Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME DAN ANALISIS MATA KULIAH

HIV/AIDS
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA INFEKSI HIV PADA NEONATUS

Dosen Pengampu:Ns.Parliani

Di Susun Oleh:
Anggi Litasari
SNR19214015

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B KHUSUS SEKOLAH


TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH POTIANAK TAHUN 2020
Judul Jurnal : DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA INFEKSI HIV PADA NEONATUS

Penulis : Darmadi, Riska Habriel Ruslie

Tempat : RSUD Z.A. Pagar Alam, Way Kanan, Lampung

Kata kunci : HIV, HIV di neonatus, transmisi vertikal, antiretrovirus

RESUME:

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah RNA retrovirus yang menyebabkan


Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), di mana terjadi kegagalan sistem imun
progresif. Penyebab terbanyak adalah HIV-1. Virus ini ditransmisikan melalui hubungan
seksual, darah, produk yang terkontaminasi darah, dan transmisi dari ibu ke bayi baik
intrapartum, perinatal, atau ASI. Pada intrapartum, fetus dapat terinfeksi secara hematogen
karena sirkulasi uteroplasenta melalui membran amnion, terutama apabila membran
mengalami inflamasi atau infeksi. Pada periode perinatal, infeksi vertikal lebih banyak
terjadi. Semakin lama dan besar jumlah kontak neonatus dengan darah ibu dan sekresi
servikovaginal, risiko transmisi vertikal juga bertambah besar. Prematuritas dan berat
badan lahir rendah pada neonatus juga meningkatkan risiko infeksi dalam persalinan
karena menipisnya barier pertahanan dari kulit dan sistem imun. Pasca persalinan,
transmisi vertikal dapat terjadi karena bayi mendapat ASI dari ibu yang menderita HIV.

Manifestasi klinis infeksi HIV bervariasi secara luas di antara bayi, anak-anak, dan
remaja. Pada banyak bayi, pemeriksaan fisik saat lahir adalah normal. Gejala awal mungkin
hampir tidak terlihat, seperti limfadenopati dan hepatosplenomegali, atau spesifik seperti
keterlambatan pertumbuhan, diare kronis atau berulang, pneumonia interstisial, atau
sariawan.

Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian
yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T.
Ada dua macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+, adalah sel
‘pembantu’. Sel T- 8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri tanggapan kekebalan. Sel
CD8 juga disebut sebagai sel ‘pem- bunuh’, karena sel tersebut membunuh sel kanker atau
sel yang terinfeksi virus. Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein
tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4
pada permu- kaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘re- septor’ untuk HIV. HIV mengikat
pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok. HIV umumnya menulari sel CD4. Kode
genetik HIV menjadi bagian dari sel itu. Waktu sel CD4 menggandakan diri (bereplikasi)
untuk melawan infeksi apa pun, sel tersebut juga membuat tiruan HIV.Setelah kita
terinfeksi HIV dan belum mulai terapi antiretroviral (ART), jumlah sel CD4 kita semakin
menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah
jumlah CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit.Ada jutaan keluarga sel CD4 Setiap
keluarga dirancang khusus untuk melawan kuman tertentu waktu HIV mengurangi jumlah
sel CD4.

Infeksi HIV-1 maternal sebaiknya diidentifikasi sebelum atau selama


kehamilan. Informasi status koinfeksi maternal seperti TB, sifilis, toksoplasmosis, hepatitis
B atau C, CMV, dan HSV perlu dicari untuk mengetahui kemungkinan neonatus terekspos.
Antiretrovirus pada maternal selama kehamilan dan persalinan, dilanjutkan 6 bulan terapi
zidovudine pada neonatus, secara signifikan menurunkan risiko transmisi. Operasi caesar
elektif juga dapat mencegah transmisi vertikal HIV.

PENATALAKSANAAN:

1. Terapi Antiretroviral (ART)

HAART adalah salah satu bentuk terapi antiretroviral yang banyak digunakan untuk
mengobati orang dengan HIV, virus yang menyebabkan AIDS.Terapi ini direkomendasikan
kepada semua wanita hamil dengan HIV karena menurunkan risiko transmisi perinatal
tanpa memperhatikan jumlah CD4+ atau HIV RNA. Secara umum, Highly Active
Antiretroviral Therapy (HAART) dimulai bila ibu belum mendapat salah satu rejimen.
Ketaatan dalam meminum obat sangat penting karena risiko resistensi obat akan menurun.
Ibu yang telah meminum HAART saat kehamilan sebaiknya melanjutkan rejimen bila
terdapat supresi virus yang adekuat. Efavirenz merupakan pengecualian, di mana harus
dihentikan oleh karena efek teratogenik. Sampai sekarang, penambahan zidovudine pada
semua rejimen direkomendasikan.
Pemberian HAART maternal dengan profilaksis zidovudine intrapartum telah
sangat menurunkan risiko transmisi HIV perinatal. Kelahiran dengan ekstraksi forsep atau
vakum dihindari. Perdarahan postpartum diterapi dengan oksitosin dan analog
prostaglandin karena methergin dan alkaloid ergot lainnya berinteraksi dengan reverse
transcriptase dan protease inhibitors pada antiretrovirus yang menyebabkan
vasokonstriksi berlebihan. Operasi caesar direkomendasikan pada HIV maternal, di mana
HIVRNA >1000/mL. Jadwal kelahiran direkomendasikan usia 38 minggu untuk
mengurangi kemungkinan ketuban pecah dini. Bila dilakukan operasi caesar, penggunaan
profilaksis antimikroba perioperasi direkomendasikan. Transmisi HIV vertikal menurun
sekitar setengahnya bila dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Dengan terapi
antiretrovirus diberikan saat periode prenatal, intrapartum, dan neonatus, ditambah
persalinan caesar, transmisi neonatal menurun 87% dibandingkan dengan cara kelahiran
lain dan tanpa terapi antiretrovirus.

