Anda di halaman 1dari 31

HUBUNGAN DUKUNGAN SAHABAT DALAM PENURUNAN KECEMASAN

SEBELUM PRESENTASI PADA MAHASISWA STIKES AHMAD DAHLAN


CIREBON
Tahun 2021

LAPORAN PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan di Stikes Ahmad Dahlan Cirebon

Disusun Oleh :

ANTIKA TRIANI HIDAYAT

NIM: 18060

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AHMAD DAHLAN CIREBON

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persahabatan atau pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama

dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Dalam pengertian ini, istilah

"persahabatan" menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan,

penghargaan, afeksi dan perasaan . Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan

menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada altruisme. selera mereka

biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan-kegiatan

yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong,

seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan. Sahabat adalah

orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak

orang, persahabatan seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau

sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka. Presentasi adalah suatu kegiatan

berbicara di hadapan banyak hadirin atau salah satu bentuk komunikasi. Presentasi

merupakan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat atau informasi kepada orang lain.

Pada saat presentasi orang akan merasa cemas.

Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan

fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, Rathus, & Grenee, 2005). Menurut Yerkes dan

Dodson (dalam Durand & Barlow, 2006) individu dapat bekerja lebih baik jika sedang

merasa sedikit cemas. Namun, kecemasan yang terlalu banyak akan merugikan individu

dalam menjalani kehidupan sehari-hari (Durand & Barlow, 2006). Nevid, Rathus dan

Grenee (2005) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan munculnya

kecemasan adalah faktor sosial lingkungan. Faktor ini meliputi pemaparan terhadap

peristiwa yang mengancam atau traumatis, mengamati respon takut pada orang lain,
dan kurangnya dukungan sosial. Uchino (Sarafino & Smith, 2011) mendeskripsikan

dukungan sosial sebagai adanya perasaan nyaman, dipedulikan, dan dihormati, serta

adanya pertolongan yang diterima individu dari individu lain. Menurut Arnett (2013)

kelekatan dan aktivitas individu dengan teman-teman lebih tinggi dibandingkan dengan

orang tua pada usia emerging adulthood, dimana mahasiswa tingkat akhir berada pada

tahap perkembangan ini. Penelitian yang dilakukan oleh Dennis, Phinney dan Chuateco

(2005) menunjukkan bahwa kurangnya dukungan sosial dari teman sebaya merupakan

prediktor negatif untuk penyesuaian kuliah pada mahasiswa minoritas. Nevid, Rathus

dan Grenee (2005) menjelaskan bahwa kecemasan adalah situasi emosional yang

ditandai dengan adanya keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak

menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Durand dan Barlow (2006) yang

menyatakan bahwa kecemasan adalah keadaan suasana hati dimana individu merasa

khawatir akan kemungkinan datangnya bahaya yang ditandai oleh afek negatif dan

gejala-gejala ketegangan jasmaniah. Kondisi ini biasanya terjadi saat individu

dihadapkan dengan situasi yang dinilai penting atau mendesak. Sependapat dengan hal

itu Kearney dan Trull (2012) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan emosional

yang normal terjadi pada individu ketika situasi yang dianggap berbahaya mendekat.

Apabila suatu situasi yang dianggap mengancam semakin dekat, seperti ketika ujian

yang semakin dekat dan individu merasa belum siap, maka kecemasan dapat terjadi.

Kecemasan adalah kekhawatiran, perasaan tidak jelas, ketidakpastian, dan kegelisahan

akibat adanya ancaman yang dirasakan (Varcarolis, 2010). Kecemasan merupakan

keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik, berupa rasa khawatir yang

tidak jelas, menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart,

2006). Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik,
berupa rasa khawatir yang tidak jelas, menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti

dan tidak berdaya (Stuart, 2006).

Menurut Isaacs (2005) Kecemasan merupakan respon subjektif terhadap strees yang di

tandai dengan ketidakpastian, kesulitan, keprihatinan, dan ketakutan terhadap ancaman

nyata atau yang dirasakan Adanya penyebab yang dapat memicu timbulnya kecemasan

akan memunculkan berbagai gej ala klinis pada individu. Gejala yang muncul berupa

rasa khawatir, firasat buruk, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah,

gangguan pada pola tidur, adanya gangguan konsentrasi, dan daya ingat serta keluhan

keluhan somatik seperti berdebar debar, pendengaran berdenging, sesak nafas,

gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala (Hawari, 2013).

