208775-Kelompok 7
208775-Kelompok 7
Perut Mules
STEP 1
STEP 2
Leopold II
Leopold III
1) Xx
2) X
Leopold IV
1) Konfirmasi ulang bagian kepala janin apakah sudah masuk atau tidak.
2) Tangan ditaruh dibawah, merasakan posisi kepala janin
3. Pengisian Partograf
Tujuan
1) Mencatat observasi dan kemajuan persalinan
2) Apakah persalinan normal
3) Deteksi dini kemungkinan partus
Penggunaan
Isi
1) Identifikasi ibu
2) DJJ
3) Waktu dan jam fase aktif
4) Obat dan cairan yang diberikan
STEP 4
TFU
Usia kehamilan
12 minggu 1-2 jari diatas simfisis
20 minggu 3 jari dibawah pusat
24 minggu tepat pusat
32 minggu pertengahan proc. Dan
40 minggu pertengahan proc. umbilicus
3. Partograph
Fase aktif
Informasi ibu (nama, umur, gravida, partus, abortus, waktu pecah
ketuban)
DJJ. Cek setiap 30 detik.
Warna ketuban, dilakukan dengan melihat selaput ketuban. U J M D
K.
Pembukaan serviks, presentasi janin, molase kepala janin. 0 1 2 3.
garis waspada, garis bertindak
Waktu persalinan
Kontraksi uterus : frekuensi lama
Obat oksitosin, cairan IV
Kondisi ibu dipantau dan dicatat, ttv
Urin, protein, volume. Cek stiap 2 jam
4. Factor yang mempengaruhi persalinan
1) Power
His. Kala I simetris, dominan, involunter, semakin besar, efek
mengejan. Kala II 3-4 menit 60-90 detik, reflex mengejan. Kala III
istirahat sejenak. Kala IV
2) Passage
Jalan lahir lunak
3) Passanger
Janin, plasenta, dan selaput ketubannya
4) Psikologi
Emosi, dukungan keluarga, kesiapan ibu
5) Penolong
Kesiapan penolong
Peyulit
1) Power
Kontraksi uterus kurang
2) Passage
Ukuran tulang panggul sempit, tumor
3) Passanger
Malpresentasi, malposisi, letak lintang, sungsang
4) Psikologi
Cemas, kurang persiapan, stress. Hormone kortisol jadi lama
persalinannya.
5. Tanda-tanda persalinan
Tahap permulaan
1) Terasa ringan di bagian atas, sesak berkurang
2) Bawah teras penuh, sering berkemih
3) Fundus uteri turun
Tahap persalinan
4) His permulaan, nyeri bagian bawah perut, serviks belum berubah
5) Pinggang terasa sakit menjalar kedepan, perubahan serviks
6) Adanya lender dan darah, pembukaan
7) Cairan air ketuban pecah
8) Kontraksi uterus dengan frekuensi 2x10 menit
6. Proses persalinan
Kala I
His belum kuat
Pendataran serviks
Pembukaan serviks 1-10 cm
Fase laten
8 jam
Panjang
Fase aktif
2 jam
Dilatasi maksimal 4-9 cm
Fase deselarisasi
9-10 cm
Kala II
Lahirnya bayi
His kuat dan cepat 100—120 detik
Kala III
8-5 menit
2-3 menit plasenta lahir. Naiknya fundus uteri
Kala IV
Anamnesis Power
Fisiologi
PF umum Passage
Persalinan
PF obsetrik Passanger
PP lab Psikologis
USG Penolong
Kala I
partograf
Kala II
Kala III
STEP 5
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
Gambar 2.1 Faktor faktor kunci yang berperan dalam fase fase persalinan.3
Steroid-steroid Seks
a. Estrogen dan Progesteron
Progesteron sangat penting untuk pemeliharaan kehamilan dini, dan
hilangnya progesteron akan mengakibatkan berakhirnya kehamilan. Progesteron
menyebabkan hiperpolarisasi miometrium, mengurangi amplitudo potensial aksi
dan mencegah kontraksi efektif. Progesteron mengurangi reseptor-reseptor
adrenergik alfa, menstimulasi produksi cAMP, dan menghambat sintesis reseptor
oksitosin. Progesteron juga menghambat sintesis reseptor estrogen, membantu
penyimpanan prekursor prostaglandin di desidua dan membran janin, dan
menstabilkan lisosom-lisosom yang mengandung enzim-enzim pembentuk
prostaglandin. 4
Estrogen merupakan lawan progesteron untuk efek-efek ini dan mungkin
memiliki peran independen dalam pematangan serviks uteri dan membantu
kontraktilitas uterus. Jadi rasio estrogen : progesteron mungkin merupakan suatu
