PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahasa Sanskerta, shastri yang memiliki akar kata yang sama dengan kata
sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan. Ada pula yang
mengatakan berasal dari kata cantrik yang berarti para pembantu begawan
atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan
atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di
dan ketentuan untuk dijadikan pedoman yang merupakan hasil dari keputusan
kenyaman.2
1
Wikipedia, “Santri”, dalam https://id.wikipedia.org/w/index.php (18 Desember 2018).
2
Bayu Arsa Dinata, “Peraturan”, dalam https://bayuarsadinata.wordpress.com (18
Desember 2018).
1
2
masa transisi. Intinya moralitas adalah penyelesaian konflik antara diri dan
orang lain, antara hak dan kewajiban.3 Sedangkan masa remaja merupakan
masa stres dalam perjalanan hidup seseorang. Yang menjadi sumber stres
utama pada masa ini adalah konflik atau pertentangan antara dominasi,
peraturan atau tuntutan orang tua dengan kebutuhan remaja untuk bebas
dirinya sendiri) dari prespektif mereka sendiri. Dalam hal ini, remaja mulai
Kadang kala mereka akan secara sengaja menunjukkan diri mereka di hadapan
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang
dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan
3
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 206.
4
Syamsu Yusuf, Mental Hygiene (Bandung: Pustaka Bani Quraisy 2004), 95.
5
Desmita, Psikologi Perkembangan, 205.
6
Kathryn Geldard, David Geldard, Konseling Remaja (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 11.
3
sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa ini, remaja harus
diri dengan lingkungan yang sangat berbau agamis tapi juga harus
atau otoritas yang minim dan mereka yang mengajar para santri memiliki
kekuasaan dan otoritas yang jauh lebih besar. Bagi seorang anak muda,
mereka perlu mampu untuk memiliki penguasaan atas apa yang mereka
kekuasaan itu.8
mengalami sakit dan sehat. D.S. Wright dan A. Taylor mengemukakan tanda-
tanda orang yang sehat mentalnya yaitu (1) bahagia (happiness) dan terhindar
kepuasan kebutuhannya; (3) kurang dari kecemasan; (4) kurang dari rasa
7
Elizabet B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, t.th), 213.
8
Ibid, 59.
4
diri; (8) mampu membangun hubungan emosional dengan orang lain; dan (9)
orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak
perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik maupun psikis
sebagai respon atau reaksi individu terhadap stresor (stimulus yang berupa
hidupnya. Stimulus yang termasuk (a) peristiwa, seperti: ujian /tes bagi para
lintas, banjir, dan gempa bumi; (b) objek, seperti: binatang buas, peraturan
yang berat atau tuntutan pekerjaa/tugas yang di luar kemampuan; dan (c)
orang, seperti sikap dan perlakuan orang tua dan guru yang galak atau kasar,
dlalim.10
stres pada remaja meningkat dari tahun ketahun. Sebesar 6,0% masyarakat
emosional pada penduduk usia 15 tahun keatas di DIY sebesar 8,1% di atas
9
Moeljono Notosoedirdjo, Latipun, Kesehatan Mental (Malang: UMM Press 2005), 29.
10
Syamsu Yusuf, Mental Hygiene (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 94.
5
usia 15-24 tahun di DIY mempunyai angka yang lebih tinggi dari angka
prevalensi lebih tinggi di atas nasional maupun Provinsi DIY yaitu 11,4%.11
gejala yang sangat umum dari kesulitan penyesuaian diri remaja ini,
diantaranya membolos dari sekolah, bersikap keras kepala atau melawan, dan
berbohong.14
kepala, sakit lambung (mag), hypertensi (darah tinggi), sakit jantung atau
11
Kemenkes RI dalam Khamidatul Mauliah El-Azis, "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stress
Remaja pada Tahun Pertama di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta" (Skripsi--
Universitas Aisyiyah, Yogyakarta, 2017)
12
Suyono, dkk, “Keefektifan Teknik Relaksasi untuk Menurunkan Stress Akademik Siswa SMA”,
Pendidikan Humaniora, Vol. 4, No. 2 (Juni, 2016), 115.
13
Nabila Riza, Wawancara, Situbondo, 19 Desember 2018.
14
Syamsu Yusuf, Mental Hygiene (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 95.
