net/publication/321022823
CITATIONS READS
0 3,427
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Hydrocoil Turbine Performance at 3 m, 4 m, and 5 m Head Analysis Using Computational Fluid Dynamics Method View project
All content following this page was uploaded by Sagir Alva on 17 November 2017.
Abstrak--Dari beberapa logam seperti baja, tembaga, seng, aluminium dan paduannya, maka
aluminium memiliki keunggulan, terutama dalam hal ketahanan terhadap korosi. Ketahanan korosi yang
sangat baik oleh aluminium disebabkan oleh adanya lapisan oksida tipis yang menempel sangat kuat
di permukaannya (Al2O3). Lapisan Al2O3 stabil pada lingkungan pH 4 s/d pH 9 (pasifasi) sehingga
lapisan tersebut dapat melindungi logam bagian dalam dari serangan korosi lanjutan, namun aluminium
dapat juga terkorosi dalam lingkungan yang agresif yaitu di luar kisaran pH tersebut terutama suasana
asam maupun basa. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan coating berupa cat logam terhadap
aluminium. Akan tetapi pemberian cat logam tidak dapat dilakukan pada situasi tertentu yang
mengharuskan adanya reaksi antara logam dengan lingkungan asam ataupun basa dengan tetap
mempertimbangkan ketahan korosi material tersebut, seperti yang terjadi pada baterai. Ini dikarenakan
sifat cat yang membendung reaksi antara logam dengan lingkungannya. Oleh karena itu diperlukan
penambahan inhibitor korosi dengan mempertimbangkan faktor di atas, yaitu dengan pelapisan
membran Sol-Gel. Dari hasil pengujian Sol-Gel yang dilapisi pada aluminium mampu menahan laju
korosi pada larutan HCl sebesar 24,26% dan larutan Asam Asetat sebesar 25,57% dibandingkan
aluminium tanpa pelapisan. Kemudian membran Sol-Gel juga membuat lapisan pelindung laju korosi
yang memiliki pori-pori dengan lebar celah ± 0,56 – 1,12 µm pada pengujian dengan larutan HCl dan ±
0,47 – 1,41 µm pada pengujian dengan larutan Asam Asetat sebagai jalan terjadinya reaksi antara
logam dan cairan asam atau basa.
kedap udara. Dan bahan perendaman untuk pada material sebelum dan setelah proses
percobaan laju korosi adalah HCl, Asam Asetat pengujian. Sebagai contoh, untuk pengujian
dan KOH. material pada perendaman asam kuat, dilakukan
perendaman yang singkat sehingga material tidak
2. METODOLOGI PELAKSANAAN terlarut dan habis seluruhnya karena sifat asam
kuat (Nisa et al, 2014). Sedangkan pada
2.1 Pembuatan Material Uji perendaman Asam Lemah dapat dilakukan
Material uji yang digunakan adalah plat aluminium perendaman yang lama karena perubahan berat
yang diperoleh dari kaleng bekas minuman Pocari yang terjadi sangat sedikit.
Sweat yang telah diamplas dan dibersihkan dari Kemudian untuk menentukan efisiensi laju
lapisan yang melapisi sebelumnya. Kemudian plat korosi aluminium yang telah dilapisi membran Sol-
dipotong dengan ukuran 2 cm x 2 cm, dibersihkan Gel dengan aluminium sebelum dilapisi,
lalu diukur berat dan tebalnya. Serta berikutnya digunakan rumus sebagai berikut:
dimasukkan ke dalam plastik klip untuk dilakukan
pelapisan dengan Sol-Gel. Efisiensi Inhibitor = . 100% (1.2)
dimana,
2.2 Pembuatan Sol-Gel
Vko = Nilai rata-rata laju korosi tanpa inhibitor
Pembuatan Sol-Gel dengan cara mencampurkan
Vki = Nilai rata-rata laju korosi dengan inhibitor
0,4 ml aquades dan 1ml etanol. Lalu hasil
campuran tersebut dicampur dengan 0,1 ml HCl
2.5 Pengujian Karakterisasi Permukaan
0,1 M dan 4,5 ml TEOS dengan menggunakan
Setelah dilakukan scanning pada material uji.
