Anda di halaman 1dari 13

Tugas Individu

Who Am I?
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kepribadian Klasik

Oleh
Banna Rosyid Madani (190811636957)
Offering C

Oleh:

Dra. Endang Prastuti, M.Si

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2020
ii

DAFTAR ISI

Table of Contents
BAB 1...........................................................................................................................................iv
[Sinopsis].....................................................................................................................................iv
Who Am I?...................................................................................................................................5
[Biografi]......................................................................................................................................5
Who Am I?...................................................................................................................................7
[Perspektif Carl G Jung]................................................................................................................7
Who Am I?...................................................................................................................................9
[Biografi]......................................................................................................................................9
[Perspektif Karen Horney]............................................................................................................9
Who Am I?.................................................................................................................................11
[Biografi]....................................................................................................................................11
[Perspektif Alfred Adler]............................................................................................................11

ii
BAB 1

[Sinopsis]

Who am I? hanyalah pertanyaan sederhana, tapi ketika ditanya Siapa aku?? Bingung, tidak
tahu apa yang harus aku ucapkan. Seperti apa aku itu??? Ada yang mengatakan aku itu
ganteng, pintar, cerdas, baik, ada juga yang berkata aku itu jelek, sombong, realistis, boros,
angkuh, galak, pemalas. Apa itu yang disebut ke”aku”an???
Lalu apa yang diketahui manusia tentang dirinya? Selama ini apa yang menurutku adalah
“aku”, itu hanyalah sebuah atribut yang disematkan orang lain padaku. Rene Decartes
mengatakan “aku berpikir maka aku ada”, tapi yang aku tahu sekarang “aku ada karena
mereka (kedua orang tua ku) dan aku ada untuk mereka”. Jadi ke”aku”an ku disini adalah
esensiku untuk orang tuaku, Tapi itu bukanlah “aku” itu hanya keberadaanku. Dan siapa aku?
Akankah hingga akhir hayat kita tidak akan pernah tahu siapa ke“aku”an itu?
Kenapa semua orang selalu bilang “aku”??
Aku adalah…………….
Aku begini………….
Aku begitu……………..
Aku itu hanyalah kata yang menyatakan subjek, agar keberadaannya diakui. Lalu “aku”
seperti apa yang dimaksud? Esensi aku? posisiku? Karakterku?
Setelah mengikuti kuliah psikologi sosial, disini aku mulai mengerti aku atau self atau diri
adalah konsep diri yaitu pemahaman sementara kita tentang diri. Jadi menurutku, yaa
bagaiamana kamu menjudge dirimu, itulah “aku”.
Bagaimana aku mendeskripsikan diriku?
Who Am I?
[Biografi]

