Anda di halaman 1dari 3

Dampak Wabah Corona (covid-19) Terhadap Perekonomian Indonesia

Pandemi Covid-19 merupakan virus corona yang berasal dan pertama kali muncul dari kota
Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Di duga Covid-19 ini berasal dari hewan kelewar
dan setelah di telusuri, orang-orang yang terinfeksi virus ini merupakan orang-orang yang
memiliki riwayat telah mengunjungi pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan,
China.

Manusia merupakan mahluk sosial yang memungkinkan saling berinteraksi secara langsung
sehingga tingkat penyebaran pandemi Covid-19 semakin pesat, hingga Kamis, 30 april 2020
tercatat hampir seluruh negara didunia terinfeksi oleh Covid-19.

Indonesia merupakan salah satu negara yang terinfeksi pandemi Covid-19, pada 30 april 2020
tercatat sudah 10.118 orang positif virus Corona. Diantaranya, 1.552 orang sembuh, dan 792
orang meninggal.

Salah satu penyebab virus corona mudah menyebar di Indonesia adalah karena Indonesia
merupakan negara dengan Sektor pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu faktor
yang berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia dan memiliki kontribusi
devisa terbesar kedua di Indonesia setelah devisa hasil ekspor Kelapa Sawit.

Sektor pariwisata memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang pada perekonomian
Indonesia. Dampak jangka pendek dapat di rasakan secara langsung, sedangkan dampak
jangka Panjang dapat dilihat dengan bertambahnya pendapatan nasional, namun dengan
adanya Covid-19 semuanya tak lagi sama.

Sektor pariwisata yang sekarang mengalami kelesuan sehingga daya beli menurun secara
drastis karena berkurangnya pengunjung baik turis lokal maupun turis mancanegara, yang
secara otomatis pendapatan dan devisa yang di hasilkan dari sektor pariwisata semakin
menurun.

Surat Edaran (SE) yang dikeluarkan pemerintah pada 18 Maret 2020, segala kegiatan di
dalam dan di luar ruangan di semua sektor yang terkait pariwisata dan ekonomi kreatif
ditunda sementara waktu demi mengurangi penyebaran corona.
Hal ini mengakibatkan sektor pariwisata menjadi lumpuh sementara, sehingga pengangguran
semakin bertambah karena pariwisata merupakan salah satu wadah yang memberikan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat wisata maupun masyarakat dari luar.

Contohnya, banyak Hotel serta tempat-tempat penginapan dan sejenisnya melakukan


penutupan yang di mulai pada tanggal 22 Maret 2020 hingga kurun waktu yang tidak
ditentukan.

Bukan hanya sektor pariwisata yang mengalami kelumpuhan sementara, tetapi para karyawan
dari jenis perusahaan lainnya ikut merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Yang dimana
pekerjaan atau kegiatan yang biasanya dilakukan diluar rumah secara langsung sekaran
terpaksa harus dilakukan di dalam rumah.

Serta ada banyak pula karyawan yang terancam pemberhentian hak kerja (PHK) karena
banyak pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk dikerjakan dirumah, seperti halnya
kegiatan produksi yang bergantung pada mesin yang berada di tempat produksi.

PHK ini juga dilakukan karena kurangnya pembelian dari konsumen dan dibatasinya ekspor
ke negara tertentu sehingga akan menghambat ekspor dan mengurangi pendapatan
perusahaan, bahkan perusahaaan bisa mengalami kerugian. Ada pun penyebab lain dari di
PHK nya para karyawan yaitu karena kelangkaan bahan baku untuk diproduksi yang di impor
dari negara luar seperti dari negara Thiongkok sehingga akan menghambat kegiatan industri.

Perusahaan yang berhenti beroperasi dan peningkatan jumlah angka pengangguran dapat
menghambat dan mengurangi produk domestik bruto (PDB) serta menghambat pertumbuhan
ekonomi Indonesia.

Presiden Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan alasan mengapa tidak
mengeluarkan kebijakan lockdown dalam pencegahan penyebaran Covid-19.

"Kemudian ada yang bertanya kenapa kebijakan lockdown tidak kita lakukan. Perlu saya
sampaikan setiap negara memiliki karakter berbeda-beda, budaya berbeda-beda, kedisplinan
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita tidak memilih jalan itu (lockdown)," kata Jokowi
saat memberikan pengarahan kepada gubernur se-Indonesia melalui video conference, Selasa
(24/3/2020).
Presiden Indonesia tidak mengeluarkan kebijakan lockdown bukan tanpa alasan, menurut
beliau setiap negara memiliki karakter dan budaya yang berbeda-beda. Beliau juga mengaku
telah melakukan kalkulasi dan analisis yang matang terhadap negara-negara yang melakukan
kebijakan lockdown.

“Kebijakannya seperti apa semua dari Kemenlu dari Dubes yang ada terus kita pantau setiap
hari. Jadi yang paling pas di negara kita physical distancing, menjaga jarak aman," jelas dia.

"Kalau itu bisa kita lakukan saya yakin kita bisa mencegah penyebaran Covid-19 ini,"
sambung Jokowi.

Jika presiden mengeluarkan kebijakan lockdown maka akan berdampak besar pada
pertumbuhan perekonomian Indonesia, hal ini di sebabkan oleh kegiatan perekonomian yang
akan berhenti secara besar-besaran. Sebagai gantinya pemerintah juga mengeluarkan
kebijakan lainnya seperti belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah untuk menekan
penyebaran Covid-19.

Meskipun kebijakan tersebut di berlakukan, namun masih ada saja masyarakat yang
menyalahgunakan kebijakan ini, seperti kegiatan belajar dan bekerja di rumah di gunakan
untuk berlibur di luar kota. 

Sehingga penyelewengan kebijakan ini dapat memperluas dan mempercepat penyebaran


virus Corona, baik dari yang disebarkan oleh para pengunjung kepada masyarakat setempat,
maupun yang disebarkan oleh masyarkat setempat kepada para pengunjung.

Sebagai warga negara yang baik dan patuh pada pemerintah dan aturan kita hanya perlu
disiplin terhadap kebijakan social distancing dan physical distancing (jaga jarak aman)
#dirumahAja untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 dan perekonomian Indonesia cepat
pulih kembali.

Anda mungkin juga menyukai