Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PERCOBAAN KE - 3
SIFAT-SIFAT KOLIGATIF

Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 09 April 2020


Tanggal Pengumpulan : Kamis, 16 April 2020

Dosen:
Asiyah Nurrahmajanti, M.Si

Kelompok - 6

Disusun oleh :
Ai Cucu Karlina 1187040004
Dewi Kurniawati 1187040014
Evi Nurhafidah 1187040019
Fahmi Shihab 1187040020
Isma Nur Faujiah 1187040028
Mela Dwi Oktaviana 1187040034

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
2020
ABSTRAK

Koligatif merupakan suatu sifat yang bergantung pada jumlah partikel zat
terlarut dan tidak bergantung pada zat pelarutnya. Pada percobaan ini, akan
ditentukan kenaikan titik didih dan penurunan titik beku masing – masing sampel
pada tiap konsentrasinya. Sehingga, dari hasil pengamatan diperoleh penurunan
titik beku sampel naftalena sebesar 80,5˚C dan kenaikan titik didih sampel urea
sebesar 99,7˚C.

I. Pendahuluan
Secara termodinamika pembekuan dan penguapan merupakan
kesetimbangan antara dua buah fasa seperti padat dengan cair atau cair dengan
uap/gas. Bila terjadi kesetimbangan fasa syarat yang harus dipenuhi ialah
kesamaan potensial kimia di kedua fasa itu, yaitu

Untuk pembekuan µ1 = µ2 (1)

Untuk penguapan µ1 = µv (2)

Secara umum,

µ1 (α) = µ1 (β)= µ1 (y) = …… (3)

Untuk kesetimbangan fasa sistem berkomponen dan berfasa banyak.


Diferensial potensial kimia pelarut dalam larutan dapat dinyatakan dengan,

(Ә𝜇1)
𝑑𝜇=−𝑆1 𝑑𝑇+ 𝑉1 𝑑𝑃 + (Ә𝜇2) T,P 𝑑𝑥2 (4)

Gambar 1
Garis s adalah potensial kimia padat, 1 cair dan v uapnya pada tekanan tetap.
Kemiringan kurva itu ditentukan oleh entropi molar Ss < Sl < Sv. Tl adalah titik
beku dan Ta titik didih pada tekanan P. Bila kedalam suatu cairan dilarutkan zat
lain maka potensial kimia pelarut dalam larutan ideal.

µ1 = µ10 + RT ln Xl (5)

Untuk larutan nyata,

µ1 = µ10 + RT ln al (6)

Suku kedua ruas kanan Persamaan (5) dan (6) selalu negatif sehingga
potensial kimia pelarut dalam larutan lebih rendah dari pada potensial kimia
pelarut murni dan digambarkan dengan kurva ί. Bila larutan encer mengalami
pembekuan hampir tidak ada zat terlarut yang ikut mengkristal. Demikian pula
uapnya tidak mengandung zat terlarut yang suhu menguap. Karena itu kurva s dan
v juga menggambarkan potensial kimia pelarut pada fasa lain, yang ada dalam
kesetimbangan dengan larutan. Perpotongan ί dengan v menyatakan mendidihnya
larutan. Pada gambar dapat dilihat bahwa titik beku larutan turun sedangkan titik
didih larutan naik. Untuk titik beku dapat dicari hubungan antara perbedaan titik
beku dengan kemolaran larutan sebagai berikut. Pada pembekuan,

untuk pelarut dalam larutan : µ1.s (Tz ) - µ1.s (Tz ) (7)

untuk pelarut murni : µ1.s (Tl ) - µ1.s (Tl ) (8)

Penggabungan Persamaan (7) dan (8) menghasilkan,

µl s (T2) - µls (T1 ) = µ10 (T1) - µ10 (Tl) (9)

Ruas kiri Persamaan (9) adalah perubahan potensial kimia fasa padat dari, T1 ke
T2 pada P tetap yang diperoleh dengan integrasi sederhana suku pertama
Persamaan (4) yaitu,