magnetic stirrer selama 4 jam. Setelah itu
Analisis dilakukan dengan mengamati dan
diamkan selama 24 jam untuk kemudian siap
menganalisa permukaan, bentuk serta ukuran
digunakan sebagai membran lapisan.
hasil uji SEM (Scanning Electron Microscopy)
berdasarkan teori-teori yang telah valid.
2.3 Pelapisan Material Uji dengan Sol-Gel
Pelapisan dilakukan dengan cara mencelupkan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
material uji beberapa kali ke dalam Sol-Gel lalu
diamkan pada temperatur ± 500C - 600C (hingga
3.1 Analisis Komposisi dan Perlakuan Sol-Gel
lapisan Sol-Gel cukup kuat melapisi material uji ±
10 – 30 detik), kemudian diamkan pada
a) Optimasi Komposisi
temperatur ruang (200C sampai 250C) selama 24
Pada percobaan pertama, parameter yang
(dua puluh empat) jam hingga kering dan siap
digunakan sama seperti penelitian yang dilakukan
dilakukan proses perendaman larutan asam dan
oleh (Wong et al., 2006) dalam pembuatan optical
basa
biosensor. Dalam penelitian ini, komposisi dari
membran Sol-Gel adalah:
2.4 Pengujian Laju Korosi
Pengujian laju korosi dilakukan dengan
TEOS 4,5 ml + 0,1 M HCl 0,1 ml + akuades 1,4 ml
perendaman material uji terhadap lingkungan
Asam Asetat 0,1 M, 0,5 M, 1 M, 2 M, 3 M, 4 M, 5
Adapun perlakuan yang diterapkan adalah
M dan 6 M selama 24 jam. Lingkugan HCl 0,1 M
sebagai berikut:
hingga 3 M selama 5 menit. Kemudian lingkungan
1) Proses pencampuran bahan dilakukan pada
KOH 0,1 M hingga 6 M selama 5 menit. Laju korosi
temperatur ruangan (200C sampai dengan
kemudian ditentukan dengan metode kehilangan
250C).
berat (Fontana, 1987).
2) Pencampuran dilakukan menggunakan alat
magnetic stirrer dan dilakukan selama 4
= (1.1) (empat) jam.
3) Pada tahap Pematangan (Ageing), Sol-Gel
dimana, didiamkan pada temperatur ruangan selama
CR = laju korosi (mpy = mils penetration per year) 24 (dua puluh empat) jam hingga Sol-Gel
K = konstanta laju korosi= 534 siap untuk dilapisi
W = kehilangan berat (mg)
T = waktu perendaman (jam)
A = luas permukaan spesimen (in2)
D = densitas spesimen (g/cm3)
Dari tabel, dapat dilihat laju korosi dengan metode Dari gambar di atas, aluminium dengan lapisan
kehilangan berat yang terjadi pada material uji Sol-Gel (bagian bawah setiap gambar), berwarna
pada perendaman KOH cukup tinggi. Dimana lebih kehitaman dibandingkan aluminium tanpa
untuk aluminium tanpa pelapisan Sol-Gel memiliki lapisan Sol-Gel. Pada konsentrasi 0,1 M Sol-Gel
nilai laju korosi terendah sebesar 83,77 mm/year memiliki warna sedikit kehitaman dari pada
pada konsentrasi 0,1 M larutan KOH dan nilai laju aluminium pada umumnya, lalu pada konsentrasi
korosi tertinggi sebesar 2089,32 mm/year pada 0,5 M lapisan Sol-gel semakin menipis dan
konsentrasi larutan 6 M. Sedangkan, untuk mengubah sebagian warna aluminium menjadi
aluminium dengan pelapisan Sol-Gel juga mengkilat. Kemudian pada konsentrasi 1 M dan 2
mengalami kenaikan laju korosi pada setiap M, warna aluminium berubah menjadi hitam akibat
peningkatan konsentrasi larutan KOH. Dimana endapan aluminium yang semakin banyak. Untuk
untuk konsentrasi terendah nilai laju korosi konsentrasi 3 M hingga 6 M warna aluminium
sebesar 309,83 mm/year pada konsentrasi 0,1 M berubah menjadi kuning lalu logam semakin
larutan KOH dan nilai laju korosi tertinggi sebesar menipis seiring pertambahan konsentrasi larutan.
