Disusun Oleh :
ASPAR
NIM:14420192173
CI INSTITUSI CI LAHAN
(..............................) (...............................)
A. LATAR BELAKANG
Hipertiroid adalah respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid
yang berlebihan. Hipertiroid ditemukan pada 0,8 – 1,3% pada populasi di seluruh dunia. Di
Indonesia, prevalensi hipertiroid mencapai 6,9%. Hipertiroid bisa disebabkan oleh stimulasi
reseptor Thyroid-Stimulating Hormone (TSH) yang berlebihan, sekresi otonom hormon
tiroid, kerusakan folikel tiroid dengan pelepasan hormon tiroid, dan sekresi hormon tiroid
dari sumber ekstratiroidal. Hipertiroid paling banyak disebabkan oleh penyakit Graves yang
merangsang aktivitas berlebihan kelenjar tiroid melalui reseptornya.1-5 Sebagian besar
pasien dengan hipertiroid ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid, atau juga bisa
disebut dengan struma. Pada penyakit Graves, struma diikuti oleh adanya kelainan pada
mata (oftalmopati) dan kulit (dermopati). Ketiga hal tersebut disebut dengan trias
Graves.4,6-8 Dasar penatalaksanaan hipertiroid adalah membatasi sekresi hormon tiroid,
baik dengan cara pemberian terapi yang menghambat sintesis atau pelepasan hormon tiroid,
maupun dengan menurunkan jumlah jaringan kelenjar tiroid.
B. TUJUAN
1. Memahami pengertian Hiperteroidism
2. Memahami etiologi Hiperteroidism
3. Memahami patofisiologi Hiperteroidism
4. Memahami patway / penyimpangan KDM Hiperteroidism
5. Memahami manifestasi klinis Hiperteroidism
6. Memahami komplikasi Hiperteroidism
7. Memahami pemeriksaan penunjang Hiperteroidism
8. Memahami bagaimana penatalaksanaan Hiperteroidism
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Hipertiroid adalah suatu keadaan hipermetabolik / tirotoksikosis yang
berhubungan dengan suatu kompleks fisikologis dan biokimia yang ditemukan bila
suatu jaringan memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
Hipertiroidisme adalah sekresi berlebihan T3 – T4 otonomi kelenjar tiruoid
tidak lagi diatur THS.
Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid itu sendiri.
2. Etiologi
Hyperthyroid disebabkan oleh hypersekresi dari hormon-hormon thyroid. Adanya
gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tiroid merupakan faktor penyebab
pembesaran kelenjar tiroid antara lain :
a. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma endemik sering terdapat didaerah
yang kondisi kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung yodium,
misalnya daerah pegunungan.
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tiroid
1) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam koloid,
lobak, kacang kedelai).
2) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (seperti thiocarbamide,
sulfanolurea, dan litium).
c. Hiperplasia dan involusi kelenjar tiroid
Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi,
kehamilan, laktasi, menopause, infeksi dan stres lainnya. Dimana dapat
menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan arsitektur yang dapat
berkelanjutan dengan berkurangnya aliran darah didaerah tersebut.
3. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan untuk pembentukan hormon
tiroid. Bahan yang mengadung iodium diserap usus, masuk kedalam sirkulasi darah
dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida
menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam
molekul diodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekuil yoditironin (T3). tiroksin
(T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi tiroid SH (TSH) dan
bekerja langsung pada tirotropihypofisis sedang T3 merupakan hormon metabolik
tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat dipengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) melalui rangsangan
umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis. Keadaan ini
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.
Sekresi TSH
antibodi
TSH
Goiter
noduler
Interaksi antara
TSH-R dan TSI
TSH
Hipersekresi
hormon tiroid
Grave’s
disease
MK:
hipertiroid ketidakseimbangan
Dysphagia
nutrisi : kurang dari
kebutuhan
MK : hipertermi
5. Energy
6. Chronotropic (+) Bronkus mengecil
expenditure
MK : intoleransi
Sakit kepala MK : pola nafas tidak
aktivitas
efektif
7. Manifestasi klinis
a. Secara klinis
keadaan umum lemah
kurus meskipun banyak makan
bola mata exopthalmus
kulit basah , terus keluar keringat
muka merah
b. Gejala pada kardiovaskuler
palpitasi
takikardi
hipotensi sistolik
c. Gejala pada system persyarafan
emosi labil, cepat marah dan tersinggung
tremor
8. Komplikasi
Hipokalesmia sehubungan dengan kekurangan kelenjar, meski kelenjar lain masih
tersisa,karena edema dapat mengurangi fungsinya.
