Diajukan untuk menyelesaikan salah satu tugas Kuliah Kapita Selekta Pidana
Dosen Pembimbing :
Farah Gitty Devianty, S.H., M.H.
Disusun Oleh
Romario Roberto Bolang : 41151010160055
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak pemerintah mengeluarkan aturan dalam bidang ekonomi salah satunya
Undang Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, maka sejak itu pula
dunia perbankan mengalami perkembangan yang pesat. Persyaratan yang mudah
menyebabkan setiap orang bisa mendirikan perbankan. Dampak dari aturan dalam
bidang perbankan di samping memberikan keuntungan/kebaikan terdapat pula dampak
negatif yaitu perkembangan kejahatan ekonomi khususnya kejahatan perbankan,baik
bank sebagai korban maupun bank sebagai pelaku.
Terdapat perbedaan penggunaan istilah misalnya kejahatan di bidang
perbankan, kejahatan perbankan, kejahatan terhadap perbankan dan tindak pidana
perbankan. Kejahatan perbankan bisa diartikan sebagai tindak pidana di bidang
perbankan yang dalam pengertian ini mencangkup segala perbuatan yang melanggar
hukum yang ada kaitannya dengan bisnis perbankan. Dalam pengertian ini pula
tercakup bank sebagai pelaku dan sebagai korban . Terhadap istilah seperti ini,banyak
orang yang tidak sependapat.Sebagian orang berpendapat sebagai kejahatan di bidang
perbankan, kejahatan perbankan, kejahatan terhadap perbankan dan tindak pidana
perbankan.
Moch Anwar dalam bukunya “ Tindak Pidana bidang perbankan “ merumuskan
tindak pidana perbankan sebagai segala jenis perbuatan melangggar hukum yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dalam menjalankan usaha bank. Rumusan
seperti ini menurut penulis kurang komprehennsif,karena masih banyak kegiatan-
kegiatan perbankan yang tidak ter-cover. Oleh karena itu,hendaknya rumusan tindak
pidana perbankan harus luwes yaitu segala perbuatan yang bertentangan dengan
aturan perundang-undangan dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan
dunia perbankan. Tindak pidana di bidang perbankan adalah segala jenis perbuatan
melanggar hukum yang berhubungan dengan kegiatan dalam menjalankan usaha bank,
baik bank sebagai sasaran maupun bank sebagai sarana. Sedangkan tindak pidana
perbankan merupakan tindak pidana yang dilakukan oleh bank.
Kejahatan di bidang perbankan adalah kejahatan apapun yang menyangkut
perbankan.Misalnya pencucian uang yang selanjutnya disebut money laundering,
seseorang merampok bank adalah kejahatan di bidang perbankan, jadi pengertiannya
sangat luas. Sedangkan kejahatan perbankan adalah bentuk perbuatan yang telah
diciptakan oleh undang-undang perbankan yang merupakan larangan dan
keharusan,misalnya larangan mendirikan bank gelap dan pembocoran rahasia bank.
Perbedaan istilah ini menyebabkan/berpengaruh terhadap penegakan hukum,
kejahatan perbankan akan ditindak melalui ketentuan pidana, sedangkan kejahatan di
bidang perbankan ditindak melalui undang-undang di luar undang- undang perbankan.
Secara sederhana bisa dirumuskan bahwa tindak pidana perbankan adalah jenis
perbuatan melanggar hukum yang berhubungan dengan kegiatan menjalankan usaha
bank,baik baik sebagai sasaran maupun bank sebgai sarana,sedangkan tindak pidana
perbankan merupakan tindak pidana yang dilakukan oleh bank.
Kecermatan menentukan suatu perbuatan merupakan tindak pidana perbankan
atau tindak pidana di bidang perbankan perlu dilakukan.Hal ini mengingat dalam
proses/hukum acara terjadi perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Kegiatan pencucian uang hampir selalu melibatkan perbankan karena adanya
globalisasi perbankan sehingga melalui sistem pembayaran terutama yang bersifat
elektronik (electronic funds transfer), dana hasil kejahatan yang pada umumnya dalam
jumlah besar akan mengalir atau bahkan bergerak melampaui batas negara dengan
memanfaatkan faktor rahasia bank yang umumnya dijunjung tinggi oleh perbankan.
