1
Universitas Negeri Medan, INDONESIA
* CORRESPONDENCE: siskaapulinap@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas bahan pembelajaran melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Konteks Budaya Karo (PBL-KCC), serta meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan efikasi diri siswa. Bahan pembelajaran
yang dikembangkan adalah rencana pelajaran, buku siswa, lembar kerja siswa, instrumen tes
kemampuan pemecahan masalah matematika dan angket self-efficacy siswa. Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan model 4-D
Thiagarajan. Bahan ajar yang telah memenuhi kriteria valid menurut ahli, diuji di kelas VII SMP
Negeri 2 Sibolangit. Hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa bahan ajar berbasis
PBL-KCC memenuhi kriteria efektivitas dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika dan self-efficacy siswa.
PENGANTAR
Pendidikan adalah aspek yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Melalui pendidikan,
karakter dan kepribadian masing-masing komunitas dibangun. Orang yang berpendidikan
diharapkan mampu bersaing dengan negara-negara di dunia yang penuh dengan persaingan.
Pertumbuhan negara di masa depan akan tergantung pada pengetahuan. Dalam hal ini, lebih
banyak pekerjaan akan memerlukan kualifikasi pendidikan tinggi (Dumciuviene, 2015).
Matematika sebagai mata pelajaran wajib dalam pendidikan formal memiliki posisi dan peran
yang sangat penting. Salah satu tujuan matematika adalah kemampuan pemecahan masalah, yang
penting untuk dikembangkan bagi siswa. Ini juga sesuai dengan standar proses Dewan Nasional
Guru Matematika mengatakan bahwa keterampilan pemecahan masalah matematika adalah
kemampuan penting yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika (NCTM, 2010).
Keterampilan pemecahan masalah memiliki tempat penting di antara tujuan utama kurikulum
kontemporer (Ozturk & Guven, 2016). Seperangkat alasan pentingnya kemampuan pemecahan
masalah matematika, sebagai berikut: a) pemecahan masalah keterampilan kognitif umum
berkembang, b) pemecahan masalah mendukung pengembangan kreativitas, c) pemecahan
masalah adalah bagian dari proses aplikasi matematika,
Ini diperoleh ketika peneliti melakukan observasi awal di kelas VII-B SMP Negeri 2 Sibolangit
dengan memberikan pertanyaan tes pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
yang dianalisis berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah matematika. Indikator
pemecahan masalah matematika
Sejarah artikel: Menerima 8 Januari 2019 Direvisi 23 Januari 2019 Diterima 26 Januari 2019
© 2019 oleh penulis; pemegang lisensi Modestum Ltd., UK.Persyaratan Akses Terbuka Lisensi Internasional
Creative Commons Attribution 4.0 (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/) menerapkan. Lisensi
memungkinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi tanpa batas dalam media apa pun, dengan syarat
bahwa pengguna memberikan kredit tepat kepada penulis asli dan sumbernya,
TINJAUAN PUSTAKA
Masalah Matematika dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
Pertama Masalahnya adalah ciptaan, di mana seorang individu yang menghadapi merasa perlu
untuk memecahkan atau ingin menyelesaikan (Aydogdu, 2014). Pemecahan masalah secara umum
telah diterima sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan berpikir. NCTM (2000)
menyatakan, “Memecahkan masalah bukan hanya tujuan pembelajaran matematika tetapi juga
sarana utama untuk melakukannya. ... Dalam kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja, menjadi
pemecah masalah yang baik dapat menghasilkan keuntungan besar. ... Pemecahan masalah adalah
bagian integral dari semua pembelajaran matematika ”.
Pemecahan masalah matematika sebagai proses menafsirkan situasi secara matematis, yang
biasanya melibatkan beberapa siklus berulang mengekspresikan, menguji, dan merevisi
interpretasi matematika dan memilah, mengintegrasikan, memodifikasi, merevisi atau
memperbaiki kelompok konsep matematika dari berbagai topik di dalam dan di luar matematika
(Lesh & Zawojewski, 2013). Dalam disiplin matematika, penggunaan keterampilan pemecahan
masalah sangat penting dan sangat berpengaruh (Vettleson, 2010). Pemecahan masalah adalah
dasar dari semua penemuan matematika dan ilmiah. Dalam disiplin ilmu matematika menggunakan
keterampilan pemecahan masalah memiliki pengaruh yang sangat penting. Pemecahan masalah
adalah dasar dari semua matematika dan proses menemukan pengetahuan baru.
Efikasi Diri
Self-efficacy, kepercayaan tentang kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas tertentu,
memengaruhi tugas yang dipilih karyawan untuk dipelajari dan tujuan yang mereka tetapkan untuk
diri mereka sendiri (Lunenburg, 2011). Self-efficacy juga memengaruhi tingkat upaya dan kegigihan
karyawan saat mempelajari tugas-tugas sulit. Indikator self-efficacy menurut Bandura adalah: (1)
keyakinan untuk dapat menyelesaikan berbagai masalah; (2) keyakinan untuk dapat memecahkan
masalah yang terkait dengan orang lain; (3) kemampuan untuk memecahkan masalah dengan
solusi yang tepat (Manurung, 2015).