Menurut Chitty & Black (2011) kecemasan dapat menimbulkan respon pada fisiologis,

emosional, dan kognitif berupa peningkatan denyut jantung, peningkatan frekuensi

pernapasan, dan tekanan darah, insomnia, mual, dan muntah, kelelahan, telapak tangan

berkeringat, tremor, kegelisahan, lekas marah, perasaan tidak berdaya, menangis,

depresi, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, pelupa, dan tidak memperhatikan

lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan dukungan sahabat dalam penurunan kecemasan sebelum


presentasi ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa

pada saat hendak presentasi.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan apa itu kecemasan pada mahasiswa


b. Mengajarkan cara mengatasi kecemasan pada saat hendak presentasi

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat bagi mahasiswa/sasaran

Dengan penelitian ini mahasiswa dapat tau apa itu kecemasan dan cara

mengatasinya pada saat presentasi.

2. Manfaat bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi dalam pengembangan dan

peningkatan mutu pendiidkan dimasa yang akan datang melalui pengaplikasian teori

dalam praktik lapangan serta mengambil ilmu baru yang didapat dari latihan

lapangan.

3. Manfaat bagi penyusun

Memberikan pengalaman baru dalam melaksanakan penelitian serta

mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat di bangku kuliah ke dalam

bentuk penelitian ilmiah.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang dilakukan penyusun terdiri dari V BAB yaitu BAB I terdiri

dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan. BAB II terdiri dari kajian pustaka. BAB III terdiri dari subjek

penelitian dan deskripsi tindakan. BAB IV terdiri dari deskripsi hasil tindakan,

pembahasan, dan hasil yang dicapai. Dan BAB V terdiri kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Tinjauan Pustaka

A. Konsep Dasar Sahabat

1. Pengertian Sahabat atau Teman Sebaya

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat

atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat.

Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-

anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih

sama. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teman

sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia

yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.

Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang atau lebih

yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan antara

dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan untuk

menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati, kejujuran

dalam bersikap, dan saling pengertian (Irwan Kawi, 2010).

Dengan berteman, seseorang dapat merasa lebih aman karena secara tidak langsung

seorang teman akan melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan

temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya hubungan

untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan ikhlas,

saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai.

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebayanya. Jadi

dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku

teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. Di dalam kelompok

sebaya, remaja berusaha menemukan konsep dirinya. Disini ia dinilai oleh teman
sebayanya tanpa memerdulikan sanksi-sanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya

memberikan lingkungan, yaitu dunia tempat remaja melakukan sosialisasi di mana

nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan

oleh teman seusianya (Depkes, 2012).

2. Karakteristik Berteman

Adapun karakteristik dari berteman (Parlee dalam Siregar, 2010) adalah sebagai

berikut:

a. Kesenangan, yaitu suka menghabiskan waktu dengan teman

b. Penerimaan, yaitu menerima teman tanpa mencoba mengubah mereka

c. Percaya, yaitu berasumsi bahwa teman akan berbuat sesuatu sesuai dengan

kesenangan individu

d. Respek, yaitu berpikiran bahwa teman membuat keputusan yang baik

e. Saling membantu, yaitu menolong dan mendukung teman dan mereka juga

melakukan hal yang demikian

f. Menceritakan rahasia, yaitu berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat

pribadi kepada teman

g. Pengertian, yaitu merasa bahwa teman mengenal dan mengerti dengan baik

seperti apa adanya individu

h. Spontanitas, yaitu merasa bebas menjadi diri sendiri ketika berada di dekat

teman

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri berteman

terdiri dari sukarela, unik, kedekatan dan keintiman. Dalam pertemanan harus

dipelihara agar dapat bertahan, kesenangan, penerimaan, percaya, respek, saling

membantu, menceritakan rahasia, pengertian, serta spontanitas.


3. Peran Teman Sebaya
Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kawan sebaya

atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima

dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan

diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Bagi remaja, pandangan kawan-kawan

terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.

Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa peran terpenting dari teman sebaya

adalah :

a. Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga.

b. Sumber kognitif, untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan.

c. Sumber emosional, untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri.

