, perut, ekstremitas atas, ekstremitas bawah dan
pemeriksaan anogenital.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjangyang dilakukan adalah pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan secara cepat untuk menentukan kebutuhan layanan kesehatan pasien,yaitu:
BAB II
RUANG LINGKUP
A. SKRINING KASUS
Petugas Unit Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan kondisi
kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai dengan
ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak
berdasarkan urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah pasien berdasarkan
kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Diprioritaskan kebutuhan pasien terkait
pelayanan preventif, kuratif, rehabilitative dan paliatif.
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat berdasarkan
kondisi kegawatdaruratannya meliputi :
1. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi sebagai
berikut :
- Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa menjadi cacat)
bila tidak mendapat pertolongan yang tepat secepatnya.
- Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
- Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya.
2. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan
pertolongan segera.
Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa
kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu
sistem atau organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat.
2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pankreas
Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma/cedera.
2. Infeksi.
3. Keracunan.
4. Degenerasi (failure).
5. Asfiksia.
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of
water and electrolit).
7. Lain-lain.
Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di dalam daftar
tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter yang
menangani pasien.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan
hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan
kegagalan sistem organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang relatif lebih lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
a. Di tempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di Rumah sakit umum Putri
Bidadari adalah sebagai berikut :
a. Pasien dengan diagnosis
1. Gaduh Gelisah ec Psikiatri.
2. Penanganan pasien SIDA (HIV AIDS)
b. Tidak tersedia bed, atau jika peralatan dan pemeriksaan penunjang yang
sangat diperlukan oleh pasien tidak ada di rumah sakit
3. SKRINING WILAYAH
Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal rujukan
pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di Rumah sakit (UGD
atau Unit Rawat Jalan). Pada saat skring dilakukan petugas/ tenaga kesehatan akan
mengambil data yang diperlukan berupa:
a. Identitas pasien
b. Diagnosa pasien
c. Indikasi rujuk
d. Kondisi pasien
e. Sistem pembiayaan pasien
f. Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
3. TEST SKRINING
Test dapat dilakukan dengan:
1. Anamese
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu termasuk penyakit sistemik
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Riwayat rawat inap sebelumnya
e. Riwayat operasi sebelumnya
f. Riwayat peristiwa anestesi sebelumnya
g. Riwayat alergi obat
h. Riwayat kebiasaan seperti perokok atau minum alkohol
i. Riwayat pekerjaan
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memperoleh informasi tentang sistem organ tertentu.
Pemeriksaan fisik terfokus harus mencakup komponen-komponen berikut:
a. Tingkat kesadaran dan GCS
b. Status psikologis
c. Skala nyeri
d. Status gizi mencakup berat dan tinggi badan
e. Tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan dan saturasi oksigen
f. Pemeriksaan head to toe secara cermat dan sistematis yaitu kepala, mata, hidung,
mulut, telinga, leher, dada, perut, ekstremitas atas, ekstremitas bawah dan
pemeriksaan anogenital.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan secara cepat untuk menentukan kebutuhan layanan kesehatan pasien, yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium
- Darah lengkap
- Urin rutin
- Faal ginjal : ureum, kreatinin
- Faal hepar : SGOT, SGPT, bil
- Analisis gas darah (Agda)
- Enzim jantung : Trop T, Ckmb
b. Pemeriksaan radiologi
- Head CT-Scan tanpa kontras
- Rontgen (x-ray) : Thorak AP/PA/Lat, Abdomen BNO/plain abdomen,
ekstremitas.
c. Pemeriksaan lain
- EKG
Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun dalam praktek sehari-
hari dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.
I. Persiapan
a. Fase Pra-Rumah Sakit
- Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan
- Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum
penderita mulai diangkut dari tempat kejadian.
- Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti
waktu kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat
penderita.
b. Fase Rumah Sakit
- Perencanaan sebelum penderita tiba
- Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat
yang mudah dijangkau
- Obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, disiapkan dan diletakkan
pada tempat yang mudah dijangkau
- Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila sewaktu-
waktu dibutuhkan.