Teori kognitif sosial, self-efficacy sangat berguna dalam menciptakan kepercayaan diri pada
seseorang (Sartawi, 2012). Self-efficacy memengaruhi motivasi masing-masing individu, upaya apa
yang dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan sejauh mana mereka dapat percaya diri
dalam melaksanakan tugas. Bahkan, self-efficacy juga terbukti memengaruhi seseorang untuk
dapat membuat konsep dan saling menghormati.
Dari beberapa makna di atas, dapat disimpulkan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu
dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam berbagai situasi dan mampu
menentukan tindakan dalam menyelesaikan tugas atau masalah tertentu, sehingga individu
tersebut mampu mengatasi hambatan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Materi pembelajaran
Pengembangan adalah proses, cara, tindakan berkembang. Perangkat pembelajaran adalah
seperangkat sumber belajar yang memungkinkan siswa dan guru untuk melakukan kegiatan
belajar. Ibrahim mengatakan bahwa bahan belajar adalah bahan yang digunakan dalam proses
belajar-mengajar. Materi pembelajaran berfungsi untuk memberikan arahan bagi pelaksanaan
pembelajaran sehingga menjadi terarah dan efisien (Trianto, 2013).
Bahan pembelajaran adalah sejumlah alat, media, instruksi, dan pedoman yang akan digunakan
siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Jadi pengembangan materi pembelajaran adalah
proses yang dilakukan untuk menghasilkan serangkaian materi pembelajaran yang digunakan oleh
guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Serangkaian alat belajar yang harus disiapkan
oleh seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas, termasuk: (a) Rencana Implementasi
Pembelajaran; (b) Buku Pelajar; (c) Buku Pegangan Guru (BPG); (d) Lembar Kegiatan Siswa (LAS);
(e) Tes kemampuan belajar. Dalam penelitian ini, alat pembelajaran yang dikembangkan adalah
Buku Siswa, Lembar Aktivitas Siswa, Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, dan
Kuisioner Self-efficacy.
Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran menggunakan Problem-Based
Learning dengan Karo Cultural Context adalah perangkat pembelajaran yang meliputi langkah-
langkah Pembelajaran Berbasis Masalah, dimana masalah awal yang disajikan adalah dalam bentuk
masalah kontekstual terkait dengan berbagai Konteks budaya Karo.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (desain research). Penelitian ini menggunakan
model pengembangan Thiagarajan et al. (1974) yang juga sering disebut sebagai 4-D, meliputi 4
tahap yaitu mendefinisikan, mendesain, mengembangkan dan menyebarluaskan.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sibolangit, yang merupakan salah satu sekolah
menengah pertama di Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Negeri 2 Sibolangit pada tahun akademik 2018/2019 yang
berjumlah 32 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah materi pembelajaran yang dikembangkan
melalui pembelajaran berbasis masalah dengan konteks budaya Karo (PBL-KCC) pada topik
segiempat, yaitu rencana pelajaran, buku siswa, lembar aktivitas siswa, tes kemampuan
pemecahan masalah matematika, dan self-efficacy siswa. daftar pertanyaan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan kuesioner. Tes digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika dan kuesioner digunakan untuk
menangkap tanggapan. Selanjutnya, untuk melihat efektifitas materi pembelajaran, yang dilihat
dari: (1) Ketuntasan belajar klasikal siswa minimal 85% siswa yang mendapat tes kemampuan
pemecahan masalah matematis telah memperoleh skor minimal 70; (2) Pencapaian tujuan
pembelajaran untuk setiap item dalam tes kemampuan pemecahan masalah matematika
setidaknya 75%; (3) Setidaknya 80% siswa merespons positif terhadap komponen materi
pembelajaran yang dikembangkan; dan (4) Waktu belajar yang digunakan tidak melebihi waktu
belajar yang biasa (Hasratuddin, 2018).
Untuk menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, data
diperoleh dari hasil pre-test dan post-test siswa. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dapat diperoleh dari data indeks gain dinormalisasi Hake (1999), sebagai
berikut:
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑣𝑣𝑔𝑔𝑣𝑣𝑣𝑣𝑝𝑝 - 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑣𝑣𝑔𝑔𝑣𝑣𝑣𝑣𝑝𝑝
𝑁𝑁 - 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 =
𝑔𝑔𝑖𝑖𝑝𝑝𝑔𝑔𝑣𝑣 𝑣𝑣𝑔𝑔𝑣𝑣𝑣𝑣𝑝𝑝 - 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑣𝑣𝑔𝑔𝑣𝑣𝑣𝑣𝑝𝑝
dengan kriteria indeks gain dinormalisasi (g) ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Skor Penghasilan Normalisasi
Dapatkan Kategori
skor
g> 0,7 Tinggi
0,3 <g ≤ 0,7 Medium
g ≤ 0,3 Rendah
Prestasi yang digunakan dalam kuesioner self-efficacy siswa diambil berdasarkan skala Likert.
