Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Gerontik


Sub Pokok Bahasan : Risiko jatuh pada lansia
Sasaran : Keluarga pasien di Ruang Gandasturi RSUP Sanglah
Hari/Tanggal : Sabtu, 9 Maret 2013
Waktu : 11.00 - 12.00 WITA
Tempat : Ruang Gandasturi RSUP Sanglah

I. LATAR BELAKANG
Di Indonesia keberadaan seorang anggota keluarga berusia lanjut di rumah
merupakan hal yang biasa. Bahkan adanya “orang tua” di rumah, dirasakan
sebagai penghangat suasana rumah, sebagai pengayom, bahkan sebagai tempat
mengadu bagi seisi rumah.
Akan menjadi masalah bila warga usia lanjut ini mengalami sakit atau
terganggu mobilitas dan kemandiriannya, ia menjadi seorang pasien. Pada
kondisi ini diperlukan seorang yang dapat mendampingi , menemui, bahkan
merawat dan membantu pasien secara penuh.
Proses menua bukanlah suatu penyakit ataupun kondisi hendaya,
walaupun sebagai besar orang usia lanjut mengalami kemunduran kemampuan
fungsionalnya yang sering disebabkan oleh akibat dari berbagai penyakit
kronik yang umumnya menyertai proses menua. Proses menua adalah
penjumlahan semua perubahan yang terjadi dengan berlalunya waktu.
Perubahan ini menjadi penyebab atau berkaitan erat dengan meningkatnya
kerentanan tubuh terhadap penyakit, karena berkurangnya kemampuan tubuh
dalam proses-proses penyesuaian diri dalam mempertahankan keseimbangan
tubuh terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Hal yang nyata
adalah terjadi keterbatasan kapasitas fungsi secara bertahap dan mengurangi
kecepatan aktivitas yang pernah mampu dikerjakan sebelumnya.

1
Pada umumnya, penyakit yang diderita orang usia lanjut bersifat kronik
diselingi dengan serangan akut. Urutan pola penyakit terbanyak pada orang
usia lanjut adalah penyakit jantung dan pembuluhan darah, penyakit sendi dan
tulang, penyakit kencing manis, disusul dengan penyakit sistem pernapasan.
Deretan penyakit ini sangat berpeluang untuk menimbulkan kecacatan dan
mengganggu kemandirian sehingga dapat menyebabkan risiko jatuh pada
lansia. Dari pengkajian yang dilakukan oleh mahasisa pada tanggal 7 Maret
2013 didapatkan jumlah pasien yang ada di ruangan gandasturi berjumlah 9
orang dan semua pasien beresiko jatuh.

II. TUJUAN UMUM


Setelah mengikuti pembelajaran selama 30 menit, keluarga pasien Ruang
Gandasturi RSUP Sanglah memahami dan mengerti tentang risiko jatuh pada
lansia.

III.TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti pembelajaran selama 30 menit, pasien dan keluarga
pasien Ruang Gandasturi RSUP Sanglah diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian lansia dan jatuh.
2. Menyebutkan penyebab resiko jatuh pada lansia
3. Menjelaskan pencegahan risiko jatuh pada lansia

IV. METODE
Ceramah, diskusi dan tanya jawab.

V. MEDIA
a. alat
1. Leaflet
2. LCD
3. Laptop

2
VI. PROSES PELAKSANAAN

N Sasaran
Waktu Kegiatan
o Penyaji Keluarga pasien
1 5 menit Pembukaan
a. Salam pembuka a. Menyampaikan a. Menjawab salam
dengan bahasa yang
sopan
b. Perkenalan b. Memperkenalkan b. Memperhatikan
diri dengan bahasa
yang sopan
c. Menyampaikan c. Menyampaikan c. Memperhatikan
tujuan tujuan dilakukan
penyuluhan
d. Kontrak waktu d. Membuat d. Menyepakati
kesepakatan waktu kontrak waktu
bersama audiens yang disampaikan

2 15 Menit Kegiatan inti


a. Menyampaian a. Menyampaikan a. Menyimak dan
materi materi dengan jelas memperhatikan
- Pengertian dan tepat penyuluhan
Lansia
- Penyebab jatuh
- Pencegahan
risiko jatuh

b. Membagikan b. Interaktif dengan b. Menerima leaflet

leaflet pasien dan keluarga

c. Memberikan

3
c. Memberikan kesempatan bertanya c. Menanyakan
kesempatan pada audiens hal-hal yang
kepada keluarga belum jelas
untuk bertanya
hal-hal yang
belum jelas

3 5 menit Penutup a. Menyampaikan


a. Menyimpulkan a. Bersama
kesimpulan dengan
materi yang penyaji
jelas
didiskusikan menyimpulkan
materi
b. Memberikan
b. Menanyakan b. Menjawab
pertanyaan tentang
kembali materi pertanyaan
materi yang telah
yang telah materi yang
diberikan
disampaikan oleh dibahas
penyaji c.Menyampaikan salam
c. Mengakhiri c. Menjawab
dengan sopan
kegiatan dengan salam
salam