- Pemakaian alat-alat proteksi diri
II. Triase
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya
yang tersedia. Triase yang dipakai di UGD RSU Putri Bidadari Lang katadalah sistem triase
berbasis bukti yaitu sistem ATS “AUSTRALIA TRIASE SCALE” yang dapat di
implementasikan dengan cepat agar pertolongan terhadap pasien dalam keadaan gawat darurat
juga lebih cepat dan tepat sehingga angka kecacatan dan kematian berkurang.Berikuttatalaksana
proses triase RSU BidadariBinjaiyaitu :
1. Penderita datang diterima oleh petugas/paramedis UGD.
2. Di ruang triase dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat dan cepat oleh dokter UGD,
menentukan tingkat kegawatdaruratannya, memberi kategori dan mengetiknya di lembar
layanan UGD.
3. Untuk memudahkan petugasyang melakukan triasemengenali kondisi pasien, maka di
ATS terdapat kondisi-kondisi tertentu yang menjadi deskriptor klinis seperti yang tertera di
tabel 1, tujuan deskriptor ini adalah memaparkan kasus-kasus medis yang lazim dijumpai
sesuai dengan kategori triase sehingga memudahkan trier menetapkan kategori.
Kategori 2 Penilaian Risiko mengancam nyawa, Jalan nafas : ada stridor disertai
dimana kondisi pasien distress pernafasan berat
dantatalaksanadiberik dapat memburuk dengan
ansecarasimultandala cepat, dapat segera Gangguan sirkulasi
mwaktu 10 menit menimbulkan gagal organ - Akral dingin
bila tidak diberikan - Denyut nadi< 50 kali per meni
tatalaksana dalam waktu tatau lebih dari 150x/menit pada
10 menit setelah dewasa
datangatau - Hipotensi dengan gangguan
Pasien memiliki kondisi hemodi namik lain
yang memiliki periode - Banyak kehilangan darah
terapi efek tifseperti
trombolitik pada ST Nyeri dada tipikal
Elevation Myocard Infark Nyeri hebat apapun
(STEMI), trombolitik pada penyebabnya
stroke iskemik baru, dan
antidotum pada kasus Delirum atau
keracunan. gaduh gelisah
Atau Defisit neurologis akut
Nyeri hebat (VAS 7-10) (hemiparesis, disfasia)
nyeri harus diatasi dalam
Demam dengan alergi
waktu 10 menit setelah
pasien dating
Mata terpercik zat asam atau zat
basa
Gangguan perilaku
- Perilaku agresif dan kasar
Perilaku yang membahayakan
diri sendiri dan orang lain
dan membutuh kantindakan
restraint.
Kategori 3 Penilaian dan Kondisi Hipertensi berat
Tatalak sana dapat Kehilangan darah moderat
dilakukan dalam potensiberbahaya, Sesak nafas
waktu 30menit mengancam nyawa atau Saturasi oksigen 90-95%
dapat menambah Paska kejang
keparahan bila penilaian Demam pada pasien
dan tatalaksana tidak immunokompromais (pasien
dilaksanakan dalam waktu AIDS, pasien onkologi,
30menit pasien dalam terapi steroid)
Atau Muntah menetap dengan
Kondisi segera, dimana tanda dehidrasi
ada pengobatan yang harus
segera diberikan dalam Nyeri kepala dengan riwayat
waktu 30 menit untuk pingsan, saat ini sudah sadar
mencegah risiko
perburukan kondisi pasien Nyeri sedang apapun
penyebabnya
Atau
Nyeri dadaatipikal
Nyeri sedang yang harus Nyeri perut tanpa tanda akut
diatasi dalam waktu 30 abdomen
menit
Pasien dengan usia> 65 tahun
Trauma ekstremitas moderat
(deformitas, laserasi, sensasi
perabaan menurun, pulsasi
ekstremitas menurun
mendadak, mekanisme trauma
memiliki risiko tinggi
Gangguan perilaku
Pasien riwayat gangguan yang
merusak diri dan mengganggu
orang lain, saat ini dalam observasi
Kategori 5 Penilaian dan Kondisi tidak segera, yaitu Nyeri ringan
tatalaksanadapatdimul kondisi kronik atau minor
aidalamwaktu 120 diama gejala tidak berisiko Riwayat penyakit tidak berisiko dan
menit memberat bila pengobatan saat ini tidak bergejalan
tidaksegera diberikan
Keluhan minor yang saat
Masalah berkunjung masih dirasakan
4. Pasien dibaringkan ditempat tidur sesuai kode triase, diperiksa lebih lanjut dan diberi
pertolongan medis.