Perkenalkan, nama saya Banna Rosyid Madani. Biasa dipanggil Banna atau teman akrab
biasa memanggil saya Reus. Saya lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah. Namun, karena suatu
kesalahan petugas kependudukan, akta kelahiran dan semua kartu identitas saya tertulis
bahwa tempat kelahiran saya di Sleman, Yogyakarta. Saya adalah anak ke-2 dari lima
bersaudara. Saya adalah salah satu dari 4 anak laki-laki di keluarga saya. Walaupun begitu,
dalam kegiatan rumah tangga, saya selalu yang disuruh untuk membantu orang tua dibanding
dengan saudara saya yang lainnya. Namun, dengan begitu, saya jjuga merasa paling dekat
dan sering curhat dengan orang tua setiap mendapatkan masalah pribadi. Menurut saya, saya
adalah anak yang malang. Karena, waktu saya bayi setelah dilahirkan ibu saya, saya
mengalami kecelakaan dan menyebabkan luka serius di kepala. Yang akhirnya pada saat
kelas 4 SD diketahui bahwa terdapat penyakit Epilepsy dalam diri saya. Yang membuat saya
kejang apabila penyakit itu kambuh mendadak. Namun, walaupun sudah menjalani therapy
bertahun-tahun, tetap saja penyakit ini tidak hilang. Kami sekeluarga tinggal di Desa
Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sudah lama kami menempati rumah ini.
Kira-kira sejak tahun 2000 atau pada tahun kelahiranku. Lingkungan tempat tinggal kami
sangat nyaman, dengan suhu yang dingin dan tentram tidak ada suara kendaraan yang
mengganggu di luar sana, karena kami tinggal di perkampungan. Saya adalah anak yang
tertutup dan cenderung pendiam karena saya sangat tidak kuat berlama-lama apabila harus
bersosialisasi dengan banyak orang, terutama orang yang baru saya jumpai. Namun, apabila
dengan orang yang sudah akrab atau dengan keluarga, saya tidak berperilaku pendiam,
bahkan saya berperilaku sangat aktif dan ceria. Saya sudah mempunyai kepribadian yang
cenderung tertutup sejak saya masuk sekolah tingkat Taman Kanak-kanak. Dan hingga saat
ini, kepribadian saya yang cenderung tertutup masih melekat dalam diri saya, apabila saya
bersikap layaknya orang yang terbuka dan ceria di depan umum, itu sangat tidak membuat
saya nyaman. Saya masuk TK untuk pertama kali saat usia saya 4 tahun. TK saya bernama
“TKIT Salman Al Farisi 2”.Saya bersyukur bisa masuk TK tersebut karena disana saya
banyak mempelajari hal khususnya pengetahuan keislaman yang tidak diajarkan TK lainnya.
Namun, dahulu saat TK, Saya adalah anak yang sangat cengeng yang sangat merepotkan
orang lain karena harus mengurus anak seperti saya. Saya masuk ke tingkat Sekolah Dasar
pada usia 6 tahun, sedangkan kebanyakan teman-teman saya berusia 7 tahun. Saya bersekolah
di SDIT Salman Al Farisi, masih satu yayasan dengan TK tempat saya sekolah sebelumnya.
Kepribadian saya yang cenderung pendiam masih melekat kuat dalam diri saya, bahkan saya
sudah terkenal karena anaknya memang pendiam. Namun, saya tidak peduli dengan itu. Saya
tetap bisa menjalani aktivitas di sekolah dengan biasa walaupun kadang ada kecanggungan
apabila harus bermain dengan teman yang tidak akrab. Di SD ini saya juga sempat masuk
Rumah Tahfidz, yaitu lembaga menghafal AL-Quran semasa saya kelas 4 SD. Rumah tahfidz
seperti pondok pesantren tetapi khusus anak SD. Dan disana, saya hanya bisa bertahan
selama 1 tahun atau hingga kelas 5 SD, saya adalah pemain inti futsal dan sepak bola. Saya
pernah mewakili Sekolah, Kecamatan, dan Kabupaten saat ada perhelatan O2SN bidang
Sepak bola dan Futsal. Dan hingga sekarang ini, hanya saya yang berhasil tembus mewakili
kabupaten Sleman di Kejuaraan ini. Waktu SD, saya juga bukan anak yang rajin belajar.
Karena waktu saya buang hanya untuk bermain. Padahal, saya juga menginginkan agar bisa
masuk dan diterima di SMP Favorit di kota Jogja. Namun, ternyata nilai ujian UN saya hanya
mendapatkan sebesar 25,8 padahal nilai minimal masuk SMP Favorit yaitu 27.0. Alhasih,
saya tidak dapat masuk SMP Favorit di kota, dan akhirnya saya masuk ke SMP IT Bina
Umat, yang juga merupakan pondok pesantren. Pada awal masuk di pondok, saya biasa saja
dan tidak ada masalah. Namun, setelah seminggu berlalu, akhirnya saya menangis juga. Saya
menutupi tubuh dengan selimut dan menangis di dalamnya. Bahkan, teman-teman saya ada
yang heran kenapa saya menangis. Kira-kira setelah dua minggu, saya akhirnya lebih betah
tinggal di pondok, karena sudah kenal banyak teman dan akrab dengan mereka. Saat di
Pondok, saya adalah anak yang taat aturan. Karena, apabila melanggar aturan, rambut saya
yang jadi taruhannya. Maksudnya, apabila saya melakukan pelanggaran tingkat tinggi rambut
saya akan di potong hingga botak. Oleh karena itu, semasa di Pondok, saya tidak pernah kena
hukuman tersebut. Walaupun saya anaknya sedikit pendiam dan tertutup, namun saya
dipercaya menjadi sekretaris OSIS SMPIT Bina Umat. Bahkan, saya juga sempat dicalonkan
menjadi ketua OSIS. Sebagai sekretaris OSIS, Saya banyak melakukan kegiatan di luar
sekolah. Seperti, menyebar proposal dana yang saat itu SMP kami sedang mengadakan
kegiatan perlombaan untuk sekolah di Provinsi DIY yang akhirnya berjalan lancar tanpa ada
kendala seperti kekurangan dana dan sebagainya. Itu merupakan pengalaman saya yang
menyenangkan, saat menyebar proposal dana dan mendapat sumbangan dana yang banyak.
Semasa SMP, Saya mempunyai satu sahabat yang sangat dekat. Yang hingga saat ini, saya
pikir hanya dia yang pernah menjadi sahabat terbaikku. Dia merupakan anak dari direktur
pondok pesantren ini sendiri. Aku dan dia sering bertukar pendapat dan tak jarang juga kami
bertengkar. Pada masa akhir-akhir tahun ajaran kelas 3 SMP, Saya belajar mati-matian untuk
bisa masuk ke SMA Favorit di kota Jogja. Namun, nasib saya ternyata tidak beruntung.
Penyakit saya kambuh dan saya harus pulang ke rumah dan belajar di rumah sejak itu.
Sehingga nilai ujian saya tidak memuaskan dan saya tidak bisa lanjut ke SMA Favorit.
Namun, saya lanjut ke MA Favorit di kota yaitu MAN 1 Yogyakarta. Di tingkatan ini, saya
sangat dituntut untuk bisa mandiri. Saya juga mulai bawa motor sendiri dari tumah.
Walaupun sempat dilarang karena saya belum begitu sembuh dari penyakit namun saya tetap
ingin naik motor ke sekolah. Hingga suatu hari, saya kambuh dan kecelakaan di jalan.
Untungnya orang tua saya tidak mengetahui bahwa saya mengalami kecelakaan, kalau
mereka mengetahui mungkin saya tidak akan diperbolehkan lagi mengendarai motor ke
sekolah. Semasa di SMA, saya tidak mengikuti apapun ekskul maupun organisasi. Karena
kepribadian saya yang tertutup masih saja melekat pada diri saya. Saya tidak nyaman berada
di antara banyak orang yang saya tidak akrab dengan mereka. Alhasil, saya hanyalah siswa
kupu-kupu berangkat sekolah langsung pulang tanpa melakukan atau kumpul kegiatan
organisasi. Sejak kelas 1 SMA, target saya adalah bisa lolos ke PTN jurusan Informatika.
Namun, saya malah sempat bermalas-malasan hingga tiba-tiba kelas 3 SMA pun terasa cepat
sekali. Saya SMA Jurusan MIPA, namun pada awalnya saya mengincar jurusan kedokteran
umum. Lalu, saya pun sadar diri karena jalan yang harus saya lalui cukup berat apabila ingin
lolos PTN jurusan Kedokteran Umum. Akhirnya pada saat akhir-akhir masa SMA, saya
pindah haluan dari yang awalnya jurusan MIPA, saya fokus belajar IPS karena saya
mengincar jurusan Psikologi. Saya juga ikut bimbingan belajar sepulang sekolah dan belajar
terus-menerus walaupun saya mudah lelah menjalani ini semua. Namun, demi lolosnya saya
ke PTN saya berhari-hari belajar sangat keras berbeda dari saya yang dulu sangat pemalas.
Akhirnya, setelah berjuang cukup keras, saya bisa lolos ke PTN yaitu Universitas Negeri
Malang. Saya langsung berusaha mencari teman sebanyak-banyaknya pada waktu Masa
Orientasi, agar bisa menjadi orang yang punya banyak teman dan tidak kesepian di
perantauan. Saya berusaha mengakrabkan diri dengan siapa saja, walaupun hingga sekarang
teman akrab saya masih bisa dihitung dengan jari, tetapi saya tetap senang bisa punya teman
akrab. Dan target saya saat ini adalah, bisa menjadi mahasiswa yang berprestasi, walaupun
saya sering dihambat oleh penyakit saya yang sering kambuh, namun saya tetap memasang
target itu agar bisa tercapai. Semasa kuliah di Malang ini, saya sangat dituntut untuk mandiri
karena saya tinggal kos. Serta harus bisa mengatur keuangan sendiri untuk hidup dan makan
sehari-hari. Karena saya sebagai satu-satunya anak yang melanjutkan hingga jenjang kuliah,
saya harus melakukan yang terbaik demi kedua orang-tua saya, dan saya tidak ingin membuat
mereka kecewa nantinya. Sebagai anak kedua, saya harus bisa menjadi anak yang berbakti
dan memberi contoh kepada adik-adik saya.