2572,05 mm/year pada konsentrasi larutan 6 M. Sedangkan untuk aluminium tanpa pelapisan
Sol-Gel, tampak mengkilat pada konsentrasi 0,1
M dan semakin menguning pada konsentrasi
0,5M hingga 4M lalu semakin menipis pada
konsentrasi 5 M hingga 6 M. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
−
Gambar 3.12 Grafik hasil pengujian material Efisiensi Inhibitor = . 100%
terhadap larutan KOH
876,502 − 1346,885
Efisiensi Inhibitor = . 100%
Sehingga, pengujian aluminium tanpa 876,502
pelapisan Sol-Gel dengan menggunakan larutan Efisiensi Inhibitor = −34,92%
KOH memiliki nilai laju korosi yang lebih baik
dibandingkan Aluminium dengan pelapisan Sol- Dari hasil di atas dapat dilihat untuk aluminium
Gel. Hal ini terjadi karena adanya pertambahan tanpa lapisan Sol-Gel memiliki nilai laju korosi
ukuran pori-pori Sol-Gel yang bereaksi dengan yang lebih baik sebesar 34,92% dibandingkan
KOH (Jiang et al., 2015) yang terlihat pada aluminium dengan lapisan Sol-Gel berdasarkan
gambar 3.15 dan 3.16. Pori-pori akan semakin metode kehilangan berat. Sehingga pada
membesar dan Sol-Gel akan pecah. Sehingga perendaman dengan larutan KOH penggunaan
membuat endapan aluminium akibat reaksi Sol-Gel sebagai lapisan anti korosi aluminium
terhadap larutan KOH. Hal ini dapat terlihat pada tidak diperlukan.
gambar 3.13 dan 3.14, sebagai berikut:
Al + Sol-Gel Al
Gambar 3.15 Hasil SEM pada material uji
Gambar 3.13 Material uji setelah direndam
perendaman KOH 4 M posisi tengah
larutan KOH konsentrasi 0,1M, 0,5M, 1M dan 2M
Al + Sol-Gel Al
Gambar 3.16 Hasil SEM pada material uji
Gambar 3.14 Material uji setelah direndam perendaman KOH 4 M posisi sudut
larutan KOH konsentrasi 3M, 4M, 5M dan 6M
Dari hasil SEM diatas, terlihat pori-pori Sol-Gel pada konsentrasi 6 M. Sedangkan pada
membesar sehingga memungkinkan larutan KOH aluminium tanpa pelapisan Sol-Gel
untuk lebih cepat bereaksi dengan aluminium. adalah ± 83,77 mm/year pada konsentrasi
Adapaun ukuran terkecil dari celah dari pori-pori 0,1 M dan meningkat hingga ± 2089,32
tersebut adalah ± 0,96 µm. Reaksi tersebut mm/year pada konsentrasi 6 M.
membuat endapan korosi pada aluminium seperti Kemudian pada pengujian dengan larutan
yang ditunjukkan dengan adanya bagian yang KOH, aluminium dengan pelapisan Sol-
berwarna gelap pada gambar aluminium dengan Gel memiliki nilai laju korosi lebih tinggi
pelapisan Sol-Gel lebih banyak dibandingkan sebesar 34,92% dari pada aluminium
aluminium tanpa pelapisan Sol-Gel. Sedangkan tanpa pelapisan Sol-Gel.