5. Pasien ditangani pertama berurutan sesuai dengan urutan kategori.
6. Pasien kategori V dapat berobat jalan dan atau dianjurkan berobat ke poliklinik besok atau jika
masih jam kerja di arahkan ke poliklinik.
a. Penilaian
Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol servikal in-
line immobilisasi
Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan terdapat
deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot-otot
tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
Auskultasi thoraks bilateral
b. Pengelolaan
Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12 liter/menit)
Ventilasi dengan Bag Valve Mask
Menghilangkan tension pneumothorax
Menutup open pneumothorax
Memasang pulse oxymeter
c. Evaluasi
C. Evaluasi
D. Disability
Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS
Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda
lateralisasi
Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.
1. Exposure/Environment
Buka pakaian penderita
Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang cukup
hangat.
IV. Resusitasi
a. Re-evaluasi ABCDE
b. Airway terbuka baik dan tidak ditemukan suara tambahan seperti mengorok. Bila
diperlukan dipasang orofaringeal airway.
c. Ventilasi baik dimana oksigenasi cukup sampai ke perifer. Pantau saturasi dengan
oksimetri, gerakan dinding dada baik dan tidak terdapat tanda sianosi.
d. Resusitasi cairan dengan dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml
pada dewasa dan 20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat.
e. Evaluasi resusitasi cairan
- Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal
- Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta awasi
tanda-tanda syok
- Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal,
yaitu:
1. Respon cepat
Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance
Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian darah
Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin masih
diperlukan
Berikut gambaran pasien dengan respon cepat:
2. Respon Sementara
Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian darah
Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif
Konsultasikan pada ahli bedah
3. Tanpa respon
Konsultasikan pada ahli bedah
Perlu tindakan operatif sangat segera
Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade jantung
atau kontusio miokard
Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey
Hal yang Identifikasi/
Penilaian Penemuan Klinis Konfirmasi dengan
dinilai Tentukan
Tingkat - Beratnya - Skor GCS - 8, cedera kepala berat - CT Scan
9 -12, cedera kepala
Kesadaran trauma kapitis - sedang - Ulangi tanpa
13-15, cedera kepala
- ringan relaksasi Otot
Pupil - Jenis cedera - Ukuran - "mass effect" - CT Scan
Kepala - Bentuk - Diffuse axional injury
- Luka pada - Reaksi - Perlukaan mata
mata
Kepala - Luka pada kulit- Inspeksi - Luka kulit kepala - CT Scan
Kepala adanya luka - Fraktur impresi
- Fraktur tulang dan fraktur - Fraktur basis
tengkorak - Palpasi
adanya
fraktur
Maksilofasial - Luka jaringan - Inspeksi - Fraktur tulang wajah - Foto tulang wajah
lunak Deformitas
- Fraktur - Maloklusi - Cedera jaringan lunak - CT Scan tulang
- Kerusakan - Palpasi : Wajah
syaraf krepitus
- Luka dalam
mulut/gigi
Foto
Leher - Cedera pada - Inspeksi - Deformitas faring - servikal
faring - Palpasi - Emfisema subkutan - Angiografi
/
- Fraktur servikal - Auskultasi - Hematoma Doppler
- Kerusakan - Murmur - Esofagoskopi
Laringosko
vaskular - Tembusnya platisma - pi
Nyeri, nyeri tekan C
- Cedera - spine
esofagus
- Gangguan
nerologis
Jejas, deformitas, Foto
Toraks - Perlukaan - Inspeksi - gerakan - toraks
dinding toraks - Palpasi - Paradoksal - CT Scan
Angiogra
- Emfisema - Auskultasi - Nyeri tekan dada, krepitus - fi
subkutan - Bising nafas berkurang - Bronchoskopi