Who Am I?
[Perspektif Carl G Jung]

Perkenalkan, nama saya Banna Rosyid Madani. Biasa dipanggil Banna atau teman akrab
biasa memanggil saya Reus. Saya lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah. Namun, karena suatu
kesalahan petugas kependudukan, akta kelahiran dan semua kartu identitas saya tertulis
bahwa tempat kelahiran saya di Sleman, Yogyakarta. Saya adalah anak ke-2 dari lima
bersaudara. Saya adalah salah satu dari 4 anak laki-laki di keluarga saya. Walaupun begitu,
dalam kegiatan rumah tangga, saya selalu yang disuruh untuk membantu orang tua dibanding
dengan saudara saya yang lainnya. Namun, dengan begitu, saya jjuga merasa paling dekat
dan sering curhat dengan orang tua setiap mendapatkan masalah pribadi. Menurut saya, saya
adalah anak yang malang. Karena, waktu saya bayi setelah dilahirkan ibu saya, saya
mengalami kecelakaan dan menyebabkan luka serius di kepala. Yang akhirnya pada saat
kelas 4 SD diketahui bahwa terdapat penyakit Epilepsy dalam diri saya(The Shadow) . Yang
membuat saya kejang apabila penyakit itu kambuh mendadak. Namun, walaupun sudah
menjalani therapy bertahun-tahun, tetap saja penyakit ini tidak hilang. Kami sekeluarga
tinggal di Desa Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sudah lama kami menempati
rumah ini. Kira-kira sejak tahun 2000 atau pada tahun kelahiranku. Lingkungan tempat
tinggal kami sangat nyaman, dengan suhu yang dingin dan tentram tidak ada suara kendaraan
yang mengganggu di luar sana, karena kami tinggal di perkampungan. Saya adalah anak yang
tertutup dan cenderung pendiam karena saya sangat tidak kuat berlama-lama apabila harus
bersosialisasi dengan banyak orang (introvert), terutama orang yang baru saya jumpai.
Namun, apabila dengan orang yang sudah akrab atau dengan keluarga, saya tidak berperilaku
pendiam, bahkan saya berperilaku sangat aktif dan ceria (ekstrovert). Saya sudah mempunyai
kepribadian yang cenderung tertutup sejak saya masuk sekolah tingkat Taman Kanak-kanak.
Dan hingga saat ini, kepribadian saya yang cenderung tertutup masih melekat dalam diri
saya, apabila saya bersikap layaknya orang yang terbuka dan ceria di depan umum, itu sangat
tidak membuat saya nyaman. Saya masuk TK untuk pertama kali saat usia saya 4 tahun. TK
saya bernama “TKIT Salman Al Farisi 2”.Saya bersyukur bisa masuk TK tersebut karena
disana saya banyak mempelajari hal khususnya pengetahuan keislaman yang tidak diajarkan
TK lainnya. Namun, dahulu saat TK, Saya adalah anak yang sangat cengeng yang sangat
merepotkan orang lain karena harus mengurus anak seperti saya (The Shadow). Saya masuk
ke tingkat Sekolah Dasar pada usia 6 tahun, sedangkan kebanyakan teman-teman saya
berusia 7 tahun. Saya bersekolah di SDIT Salman Al Farisi, masih satu yayasan dengan TK
tempat saya sekolah sebelumnya. Kepribadian saya yang cenderung pendiam masih melekat
kuat dalam diri saya, bahkan saya sudah terkenal karena anaknya memang pendiam.
(introvert) Namun, saya tidak peduli dengan itu. Saya tetap bisa menjalani aktivitas di
sekolah dengan biasa walaupun kadang ada kecanggungan apabila harus bermain dengan
teman yang tidak akrab. Di SD ini saya juga sempat masuk Rumah Tahfidz, yaitu lembaga
menghafal AL-Quran semasa saya kelas 4 SD. Rumah tahfidz seperti pondok pesantren tetapi
khusus anak SD. Dan disana, saya hanya bisa bertahan selama 1 tahun atau hingga kelas 5
SD, saya adalah pemain inti futsal dan sepak bola. Saya pernah mewakili Sekolah,
Kecamatan, dan Kabupaten saat ada perhelatan O2SN bidang Sepak bola dan Futsal. Dan
hingga sekarang ini, hanya saya yang berhasil tembus mewakili kabupaten Sleman di
Kejuaraan ini. Waktu SD, saya juga bukan anak yang rajin belajar. Karena waktu saya buang
hanya untuk bermain (Persona). Padahal, saya juga menginginkan agar bisa masuk dan
diterima di SMP Favorit di kota Jogja. Namun, ternyata nilai ujian UN saya hanya
mendapatkan sebesar 25,8 padahal nilai minimal masuk SMP Favorit yaitu 27.0. Alhasih,
saya tidak dapat masuk SMP Favorit di kota, dan akhirnya saya masuk ke SMP IT Bina
Umat, yang juga merupakan pondok pesantren. Pada awal masuk di pondok, saya biasa saja
dan tidak ada masalah. Namun, setelah seminggu berlalu, akhirnya saya menangis juga
(Persona). Saya menutupi tubuh dengan selimut dan menangis di dalamnya. Bahkan, teman-
teman saya ada yang heran kenapa saya menangis. Kira-kira setelah dua minggu, saya