4. Fungsi Pertemanan

Menurut Gottman dan Parker dalam Santrock (2003), mengatakan bahwa ada enam

fungsi perteman yaitu :

a. Berteman (Companionship)

Berteman akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjalankan

fungsi sebagai teman bagi individu lain ketika sama-sama melakukan suatu

aktivitas.

b. Stimulasi Kompetensi (Stimulation Competition)

Pada dasarnya, berteman akan memberi rangsangan seseorang untuk

mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalam situasi

sosial. Artinya melalui teman seseorang memperoleh informasi yang menarik,

penting dan memicu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang dengan

baik.

c. Dukungan Fisik (Physicial Support)


Dengan kehadiran fisik seseorang atau beberapa teman, akan menumbuhkan

perasaan berarti (berharga) bagi seseorang yang sedang menghadapi suatu

pmasalah.

d. Dukungan Ego

Dengan berteman akan menyediakan perhatian dan dukungan ego bagi

seseorang, apa yang dihadapi seseorang juga dirahasiakan, dipikirkan dan

ditanggung oleh orang lain (temannya).

e. Perbandingan Sosial (Social Comparison)

Berteman akan menyediakan kesempatan secara terbuka untuk mengungkapkan

ekspresi, kompetensi, minat, bakat dan keahlian seseorang.

f. Intimasi/Afeksi (Intimacy/Affection)

Tanda berteman adalah adanya ketulusan, kehangatan, dan keakraban satu sama

lain. Masing-masing individu tidak ada maksud ataupun niat untuk menyakiti

orang lain karena mereka saling percaya, menghargai dan menghormati

keberadaan orang lain.

B. Konsep Dasar Ansietas atau Kecemasan

1. Pengertian Ansietas (Kecemasan)

Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari Bahasa

Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik

(Trismiati, dalam Yuke Wahyu Widosari, 2010: 16).

Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan kecemasan berasal dari kata Latin

anxius, yang berarti penyempitan atau pencekikan.

Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan anxiety (cemas) merupakan

ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan kekurangmampuan


dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan dan tekanan kehidupan

sehari-hari.

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan

perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang

spesifik ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual

terhadap bahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.

Kecemasan di identifikasi menjadi 4 tingkatan yaitu, ringan, sedang, berat, dan panic

(Stuart, G, W. 2006).

Kecemasan atau ansietas adalah perasan tidak tenang yang samar-samar karena tidak

ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak

spesifik atau tidak diketahui oleh individu).

Stuart (2012) menyatakan bahwa ansietas atau kecemasan adalah perasaan tidak

tenang yang samar-samar serta ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai

dengan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidaknyamanan. Ansietas

dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang

disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu individu

untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi ancaman.

2. Aspek-Aspek Kecemasan (Anxiety)

Gail W. Stuart (2006: 149) mengelompokkan kecemasan (anxiety) dalam respon

perilaku, kognitif, dan afektif, diantaranya:

a. Perilaku, diantaranya

1) Gelisah

2) Ketegangan fisik

3) Tremor

4) Reaksi terkejut
5) Bicara cepat

6) Kurang koordinasi

7) Cenderung mengalami cedera

8) Menarik diri dari hubungan interpersonal

9) Inhibisi

10) Melarikan diri dari masalah

11) Menghindar

12) Hiperventilasi

13) Sangat waspada

b. Kognitif, diantaranya:

1) Perhatian terganggu

2) Konsentrasi buruk

3) Pelupa

4) Salah dalam memberikan penilaian

5) Preokupasi

6) Hambatan berpikir

7) Lapang persepsi menurun

8) Kreativitas menurun

9) Produktivitas menurun

10) Bingung

11) Sangat waspada

12) Keasadaran diri

13) Kehilangan objektivitas

14) Takut kehilangan kendali

15) Takut pada gambaran visual


16) Takut cedera atau kematian

17) Kilas balik

18) Mimpi buruk

c. Afektif, diantaranya

1) Mudah terganggu

2) Tidak sabar

3) Gelisah

4) Tegang

5) Gugup

6) Ketakutan,

7) Wkengerian

8) Kekhawatiran

9) Kecemasan

10) Mati rasa

11) Rasa bersalah

12) Malu

Kemudian Shah (dalam M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014: 144) membagi

kecemasan menjadi tiga aspek, yaitu.

a. Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat,

menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi, dan lain-lain.

b. Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.

c. Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian dan memori,

rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan bingung.