VII. ISI MATERI (materi lengkap terlampir)


1. Pengertian lansia
2. Penyebab jatuh pada lansia
3. Pencegahan risiko jatuh pada lansia

4
VIII. SETTING TEMPAT
Setting / Tempat menyerupai huruf “U”
Keterangan :
O 2 1 1. Layar proyektor
4 3 O5 2. Penyaji
O O6 3. LCD dan Laptop
4. Moderator
O O O O 6 5. Fasilitator
O O O O 6. Observer
7. Peserta penyuluhan

IX. EVALUASI

a. Evaluasi struktur :
- SAP sudah siap 1 hari sebelum kegiatan
- Alat dan tempat siap
- Sudah dibuat struktur
- Penyaji dan peserta siap
b. Evaluasi Proses :
- peserta hadir tepat waktu
- Peserta mampu menyimak dan merespon selama penyuluhan
berlangsung
c. Evaluasi hasil :
Peserta mampu :
- Menjelaskan pengertian lansia
- Menjelaskan penyebab risiko jatuh pada lansia
- Menjelaskan pencegahan risiko jatuh pada lansia

5
DAFTAR PUSTAKA
Beare & Stanley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Jilid Pertama.
Edisi Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika.
Maas, et al. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta : EGC.
Setiadi Siti, 2000. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

6
LAMPIRAN
RISIKO JATUH PADA LANSIA

1. Pengertian
a. Menurut WHO dalam Bandiyah (2009)
Lanjut usia meliputi :
a) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
b) Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
b. Menurut Undang –undang RI nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia dalam Bandiyah (2009):
Yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia
di atas 60 tahun.
Pada lansia umumnya mengelami gangguan atau penurunan fungsi
tubuh sehingga dapat menyebabkan keterbatasan fungsi fisik yang dapat
menyebabkan masalah pada kesehatan lansia itu sendiri. Salah satu
masalah yang palig sering terjadi pada lansia adalah jatuh. Lansia sangat
berisiko terhadap kejadian jatuh, jatuh adalah suatu kejadian yang
mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau teruduk dilantai
maupun tempat yang lebih redah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
atau luka, trauma, dan cedera.

2. Penyebab Risiko Jatuh


a. Faktor Intrinsik merupakan faktor penyebab yang timbul dalam diri lansia
itu sendiri, seperti :
1) Proses penuaan
Seiring dengan terjadinya proses penuaan, terjadi penurunan kekuatan
dan daya tahan otot dan tulang mulai rapuh. Pada lansia bila terjadi

7
jatuh, akan sangat cepat timbul cedera pada organ yang mengalami
benturan.
2) Berbagai penyakit degenerative seperti :
a) Stroke
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke otak. Jaringan otak yang tidak
mendapatkan suplai darah dapat mengalami kematian sehingga
dapat mengganggu sistem kerja tubuh. Tubuh dapat mengalami
kelemahan dan kehilangan keseimbangan. Tidak jarang stroke juga
disertai dengan lumpuhnya satu sisi tubuh, sehingga pada lansia
yang mengalami stroke sangat berisiko mengalami jatuh.
b) Parkinson
Parkinson adalah penyakit neurodegenerative progresif yang
berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini ditandai dengan penurunan
kemampuan melihat, tremor (gemetar) dan kerusakan koordinasi
motorik kasar sehingga lansia akan mengalami kesulitan saat
beraktivitas.
c) Gangguan kardiovaskuler
Gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi dan penyakit jantung
lainnya dapat mengganggu sirkulasi darah ke jaringan. Darah
berperan dalam metabolisme karena didalamnya terdapat oksigen
dan nutrisi yang diperlukan oleh sel. Jaringan yang tidak mendapat
suplai oksigen dan darah akan mengalami gangguan dan
kehilangan fungsi. Tubuh umumnya akan focus untuk mensuplai
darah ke organ vital seperti otak, jantung dan paru. Organ – organ
ekstremitas umumnya akan mengalami kekurangan suplai darah
sehingga dapat menyebabkan kelemahan.
3) Depresi
Depresi yang terjadi pada lansia dapat mengalihkan perhatian lansia
saat melakukan aktivitas, sehingga pada lansia yang mengalami