akhirnya lebih betah tinggal di pondok, karena sudah kenal banyak teman dan akrab dengan
mereka. Saat di Pondok, saya adalah anak yang taat aturan. Karena, apabila melanggar
aturan, rambut saya yang jadi taruhannya. Maksudnya, apabila saya melakukan pelanggaran
tingkat tinggi rambut saya akan di potong hingga botak. Oleh karena itu, semasa di Pondok,
saya tidak pernah kena hukuman tersebut. Walaupun saya anaknya sedikit pendiam dan
tertutup (Introvert), namun saya dipercaya menjadi sekretaris OSIS SMPIT Bina Umat.
Bahkan, saya juga sempat dicalonkan menjadi ketua OSIS. Sebagai sekretaris OSIS, Saya
banyak melakukan kegiatan di luar sekolah. Seperti, menyebar proposal dana yang saat itu
SMP kami sedang mengadakan kegiatan perlombaan untuk sekolah di Provinsi DIY yang
akhirnya berjalan lancar tanpa ada kendala seperti kekurangan dana dan sebagainya. Itu
merupakan pengalaman saya yang menyenangkan, saat menyebar proposal dana dan
mendapat sumbangan dana yang banyak. Semasa SMP, Saya mempunyai satu sahabat yang
sangat dekat. Yang hingga saat ini, saya pikir hanya dia yang pernah menjadi sahabat
terbaikku. Dia merupakan anak dari direktur pondok pesantren ini sendiri. Aku dan dia sering
bertukar pendapat dan tak jarang juga kami bertengkar. Pada masa akhir-akhir tahun ajaran
kelas 3 SMP, Saya belajar mati-matian untuk bisa masuk ke SMA Favorit di kota Jogja(Ego)
. Namun, nasib saya ternyata tidak beruntung. Penyakit saya kambuh dan saya harus pulang
ke rumah dan belajar di rumah sejak itu. Sehingga nilai ujian saya tidak memuaskan dan saya
tidak bisa lanjut ke SMA Favorit. Namun, saya lanjut ke MA Favorit di kota yaitu MAN 1
Yogyakarta. Di tingkatan ini, saya sangat dituntut untuk bisa mandiri. Saya juga mulai bawa
motor sendiri dari tumah. Walaupun sempat dilarang karena saya belum begitu sembuh dari
penyakit namun saya tetap ingin naik motor ke sekolah. Hingga suatu hari, saya kambuh dan
kecelakaan di jalan. Untungnya orang tua saya tidak mengetahui bahwa saya mengalami
kecelakaan, kalau mereka mengetahui mungkin saya tidak akan diperbolehkan lagi
mengendarai motor ke sekolah. Semasa di SMA, saya tidak mengikuti apapun ekskul maupun
organisasi. Karena kepribadian saya yang tertutup masih saja melekat pada diri saya. Saya
tidak nyaman berada di antara banyak orang yang saya tidak akrab dengan mereka. Alhasil,
saya hanyalah siswa kupu-kupu berangkat sekolah langsung pulang tanpa melakukan atau
kumpul kegiatan organisasi. Sejak kelas 1 SMA, target saya adalah bisa lolos ke PTN jurusan
Informatika. Namun, saya malah sempat bermalas-malasan hingga tiba-tiba kelas 3 SMA pun
terasa cepat sekali. Saya SMA Jurusan MIPA, namun pada awalnya saya mengincar jurusan
kedokteran umum. Lalu, saya pun sadar diri karena jalan yang harus saya lalui cukup berat
apabila ingin lolos PTN jurusan Kedokteran Umum. Akhirnya pada saat akhir-akhir masa
SMA, saya pindah haluan dari yang awalnya jurusan MIPA, saya fokus belajar IPS karena
saya mengincar jurusan Psikologi. Saya juga ikut bimbingan belajar sepulang sekolah dan
belajar terus-menerus walaupun saya mudah lelah menjalani ini semua. Namun, demi
lolosnya saya ke PTN saya berhari-hari belajar sangat keras berbeda dari saya yang dulu
sangat pemalas. (Arketip)
Akhirnya, setelah berjuang cukup keras, saya bisa lolos ke PTN yaitu Universitas Negeri
Malang. Saya langsung berusaha mencari teman sebanyak-banyaknya pada waktu Masa
Orientasi, agar bisa menjadi orang yang punya banyak teman dan tidak kesepian di
perantauan. Saya berusaha mengakrabkan diri dengan siapa saja, walaupun hingga sekarang
teman akrab saya masih bisa dihitung dengan jari, tetapi saya tetap senang bisa punya teman
akrab.(Ekstrovert) Dan target saya saat ini adalah, bisa menjadi mahasiswa yang berprestasi,
walaupun saya sering dihambat oleh penyakit saya yang sering kambuh (The Shadow),
namun saya tetap memasang target itu agar bisa tercapai. Semasa kuliah di Malang ini, saya
sangat dituntut untuk mandiri karena saya tinggal kos. Serta harus bisa mengatur keuangan
sendiri untuk hidup dan makan sehari-hari. Karena saya sebagai satu-satunya anak yang
melanjutkan hingga jenjang kuliah, saya harus melakukan yang terbaik demi kedua orang-tua
saya, dan saya tidak ingin membuat mereka kecewa nantinya(The Self). Sebagai anak kedua,
saya harus bisa menjadi anak yang berbakti dan memberi contoh kepada adik-adik saya.