Untuk menentukan skor jawaban siswa, peneliti menerapkan pedoman penilaian untuk setiap
pernyataan, yaitu skor untuk setiap pernyataan adalah 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3
(setuju), dan 4 (sangat setuju). Suwandi menyatakan bahwa untuk menentukan kisaran penilaian
efikasi diri siswa menggunakan kriteria berikut yang ditunjukkan padaMeja 2 (Aufa et al., 2016).
HASIL
Deskripsi Tahap Pengembangan Materi Pembelajaran
Dalam penelitian pengembangan ini, materi pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis
masalah dengan konteks Karo Culture (PBL-KCC) telah memenuhi kualitas bahan pembelajaran
yang efektif dalam percobaan II. Draf akhir telah diperoleh dalam uji coba II. Hasil pengembangan
materi pembelajaran menggunakan model 4-D Thiagarajan dijelaskan sebagai berikut.
Tahap 1-Tentukan
Berdasarkan pengamatan bahan ajar di SMP Negeri 2 Sibolangit ditemukan beberapa kelemahan
pada bahan ajar yang digunakan oleh guru, karena guru belum mengembangkan RPP sesuai
dengan karakteristik siswa, materi pelajaran dalam buku yang digunakan oleh guru dan siswa tidak
ada masalah. tidak rutin seperti terkait masalah kontekstual, dan guru tidak menggunakan lembar
kerja siswa sebagai dukungan untuk kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut, dalam proses
pembelajaran guru masih menggunakan pendidikan konvensional, dan guru juga tidak terbiasa
memberikan kepercayaan kepada siswa melalui kata-kata motivasi sehingga siswa memiliki self-
efficacy dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
Tahap 2-Desain
Pada tahap ini dihasilkan rancangan awal rencana pelajaran untuk 5 pertemuan, buku siswa,
lembar kerja siswa, tes kemampuan pemecahan masalah matematika, dan angket self-efficacy
siswa. Semua hasil pada tahap desain ini disebut konsep I.
Tahap 3-Kembangkan
Pada tahap ini, draft I yang telah direvisi berdasarkan para ahli diuji pada kelas luar subjek
penelitian. Tujuannya adalah untuk melihat kelemahan dalam draft I sehingga dapat direvisi dan
menyempurnakan materi pembelajaran yang dikembangkan. Hasil validasi ahli dalam bentuk
penilaian validitas isi yang menunjukkan bahwa semua materi pembelajaran memenuhi kriteria
valid, dengan total nilai rata-rata rencana pelajaran validasi adalah 4,38, buku siswa 4,43, dan
lembar kerja siswa 4,39. Semua item tes kemampuan pemecahan masalah matematika dan
kuesioner self-efficacy siswa memenuhi kriteria yang valid dan dapat diandalkan. Reliabilitas
instrumen digunakan untuk menentukan hasil tes. Setelah perhitungan, reliabilitas tes kemampuan
pemecahan masalah matematika adalah 0,751 (kategori tinggi) dan self-efficacy kuesioner adalah
0,891 (kategori sangat tinggi).
Setelah materi pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi kriteria validitas, maka
materi pembelajaran dalam bentuk draft II diuji di subjek dan tempat penelitian, yaitu SMP Negeri 2
Sibolangit, selanjutnya diacu sebagai percobaan I. Berdasarkan hasil analisis data uji coba I,
ditemukan bahwa bahan ajar yang dikembangkan tidak memenuhi semua kriteria yang efektif,
sehingga dilakukan perbaikan untuk menghasilkan bahan ajar
yang memenuhi semua kriteria efektif yang ditetapkan. Revisi dilakukan berdasarkan temuan dari
kelemahan bahan pembelajaran dalam uji coba I, yaitu untuk rencana pelajaran terkait dengan
alokasi waktu belajar, serta pada buku siswa dan lembar kerja terkait dengan materi yang
diajarkan. Setelah revisi selesai, uji coba II dilakukan untuk menentukan keefektifan materi
pembelajaran, serta peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan pencapaian
self-efficacy siswa.
Tahap 4-Diseminasi
Pengembangan materi pembelajaran mencapai tahap akhir jika telah memperoleh nilai positif
dari para ahli dan melalui tes pengembangan. Materi pembelajaran kemudian dikemas,
didistribusikan dan ditentukan untuk skala yang lebih luas. Namun dalam penelitian ini tahap
penyebaran tidak dilakukan, sehingga tahap keempat tidak dijelaskan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan diskusi dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa materi
pembelajaran berbasis Problem Based Learning dengan konteks Karo Culture (PBL-KCC) telah
memenuhi kriteria efektifitas dan kemampuan pemecahan masalah matematika dan self-efficacy
siswa mengalami peningkatan. . Penelitian ini menunjukkan bahwa materi pembelajaran berbasis
PBL-KCC adalah hal penting untuk dipertimbangkan dalam upaya memaksimalkan prestasi belajar
matematika siswa. Dengan demikian, diharapkan guru matematika mencari pembelajaran
matematika menggunakan bahan pembelajaran berbasis PBL-KCC.
Pernyataan pengungkapan
Tidak ada potensi konflik kepentingan yang dilaporkan oleh penulis.
http://www.iejme.com