- Pneumo/ - Bunyi jantung jauh - Tube torakostomi
hematotorak - Krepitasi mediastinum - Perikardio sintesis
Nyeri punggung
- Cedera - hebat - USG Trans-
bronchus Esofagus
- Kontusio paru
- Kerusakan
aorta torakalis
Abdomen/ - Perlukaan dd. - Inspeksi - Nyeri, nyeri tekan abd. - DPL
pinggang Abdomen - Palpasi - Iritasi peritoneal - FAST
- Cedera intra-- Auskultasi - Cedera organ viseral - CT Scan
Cedera Laparoto
peritoneal - Tentukan - retroperitoneal - mi
- Cedera arah penetrasi - Foto dengan
retroperitoneal kontras
Angiogra
- fi
rinar Foto
Pelvis - Cedera Genito-- Palpasi - Cedera Genito- ius - pelvis
urinarius simfisis pubis (hematuria) - Urogram
Uretrogra
- Fraktur pelvis untuk - Fraktur pelvis - m
rekt
Pelebaran - Perlukaan perineum, um, - Sistogram
- Nyeri tekan vagina - IVP
tulang elvis - CT Scan dengan
- Tentukan kontras
Instabilitas
pelvis (hanya
satu kali)
- Inspeksi
Perineum
- Pem.
Rektum/vagin
a
Foto
Medula - Trauma kapitis - Pemeriksaan - "mass effect" unilateral - polos
spinalis - Trauma Motorik - Tetraparesis - MRI
medulla - Pemeriksaan - Paraparesis
spinalis Sensorik - Cedera radiks syaraf
- Trauma syaraf
perifer
Foto
Kolumna - Fraktur - Respon - Fraktur atau dislokasi - polos
vertebralis - lnstabilitas verbal - CT Scan
kolumna Terhadap
Vertebralis nyeri,
- Kerusakan - tanda
syaraf Lateralisasi
- Nyeri tekan
- Deformitas
Jejas, pembengkakan, Foto
Ekstremitas - Cedera jaringan - Inspeksi - pucat - ronsen
lunak - Palpasi - Mal-alignment - Doppler
Nyeri, nyeri tekan, Pengukur
- Fraktur - Krepitasi - an
- Kerusakan - Pulsasi hilang/ berkurang tekanan
sendi - Kompartemen kompartemen
Angiogra
- Defisit neuro- - Defisit neurologis - fi
vascular
VII. Tambahan Pada Secondary Survey
- Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan
teliti dan pastikan hemodinamik stabil
- Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan
tambahan biasanya dilakukan di ruangan lain
- Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :
- CT scan kepala, abdomen
- USG abdomen, transoesofagus
- Foto ekstremitas
- Foto vertebra tambahan
- Urografi dengan kontras
Unit Gawat Darurat RSU Putri Bidadari Langkat yang menyelenggarakan pelayanan
gawat darurat selama 24 jam melaksanakan kegiatan skrining pasien awal di triage primer yang
dilakukan sebagai penilaian awal kegawat daruratan pada setiap pasien yang datang dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Petugas UGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien.
2. Skrining awal dilakukan dalam waktu maksimal 5 menit :
a. Petugas UGD melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan kriteria
Glascow Coma Score.
b. Petugas UGD melakukan penilaian jalan nafas pasien (airway), dengan kriteria
sebagai berikut :
- Jalan nafas bebas (pasien bernafas dengan baik).
- Adanya suara tambahan.
- Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas total.
c. Petugas UGD melakukan penilaian pernafasan (breathing) dengan menghitung
frekuensi nafas, jika didapatkan pasien dengan kondisi kegawatan sistem
pernafasan (henti nafas, bradypnea, ataupun tachypnea) maka pasien langsung
dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
d. Petugas UGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan sirkulasi darah
(circulation) jika didapatkan :
- Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan tindakan resusitasi
jantung paru sesuai dengan prosedur.
- Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera dibawa ke ruang
resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
- SaO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan
lebih lanjut.
e. Petugas UGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat keluhan yang
potensial mengancam nyawa (misalnya : kejang, kelemahan/ kelumpuhan anggota
gerak, nyeri dada, sesak nafas, dan sebagainya) maka