Who Am I?
[Biografi]
[Perspektif Karen Horney]

Perkenalkan, nama saya Banna Rosyid Madani. Biasa dipanggil Banna atau teman akrab
biasa memanggil saya Reus. Saya lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah. Namun, karena suatu
kesalahan petugas kependudukan, akta kelahiran dan semua kartu identitas saya tertulis
bahwa tempat kelahiran saya di Sleman, Yogyakarta. Saya adalah anak ke-2 dari lima
bersaudara. Saya adalah salah satu dari 4 anak laki-laki di keluarga saya. Walaupun begitu,
dalam kegiatan rumah tangga, saya selalu yang disuruh untuk membantu orang tua dibanding
dengan saudara saya yang lainnya. Namun, dengan begitu, saya jjuga merasa paling dekat
dan sering curhat dengan orang tua setiap mendapatkan masalah pribadi. Menurut saya, saya
adalah anak yang malang. Karena, waktu saya bayi setelah dilahirkan ibu saya, saya
mengalami kecelakaan dan menyebabkan luka serius di kepala. Yang akhirnya pada saat
kelas 4 SD diketahui bahwa terdapat penyakit Epilepsy dalam diri saya[Basic Anxiety]. Yang
membuat saya kejang apabila penyakit itu kambuh mendadak. Namun, walaupun sudah
menjalani therapy bertahun-tahun, tetap saja penyakit ini tidak hilang. Kami sekeluarga
tinggal di Desa Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sudah lama kami menempati
rumah ini. Kira-kira sejak tahun 2000 atau pada tahun kelahiranku. Lingkungan tempat
tinggal kami sangat nyaman, dengan suhu yang dingin dan tentram tidak ada suara kendaraan
yang mengganggu di luar sana, karena kami tinggal di perkampungan. Saya adalah anak yang
tertutup dan cenderung pendiam karena saya sangat tidak kuat berlama-lama apabila harus
bersosialisasi dengan banyak orang, terutama orang yang baru saya jumpai (The neurotic
need for affection and approval )
. Namun, apabila dengan orang yang sudah akrab atau dengan keluarga, saya tidak
berperilaku pendiam, bahkan saya berperilaku sangat aktif dan ceria. Saya sudah mempunyai
kepribadian yang cenderung tertutup sejak saya masuk sekolah tingkat Taman Kanak-kanak.
Dan hingga saat ini, kepribadian saya yang cenderung tertutup masih melekat dalam diri
saya, apabila saya bersikap layaknya orang yang terbuka dan ceria di depan umum, itu sangat
tidak membuat saya nyaman. Saya masuk TK untuk pertama kali saat usia saya 4 tahun. TK
saya bernama “TKIT Salman Al Farisi 2”.Saya bersyukur bisa masuk TK tersebut karena
disana saya banyak mempelajari hal khususnya pengetahuan keislaman yang tidak diajarkan
TK lainnya. Namun, dahulu saat TK, Saya adalah anak yang sangat cengeng yang sangat
merepotkan orang lain karena harus mengurus anak seperti saya[Basic Anxiety]. Saya masuk
ke tingkat Sekolah Dasar pada usia 6 tahun, sedangkan kebanyakan teman-teman saya
berusia 7 tahun. Saya bersekolah di SDIT Salman Al Farisi, masih satu yayasan dengan TK
tempat saya sekolah sebelumnya. Kepribadian saya yang cenderung pendiam masih melekat
kuat dalam diri saya, bahkan saya sudah terkenal karena anaknya memang pendiam.
Namun, saya tidak peduli dengan itu. Saya tetap bisa menjalani aktivitas di sekolah dengan
biasa walaupun kadang ada kecanggungan apabila harus bermain dengan teman yang tidak
akrab (The nerotic need to restrict one’s within narrow borders)
. Di SD ini saya juga sempat masuk Rumah Tahfidz, yaitu lembaga menghafal AL-Quran
semasa saya kelas 4 SD. Rumah tahfidz seperti pondok pesantren tetapi khusus anak SD. Dan
disana, saya hanya bisa bertahan selama 1 tahun atau hingga kelas 5 SD, saya adalah pemain
inti futsal dan sepak bola. Saya pernah mewakili Sekolah, Kecamatan, dan Kabupaten saat
ada perhelatan O2SN bidang Sepak bola dan Futsal (The nerotic ambition for personal
administration)
. Dan hingga sekarang ini, hanya saya yang berhasil tembus mewakili kabupaten Sleman di
Kejuaraan ini (The nerotic need for prestige)
. Waktu SD, saya juga bukan anak yang rajin belajar. Karena waktu saya buang hanya untuk
bermain. Padahal, saya juga menginginkan agar bisa masuk dan diterima di SMP Favorit di
kota Jogja. Namun, ternyata nilai ujian UN saya hanya mendapatkan sebesar 25,8 padahal
nilai minimal masuk SMP Favorit yaitu 27.0. Alhasih, saya tidak dapat masuk SMP Favorit
di kota, dan akhirnya saya masuk ke SMP IT Bina Umat, yang juga merupakan pondok
pesantren. Pada awal masuk di pondok, saya biasa saja dan tidak ada masalah. Namun,
setelah seminggu berlalu, akhirnya saya menangis juga. Saya menutupi tubuh dengan selimut
dan menangis di dalamnya. Bahkan, teman-teman saya ada yang heran kenapa saya
menangis. Kira-kira setelah dua minggu, saya akhirnya lebih betah tinggal di pondok, karena