Demikian pula tidak hanya aspek hukum yang terkait dari kejahatan ini, tetapi juga
aspek non hukum lainnya seperti ekonomi, politik, dan sosial budaya
Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan perseorangan maupun perusahaan
dalam batas wilayah negara maupun melintasi batas wilayah negara lain semakin
meningkat. Kejahatan dimaksud berupa perdagangan minuman keras, judi,
perdagangan gelap senjata, korupsi, penyelundupan. Agar tidak mudah dilacak
oleh penegak hukum mengenai asal-usul dana kejahatan tsb, maka pelakunya tidak
langsung menggunakan dana dimaksud tapi diupayakan untuk
menyamarkan/menyembunyikan asal usul dana tersebut dengan cara tradisional,
misalnya melalui kasino, pacuan kuda atau memasukkan dana tersebut ke dalam
sistem keuangan atau perbankan. Upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan
asal-usul dana yang diperoleh dari tindak pidana dimaksud dikenal dengan money
laundering
Saat ini pelaku tindak kejahatan mempunyai banyak pilihan mengenai di mana
dan bagaimana mereka menginginkan uang hasil kejahatan menjadi kelihatan ‘bersih’
dan ‘sah menurut hukum’. Perkembangan teknologi perbankan internasional yang telah
memberikan jalan bagi tumbuhnya jaringan perbankan lokal/regional menjadi suatu
lembaga keuangan global telah memberikan kesempatan kepada pelaku money
laundering untuk memanfaatkan jaringan layanan tersebut yang berdampak uang hasil
transaksi ilegal menjadi legal dalam dunia bisnis di pasar keuangan internasional. Saat
ini kegiatan pencucian uang telah melewati batas juridiksi yang menawarkan tingkat
kerahasiaan yang tinggi atau menggunakan bermacam mekanisme keuangan
dimana uang dapat ‘bergerak’ melalui bank, money transmitters, kegiatan usaha
bahkan dapat dikirim ke luar negeri sehingga menjadi clean-laundered money.
Kejahatan money laundering tidak hanya merupakan permasalahan di
bidang penegakan hukum, namun juga menyangkut ancaman keamanan nasional dan
internasional suatu negar. Sehubungan dengan hal tersebut upaya untuk mencegah
dan memberantas praktik pemutihan uang telah menjadi perhatian internasional yang
antara lain dilakukan dengan melakukan kerjasama bilateral maupun multilateral.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian tindak pencucian uang menurut UU 25 tahun 2003.
2. Upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pencucian uang menurut UU
25 tahun 2003.
3. Bentuk-bentuk tindak pidana kasus pencucian uang di Indonesia
C. Metode Penulisan
a. Pendekatan masalah
Penulisan ini menggunakan pendekatan secara yuridis normatif, yang dilakukan
dengan mengindentifikasi permasalahan yang menjadi pokok bahasan kemudian dikaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan menggunakan bahan hukum
b. Sumber bahan hukum
(1) Bahan hukum primer :
Bahan hukum yang bersifat mengikat berupa peraturan perundang- undangan yang
berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahannya yang dibahas yang meliputi
antara lain :
i. Undang - Undang No.1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang - Undang Hukum
Pidana;
ii. Undang - Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang ;
iii. Undang - Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan ;
iv. Undang – Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
v. Undang – Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
Tahap ini merupakan menempatakan Dana yang dihasilkan dari suatu aktivitas
kriminal, misalnya dengan mendepositkan uang kotor tersebut ke dalam sistem
keuangan. Bentuk kegiatan ini antara lain sebagai berikut:
1. Penyelundupan Dana (Menempatkan Dana pada Bank).
2. Menyetorkan uang pada bank pada bank sebagai pembayaran kredit untuk
mengaburkan audit trail.