Kemudian menurut Ivi Marie Blackburn & Kate M. Davidson (1994: 9) membagi

analisis fungsional gangguan kecemasan, diantaranya.


a. Suasana hati, diantaranya: kecemasan, mudah marah, perasaan sangat tegang.

b. Pikiran, diantaranya: khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong, membesar-

besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, dan merasa tidak

berdaya.

c. Motivasi, diantaranya: menghindari situasi, ketergantungan tinggi, dan ingin

melarikan diri.

d. Perilaku, diantaranya: gelisah, gugup, kewaspadaan yang berlebihan.

e. Gejala biologis, diantaranya: gerakan otomatis meningkat, seperti berkeringat,

gemetar, pusing,

berdebar-debar, mual, dan mulut kering.

3. Jenis-Jenis Kecemasan (Anxiety)

Menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012: 53)

menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu.

a. Trait anxiety

Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi diri

seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya. Kecemasan ini

disebabkan oleh kepribadian individu yang memang memiliki potensi cemas

dibandingkan dengan individu yang lainnya.

b. State anxiety

State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada diri

individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan secara sadar

serta bersifat subjektif.

Sedangkan menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan kecemasan

dalam tiga jenis, yaitu:

a. Kecemasan neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui.

Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id. Kecemasan neurosis

bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, namun ketakutan terhadap

hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.

b. Kecemasan moral

Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan ini dapat

muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang mereka yakini

benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut terhadap suara hati.

Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau sang pribadi

pernah mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan dapat dihukum

kembali.

c. Kecemasan realistic

Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak

spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan realistic

merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia

luar.

4. Ciri-Ciri Dan Gejala Kecemasan (Anxiety)

Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) ada beberapa ciri-ciri kecemasan, yaitu:

a. Ciri-ciri fisik dari kecemasan

1) Kegelisahan, kegugupan

2) Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar

3) Sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi

4) Kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada

5) Banyak berkeringat

6) Telapak tangan yang berkeringat


7) Pening atau pingsan

8) Mulut atau kerongkongan terasa kering

9) Sulit berbicara

10) Sulit bernafas

11) Bernafas pendek

12) Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang

13) Luara yang bergetar

14) Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin

15) Pusing

16) Merasa lemas atau mati rasa

17) Sulit menelan

18) Kerongkongan merasa tersekat

19) Leher atau punggung terasa kaku

20) Sensasi seperti tercekik atau tertahan

21) Tangan yang dingin dan lembab

22) Terdapat gangguan sakit perut atau mual

23) Panas dingin

24) Sering buang air kecil

25) Wajah terasa memerah

26) Diare

27) Merasa sensitif atau “mudah marah”

b. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan

1) Perilaku menghindar

2) Perilaku melekat dan dependen

3) Perilaku terguncang
c. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan

1) Khawatir tentang sesuatu

2) Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang

terjadi di masa depan

3) Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada

penjelasan yang jelas

4) Terpaku pada sensasi ketubuhan

5) Sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan

6) Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau

tidak mendapat perhatian

7) Ketakutan akan kehilangan control

8) Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah

9) Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan

10) Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan

11) Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi

12) Khawatir terhadap hal-hal yang sepele

13) Berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang

14) Berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan

pingsan

15) Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan

16) Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu

17) Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang

salah secara medis

18) Khawatir akan ditinggal sendirian

19) Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran


Dadang Hawari (2006: 65-66) mengemukakan gejala kecemasan diantaranya.

a. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung)

d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

e. Tidak mudah mengalah, suka ngotot

f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah

g. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir berlebihan

terhadap penyakit

h. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi)

i. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu

j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang

k. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris

5. Faktor-Faktort Yang Mempengaruhi Kecemasan (Anxiety)

Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012: 51)

menjelaskan faktor-faktor yang menimbulakan kecemasan, seperti pengetahuan yang

dimiliki seseorang mengenai situasi yang sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut

mengancam atau tidak memberikan ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai

kemampuan diri untuk mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta focus

kepermasalahannya). Kemudian Adler dan Rodman (dalam M. Nur Ghufron & Rini

Risnawita, S, 2014: 145-146) menyatakan terdapat dua faktor yang dapat

menimbulkan kecemasan, yaitu :

a. Pengalaman negatif pada masa lalu

Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-kanak, yaitu

timbulnya rasa tidak menyenangkan mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi
pada masa mendatang, apabila individu menghadapi situasi yang sama dan juga

menimbulkan ketidaknyamanan, seperti pengalaman pernah gagal dalam

mengikuti tes.

b. Pikiran yang tidak rasional

Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu.

1) Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa sesuatu yang

buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami kecemasan serta perasaan

ketidakmampuan dan ketidaksanggupan dalam mengatasi permaslaahannya.

2) Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk berperilaku

sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu menjadikan ukuran

kesempurnaan sebagai sebuah target dan sumber yang dapat memberikan

inspirasi.

3) Persetujuan

4) Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini terjadi

pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.

6. Tingkat Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2006: 144) mengemukakan

tingkat ansietas, diantaranya:

a. Ansietas ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini

menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.

Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta

kreativitas.

Kecemasan ringan memiliki aspek positif, yaitu memotivasi individu untuk belajar

dan menghasilkan serta meningkatkan pertumbuhan dan kreativitas.


Adapun dampak atau respon kecemasan ringan, sebagai berikut :

1) Respon fisiologis

Respon yang munculnya yaki individu seringkali merasa nafasnya pendek,

mampu menerima rangsangan yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar.

Pasien mengalami ketegangan otot ringan.

2) Respon kognitif

Individu mengatakan kemampuan menyelesaikan dan memandang masalah

sangat baik, karena individu berada dalam persepsi yang luas, mampu

menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan mampu

menyelesaikan masalah.

3) Respon perilaku dan emosi

Ketidakmampuan individu untuk bersikap tenang, duduk tidak tenang,

mengalami tremor halus pada lengan, dan suara kadang meninggi.

b. Ansietas sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi

individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif

namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

Manifestasi yang muncul pada kecemasan sedang, antara lain :

1) Respon fisiologis

Nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, diare atau

konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan berkeringat setempat.

2) Respon kognitif
Pandang menyempit, rangsangan luas mampu diterima, berfokus pada apa

yang menjadi perhatian dan bingung

3) Respon perilaku dan emosi

Banyak bicara, lebih cepat, susah tidur, dan tidak aman.

c. Ansietas berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada

sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua

perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan

banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

Manifestasi yang muncul pada kecemasan berat antara lain :

1) Respon fisiologis

Nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,

penglihatan kabur, dan ketegangan.

2) Respon kognitif

Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu menyelesaikan masalah.

3) Respon perilaku dan emosi

Perasaan terancam meningkat, verbalisasi meningkat, dan menarik diri dari

hubungan interpersonal.

d. Tingkat panic

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah

dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami

panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup

disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.


Gejala lain yang muncul adalah terjadi peningkatan aktivitas motoric, menurunnya

kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, dan

kehilangan pemikiran rasional.

Manifestasi yang muncul terdiri dari :

1) Respon fisiologis

Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, dan

koordinasi motoric rendah.

2) Respon kognitif

Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat berfikir logis

3) Respon perilaku dan emosional Mengamuk dan marah-marah, ketakutan,

bertiak-teriak, menarik diri dari hubugan interpersonal, kehilangan kendali

atau control diri dan persepsi kacau.

7. Pengkajian

a. Batasan Karakteristik

1) Perilaku (Behavioral)

a) Menurunnya produktivitas

b) Gerak-gerik yang asing

c) Gelisah

d) Pandangan sekilas

e) Hipervigilensi

f) Insomnia

g) Rendahnya kontak mata

h) Keresahan

i) Perilaku mengamati

j) Cemas pada perubahan peristiwa hidup


2) Afektif (Affective)

a) Perasaan menderita

b) Aprehensif

c) Perasaan kesusahan

d) Ketakutan

e) Merasa tidak cukup

f) Tidak berdaya

g) Kegugupan

h) Terlalu gembira

i) Bingung

j) Perasaan menyesal

k) Ketidakpstian

l) Ansietas

3) Simpatetik (Sympathetic)

