Hasil
Hasil
3.2.3 Penentuan Berat Molekul Zat X
Zat X
- ditambahkan 2 gram zat x pada larutan hasil pada skema 3.3.2
setelah dibiarkan mencair.
- diamati tf campuran seperti pada skema kerja 3.3.2.
- dihitung ∆ T f
- dihitung berat molekul zat x tersebut
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Penentuan Tetapan Penurunan Titik Beku Asam Asetat Glasial
A. Penentuan Titik Beku (Tof) dan KfAsam Cuka
Pengukuran Hasil
Volume asam asetat glasial 20,0 mL
Berat jenis asam cuka 1,049 gr/mL
Titik beku asam cuka (Tof) 8 oC
Massa asam asetat glasial 20,98 g
Tetapan penurunan titik beku molal 9,39g.K.mol-1
4.2 Pembahasan
Percobaan penentuan titik beku larutan bertujuan untuk menentukan tetapan
penurunan titik beku molal pelarut dan menentukan berat molekul zat non volatil yang
tidak diketahui. Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku
larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Penurunan titik beku
disebabkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi
tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang).
Penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi
partikel dalam larutan (Chang, 2003).
Percobaan penentuan titik beku larutan ini terdiri dari dua tahap yaitu menentukan
tetapan penurunan titik beku molal dan menentukan berat molekul zat x. Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah asam cuka glasial sebagai pelarut dan zat
terlarutnya adalah naftalen dan zat x. Alat yang akan digunakan disusun terlebih dahulu
sesuai skema alat yang sudah ditentukan. Gelas beaker terbesar diisi dengan campuran es,
garam, dan sedikit air, kemudian diselipkan gelas beaker kedua berisi air yang sudah
dikelilingi campuran es, garam, dan air tersebut. Penambahan garam ini bertujuan untuk
mempertahankan suhu di sekitar sistem dan menurunkan titik beku air sehingga es batu
tidak cepat mencair. Gelas beaker ketiga berisi pelarut asam cuka glasial sebanyak 20 mL
untuk diukur suhunya yang dimasukkan dalam gelas beaker kedua. Pengukuran suhu pada
percobaan ini menggunakan termometer agar lebih akurat serta terkontrol dengan baik.
Pengamatan perubahan suhu dilakukan setiap menit dan pengukuran dilakukan hingga
suhu konstan dimana suhu yang konstan adalah titik beku larutan tersebut, suhu pada menit
pertama diketahui sebesar 15 oC. Suhu konstan diperoleh pada menit keenam sebesar 4 oC
yang merupakan titik beku pelarut murni. Titik beku yang diperoleh tidak sesuai literatur
yaitu sebesar 16,6 oC, ketidaksesuain ini kemungkinan karena adanya pengotor pada
sampel sehingga titik beku yang diperoleh belum dalam murninya. Grafik penurunan suhu
pada asam cuka glasial digambarkan pada grafik berikut:
15
Temperatur (0C)
0
0 2 4 6 8 10
Menit Ke-
Gambar 4.1 Hubungan penurunan suhu terhadap waktu pada asam cuka glasial.
Pelarut selanjutnya dinaikkan suhunya dengan dipanaskan pada penangas dan
ditambahkan naftalen sebagai zat terlarut. Larutan setelah larut kemudian dibiarkan hingga
suhunya kembali normal dan dilakukan seperti percobaan sebelumnya. Pengukuran suhu
ini dilakukan pengulangan, suhu pada menit pertama di pengulangan pertama sebesar 21
o
C, sedangkan pada pengulangan kedua sebesar 14 oC. Suhu konstan diperoleh pada menit
kesepuluh di pengulangan pertama sebesar 5 oC, sedangkan pada pengulangan kedua di
menit kedelapan sebesar 4 oC. Pengukuran temperatur pada campuran naftalen dan asam
asetat glasial didapatkan titik beku rata – rata adalah 3,5 ºC. Grafik penurunan suhu asam
cuka glasial yang ditambahkan naftalen seperti berikut:
20
Temperatur (0C)
15
f(x) = − 1.38 x + 16.6
R² = 0.74
10 f(x) = − 1.43 x + 13.14
R² = 0.84
Pengulangan ke-1
5
Linear (Pengulangan
ke-1)
0
Pengulangan ke-2
0 2 4 6 8 10 12
Linear (Pengulangan
Menit Ke- ke-2)
Gambar 4.2 Hubungan penurunan suhu terhadap waktu asam cuka glasial yang
ditambahkan naftalen pada kedua pengulangan.
