Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 17

Suci Nur Jannah dan Ahmad Faiz

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya
dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang
maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari
segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media
cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang
mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara
langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental,
orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin
yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah
besar dari kehidupan kita semua. Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami
sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa,
merasa perlu memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu kami membahasnya dalam makalah
ini dan mengangkat judul “AIDS”.
Menurut data statistic (trend kasus AIDS di 33 provinsi tahun 2000-2009), kasus AIDS
di Indonesia dilaporkan banyak ditemukan pada laki-laki yaitu 74,5%, sedangkan pada
perempuan 25%. Perilaku berisiko seperti hubungan seksual tidak aman/tanpa kondom, baik
dilkukan pasangan hetero atau homo, penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan
bergantian oleh pengguna narkoba, serta transfusi darah turut menambah angka penderita
HIV/AIDS di Indonesia. Jumlah penderita AIDS paling besar berada di provinsi Jawa Barat,
dengan total 3.598 jiwa, diikuti provinsi Jawa Timur dengan 3,227 jiwa, dan DKI Jakarta
sebesar 2.82 jiwa. Sedangkan jumlah kematian terbesar dialami provinsi Jawa Timur dengan
691 jiwa, diikuti provinsi Jawa Barat dengan 634 jiwa, dan DKI Jakarta dengan 426 jiwa.

1
Adapun total kasus AIDS di Indonesia, sejak tahun 1987 hingga 2009 berjumlah 19.973
kasus, dengan total kematian berjumlaah 3.846 jiwa. (Depkes 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari AIDS ?
2. Apa etiologi dari AIDS ?
3. Bagaimana patofisiologi dari AIDS?
4. Bagaimana manifestasi klinis AIDS ?
5. Apa komplikasi yang akan muncul dari AIDS ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis yang dilakukan pada AIDS ?
7. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada AIDS ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada AIDS?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami definisi AIDS.
2. Untuk mengetahui etiologi AIDS.
3. Untuk memahami patofisiologi AIDS.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari AIDS.
5. Untuk mengetahui komplikasi yang akan muncul dari AIDS
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada pasien dengan AIDS.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang AIDS.
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada AIDS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
HIV adalah virus yang menumpang hidup dan merusak sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. (Brunner&Suddarth; edisi 8)
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti
kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan
infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari
serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit.
AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya
berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006). AIDS adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler  pada seseorang tanpa adanya penyebab yang
diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-
obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz, 2005).
AIDS adalah suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan
daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu/keganasan tertentu yang timbul
sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan). (H. JH. Wartono, 1999 : 09).

B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus. Human Immunodeficiency Virus (HIV) pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai
retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retro virus baru yang
diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV-
1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Infeksi transmisi dari HIV dan AIDS terdiri darilima fase yaitu : Periode jendela.
Lamanya 4 minggu sampai 6bulan setelah terinfeksi. Tidak ada gejala.
a. Fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut. Lamanya 1-2
minggu dengan gejala flu likes illness.
b. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada

3
c. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun,diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.d. AIDS.
Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh, dan
manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a. Lelaki homoseksual atau biseks.
b. Orang yang ketagian obat intravena.
c. Partner seks dari penderita AIDS.
d. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

C. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel
lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded
DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper
tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam
tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4
helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing mengaktifkan limfosit B
yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper

4
terganggu,mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki
kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4
mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlahsel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,
atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

D. Manifestasi Klinis
Menurut WHO :
1. Gejala mayor
- Penurunan BB ≥ 10% 
- Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
- Diare kronis
- Tuberkulosis
2. Gejala minor
- Koordinasi orofaringeal
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Kelemahan tubuh
- Berkeringat malam
- Hilang nafsu makan
- Infeksi kulit generalisata
- Limfodenopati
- Herpes zoster
- Infeksi herpes simplek kronis

5
- Pneumonia
- Sarkoma kaposi

E. Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS, yaitu :
Penurunan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus),
menyebabkan tubuh mudah diserang penyakit- penyakit :
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia Premosistis
3. Berbagai macam penyakit kanker

F. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan Suporatif
Tujuan :
- Meningkatkan keadaan umum pasien
- Pemberian gizi yang sesuai
- Obat sistometik dan vitamin
- Dukungan Pasienikologis
2. Pengobatan infeksi oportunistik
a. Untuk infeksi :
- Kardidiasis eosofagus
- Tuberculosis
- Toksoplasmosis
- Herpes
- Pcp
- Pengobatan yang terkait AIDS , limfoma malignum , sarcoma Kaposi dan sarcoma
servik, disesuaikan dengan standar terapi  penyakit kanker.
b. Terapi :
- Flikonasol
- Rifamfisin, INH , Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin
- Pirimetamin, Sulfadiazine, Asam folat