a) Alterasi pada pola respiratori

b) Anoreksia

c) Refleks cepat

d) Eksitasi kardiovaskuler

e) Diare

f) Mulut kering

g) Muka menjadi merah

h) Papitasi jantung

i) Meningkatnya tekanan darah

j) Meningkatnya kecepatan jantung

k) Meningkatnya kecepatan respiratori


l) Pelebaran pupil

m) Vasokonstriksi superfisial

n) Kegugupan

o) Merasa lemah

4) Parasimpatetik (Parasymphatetic)

a) Sakit abdominal

b) Alterasi pada pola tidur

c) Menurunnya kecepatan jantung

d) Menurunnya tekanan darah

e) Diare

f) Pusing

g) Kelelahan

h) Mual

i) Sensasi geli yang ekstrim

j) Sering berkemih

5) Kognitif (Cognitive)

a) Alterasi perhatian

b) Alterasi konsentrasi

c) Kesadaran akan gejala psikologis

d) Bingung

e) Memblokir pikiran

f) Menurunnya kemampuan perseptual

g) Hilangnya kemampuan untuk belajar

h) Hilangnya kemampuan untuk memecahkan masalah

i) Perasaan takut
j) Pelupa

k) Preokupulasi

l) Ruminasi

m) Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain

b. Faktor predisposisi

Stuart dan Laraia (2005) mengatakan faktor predisposisi terjadinya kecemasan

diantaranya:

1) Faktor biologis

Otak mengandumg reseptor khusus yaitu benzodiazepine, yang bertugas

dalam mengelola dan mengatur kecemasan. Selain itu, ada pula penghambat

GABA dan juga endorphin yang berperan dalam mengelola kecemasan.

Kadang kecemasan menimbulkan berbagai perubahan dan gangguan fisik.

Bila kecemasan tidak ditangani dengan baik, dapat memurunkan kapasitas

seseorang untuk mengatasi stressor.

2) Faktor Psikologis

Beberapa ahli psikologis menjelaskan berbagai pandangan mengenai

kecemasan, diantaranya :

a) Pandangan Psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian, yaitu id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan

impuls primitive, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani

seseorang yang dikendalikan oleh norma – norma budaya seseorang.ego

berfungsi menengahi tutntutan dari dua elemen yang bertentangan dan

fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa aka bahaya.

b) Pandangan Interpersonal
Ansietas timbul akibat perasaan takut tidak adanya penerimaan dan

penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan kejadian trauma,

seperti perpisahan dan kehilangan dari lingkungan maupun orang yang

berarti yang akan menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang

mengalami harga diri rendah sangat mudah mengalami perkembangan

kecemasan yang berat.

c) Pandangan Perilaku

Ansietas menjadi produk frustasi, yaitu segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar

perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan

dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan

kehidupan dini dihadapkan pada kekuatan berlebihan, sering

menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

3) Sosial Budaya

Ansietas dapat ditemukan dengan mudah dalam keluarga. Ada ketumpang

tindihan antara gangguan ansietas dan gangguan ansietas dengan depresi.

Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap

terjadinya ansietas.

c. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut :

1) Ancaman integritas seseorang meliputi ketidak mampuan fisiologis yang

akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup

sehari – hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,

harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.


d. Sumber Koping

Koping dapat dilakukan dengan mengerakkan sumber koping di lingkungan. Hal

tersebut dapat dilakukan oleh individu untuk mengatasi ansietas.

e. Mekanisme Koping

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu :

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi

pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stress, misalnya

perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan

kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress. Kompromi

untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.