sudah kenal banyak teman dan akrab dengan mereka. Saat di Pondok, saya adalah anak yang
taat aturan. Karena, apabila melanggar aturan, rambut saya yang jadi taruhannya. Maksudnya,
apabila saya melakukan pelanggaran tingkat tinggi rambut saya akan di potong hingga botak.
Oleh karena itu, semasa di Pondok, saya tidak pernah kena hukuman tersebut (The neurotic
need for perception an unassailability)
. Walaupun saya anaknya sedikit pendiam dan tertutup, namun saya dipercaya menjadi
sekretaris OSIS SMPIT Bina Umat. Bahkan, saya juga sempat dicalonkan menjadi ketua
OSIS. Sebagai sekretaris OSIS, Saya banyak melakukan kegiatan di luar sekolah. Seperti,
menyebar proposal dana yang saat itu SMP kami sedang mengadakan kegiatan perlombaan
untuk sekolah di Provinsi DIY yang akhirnya berjalan lancar tanpa ada kendala seperti
kekurangan dana dan sebagainya. Itu merupakan pengalaman saya yang menyenangkan, saat
menyebar proposal dana dan mendapat sumbangan dana yang banyak. Semasa SMP, Saya
mempunyai satu sahabat yang sangat dekat. Yang hingga saat ini, saya pikir hanya dia yang
pernah menjadi sahabat terbaikku. Dia merupakan anak dari direktur pondok pesantren ini
sendiri. Aku dan dia sering bertukar pendapat dan tak jarang juga kami bertengkar. Pada
masa akhir-akhir tahun ajaran kelas 3 SMP, Saya belajar mati-matian untuk bisa masuk ke
SMA Favorit di kota Jogja (The Neurotic ambition for personal achievement)
. Namun, nasib saya ternyata tidak beruntung. Penyakit saya kambuh dan saya harus pulang
ke rumah dan belajar di rumah sejak itu. Sehingga nilai ujian saya tidak memuaskan dan saya
tidak bisa lanjut ke SMA Favorit. Namun, saya lanjut ke MA Favorit di kota yaitu MAN 1
Yogyakarta. Di tingkatan ini, saya sangat dituntut untuk bisa mandiri. Saya juga mulai bawa
motor sendiri dari tumah. Walaupun sempat dilarang karena saya belum begitu sembuh dari
penyakit namun saya tetap ingin naik motor ke sekolah. Hingga suatu hari, saya kambuh dan
kecelakaan di jalan. Untungnya orang tua saya tidak mengetahui bahwa saya mengalami
kecelakaan, kalau mereka mengetahui mungkin saya tidak akan diperbolehkan lagi
mengendarai motor ke sekolah. Semasa di SMA, saya tidak mengikuti apapun ekskul maupun
organisasi. Karena kepribadian saya yang tertutup masih saja melekat pada diri saya. Saya
tidak nyaman berada di antara banyak orang yang saya tidak akrab dengan mereka (The
neurotic need for self-sufficiency and independence)
. Alhasil, saya hanyalah siswa kupu-kupu berangkat sekolah langsung pulang tanpa
melakukan atau kumpul kegiatan organisasi. Sejak kelas 1 SMA, target saya adalah bisa lolos
ke PTN jurusan Informatika. Namun, saya malah sempat bermalas-malasan hingga tiba-tiba
kelas 3 SMA pun terasa cepat sekali. Saya SMA Jurusan MIPA, namun pada awalnya saya
mengincar jurusan kedokteran umum. Lalu, saya pun sadar diri karena jalan yang harus saya
lalui cukup berat apabila ingin lolos PTN jurusan Kedokteran Umum. Akhirnya pada saat
akhir-akhir masa SMA, saya pindah haluan dari yang awalnya jurusan MIPA, saya fokus
belajar IPS karena saya mengincar jurusan Psikologi. Saya juga ikut bimbingan belajar
sepulang sekolah dan belajar terus-menerus walaupun saya mudah lelah menjalani ini semua.
Namun, demi lolosnya saya ke PTN saya berhari-hari belajar sangat keras berbeda dari saya
yang dulu sangat pemalas.
Akhirnya, setelah berjuang cukup keras, saya bisa lolos ke PTN yaitu Universitas Negeri
Malang (The Neurotic ambition for personal achievement)
. Saya langsung berusaha mencari teman sebanyak-banyaknya pada waktu Masa Orientasi,
agar bisa menjadi orang yang punya banyak teman dan tidak kesepian di perantauan. Saya
berusaha mengakrabkan diri dengan siapa saja, walaupun hingga sekarang teman akrab saya
masih bisa dihitung dengan jari, tetapi saya tetap senang bisa punya teman akrab. Dan target
saya saat ini adalah, bisa menjadi mahasiswa yang berprestasi, walaupun saya sering
dihambat oleh penyakit saya yang sering kambuh, namun saya tetap memasang target itu agar
bisa tercapai. Semasa kuliah di Malang ini, saya sangat dituntut untuk mandiri karena saya
tinggal kos. Serta harus bisa mengatur keuangan sendiri untuk hidup dan makan sehari-hari.
Karena saya sebagai satu-satunya anak yang melanjutkan hingga jenjang kuliah, saya harus
melakukan yang terbaik demi kedua orang-tua saya, dan saya tidak ingin membuat mereka
kecewa nantinya (The neurotic need for self-sufficiency and independence)
. Sebagai anak kedua, saya harus bisa menjadi anak yang berbakti dan memberi contoh
kepada adik-adik saya.