Grafik diatas menunjukkan bahwa penambahan naftalen dapat menurunkan titik beku
asam asetat glasial. Penambahan naftalen menyebabkan penurunan energi bebas dari
pelarut, sehingga kemampuan pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya akan menurun
pula. Tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila dibandingkan dengan
tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni. Penurunan tekanan uap sebanding
dengan penurunan titik beku, sehingga tekanan uapnya turun maka perubahan titik beku
juga akan turun, dan sebaliknya. Penurunan titik beku juga diakibatkan oleh adanya
partikel naftalen yang menghalangi interaksi molekul asam asetat glasial untuk menjadi
padat. Naftalen melemahkan interaksi antar molekul dalam asam asetat sehingga asam
asetat terganggu dan suhu yang digunakan untuk membeku menjadi semakin kecil,
sehingga titik beku larutan asam asetat glasial akan menurun setelah terjadi penambahan
naftalen.
Tahap selanjutnya yaitu penentuan berat molekul. Asam asetat yang sudah
dilarutkan naftalen selanjutnya ditambahkan zat x dan diaduk hingga homogen. Perlakuan
yang sama dilakukan seperti pada penambahan naftalen. Perubahan suhu diukur tiap menit
hingga didapatkan suhu konstan yaitu pada suhu 3 ºC untuk pengulangan pertama dan 2 ºC
untuk pengulangan kedua. Suhu yang diperoleh ini merupakan titik beku campuran.
Penurunan yang terjadi disebabkan bertambahnya jumlah zat terlarut dalam larutan.
Penurunan suhu ini semakin bertambah seiring banyaknya jumlah zat yang ditambahkan
karena semakin banyak jumlah partikel di dalamnya maka semakin berkurang energi
kinetik yang dihasilkan. Penurunan titik beku yang terjadi dapat mengindikasikan bahwa
larutan tersebut bukan merupakan larutan murni yang disebabkan adanya penambahan zat
terlarut. Pengukuran temperatur pada campuran naftalen dan zat x dalam pelarut asam
asetat glasial didapatkan titik beku rata – rata adalah 2,5 ºC. Grafik penurunan suhu
campuran asam cuka, naftalen, dan zat x adalah sebagai berikut:
25
f(x) = − 2.41 x + 25.73
Temperatur (0C)
20 R² = 0.99
15
10 Pengulangan ke-1
f(x) = − 1.33 x + 11.25
R² = 0.82 Linear (Pengulangan
5 ke-1)
0 Pengulangan ke-2
0 2 4 6 8 Linear10 12
(Pengulangan
ke-2)
Menit Ke-
Gambar 4.3 Hubungan penurunan suhu terhadap waktu asam cuka glasial yang
ditambahkan naftalen dan zat x pada kedua pengulangan.
Harga Kf larutan asam cuka glasial yang didapatkan pada percobaan ini adalah 9,39
g.K/mol. Harga Kf asam asetat secara teori adalah 3,9 g.K/mol. Perbedaan harga Kf
dikarenakan pelarutannya belum larut sempurna karena. Harga ketetapan titik beku suatu
larutan dapat digunakan untuk menghitung berat molekul suatu senyawa atau zat yang
merupakan suatu pelarut yang ditambahkan dalam larutan. Rumus yang sudah ada dapat
membantu dalam penentuan berat molekul suatu zat terlarut. Percobaan ini menggunakan
penambahan naftalen dan zat x yang merupakan senyawa garam yaitu NaCl.