∆µ1 = µ1,s (T2) - µ1 ,s (T1) = - ∫T1 S1 dT

Ruas kanan Persmaan (9) dapat diperoleh dengan integrasi ruas kanan Persamaan
(4) pada P tetap dengan lintasan yang dipilih sebagai berikut,
Sehingga dari Persamaan (9) dapat diperoleh,

Ungkapan S1.s – S1.1 (x∆ = 0) adalah perbedaan entropi molar pembekuan yang
∆ Hf
dapat diganti dengan 𝑇

Ruas kanan Persamaan (10) adalah perbedaan potensial kimia pelarut dalam
larutan dengan potensial pelarut murni dan dapat diganti dengan RT2 ℓnα1.1
(T2X2). Oleh karenanya Persamaan (10) menjadi,

Untuk larutan encer dapat digunakan pendekatan larutan ideal yaitu a 1 = X1 = 1 –


X2, dan dengan deretan Taylor ruas kanan Persamaan (11) dapat diubah menjadi,

RT2 ℓn (1 – X2) – RT2X2

∆ Hf
Dan bila ∆𝑇𝑓=𝑇1 –𝑇2 kecil, maka ruas kiri menjadi ∆𝐻𝑓 𝑇1 sehingga persamaan

(11) menjadi

∆ Hf
∆𝐻𝑓 𝑇1 = RT2X2

Dengan mengganti T1 T2 = T12 & akan diperoleh,

Dengan cara yang sama dapat diturunkan pula kenaikan titik didih sebagai,

Bila larutan jauh dari ideal, Persamaan (13) dan (14) tidak dapat diguanakan.
Karena itu keaktifan pelarut harus dihitung melalui integrasi Persamaan (11)
sebagai berikut. ∆Hτ Sepanjang trayek T1 sampai T2 disubstitusi menurut
persamaan Kirchoff. Kemudian integrasi dilakukan dengan mengambil ∆Cb tetap
sepanjang selang T1 sampai T2. Hasil integrasi dan pengganti dengan harga-harga
numeriknya adalah sebagai berikut,

Benzena: ln ab = -6,68. 10-3 ∆Tf -2,6 . 10-5 (∆Tf )2 (15)

Air: ln ab = -9,69 . 10-3 ∆Tf -2,6.10-6 (∆Tf)2 (16)

Keaktifan zat terlarut a2 didapat dengan menggunakan persamaan Gibbs-Duheim


sebagai berikut,

n1 d ln a1 + n2d ln a2 = 0 (17)

Keaktifan zat terlarut dapat dinyatakan sebagai

a2 = γ 2 m2 (18)

Untuk keadaan tidak ideal, Bjerrumn mendefinisikan koefisien osmosis sebagai,

g1 = ln a1 /ln x1 (19)

Bila konsentrasi larutan kecil maka untuk koefisien osmosis g1, diperoleh denan
pendelkatan sebagai:

1000
g1 = - 𝑙𝑛𝑎1
𝑀1𝑚2

Dengan mensubstitusi Persamaan (18) dan (19) ke dalam Persamaan (17)


kemudian di integrasi akan menghasilkan,
II. Material

Percobaan penurunan titik beku dan kenaikan titik didih alat yang
digunakan yaitu 1 buah gelas kimia 100 ml, 1 buah gelas kimia 500 m, 1 buah
batang pengaduk, 1 buah spatula, 1 buah gelas ukur 100 m, 1 buah termometer,
1 buah kaca arloji, 1 buah batu didih, 3 buah tabung reaksi, 1 buah rak tabung
reaksi, 1 buah bunsen, 1 set klem dan statif, dan 1 buah neraca analitik. Ada pun
bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah urea sebanyak 3,05 gram,
CaCl sebanyak 5,51 gram, Naftalena sebanyak 5 gram, sulfur sebanyak 1 gram
dan aquades sebanyak 150 ml.