Distres pernapasan berhubungan baik dengan hemoragik atau kekambuhan
kerusakan saraf larenggeal.
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan kadar serum kadar serum fosfat anorganik menurun, sementara kadar
kalsium dan fosfat urine meningkat.
Pemeriksaan Radiologi
Tampak penipisan tulang dan terbentuk kista dan trabekula pada tulang.
10. Penatalaksanaan
Tujuan dari pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid
yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat anti tiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium : radioaktif, tiroidektomi sub total).
1. Obat Anti Tiroid (DAT) adalah
- Sebagai terapi yang bertujuan memperpanjang remisi atau mendapatkan
remisi yang menetap.
- Sebgai obat untuk kontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau
sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.
- Sebagai persiapan untuk tiroidektomi
- Untuk pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia.
- Pasien dengan krisis tiroid.
2. Pengobatan dengan yodium radioaktif.
- Indikasi pengobatan dengan yodium radioaktif adalah
- Pasien umur 35 tahun atau lebih.
- Hipertermidisme yang kambuh sesudah.
- Gagal menecapai remisi sesudah pemberian OAT.
- Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan AOT.l
- Adenoma toksik, goiter multinodular toksik.
3. Operasi
Tiroidektomi subtotal sebagai efektif untuk menanggulangi hipertiroidisme.
Hasil tindakan operasi ini tergantung pada pengalaman dan keterampilan ahli
bedah. Kelenjar yang tertinggal sesudah operasi penting sekali sebab bila terlalu
besar biasanya kambuh sekali, sedang bila terlalu kecil terjadi hipoteriodisme
Indikasi operasi adalah :
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Anamnesa
a. PRE OP
Data subjektif
§ Pasien mengatakan takut akan di operasi
§ Pasien mengatakan dadanya berdebar debar
§ Pasien mengatakan malu dengan adanya benjolan di lehernya
Data objektif
§ Takikardi
§ Bola mata exopthalmus
§ Kulit basah, terus keluar keringat
§ Muka merah
§ Tremor
§ Terdapat benjolann di lehernya
b. Post OP
Data subjektif
Data objektif
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang sering timbul pada penderita post operasi theroidectomy
adalah :
a. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder
terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas,
pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis.
Tujuan : Jalan nafas klien efektif
Kriteria : Tidak ada sumbatan pada trakhea
Intervensi :
1) Kaji pernafasan dan kedalaman serta kecepatan nafas.
R/ Mengetahui adanya gangguan pernafasan
2) Dengarkan suara nafas catat adanya ronchi
R/ Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas
3) Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
R/ Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring
4) Atur posisi semifowler
R/ Memberikan suasana yang lebih nyaman
5) Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan
R/ Mungkin ada indikasi perdarahan
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan,
udema otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak
tegang.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil : Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku uyg
menunjukkan adanya nyeri.
Intervensi :
1) Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
R/ Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi
2) Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
R/ Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan pada
luka dan mengurangi ketegangan otot..
3) Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik
yang lembut, relaksasi progresif.
R/ Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien
untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.
4) Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
R/ Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.
c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan
saraf laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
Tujuan : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
dipahami.
Intervensi :
1) Kaji fungsi bicara secara periodik.
Rasional : Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau
kerusakan karena pembedahan pada saraf laringeal yang berakhir dalam
beberapa hari kerusakan saraf menetap dapat terjadi kelumpuhan pita suara atau
penekanan pada trakea.
2) Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya
memerlukan jawaban ya atau tidak.
Rasional : Menurunkan kebutuhan berespon, mengurangi bicara.
3) Memberikan metode komunikasi alternatif yang sesuai, seperti papan tulis,
kertas tulis/papan gambar.
Rasional : Memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan.
4) Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin. Kunjungan pasien secara teratur.
Rasional : Menurunnya ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunias.
5) Pertahankan lingkungan yang tenang.
Rasional : Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan
menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat
didengarkan.
Doenges E. Marylnn, et all, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Ketiga, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Engram Barbara, (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3, Penerbit :
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Moelianto Djoko R, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Balai
Penerbit FKUI Jakarta.