2) Mekanisme pertahanan ego

Bertujuan untuk membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi

berlangsung secara tidak sadar, serta melibatkan penipuan diri, distorsi realitas,

dan bersifat maladaptive. Menurut Nur Halimah(2016), mekanisme pertahanan

ego yang digunakan adalah:

a) Kompensasi

Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara

tegas menonjolkan kelebihan yang dimilikinya.

b) Penyangkalan

Klien mengatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari

realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.

c) Pemindahan

Pemindahan merupakan pengalihan emosi yang semula ditujukan pada

seseorang atau benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam

terhadap dirinya.
d) Disosiasi

Pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran atau

identitasnya.

e) Identifikasi

Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan

mengambil atau menirukan pikiran-pikiran, perilaku, dan selera orang

tersebut.

f) Intelektualisasi

Klien menggunakan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari

pengalaman yang mengganggu perasaannya.

g) Introjeksi

Klien mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu

oleh ancaman dari luar (pembentukan superego).

h) Fiksasi

Klien berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu(emosi

atau tingkah laku atau pikiran), sehingga perkembangan selanjutnya

terhalang.

i) Proyeksi

Pengalihan buah pemikiran atau implus pada diri sendiri pada orang lain,

terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat di

toleransi.

j) Rasionalisasi

Klien memberikan keterangan bahwa sikap atau tingkah lakunya

berdasarkan pada alasan yang seolah-olah rasional, sehingga tidak

menjatuhkan harga diri.


k) Reaksi formasi

Klien bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan

keinginan-keinginan atau perasaan yang sebenarnya.

l) Regresi

Klien kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang

primitive).

m) Represi

Klien secara tidak sadar mengesampingkan pikiran impuls, atau ingatan

yang menyakitkan atau bertentangan. Hal ini merupakan pertahanan ego

yang primer dan cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.

n) Acting out

Klien langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang

o) Sublimasi

Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia

p) Supresi

Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan, tetapi

sebetulnya merupakan analog represi yang disadari.

q) Undoing

Tindakan atau perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari

tindakan, perilaku atau komunikasi sebelumnya yang merupakan

mekanisme pertahanan primitive.

8. Upaya Untuk Mengurangi Kecemasan (Anxiety)

Cara yang terbaik untuk menghilangkan kecemasan ialah dengan jalan

menghilangkan sebeb-sebabnya. Menurut Zakiah Daradjat (1988: 29) adapun cara-

cara yang dapat dilakukan, antara lain :


a. Pembelaan

Usaha yang dilakukan untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal bagi tindakan

yang sesungguhnya tidak masuk akal, dinamakan pembelaan. Pembelaan ini tidak

dimaksudkan agar tindakan yang tidak masuk akal itu dijadikan masuk akal, akan

tetapi membelanya, sehingga terlihat masuk akal. Pembelaan ini tidak

dimaksudkan untuk membujuk atau membohongi orang lain, akan tetapi

membujuk dirinya sendiri, supaya tindakan yang tidak bisa diterima itu masih

tetap dalam batas-batas yang diingini oleh dirinya.

b. Proyeksi

Proyeksi adalah menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya kepada orang

lain, terutama tindakan, fikiran atau dorongan-dorongan yang tidak masuk akal

sehingga dapat diterima dan kelihatannya masuk akal.

c. Identifikasi

Identifikasi adalah kebalikan dari proyeksi, dimana orang turut merasakan

sebagian dari tindakan atau sukses yang dicapai oleh orang lain. Apabila ia

melihat orang berhasil dalam usahanya ia gembira seolah-olah ia yang sukses dan

apabila ia melihat orang kecewa ia juga ikut merasa sedih.

d. Hilang hubungan (disasosiasi)

Seharusnya perbuatan, fikiran dan perasaan orang berhubungan satu sama lain.

Apabila orang merasa bahwa ada seseorang yang dengan sengaja menyinggung

perasaannya, maka ia akan marah dan menghadapinya dengan balasan yang sama.

Dalam hal ini perasaan, fikiran dan tindakannya adalah saling berhubungan

dengan harmonis. Akan tetapi keharmonisan mungkin hilang akibat pengalaman-

pengalaman pahit yang dilalui waktu kecil.

e. Represi
Represi adalah tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginan-keinginan yang

tidak disetujui oleh hati nuraninya. Semacam usaha untuk memelihara diri supaya

jangan terasa dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan hatinya. Proses itu

terjadi secara tidak disadari.

f. Subsitusi

Substitusi adalah cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara yang

tidak disadari dalam menghadapi kesukaran. Dalam substitusi orang melakukan

sesuatu, karena tujuan-tujuan yang baik, yang berbeda sama sekali dari tujuan asli

yang mudah dapat diterima, dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu.

Kerangka Teori

Kerangka Teori Penelitian

Hipotesa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Anda mungkin juga menyukai