III. Metode
1. Kenaikan titik didih
Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu. Pertama
aquades dimasukkan sebanyak 150ml kedalam gelas kimia lalu seama 10
menit dipanaskan dan pada setiap 20 detik duhu dicatat. Kemudian urea
ditimbang sebanyak 3,05 gram lalu diarutkan dengan sebanyak 50 ml
aquades didalam gelas kimia dan aduk kemudian dipanaskan dan pada
setiap 20 detik suhu dicatat. Kemudian CaCl ditimbang sebanyak 5,51 gram
dan dilarutkan dengan sebanyak 50 ml aquades didalam gelas kimia dan
aduk kemudian dipanaskan dan pada setiap 20 detik suhu dicatat.

2. Penurunan titik beku


Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu. Pertama
aquades dimasukan kedalam gelas kimia sebanyak 250 ml dan dipanaskan.
Kemudian naftalena dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 gram
kemudian tabung reaksi yang berisikan naftalena di pasangkan di klem
dengan posisi tabung reaksi terendam aquades yang tadi telah disiapkan lalu
naftalena dipanaskan hingga mencair. Setelah naftalena mencair masukan
termometer kedalam tabung reaksi dan pada setiap 30 detik suhu dicatat.
Kemudian naftalena dimasukan dan dipanaskan kembali. Lalu sulfur
dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 1 gram dan diaduk sampai
larutan homogen. Setelah homogen tabung reaksi diangkat dan pada setiap
30 detik suhu di catat. Tabung reaksi yang berisikan aquades dan sulfat
dipasang pada klem dan kedalam tabung reaksi termometer dimasukkan,
setelah itu dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi es batu dan aquades
lalu suhunya dicatat.

IV. Hasil pengamatan dan pembahasan


Pada percobaan yang berjudul sifat-sifat koligatif ini dilakukan dua kali
percobaan yakni percobaa kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.
Berdasarkan hasil pengamatan pada kenaikan titik didih, titik didih urea dan
CaCl2 memiliki titik didih yang sama besar yaitu 99,7 oC. Tetapi keduanya
menghasilkan massa molekul relatif yang berbeda. Pada larutan urea dihasilkan
massa molekul relatif sebesar 103,98 gram/mol sedangkan pada larutan CaCl2
menghasilkan massa molekul relatif sebesar 133,01 gram/mol. Adanya
perbedaan tersebut disebabkan karena sifat dari larutan itu sendiri, larutan CaCl 2
merupakan larutan elektrolit sedangkan larutan urea merupakan larutan
nonelektrolit. Sehingga larutan CaCl2 menghasilkan massa molekul relatif yang
lebih besar daripada urea, karena partikel yang terdapat dalam CaCl 2 lebih
banyak daripada urea yang disebabkan karena adanya proses ionisasi. Zat
elektrolit jika dilarutkan akan terionisasi menjadi ion-ion yang merupakan
partike-partikel didalam larutan tersebut, hal ini akan menyebabkan jumlah
partikel pada satu mol larutan elektrolit lebih banyak daripada larutan
nonelektrolit.