Senyawa atau zat x yang non-volatil memiliki berat molekul 28,46 g/mol. Berat
molekul senyawa ini didapatkan dengan menghitung dari persamaan penurunan titik beku.
Senyawa zat x yang ditambahkan adalah natrium klorida yang memiliki berat molekul
58,44 gram/mol. Hasil yang didapatkan apabila dibandingkan dengan NaCl memiliki
perbedaan yang cukup besar. Hal ini bisa terjadi dikarenakan senyawa yang dihasilkan dari
campuran naftalen dan zat x dalam pelarut asam asetat glasial bukanlan senyawa murni
natrium klorida yang mengandung zat pengotor dan dapat mempengaruhi berat suatu
molekul.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penentuan tetapan penuruan titik beku pelarut dapat diketahui dari besarnya
penurunan titik beku pelarut sehingga diperoleh nilai tetapan penurunan titik beku
asam cuka glasial sebesar 9,39 g.K/mol.
2. Berat molekul zat non volatil yaitu NaCl diperoleh sebesar 28,46 g/mol.
5.2 Saran
1. Praktikan harus memahami dan menguasai percobaan dan melakukan percobaan
dengan hati-hati untuk meminimalisir kesalahan.
2. Praktikan juga harus teliti dalam mengamati perubahan, dalam mebaca skala
termometer, dan dalam pelarutan agar tidak mempengaruhi hasil dan diperoleh hasil
sesuai teori.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet: Akuades MSDS [Serial Online]
http://www.sciencelab.com/msds. Diakses 19 Oktober 2016.
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet: Asam Cuka MSDS [Serial Online]
http://www.sciencelab.com/msds. Diakses 19 Oktober 2016.
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet: Natrium Klorida MSDS [Serial Online]
http://www.sciencelab.com/msds. Diakses 19 Oktober 2016.
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet: Naftalen MSDS [Serial Online]
http://www.sciencelab.com/msds. Diakses 19 Oktober 2016.
Atkins, P.W. 1987. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Bird, T. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia.
Brady. 2002. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara.
Chang, R. 2003. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Kusmawati, T.M. 1999. Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Jakarta : Rineka Cipta
Tim Kimia Fisik. 2016. Penuntuk Praktikum Kimia Fisik I. Jember : FMIPA Universitas
Jember.
LAMPIRAN
1. Penentuan nilai Kf
T°f asam cuka =8°C=281K
T°f naphtalen = 4,5°C= 277,5K
ΔTf 1 = T°f asam cuka - T°f naphtalen
= 281K – 277,5K = 3,5K
W asam cuka
ρasam cuka= ↔ W asam cuka=ρ asamcuka x V asam cuka
V asamcuka
g 3
W asam cuka=1,049 3
x 20 cm =20,98 g
cm
W asam cuka x Mrnaphtalen x ∆ T f
Kf =
1000 x W naphtalen
g
20,98 g x 128 x 3,5 K
mol g
Kf = =9,39 K
1000 x 1 g mol
2. Penentuan Mr zat X
T°f asam cuka = 8°C= 281K
T°f zat X = 2,5°C= 275,5 K
ΔTf 2 = T°f asam cuka - T°f zat X
= 281K – 275,5K = 5,5 K
ΔTf total = ΔTf 2+ ΔTf 1
= 3,5 K + 5,5K = 9K
1000 x K f W zatX W naphtalen
∆ T ftotal =
( W asamcuka ) {( Mr zatX
+
)(
Mrnaphtalen )}
g
9 K= ( 1000 x 9,39
mol
20,98 g
K
){( 1g
Mr zatX )
−
(
1g
128
g
mol )}
9 K = 447,5 x ( Mr1 zatX
−
1
128 )
9K= ( Mr447,5 − 447,5
128 )
zatX
128,17
1K= – 3,496
Mr zatX
4,496× Mr zatX = 128
Mr zatX = 28,46 gr/mol