jenis korosi yang terjadi pada aluminium dengan 2. Komposisi yang tepat dalam pembuatan Sol-
perendaman larutan KOH adalah korosi merata Gel adalah dengan menggunakan TEOS 4,5
(Uniform Attack) (Hakim, 2012), dimana seluruh ml + 0,1 M HCl 0,1 ml + (Etanol 1 ml +
permukaan logam mengalami korosi dan semakin akuades 0,4 ml) dan diperlukan adanya
menipis bahkan dapat terlarut seluruhnya pada pemanasan sekitar 500C sampai 600C
konsentrasi meningkat atau waktu perendaman selama 10 sampai 30 detik pada proses
yang lebih lama. pelapisan untuk dapat membuat Sol-Gel
melekat dengan baik pada permukaan
4. KESIMPULAN Aluminium.
Dari hasil penelitian Studi dan karakterisasi Laju 3. Pada pengujian HCl dan Asam Asetat,
Korosi Logam Aluminium dengan Pelapisan lapisan membran Sol-Gel membuat lapisan
Membran Sol-Gel, dapat disimpulkan sebagai pelindung laju korosi yang memiliki pori-pori
berikut: dengan lebar celah ± 0,56 – 1,12 µm pada
1. Nilai laju korosi yang terjadi pada aluminium pengujian dengan larutan HCl dan ± 0,47 –
dengan pelapisan Sol-Gel dan aluminium 1,41 µm pada pengujian dengan larutan
tanpa pelapisan, adalah sebagai berikut: Asam Asetat sebagai jalan terjadinya reaksi
a. Laju korosi pada perendaman dengan antara logam dan cairan asam atau basa.
larutan asam HCL, untuk aluminium Pada pengujian KOH, adanya pertambahan
dengan pelapisan Sol-Gel adalah ± 34,43 ukuran pori-pori Sol-Gel yang bereaksi
mm/year pada konsentrasi 0,1 M dan dengan KOH). Pori-pori akan semakin
meningkat hingga ± 250,81 mm/year pada membesar dan Sol-Gel akan pecah.
konsentrasi 3 M. Sedangkan pada Sehingga membuat endapan aluminium
aluminium tanpa pelapisan Sol-Gel akibat reaksi terhadap larutan KOH.
adalah ± 44,35 mm/year pada konsentrasi
0,1 M dan meningkat hingga ± 310,44 DAFTAR PUSTAKA
mm/year pada konsentrasi 3 M.
Kemudian Efisiensi inhobitor Sol-Gel [1] Ahzan, S., Sri, Y. P., & Darminto. (2012).
dalam menahan laju korosi aluminium Sintesis Lapisan ZnO dengan metode Sol-gel
pada perendaman larutan HCl adalah Spincoating Dan Karakterisasi Sifat Optiknya
24,26% lebih baik dari pada aluminium (Tesis, Universitas Teknologi Sepuluh
tanpa pelapisan Sol-Gel. November, Surabaya, Indonesia). Diambil
b. Laju korosi pada perendaman dengan dari http://digilib.its.ac.id/ITS-Master-
larutan asam asetat, untuk aluminium 3100012045562/17755
dengan pelapisan Sol-Gel adalah ± [2] Ambrsoft (2017) Materials Density Table.