Referensi : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL. et al. Sexually transmitted diseases:
human immunodeficiency virus (HIV) infection.Dalam Darmain,Riska Habriel
Ruslie,2012.diagnosa Dan Tatalaksana Infeksi HIV Pada Neonatus.

Untuk operasi caesar elektif (terencana), profilaksis antiretrovirus


sdNevirapine+Tenovofir+Emtracitabine (sdNVP+TDF+FTC) harus diberikan 4 jam
sebelum operasi dilakukan. Wanita yang menjalani terapi ART tetap melanjutkan
rejimennya. Risiko MTCT meningkat oleh adanya ketuban pecah lama, persalinan yang
dibantu dengan alat (ekstraksi), prosedur yang invasif, episiotomi, dan prematuritas.

Referensi : National Department of Health, South Africa, South African National AIDS
Council. Clinical guidelines: PMTCT. South Africa: National Department of Health;
2010.Dalam Darmain,Riska Habriel Ruslie,2012.diagnosa Dan Tatalaksana Infeksi HIV Pada
Neonatus.
Argumentasi:

Anti-retroviral therapy (HAART) adalah kemoterapi antivirus yang disarankan oleh WHO
untuk ibu hamil sebagai pengobatan utama HIV selama masa kehamilan dan postpartum.
Selain memperbaiki kondisi maternal, HAART terbukti dapat mencegah transmisi perinatal
yaitu dengan mengurangi replikasi virus dan menurunkan jumlah viral load maternal.
Sebelum konsepsi, wanita yang terinfeksi sebaiknya melakukan konseling dengan dokter
spesialis. Program ini membantu pasien dalam menentukan terapi yang optimal dan
penanganan obstetrik, seperti toksisitas ARV yang mungkin terjadi, diagnosis prenatal
untuk kelainan kongenital (malformasi atau kelainan kromosomal) dan menentukan cara
persalinan yang boleh dilakukan.

Pada saat hamil, sirkulasi darah janin dan sirkulasi darah ibu dipisahkanoleh beberapa
lapis sel yang terdapat di plasenta. Plasenta melindungi janin dari infeksi HIV. Tetapi, jika
terjadi peradangan, infeksi ataupun kerusakan pada plasenta, maka HIV bisa menembus
plasenta, sehingga terjadi penularan HIV dari ibu ke anak.

Ibu hamil yang terinfeksi HIV dan tidak pernah mendapatkan terapi ARV, HAART harus
dimulai secepat mungkin, termasuk selama trimester pertama. Pada kasus dimana ibu
hamil yang sebelumnya mengkonsumsi HAART untuk kesehatannya sendiri, harus
melakukan konseling mengenai pemilihan obat yang tepat. Semua ibu hamil dengan HIV
positif disarankan untuk melakukan persalinan dengan seksio sesaria. Cara persalinan
harus ditentukan sebelum umur kehamilan 38 minggu untuk meminimalkan terjadinya
komplikasi persalinan.Pasien dengan HAART harus mendapatkan obatnya sebelum
persalinan, jika diindikasikan, sesudah persalinan. Setelah melahirkan, ibu sebaiknya
menghindari kontak langsung dengan bayi apalagi memberikan ASI. Penularan HIV dari ibu
ke anak pada umumnya terjadi pada saat persalinan dan pada saat menyusui. Secara teori,
ASI dapat membawa HIV dan dapat meningkatkan transmisi perinatal. Oleh karena itu,
WHO tidak merekomendasikan pemberian ASI pada ibu dengan HIV positif, meskipun
mereka mendapatkan terapi ARV. Obat alternatif bisa diberikan pada kasus bayi lahir dari
ibu HIV positif tanpa indikasi terapi ARV. Tetapi untuk bayi beresiko tinggi terinfeksi HIV,
seperti anak lahir dari ibu yang tidak diobati HAART tetap menjadi pilihan utama.

Anda mungkin juga menyukai