parameter penting. Jadi untuk sebagian individu, suatu penurunan kadar
progesteron ataupun peningkatan estrogen dapat memulai persalinan. Telah
dibuktikan bahwa suatu peningkatan rasio estrogen : progesteron meningkatkan
jumlah reseptor oksitosin dan celah batas miometrium ini dapat menjelaskan
kontraksi efektif terkoordinasi yang mencirikan persalinan sejati. 4
b. Oksitosin
Oksitosin adalah suatu hormon peptida yang diprosuksi oleh hipofisis
posterior. Dan dibebaskan dalam darah dari hipofisis posterior pada stimulasi
saraf oleh hipotalamus. Oksitosin menjalankan fungsinya melalui jalur
IP3/Ca2+/DAG. Sebagai stimulan otot uterus yang kuat. Oksitosin berperan kunci
dalam kemajuan persalinan. Infus oksitosin sering diberikan untuk menginduksi
ataupun membantu persalinan. Kadar oksitosin ibu maupun janin keduanya
meningkat spontan selama persalinan, namun tidak satupun yang dengan yakin
dapat dibuktikan meningkat sebelum persalinan dimulai. 4,7
c. Prostaglandin
Prostaglandin F2 yang diberikan intra-amnion ataupun intravena
merupakan suatu abortifum yang efektif pada kehamilan sedini 14 minggu.
Pemberian prostaglandin F2 pervagina akan merangsang persalinan pada
kebanyakan wanita hamil trimester ketiga. Amnion dan korion mengandung asam
arakidonat dalam kadar tinggi, dan desidua mengandung sintetase prostaglandin
yang aktif. Prostaglandin hampir pasti terlibat dalam pemeliharaan proses setelah
persalinan dimulai. 4
d. Katekolamin
Katekolamin dengan aktivitas adrenergik menyebabkan kontraksi uterus,
sementara adrenergik menghambat persalinan. Progesteron meningkatkan rasio
reseptor beta terhadap reseptor alfa di miometrium, dengan demikian
memudahkan berlanjutnya kehamilan. 4
e. Corticotropin Releasing Hormone (CRH)
Pada akhir fase 2 dan fase 3 modifikasi CRH reseptor mendorong
pembentukan cAMP sehingga meningkatkan kadar kalsium sel miometrium
melalui pengaktifan protein kinase c. Oksitosin bekerja untuk menurunkan
akumulasi cAMP yang dirangsang oleh CRH di jaringan miometrium sehingga
memperkuat potensi kontraksi. CRH yang dikeluarkan oleh plasenta bagian janin
ke dalam sirkulasi iu dan janin tidak saja mendorong pembentukan esterogen
plasenta sehingga akhirnya dapat menentukan saat dimulainya persalinan, tetapi
juga mendorong perubahan-perubahan di paru janin yang dibutuhkan untuk
menghirup udara. CRH dalam keadaan normal dikeluarkan oleh hipotalamus dan
mengatur pengeluaran ACTH oleh hipofisis anterior. ACTH kemudian
merangsang pembentukan kortisol dan DHEA oleh korteks adrenal. 4
f. Angiotensin II
Terdapat 2 angiotensin di uterus yaitu AT1 dan AT2, pada wanita hamil
AT1 lebih banyak sehingga terjadi pengikatan angiotensin II ke reseptor membran
plasma yang memicu terjadinya kontraksi. 4
g. Kortisol
Sekresi kortisol yang dirangsang oleh CRH ekstra sehingga mendorong
pematangan paru janin. Secara spesifik, Kortisol merangsang sintesis surfaktan
paru, yang dapat mempermudah ekspansi paru dan mengurangi kerja bernapas. 4
h. Relaksin
Relaksin berperan untuk melunakan serviks dalam persiapan untuk
pembukaan serviks saat persalinan dan melonggarkan jaringan ikat dan tulang-
tulang panggul sebagai persiapan untuk persalinan. 4
i. Nitrat oksida
Hormon ini berbentuk gas dan berfungsi untuk relaksasi miometrium dan
juga untuk pemantangan paru janin. 4
Gambar 2.2 Inisiasi dan kemajuan persalinan.4
Pada mulai terjadinya proses persalinan terdapat perubahan-perubahan
morfologik dan biokimia tersendiri didalam jaringan uterus yang mempersiapkan
kontraksi yang kuat dan terkoordinasi. Diantara perubahan ini adalah :