0,03404 mm/year pada konsentrasi 0,1 M Diambil dari website:
dan meningkat hingga ± 0,18796 mm/year http://www.ambrsoft.com/CalcPhysics/Densit
pada konsentrasi 6 M. Sedangkan pada y/Table_2.htm
aluminium tanpa pelapisan Sol-Gel [3] Ariyanti, D. (2010) Perbandingan Sifat Fisika
adalah ± 0,01702 mm/year pada dan Kimia antar Senyawa Ion dengan
konsentrasi 0,1 M dan meningkat hingga Senyawa Kovalen. Diambil dari website:
± 0,23952 mm/year pada konsentrasi 6 M. http://dwitaariyanti.blogspot.co.id/2010/10/per
Kemudian Efisiensi inhobitor Sol-Gel bandingan-sifat-fisika-dan-kimia.html
dalam menahan laju korosi aluminium [4] Bardford, A. J. & Faulkner, L. R. (1992).
pada perendaman larutan Asam Asetat Electrochemical methods. New York: John
adalah 25,57% lebih baik dari pada Wiley & Sons, Inc.
aluminium tanpa pelapisan Sol-Gel. [5] Brittain, W. J., Radhakrishnan, B., & Ranjan,
c. Laju korosi pada perendaman dengan R. (2007). PCT/US2007/022761. Ohio: USA.
larutan KOH, untuk aluminium dengan The University of Akron.
pelapisan Sol-Gel adalah ± 309,83 [6] Fontana, M. G. (1987). Corrosion engineering
mm/year pada konsentrasi 0,1 M dan third edition. New York: McGraw-Hill Book
meningkat hingga ± 2572,05 mm/year Company.
[7] Graedel, T. E. (1989). Corrosion Mechanisms [13] Kusuma, A. (2014) Ikatan Hidrogen. Diambil
for Aluminum Exposed to the dari website:
Atmospher. Journal Electrochem Soc, 136, [14] Nisa, F. et al (2014). Pengukuran Nilai Laju
204C-212C. Diambil dari: Korosi Material Aluminium (Tugas Praktikum,
http://jes.ecsdl.org.sci- Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia).
hub.cc/content/136/4/204C.abstract. Diambil dari
[8] Handoko, E. D., & Bayuseno A. P. (2012). http://web.unair.ac.id/admin/file/f_41131_k0r
Analisis Korosi Erosi Pada Baja Karbon 0siiiiiii.docx
Rendah dan Baja Karbon Sedang Akibat [15] Sari, A.K. (2017). Studi karakterisasi laju
Aliran Air Laut (Tugas Akhir, Universitas korosi logam aluminium dan pelapisan
Diponegoro, Semarang, Indonesia). Diambil dengan menggunakan membran selulossa
dari http://eprints.undip.ac.id/41570/ asetat. Jurnal Teknik Mesin, 6, 36-40. Diambil
[9] Hakim, A. R. (2012). Analisa Korosi Atmosfer dari
pada Material Baja Karbon-Sedang di Kota http://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/jt
Semarang (Tugas Akhir, Universitas m/article/view/1204
Diponegoro, Semarang, Indonesia). Diambil [16] [15]. Siregar, T. (2010). Laju korosi dan
dari mekanisme inhibisi aluminium murni
http://eprints.undip.ac.id/41465/3/BAB_II.pdf menggunakan kalium dan kalsium stearat.
[10] Hench, L. L., & Jon K. W. (1990). The Sol-Gel Jurnal Kimia, 4, 113-124. Diambil dari
Process. Chemical Reviews, 90, 33-72. doi: https://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/
10.1021/cr00099a003. view/2816.
[11] Jiang, J et al. (2015). Sol-gel process-derived [17] Wong, F. C. M., Ahmad, M., Heng, L. Y., &
rich nitrogen-doped porous carbon through Peng, L. B. (2006). An optical biosensor for
KOH activation for dichlovos using stacked Sol-Gel films
supercapacitors. Electrochimica Acta, 158, containing acetylcholinesterase and a
229-236. lipophilic choromoionophore. Science Direct,
doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.electacta.2015 69, 888-893. doi:
.01.144. 10.1016/j.talanta.2005.11.034
[12] Jones, D. A.. (1992). Principles and
prevention of corrosion. New York: Macmillan
Publishing Company.