3. Menyeludupkan uang tunai dari suatu Negara ke Negara lain.
4. Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah sehingga mengubah kas menjadi
kredit pembiayaan.
5. Membeli barang-barang berharga yang bernilai tinggi untuk keperluan pribadi,
misalnya bisnis properti, membelikan hadiah yang nilainya tinggi / mahal sebagai
penghargaan / hadiah kepada pihak lain yang pembayarannya dilakukan melalui
bank atau perusahaaan jasa keuangan lain.
h) Masing-masing Negara diminta untuk meninjau ulang aturan yang berlaku untuk
meninjau ulang aturan yang berlaku pada lembaga-lembaga resmi keuangan
untuk tidak menyalahgunakan fasilitas yang diberkan untuk kegiatan terorisme.
Secara internasional lembaga-lembaga yang menindaklanjuti atau menangani
analisis keuangan yang mencurigakan dalam rangka identifikasi proses pencucian uang
antara lain seperti, FIU (Financial Intelegence Unit), APG (Asia Pasific Group and
Money Laundering).
BAB III
ANALISIS PEMBAHASAN
Pada masa sekarang sudah banyak orang yang tahu bahwa istilah “money
laundering”(pencucian uang) dirty money (“uang kotor”)
sangat erat sekali hubungannya. Keduanya, bagaikan dua sisi mata uang yang tak
terpisahkan. Uang kotor ini, yang ada kalanya juga disebut dengan istilah “uang haram”,
diperoleh pelakunya dengan cara melawan hukum seperti mencuri, merampok,
memproduksi dan menjual narkoba, menipu, korupsi, dan sebagainya. Agar aparat
penegak hukum tidak mencurigai uang kotor itu berasal dari hasil tindak pidana, maka
salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pelakunya ialah dengan praktik pencucian
uang, misalnya dengan membeli saham/properti, untuk membuat uang kotor itu
nantinya menjadi seolah-olah bersumber dari suatu kegiatan yang sah.
Salah satu lembaga pemerintah Indonesia Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK)
mulai berani menggunakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang untuk menjerat koruptor. Meski telah disahkan hampir dua
tahun lalu, penggunaan UU TPPU ini oleh KPK baru dimulai pada era pimpinan KPK
periode ketiga.
Misalnya untuk menjerat mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad
Nazaruddin dalam kasus pembelian saham maskapai penerbangan nasional Garuda
Indonesia. Nazaruddin pun dijerat sebagai tersangka pencucian uang dalam kasus ini.
Diduga, uang yang digunakan Nazaruddin melalui Grup Permai untuk membeli saham
Garuda berasal dari korupsi. Yang kedua terhadap mantan anggota Badan Anggaran
DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Wa Ode Nurhayati. KPK menduga terdapat
rekening sejumlah Rp 10 miliar milik Wa Ode yang disamarkan untuk kepentingan
pencucian uang melalui sejumlah transaksi.
Meski UU TPPU disahkan tahun 2010, KPK periode kedua masih belum berani
menggunakan UU ini untuk menjerat koruptor. Padahal, dalam UU TPPU disebutkan, s
alah satu tindak pidana asal pencucian uang adalah korupsi. KPK pun
berwenang menyidik kasus pencucian uang yang tindak pidana asalnya dari korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Undang - Undang No.1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang - Undang Hukum Pidana;
diunduh pukul 17.25 wib 25/03/2020
Undang - Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang ; diunduh
pukul 18.25 wib 25/03/2020
Undang - Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan ;
Undang – Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana diunduh pukul 19. 35
wib 25/03/2020
www.google.com/pengertian tindak pidana perbankan ; di akses pada 25/03/2020
www.google.com/perbedaan tindak pidana di bidang perbankan dengan tindak pidana
perbankan/rizal saputra/ diunduh pukul 19.15 wib 15/11/2012