1. Perlunakan dan pematangan serviks.
2. Perkembangan gap junction diantara sel-sel miometrium
3. Peningkatan jumlah reseptor oksitosin pada miometrium.
4. Peningkatan reseptor kontraktif darimiometrium terhadap uterotonin.
Persalinan mulai saat benteng pemeliharaan kehamilan dilepaskan yang
menyebabkan pembentukan uterotonin dan uterotropin. Diantara yang paling
poten dari uterotonin ini adalah prostaglandin, oksitosin, angiotensin II, arginin
vasopresin, dan bradikinin. Beberapa uterotonin ini diproduksi dalam jaringan
intrauterin, seperti desidua uterus dan membran janin ekstraembrionik yang
merupakan jaringan sangat potensial enzimatik untuk pembentukan PGE2 dan
PGF2ά.
Tampak yang paling mungkin adalah bahwa persalinan diawali sebagai
respon terhadap uterotonin dan uterotropin yang diproduksi dalam uterus, yaitu
dalam jaringan uterus atau pada jaringan janin ekstraembrional. Sejumlah agen
bioaktif, yang diproduksi dalam jaringan-jaringan ini, berkumpul didalam cairan
amnion selama proses persalinan.
Pengaturan dan pembentukan gap junction merupakan subjek yang cukup
penting. Bukti telah diperoleh, dengan penelitian in vitro dan in vivo pada
binatang percobaan, bahwa progesteron menghambat dan estrogen meningkatkan
pembentukan gap junction. Beberapa prostanoid seperti PGE2, PGF2ά dan
tromboksan dan mungkin endoperoksida.
Merangsang pembentukan gap junction pada kehamilan cukup bulan gap
junction meningkat pada setiap sel dan selama proses persalinan jumlah dan
ukurannya semangkin meningkat. Gap junction menghilang pada 24 jam
postpartum.
PGE2 dan PGF2ά adalah stimuli yang poten untuk kontraksi miometrium dan
diyakini bekerja meningkatkan kontraksi miometrium dan diyakini bekerja
meningkatkan konsentrasi Ca2+ bebas intraselular, suatu proses yang
menghasilkan aktiviotas myosin light chain kinase, fosforilasi miosin, dan
kemudian interaksi miosin terfosforilasi dan aktin. PGE2 dan PGF2ά juga bekerja
menginduksi perubahan-perubahan pada pematangan serviks, yaitu aktivitas
kolagenase-kolagenasa dan suatu perubahan konsentrasi glikosaminoglikan.
Untuk beberapa lama, kita sudah bergulat dengan tiga teori umum yaitu :
1. Hipotesis " progesteron withdrawal "
2. teori oksitosin.
3. postulat sistem komunikasi ibu-janin.
Sekarang bukti yang paling besar menentang bentuk progesteron
withdrawal yang sudah dapat diketahui atau yang tersembunyi sebelum onset
persalinan spontan manusia. Tidak ada penurunan kadar atau kecepatan produksi
progesteron dalam darah sebelum mulainya persalianan dan tidak ada bukti yang
nyata untuk sekuestrasi khusus, penarikan produksi ekstraglandular, metabolisme
unik, atau kegagalan kerja progesteron yang menandai saat mulainya persalinan
manusia.