6
- Ansiklovir
- Kotrimoksazol
3. Pengobatan anti retro virus
Tujuan :
- Mengurangi kematian dan kesakitan
- Menurunkan jumlah virus
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Mengurangi resiko penularan

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu :
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu :
- Hematokrit
- LED
- Rasio CD4 / CD Limposit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobin

H. Asuhan Keperawatan Secara Teori

1. Pengkajian
a. Identitas : Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir.
b. Riwayat Test HIV/AIDS positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan
obat-obatan.
c. Keadaan umum : Pucat dan kelaparan.
1. Pengkajian Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang
positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual yang
tidak terlindung, seks anal, homo seksual, penggunaan kondom yang tidak

7
konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan
terhadap virus pada wanita yang terpajan karena peningkatan kekeringan/friabilitas
vagina), pemakai obat-obatan IV dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat
menjalani transfusi darah berulang, dan mengidap penyakit defesiensi imun.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, sulit
tidur,merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan
kontrol diri, depresi, nyeripanggul, rasa terbakar saat miksi, diare intermitten, terus-
menerus yang disertai/tanpa kramabdominal, tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa
sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeri retrosternal saat menelan, pusing, sakit
kepala, tidak mampu mengingat sesuatu, konsentrasi menurun, tidak merasakan
perubahan posisi/getaran, kekuatan otot menurun, ketajaman penglihatan menurun,
kesemutan pada ekstremitas, nyeri, sakit, dan rasa terbakar pada kaki, nyeri dada
pleuritis,nafas pendek, sering batuk berulang, sering demam berulang, berkeringat
malam, takut mengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak lingkungan, merasa
kesepian/isolasi, menurunnya libido dan terlalu sakit untuk melakukan hubungan
seksual.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga :
Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan HIV/AIDS,
keluarga pengguna obat-obatan terlarang.
2. Pengkajian Fisik
a. Aktivitas dan istirahat : Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap
aktivitas seperti perubahan pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan pernafasan.
b. Sirkulasi : Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume nadi perifer,
pucat/sianosis, kapillaryrefill time meningkat.
c. Integritas ego : Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut,
perilaku marah, postur tubuh mengelak,menangis, kontak mata kurang, gagal
menepati janji atau banyak janji.
d. Eliminasi : Diare intermitten, terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan abdomen,
lesi/abses rektal/perianal, feses encer dan/tanpa disertai mukus atau darah, diare pekat,
perubahan jumlah, warna, dan karakteristik urine.

8
e. Makanan/cairan : Adanya bising usus hiperaktif, penurunan berat badan,
parawakan kurus, menurunnya lemak subkutan/massa otot, turgor kulit buruk, lesi
pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna, kurangnya
kebersihan gigi, adanya gigi yang tanggal, edema.
f. Higiene : Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori : Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia,
lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon
melambat.Ide paranoid, ansietas berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia. Tremor pada
motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase, kejang Hemoragi
retina dan eksudat (renitis CMV).
h. Nyeri/kenyamanan : Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan
gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
i. Pernapasan : Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas adventisius,
batuk (mulai sedang sampai parah) produktif/nonproduktif, sputum kuning (pada
pneumonia yang menghasilkan sputum).
j. Keamanan : Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis. Ekzema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna ukuran/warna mola, mudah terjadi memar yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Rektum luka, luka-luka perianal atau abses. Timbulnya
nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua/lebih area tubuh (leher, ketiak, paha) Penurunan
kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
k. Seksualitas : Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalial.
l. Interaksi social : Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang
tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan infeksi GI
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan diare, kelelahan.

9
4. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.

3. Intervensi
No. DX Perencanaan Rasional

Tujuan Intervensi
1. DX 1 Setelah dilakukan 1. Kaji konsistensi dan 1. Mendeteksi
tindakan frekuensi feses dan adanya darah
keperawatan selama adanya darah. dalam feses
3×24 jam diharapkan 2. Auskultasi bunyi 2. Hipermotiliti
diare tidak terjadi usus. mumnya dengan
lagi. Dengan kriteria 3. Atur agen diare.
hasil: antimotilitas dan 3. Mengurangi
Pasien merasa psilium (Metamucil) motilitas usus,
nyaman dan sesuai order. yang pelan,
mengnontrol diare, 4. Berikan ointment A emperburuk
komplikasi minimal dan D, vaselin atau perforasi pada
dengan kriteria perut zinc oside. intestinal
lunak, tidak tegang, 4. Untuk
feses lunak dan menghilangkan
warna normal, kram distensi
perut hilang,
2. DX 2 Setelah dilakukan 1. Monitor kemampuan 1. Intake menurun
tindakan mengunyah dan dihubungkan
keperawatan selama menelan. dengan nyeri
3×24 jam diharapkan 2. Monitor BB, intake tenggorokan dan
kebutuhan nutrisi dan ouput. mulut.
pasien terpenuhi. 2. Menentukan data
3. Atur antiemetik sesuai
Dengan kriteria dasar.
order.
hasil: 3. Mengurangi
4. Rencanakan diet
Pasien mempunyai muntah.
dengan pasien dan
intake kalori dan 4. Meyakinkan bahwa
orang penting lainnya.
protein yang adekuat makanan sesuai
untuk memenuhi dengan keinginan
kebutuhan pasien
metaboliknya dengan
kriteria mual dan
muntah dikontrol,
pasien makan TKTP,