Who Am I?
[Biografi]
[Perspektif Alfred Adler]

Perkenalkan, nama saya Banna Rosyid Madani. Biasa dipanggil Banna atau teman akrab
biasa memanggil saya Reus. Saya lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah. Namun, karena suatu
kesalahan petugas kependudukan, akta kelahiran dan semua kartu identitas saya tertulis
bahwa tempat kelahiran saya di Sleman, Yogyakarta. Saya adalah anak ke-2 dari lima
bersaudara. Saya adalah salah satu dari 4 anak laki-laki di keluarga saya. Walaupun begitu,
dalam kegiatan rumah tangga, saya selalu yang disuruh untuk membantu orang tua dibanding
dengan saudara saya yang lainnya (Anak Kedua). Namun, dengan begitu, saya jjuga merasa
paling dekat dan sering curhat dengan orang tua setiap mendapatkan masalah pribadi.
Menurut saya, saya adalah anak yang malang. Karena, waktu saya bayi setelah dilahirkan ibu
saya, saya mengalami kecelakaan dan menyebabkan luka serius di kepala (Inferioritas). Yang
akhirnya pada saat kelas 4 SD diketahui bahwa terdapat penyakit Epilepsy dalam diri saya.
Yang membuat saya kejang apabila penyakit itu kambuh mendadak. Namun, walaupun sudah
menjalani therapy bertahun-tahun, tetap saja penyakit ini tidak hilang. Kami sekeluarga
tinggal di Desa Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sudah lama kami menempati
rumah ini. Kira-kira sejak tahun 2000 atau pada tahun kelahiranku. Lingkungan tempat
tinggal kami sangat nyaman, dengan suhu yang dingin dan tentram tidak ada suara kendaraan
yang mengganggu di luar sana, karena kami tinggal di perkampungan. Saya adalah anak yang
tertutup dan cenderung pendiam karena saya sangat tidak kuat berlama-lama apabila harus
bersosialisasi dengan banyak orang, terutama orang yang baru saya jumpai (style of life).
Namun, apabila dengan orang yang sudah akrab atau dengan keluarga, saya tidak berperilaku
pendiam, bahkan saya berperilaku sangat aktif dan ceria. Saya sudah mempunyai kepribadian
yang cenderung tertutup sejak saya masuk sekolah tingkat Taman Kanak-kanak. Dan hingga
saat ini, kepribadian saya yang cenderung tertutup masih melekat dalam diri saya, apabila
saya bersikap layaknya orang yang terbuka dan ceria di depan umum, itu sangat tidak
membuat saya nyaman. Saya masuk TK untuk pertama kali saat usia saya 4 tahun. TK saya
bernama “TKIT Salman Al Farisi 2”.Saya bersyukur bisa masuk TK tersebut karena disana
saya banyak mempelajari hal khususnya pengetahuan keislaman yang tidak diajarkan TK
lainnya. Namun, dahulu saat TK, Saya adalah anak yang sangat cengeng yang sangat
merepotkan orang lain karena harus mengurus anak seperti saya. Saya masuk ke tingkat
Sekolah Dasar pada usia 6 tahun, sedangkan kebanyakan teman-teman saya berusia 7 tahun.
Saya bersekolah di SDIT Salman Al Farisi, masih satu yayasan dengan TK tempat saya
sekolah sebelumnya. Kepribadian saya yang cenderung pendiam masih melekat kuat dalam
diri saya, bahkan saya sudah terkenal karena anaknya memang pendiam. Namun, saya tidak
peduli dengan itu. Saya tetap bisa menjalani aktivitas di sekolah dengan biasa walaupun
kadang ada kecanggungan apabila harus bermain dengan teman yang tidak akrab. Di SD ini
saya juga sempat masuk Rumah Tahfidz, yaitu lembaga menghafal AL-Quran semasa saya
kelas 4 SD. Rumah tahfidz seperti pondok pesantren tetapi khusus anak SD. Dan disana, saya
hanya bisa bertahan selama 1 tahun atau hingga kelas 5 SD, saya adalah pemain inti futsal
dan sepak bola. Saya pernah mewakili Sekolah, Kecamatan, dan Kabupaten saat ada
perhelatan O2SN bidang Sepak bola dan Futsal (Superioritas). Dan hingga sekarang ini,
hanya saya yang berhasil tembus mewakili kabupaten Sleman di Kejuaraan ini. Waktu SD,
saya juga bukan anak yang rajin belajar. Karena waktu saya buang hanya untuk bermain.
Padahal, saya juga menginginkan agar bisa masuk dan diterima di SMP Favorit di kota Jogja.
Namun, ternyata nilai ujian UN saya hanya mendapatkan sebesar 25,8 padahal nilai minimal
masuk SMP Favorit yaitu 27.0. Alhasih, saya tidak dapat masuk SMP Favorit di kota, dan
akhirnya saya masuk ke SMP IT Bina Umat, yang juga merupakan pondok pesantren. Pada
awal masuk di pondok, saya biasa saja dan tidak ada masalah. Namun, setelah seminggu
berlalu, akhirnya saya menangis juga. Saya menutupi tubuh dengan selimut dan menangis di
dalamnya. Bahkan, teman-teman saya ada yang heran kenapa saya menangis. Kira-kira
setelah dua minggu, saya akhirnya lebih betah tinggal di pondok, karena sudah kenal banyak