8
depresi akan berkurang perhatiannya saat berjalan sehingga tidak
menyadari akan hal – hal yang dapat mencederai dirinya.
4) Gangguan penglihatan
Pada lansia umumnya mengalami penurunan daya penglihatan terkait
dengan katarak dan penurunan tonus otot mata. Lansia tidak mampu
melihat dengan baik lingkungan sekitarnya sehingga dapat berisiko
mengalami jatuh.
5) Dehidrasi
Dehidrasi dapat disebabkan oleh diare, demam serta asupan cairan
yang kurang sehingga dapat timbul ketidakseimbangan pada tubuh.
Kondisi yang tidak seimbang pada lansia dapat menimbulkan jatuh
saat lansia melakukan aktivitas.
b. Faktor Ekstrinsik, merupakan faktor penyebab yang timbul bukan dari
dalam diri lansia, dapat berupa orang, barang maupun kondisi lingkungan
sekitar lansia, seperti :
1) Alat atau perlengkapan rumah yang sudah rapuh atau tergeletak di
bawah tidak pada tempatnya.
2) Tempat tidur yang tidak stabil
3) Lantai yang licin, basah, menurun serta karpet yang tidak dilem atau
dalam posisi terlipat tidak rapi di bawah.
4) Keset yang tebal atau menekuk/terlipat di pinggirnya
5) Benda – benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser
6) Tidak adanya tempat pegangan, tempat pegangan yang tidak kuat atau
tidak mudah dipegang
7) Penerangan yang tidak baik
8) Alat bantu jalan yang rapuh, tidak tepat ukuran, berat maupun cara
penggunaannya
9) Ketinggian meja dan kursi harus ergonomis sesuai dengan kondisi
pasien
10) Alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, berjalan hanya dengan
menggunakan kaus kaki tanpa alas kaki lainnya.

9
3. Pencegahan Risiko Jatuh pada Lansia

Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat


menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit
yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.
Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang
tua :
a. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan
meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa
mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan
yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah
satunya adalah berjalan kaki.

b. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:
1. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
2. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama
pengobatan
3. Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutama sedatif dan tranquilisers
4. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat
5. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan

c. Modifikasi lingkungan
1. Jalan masuk dan keluar rumah serta kamar dibuat bebas hambatan
2. Hindari ubin licin, barang-barang berserakan tidak pada tempatnya, dan
lampu redup

10
3. Letakkan alat-alat komunikasi agar mudah terjangkau; telepon,
intercom, bel, letakkan televise/ radio pada posisi yang terbaik
4. Pegangan tangan pada tangga
5. Penyesuaian peralatan
6. Penyesuaian di ruang duduk, termasuk bentuk dan ukuran kursi setinggi
kursi makan dan berlengan
7. Penyesuaian di kamar mandi di lengkapi beberapa pegangan.

e. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :


1. Bangun dari tidur jangan langsung berdiri. Anjurkan
lansia untuk miring terlebih dahulu, kemudian duduk perlahan lalu berdiri.
Bila lansia merasa pusing anjurkan untuk tetap dalam posisi duduk
2. Jangan berikan lansia mengangkat barang yang
berat. Bila ingin memindahkan barang, anjurkan untuk memindahkan
sedikit demi sedikit.
3. Anjurkan lansia bila ingin mengambil barang
dibawah jangan langsung duduk, mulai dengan jongkok terlebih dahulu,
bila perlu disesuaikan dengan pegangan.

d. Alas kaki
Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
1. Gunakan sepatu yang tidak berhak/berhak lebar
dengan bahan antislip pada haknya
2. Jangan berjalan hanya dengan menggunakan kaos kaki karena sulit untuk
menjaga keseimbangan
3. Berikan alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, tidak hanya
menggunakan kaos kaki bila berjalan

e. Alat Bantu jalan


Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan
untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang

11
mendasarinya. Penggunaan  alat bantu jalan memang membantu
meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang
terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu
tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual.
Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya
adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak)
dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan
pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh
kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang
berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang
diperlukan dalam menunjang berat badan.

f. Memelihara kesehatan lansia


1. Jaga asupan nutrisi nutrisi lansia, sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
lansia.
2. Berikan suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin untuk
meningkatkan kekuatan tulang dan mengurangi risiko patah tulang akibat
terjatuh pada orang tua
3. Anjurkan pasien untuk berjemur di pagi hari
4. Berhenti merokok
5. Hindari konsumsi alkohol

4. Upaya yang telah dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar ruang Gandasturi


untuk mencegah risiko jatuh pada pasien :
a. Lantai tidak licin, permukaan lantai bertekstur
b. Tempat tidur bisa dinaik turunkan sesuai dengan kebutuhan lansia

12
c. Adanya pegangan di tembok dan kamar mandi yang membantu lansia untuk
berjalan
d. Pencahayaan di ruangan sudah baik, tidak terlalu terang dan terlalu gelap.
e. Penggunaan WC duduk di kamar mandi.
f. Terdapat keset antislip di kamar mandi.
g. Setiap pasien yang masuk ke ruangan gandasturi dilakukan pengkajian risiko
jatuh.
h. Pasien yang berisiko jatuh diberikan tanda berupa gelang berwarna kuning.
i. Setiap tempat tidur pasien menggunakan pengaman (bedplang) di pinggir
kanan-kiri.

13

Anda mungkin juga menyukai