10
serum albumin dan
protein dalam batas n
ormal, BB mendekati
seperti sebelum
sakit.
3. DX 3 Setelah dilakukan 1. Beri ruangan 1. Dapat beristirahat
tindakan nyaman dan tenang. dengan tenang
keperawatan selama 2. Ajarkan teknik 2. Dapat
3×24 jam diharapkan distraksi dan mengurangi
dapat memenuhi relaksasi. ketidaknyamanan
kebutuhan istirahat 3. Anjurkan mandi 3. Merasa segar
tidur. Dengan dilap dengan air sehingga dapat
kriteria hasil: hangat sebagai beristirahat
Pasien dapat tidur di persiapan sebelum dengan nyaman.
malam hari, pasien tidur. 4. Ekstra istirahat
dapat istirahat 4. Jadwalkan perlu jika karena
dengan nyaman, jam perawatan pasien meningkatkan
tidur pasien tidak sehingga tidak kebutuhan
terganggu. mengganggu metabolik.
isitirahat.
4. DX 4 Setelah dilakukan 1. Kaji koping 1. Memulai suatu
tindakan keluarga terhadap hubungan dalam
keperawatan selama sakit  pasein dan bekerja  secara
3×24 jam diharapkan perawatannya. konstruktif.
dapat mengurangi 2. Biarkan keluarga dengan keluarga.
kecemasan sehingga mengungkapkana 2. Mereka tak
koping keluarga perasaan secara menyadari bahwa
baik. Dengan kriteria verbal. mereka berbicara
hasil: 3. Ajarkan kepada secara bebas.
Keluarga atau orang keluaraga tentang 3. Menghilangkan
penting lain penyakit dan kecemasan
mempertahankan transmisinya. tentang transmisi
suport sistem dan melalui kontak
adaptasi terhadap sederhana.
perubahan akan
kebutuhannya
dengan kriteria
pasien dan keluarga
berinteraksi dengan
cara yang
konstruktif.
5. DX 5 Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk
tindakan infeksi baru. pengobatan dini.
keperawatan selama 2. Gunakan teknik 2. Mencegah pasien
3×24 jam diharapkan aseptik pada setiap terpapar oleh
tidak terjadi infeksi. tindakan invasif. kuman  patogen

11
Dengan kriteria Cuci tangan sebelum yang diperoleh di
hasil: meberikan tindakan. rumah sakit.
Pasien akan bebas 3. Anjurkan pasien 3. Mencegah
infeksi oportunistik metoda mencegah bertambahnya
dan komplikasinya terpapar terhadap infeksi.
dengan kriteria tak lingkungan yang 4. Meyakinkan
ada tanda-tanda patogen. diagnosis akurat
infeksi baru, lab 4. Kumpulkan dan  pengobatan.
tidak ada infeksi spesimen untuk tes 5. Mempertahankan
oportunis, tanda vital lab sesuai order. kadar darah yang
dalam batas normal, 5. Atur pemberian terapeutik.
tidak ada luka atau antiinfeksi sesuai
eksudat. order.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan dalam proses keperawatan dan sangat
menuntut kemampuan intelektual, keterampilan dan tehnik keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang didasari kebutuhan
klien untuk mengurangi atau mencegah masalah serta merupakan pengelolaan atau
perwujudan rencana keperawatan pada seorang klien.
Ada 2 syarat hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan perawatan   yaitu :
a. Adanya bukti bahwa klien dalam proses menuju perawatan atau telah tercapai tujuan
yang diinginkan.
b. Adanya bukti bahwa tindakan keperawatan dapat diterima klien.
Proses pelaksanaan perawatan yaitu :
a. Merencanakan perawatan, segala informasi yang tercakup dalam rencana
keperawatan, merupakan dasar atau pedoman dalam tindakan.
b. Mengidentifikasi reaksi klien, dituntut usaha yang tidak tergesa-gesa dan teliti agar
dapat menemukan reaksi klien sebagai akibat tindakan keperawatan

5. Evaluasi
1. Klien tidak mengalami diare.
2. Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat tidur.
4. Klien dapat mengurangi kecemasan.

12
5. Klien tidak mengalami infeksi.

(Djoerban Z, Djauzi S. 2009. HIV/AIDS di Indonesia)


(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Editor: SUdoyo AW, SetyohadiB, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Jakarta: Puat Penerbitan IPD FAKUI)

13

Anda mungkin juga menyukai