Demikian juga, sebagian fakta menentang peranan elementer oksitosin
dalam inisiasi persalianan spontan. Oksitosin merupakan suatu uterotonin yang
sangat poten yang penting dalam mempermudah kontraksi uterus pada stadium
dua persalinan namun tidak terbukti mengininsiasi persalinan.
Sedangkan peran janin dalam inisiasi persalinan yaitu dalam penarikan agen
pemeliharaan kehamilan melalui lengan plasenta sistem komunikasi janin-ibu.
Sebagai jalur alternatif janin yaitu melalui paru-paru janin atau ginjal lewat
sekresi atau eksresi yang memasuki cairan amnion ( lengan parakrin sistem
komunikasi janin-ibu ).
Fetus memiliki berat kelenjar adrenal yang sama dengan kelenjar adrenal
dewasa dan memiliki kemiripan dalam ukuran. Kelenjar adrenal yang
mendekati kelahiran fetus menghasilkan steroid kurang lebih 100-200
mg/hari, lebih tinggi dibandingkan dengan steroid yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal dewasa pada keadaan istirahat (30-40mg/hari) namun fungsi
steroid yang dihasilkan fetus berbeda dengan dewasa. Sebagai contohnya,
sejumlah cortisol tidak diproduksi oleh kelenjar adrenal fetus hingga trimester
ketiga. Sebagai hasilnya kadar cortisol fetus meningkat pada minggu-minggu
akhir kehamilan. Selama periode ini, produksi Dehidroedpiandrosteron sulfat
(DHEA-S) meningkat secara signifikan sehingga berefek pada peningkatan
estrogen maternal terutama estriol. Peningkatan aktivitas adrenal ditandai
dengan kadar hormon adrenocortiotropic hormon (ACTH) fetus yang tidak
meningkat hingga sebelum persalinan.
3. Pemeriksaan intrapartum
a. Pemantauan janin secara elektronik
1) Pemantauan elektronik internal
Denyut jantung janin dapat diukur dengan menempelkan elektroda
spiral bipolar langsung ke janin. Kawat elektroda tersebut
menembus kulit kepala janin. Cairan vagina berperan sebagai
jembatan listrik seperti larutan garam yang melengkapi rangkaian
listrik, sehingga memungkinkan terjadinya pengukuran perbedaan
tegangan listrik antara kedua kutub tersebut.
Elektroda mendeteksi sekumpulan aktivitas elektris jantung,
termasuk yang dihasilkan oleh ibu. Walaupun sinyal EKG ibu lima
kali lipat lebih kuat daripada EKG janin, amplitudonya akan
melemah jika direkam melalui elektroda pada kulit kepala janin.
Pada janin yang hidup, sinyal EKG lemah ibu dideteksi, tetapi
tertutupi oleh EKG janin. Jika janin meninggal, maka sinyal ibu
yang lebih lemah akan diperkuat dan ditampilkan sebagai denyut
jantung janin.
2) Pemantauan elektronik eksternal
Denyut jantung janin terdeteksi melalui dinding perut ibu
menggunakan prinsip ultrasound Doppler. Transduser diletakkan
pada bagian perut ibu di tempat dengan aktivitas jantung janin
terdeteksi paling baik. Penggunaan gel sebagai penghubung sangat
penting. Perangkat ini diletakkan di posisiny dnegan bantuan
sabuk. Pantulan sinyal ultrasound dari gerakan katup jantung janin
dianalisis melalui sebua mikroprosesor yang membandingkan
sinyal yang masuk dengan yang sebelumnya disebut autokorelasi.
b. Pola denyut jantung janin
National Institute of Child Health and Human Development (NICHD)
pada tahun 1997, mengusulkan standarisasi dan penjelasan mengenai
interpretasi pola denyut jantung janin selama persalinan.
Penting untuk mengenali bahwa interpretasi data denyut jantung janin
elektronik berdasarkan pola visual denyut jantung. Faktor pengukur
yang direkomendasikan adalah 30 denyut per menit (dpm) per vertikal
cm dengan kecepatan kertas perekam grafik sebesar 3 cm/menit.