teman dan akrab dengan mereka. Saat di Pondok, saya adalah anak yang taat aturan. Karena,
apabila melanggar aturan, rambut saya yang jadi taruhannya. Maksudnya, apabila saya
melakukan pelanggaran tingkat tinggi rambut saya akan di potong hingga botak. Oleh karena
itu, semasa di Pondok, saya tidak pernah kena hukuman tersebut. Walaupun saya anaknya
sedikit pendiam dan tertutup, namun saya dipercaya menjadi sekretaris OSIS SMPIT Bina
Umat. Bahkan, saya juga sempat dicalonkan menjadi ketua OSIS (Masculine Protest).
Sebagai sekretaris OSIS, Saya banyak melakukan kegiatan di luar sekolah. Seperti, menyebar
proposal dana yang saat itu SMP kami sedang mengadakan kegiatan perlombaan untuk
sekolah di Provinsi DIY yang akhirnya berjalan lancar tanpa ada kendala seperti kekurangan
dana dan sebagainya. Itu merupakan pengalaman saya yang menyenangkan, saat menyebar
proposal dana dan mendapat sumbangan dana yang banyak. Semasa SMP, Saya mempunyai
satu sahabat yang sangat dekat. Yang hingga saat ini, saya pikir hanya dia yang pernah
menjadi sahabat terbaikku. Dia merupakan anak dari direktur pondok pesantren ini sendiri.
Aku dan dia sering bertukar pendapat dan tak jarang juga kami bertengkar. Pada masa akhir-
akhir tahun ajaran kelas 3 SMP, Saya belajar mati-matian untuk bisa masuk ke SMA Favorit
di kota Jogja.(Agresi)Namun, nasib saya ternyata tidak beruntung. Penyakit saya kambuh dan
saya harus pulang ke rumah dan belajar di rumah sejak itu. Sehingga nilai ujian saya tidak
memuaskan dan saya tidak bisa lanjut ke SMA Favorit. Namun, saya lanjut ke MA Favorit di
kota yaitu MAN 1 Yogyakarta. Di tingkatan ini, saya sangat dituntut untuk bisa mandiri.
Saya juga mulai bawa motor sendiri dari tumah. Walaupun sempat dilarang karena saya
belum begitu sembuh dari penyakit namun saya tetap ingin naik motor ke sekolah. Hingga
suatu hari, saya kambuh dan kecelakaan di jalan. Untungnya orang tua saya tidak mengetahui
bahwa saya mengalami kecelakaan, kalau mereka mengetahui mungkin saya tidak akan
diperbolehkan lagi mengendarai motor ke sekolah. Semasa di SMA, saya tidak mengikuti
apapun ekskul maupun organisasi. Karena kepribadian saya yang tertutup masih saja melekat
pada diri saya. Saya tidak nyaman berada di antara banyak orang yang saya tidak akrab
dengan mereka. Alhasil, saya hanyalah siswa kupu-kupu berangkat sekolah langsung pulang
tanpa melakukan atau kumpul kegiatan organisasi. Sejak kelas 1 SMA, target saya adalah
bisa lolos ke PTN jurusan Informatika. Namun, saya malah sempat bermalas-malasan hingga
tiba-tiba kelas 3 SMA pun terasa cepat sekali. Saya SMA Jurusan MIPA, namun pada
awalnya saya mengincar jurusan kedokteran umum. Lalu, saya pun sadar diri karena jalan
yang harus saya lalui cukup berat apabila ingin lolos PTN jurusan Kedokteran Umum.
Akhirnya pada saat akhir-akhir masa SMA, saya pindah haluan dari yang awalnya jurusan
MIPA, saya fokus belajar IPS karena saya mengincar jurusan Psikologi. Saya juga ikut
bimbingan belajar sepulang sekolah dan belajar terus-menerus walaupun saya mudah lelah
menjalani ini semua. Namun, demi lolosnya saya ke PTN saya berhari-hari belajar sangat
keras berbeda dari saya yang dulu sangat pemalas (Superioritas).
Akhirnya, setelah berjuang cukup keras, saya bisa lolos ke PTN yaitu Universitas Negeri
Malang (Teologi). Saya langsung berusaha mencari teman sebanyak-banyaknya pada waktu
Masa Orientasi, agar bisa menjadi orang yang punya banyak teman dan tidak kesepian di
perantauan. Saya berusaha mengakrabkan diri dengan siapa saja, walaupun hingga sekarang
teman akrab saya masih bisa dihitung dengan jari, tetapi saya tetap senang bisa punya teman
akrab. Dan target saya saat ini adalah, bisa menjadi mahasiswa yang berprestasi, walaupun
saya sering dihambat oleh penyakit saya yang sering kambuh, namun saya tetap memasang
target itu agar bisa tercapai. Semasa kuliah di Malang ini, saya sangat dituntut untuk mandiri
karena saya tinggal kos. Serta harus bisa mengatur keuangan sendiri untuk hidup dan makan
sehari-hari. Karena saya sebagai satu-satunya anak yang melanjutkan hingga jenjang kuliah,
saya harus melakukan yang terbaik demi kedua orang-tua saya, dan saya tidak ingin membuat
mereka kecewa nantinya (Final Destination). Sebagai anak kedua, saya harus bisa menjadi
anak yang berbakti dan memberi contoh kepada adik-adik saya. (Anak Kedua)

Anda mungkin juga menyukai