6
kurang selera makan, dan sering buang air kecil. Gejala psikis, diantaranya
gelisah atau cemas, kurang dapat berkonsentrasi belajar atau bekerja, sikap
apatis (masa bodoh), sikap pesimis, hilang rasa humor, bungkam seribu
atau bersikap agresif (baik secara verbal, seperti kata-kata kasar, dan
lingkungan fisik dan social. Artinya, stres akan dialami atau tidak dialami
hal tersebut. Pengertian bimbingan dan konseling sendiri adalah suatu proses
dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,
masyarakat.17
santri kelas XI IPA SMA Ibrahimy. Proses konseling tersebut terdiri atas
rasional. Oleh karena itu, proses terapi yang dilakukan sebagian besar adalah
proses belajar-mengajar.18
teknik yang bersifat kognitif dan afektif yang disesuaikan dengan kondisi
dan emosi mereka untuk membawa mereka ke kehidupan yang lebih bahagia,
lebih sehat dan lebih terpenuhi. Hal tersebut dicapai dengan cara setiap
dilakukan oleh Umi Heni bahwa bimbingan konseling Islam dengan terapi
rasional emotif dalam mengatasi stres cukup berhasil dengan prosentase 84%
17
Anas Sahudin, Bimbingan Konseling (Bandung: CV. Pustaka Setia 2010), 16.
18
Gerald Corey, Teori Praktek Konseling Dan Psikoterapi (Bandung: PT Refika Aditama 2005),
245.
19
Farid Mashudi, Psikologi Konseling (Jogjakarta: IRCiSoD 2013), 137.
20
Stephen Palmer (Ed.), Konseling dan Psikoterapi, terj. Haris H. Setiadjid (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), 508.
8
yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada sikap klien
untuk menanggulangi stres yang dialami siswi kelas XI IPA SMA Ibrahimy
rasional emotif. Alasan peneliti memilih kelas XI IPA karena dalam sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Zuni Eka Kusumawati diperoleh delapan siswa
yang dihadapi merasa lelah dan malas saat mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Selain banyaknya tugas yang diberikan oleh guru, juga ditambah
dengan minat dan motivasi belajar siswa yang kurang, yang meremehkan
pelajaran dan tugas yang diberikan padanya sehingga akhirnya menjadi beban
1. Identifikasi Masalah
21
Umi Heni H. “Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam
Menangani Stress Studi Kasus seorang Remaja yang Stress di Desa Kalangsemanding Kecamatan
Perak Kabupaten Jombang” (Skripsi – UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015), vii.
22
Zuni Eka Khusumawati, "Penerapan Kombinasi antara Teknik Relaksasi dan Self Instruction
untuk Mengurangi Kejenuhan Belajar Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 22 Surabaya", BK
Unesa, Vol. 05, No. 01 (2014), 06.
9
2. Pembatasan Masalah
terarah, fokus, dan tidak merambat keluar jalur yang tak di inginkan, maka
C. Rumusan Masalah
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
rasional emotif?
rasional emotif?
D. Tujuan Penelitian
rasional emotif.
rasional emotif.
E. Kegunaan Penelitian
10
diantaranya:
1. Secara teoritis
2. Secara praktis
dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir yang irasional dan tidak
emosional yang dapat merusak diri seperti benci, takut, rasa bersalah,
kemampuan diri.23
2. Hasil penelitian jurnal yang dilakukan oleh Isop Syafe’i “Aplikasi Terapi
emotif.24
G. Definisi Operasional
23
Junierissa Marpaung, ”Counseling Approach Behaviour Rational Emotive Therapy in Reducing
Stress”, Kopasta, Vol. 3, No. 1 (2016).
24
Isop Syafe’I, “Aplikasi Rasional Emotif Terapi dalam Memperbaiki Perilaku Membolos Siswa”,
Ilmiah Psikologi, Vol.III, No.2 (2010).
12
merubah cara berpikir seseorang, yang awalnya berpikir secara tidak logis
pendidikan mereka yang baru, dimana masa itu mereka harus menghadapi
Pemikiran Rasional
H. Sistematika Pembahasan
13
1. Bab I Pendahuluan
penyajiannya disusun dalam sub-sub bab. Pada sub bab terakhir dibuat
hipotesis penelitian.
siklus.
14
5. Bab V Penutup
jawaban dari perumusan masalah dan bukan merupakan ikhtisar dari apa
bedasarkan pada temuan dan analisis pada bab IV yang disajikan sesuai