Gambar 1. Gambar grafik kenaikan titik didih pada umumnya


Faktor yang mempengaruhi titik didih ialah zat terlarut dan teknanan atmosfer,
karena titik didih dapat terjadi ketika tekanan uap sebuat zat cair sama dengan
tekanan eksterman yang dialami oleh cairan. Selain itu juga dipengaruhi oleh
tekanan udara. Semakin besar tekanan udara maka semakin besar pula titik
didih zat cair tersebut, begitupun sebaliknya. Semakin rendah tekanan udara
maka semakin rendah pula titik didihnya. Pada keadaan standar (76 cmHg
250C) titik didih air sebesar 1000C. Karena titik didih ini merupakan peristiwa
meningkatnya titik didih suatu pelarut yang disebabkan karena adanya zat
terlarut didalam pelarut, artinya bahwa titik didih pelarut akan lebih kecil
dibandingkan dengan titik didih larutan.
Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan pada penurunan titik beku pada
larutan naftalena menghasilkan massa molekul relatif sebesar 162,6 gram/mol.
Proses titik beku dapat terjadi bila suhu antara wujud padat dan wujud cair
berada dalam kesetimbangan termal. Pada titik beku, benda/zat sedang
mengalami perubahan wujud dari cair ke padat atau dari padat ke cair dan
selama perubahan wujud suhu bendanya atau zat selalu tetap. Penurunan titik
beku ini dapat dikatakan bahwa titik beku suatu pelarut murni akan mengalami
penurunan jika ditambahkan zat terlarut didalamnya. Konsentrasi pada suatu
larutan berpengaruh juga pada penurunan titik beku, semakin tinggi konsentrasi
maka semakin rendah titik beku suatu larutan. Hal ini dikarenakan jumlah
partikel dalam larutan tersebut semakin banyak sehingga menyebabkan larutan
membeku dengan suhu yang lebih rendah dibandingkan pelarut murni.

Gambar 2. Grafik penurunan titik beku pada umunya


% kesalahan yang diperoleh dari proses penurunan titik beku sebesar
26,86% dan pada proses kenaikan titik didih didapatkan sebesar 73,14% dan
19,85% untuk masing-masing larutan urea dan CaCl2. Dihasilkan % kesalahan
pada percobaan ini disebabkan karena proses pembekuan dan pendidihan pada
larutan kurang optimal, kurang telitinya dalam penimbangan bahan yang
digunakan karena pada masing-masing bahan memiliki nilai error yang
berbeda-beda, tidak dilakukan kalibrasi pada termometer terlebih dahulu
sehingga dapat menyebabkan kondisi termometer tidak stabil, dan kurangnya
ketelitian dalam pembacaan skala pada termometer.

V. Kesimpulan
Pada praktikum mengenai sifat koligtaif larutan dapat disimpulkan bahwa
titik leleh naftalen yakni sebesar 80,5℃ dan mengalami penurunan titik beku
sebesar 8,5℃. Adapun persen kesalahan yang diperoleh pada penurunan titik
beku ini yakni sebesar 26,86%. Selain itu adapun pada proses kenaikan titik
didih yakni pada urea dari suhu awal zat murni 99,7℃ naik menjadi 100℃
dengan kenaikan titk didih sebesar 0.3℃ adapun persen kesalahan yang
diprolehnya yakni sebesar 73,14%. Sedangkan pada kenaikan titik didih larutan
elektrolit CaCl2 mengalami kenaikan sebesar 1,3℃ dari yang awalnya 99,7℃
menjadi 101℃ dengan persen kesalahan yang diperoleh sebesar 19,85%.

VI. Daftar Pustaka


A. Findlay, J.A. Kitchener, “Practical Physical Chemistry”, 8th ed. Longmans
Green, New York 1954, hal 104.

G.W Castellan, “Physical Chemistry”, 2th ed. Adisson Wesley, Massachussets,


1975, hal 264
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1. Penurunan Titik beku
Dik. T* Naftalena =80.5°C
T Naftalena = 72°C
Kf Naftalena = 6,9°C·Kg·mol-1
Massa naftalena = 5,0000 gram
Mr naftalena = 128,17 g/mol
Dit. Massa molekul relative
Jawab.

∆𝑇 = 𝑘𝑓 × 𝑚 × 𝑖

𝑇 ∗ − 𝑇 = 𝑘𝑓 × 𝑚 × 𝑖

80,5℃ − 72℃ = 6,9℃ ∙ 𝐾𝑔 ∙ 𝑚𝑜𝑙 −1 × 𝑚 × 𝑖

8,5℃ = 6,9℃ ∙ 𝐾𝑔 ∙ 𝑚𝑜𝑙 −1 × 𝑚

8,5℃
𝑚=
6,9℃ ∙ 𝐾𝑔 ∙ 𝑚𝑜𝑙 −1

𝑚 = 1,23 𝑚𝑜𝑙/𝐾𝑔

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑚= ×
𝑀𝑟 𝑝

1 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
1,230 𝑚𝑜𝑙/𝐾𝑔 = ×
𝑀𝑟 5 𝑔𝑟𝑎𝑚

1000
𝑀𝑟 = = 162,6 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
6,15 𝑚𝑜𝑙/𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑦 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑦 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑦 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

128,17 𝑔/𝑚𝑜𝑙 − 162,6 𝑔/𝑚𝑜𝑙


% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
128,17 𝑔/𝑚𝑜𝑙

% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 26,86 %
2. Kenaikan Titik didih
a. Kenaikan titik didih urea (nonelektrolit)
Dik. Kb = 0,52℃ ∙ 𝐾𝑔 ∙ 𝑚𝑜𝑙 −1
Massa urea = 3 gram
Mr urea = 60,06 gram/mol
𝑇 ∗ = 99,7℃
𝑇𝑢𝑟𝑒𝑎 = 100℃
Dit. Massa molekul relative
Jawab.
∆𝑇 = 𝑘𝑏 × 𝑚 × 𝑖

𝑇 − 𝑇 ∗ = 𝑘𝑏 × 𝑚 × 𝑖

(100 − 99,7)℃ = 0,52℃ ∙ 𝐾𝑔 ∙ 𝑚𝑜𝑙 −1 × 𝑚 × 1

0,3℃
𝑚= = 0.577 𝑚𝑜𝑙/𝐾𝑔
0,52 ℃ ∙ 𝐾𝑔 ∙ 𝑚𝑜𝑙 −1

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑚= ×
𝑀𝑟 𝑝

3 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,577 𝑚𝑜𝑙/𝐾𝑔 = ×
𝑀𝑟 50 𝑔𝑟𝑎𝑚

60
𝑀𝑟 = = 103,98 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
0,38 𝑚𝑜𝑙/𝐾𝑔

𝑦 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑦 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑦 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

60,06 𝑔/𝑚𝑜𝑙 − 103,98 𝑔/𝑚𝑜𝑙


% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
60.06 𝑔/𝑚𝑜𝑙

% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 73.14 %
b. Kenaikan Titik Didih CaCl2 (elektrolit)
Dik. Kb = 0,52℃ ∙ 𝐾𝑔 ∙ 𝑚𝑜𝑙 −1
Massa CaCl2 = 5.52 gram
Mr urea = 110,98 gram/mol
𝑇 ∗ = 99,7℃
𝑇CaCl2 = 101℃
Dit. Massa molekul relative
Jawab.
∆𝑇 = 𝑘𝑏 × 𝑚 × 𝑖

𝑇 − 𝑇 ∗ = 𝑘𝑏 × 𝑚 × 𝑖

(101 − 99,7)℃ = 0,52℃ ∙ 𝐾𝑔 ∙ 𝑚𝑜𝑙 −1 × 𝑚 × 3

1,3℃
𝑚= = 0.83 𝑚𝑜𝑙/𝐾𝑔
1,56 ℃ ∙ 𝐾𝑔 ∙ 𝑚𝑜𝑙 −1

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑚= ×
𝑀𝑟 𝑝

5,52 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000


0,83 𝑚𝑜𝑙/𝐾𝑔 = ×
𝑀𝑟 50 𝑔𝑟𝑎𝑚

110,4
𝑀𝑟 = = 133,01 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
0,83 𝑚𝑜𝑙/𝐾𝑔

𝑦 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑦 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
𝑦 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

110,98 𝑔/𝑚𝑜𝑙 − 133,01 𝑔/𝑚𝑜𝑙


% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | × 100%
110,98 𝑔/𝑚𝑜𝑙

% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 19,85 %

Anda mungkin juga menyukai