Anda di halaman 1dari 3

Skenario 4

Seorang laki-laki berusia 58 tahun datang dengan keluhan tidak bisa BAK. 1 minggu SMRS
pasien merasa pancaran BAK lemah, BAK terasa tidak tuntas dan masih menetes di akhir miksi, nyeri
saat BAK disangkal. 2 jan SMRS pasien merasa ingin BAK tapi tidak keluar. Pemeriksaan fisik: teraba
bulging pada regio perut bagian bawah.

definisi

Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak mempunyai
kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna

Epidemiologi

Etiologi

1. Supra vesikal
 kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis
Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun
seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla
spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai
dengan rasa sakit yang hebat.
2. Vesikal
 kelemahan otot detrusor karena lama teregang
 atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist
 divertikel yang besar
3. Intravesikal
 pembesaran prostat
 kekakuan leher vesika
 batu kecil dan tumor

4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, ,kelainan patologi uretra, trauma, disfungsi neurogenik
kandung kemih.

a) Supravesikal
Berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis sakralis S2–S4 setinggi Th1- L1.
Kerusakan terjadi pada saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian atau seluruhnya.
b) Vesikal Berupa kelemahan otot destrusor karena lama teregang, berhubungan dengan masa
kehamilan dan proses persalinan (trauma obstetrik).
c) infravesikal (distal kandung kemih) Berupa kekakuan leher vesika, fimosis, stenosis meatus
uretra, trauma uretra, batu uretra, sklerosis leher kandung kemih (bladder neck sclerosis)
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
Klasifikasi

Berdasarkan tingkat keparahan

a) Retensi urin akut


 seakan-seakan tidak dapat berkemih (miksi).
 Kandung kemih perut disertai rasa sakit yang hebat didaerah suprapubik dan
 hasrat ingin miksi yang hebat disertai
 mengejan
 Sering kali urin keluar menetes atau sedikit-

Pada kasus akut, bila penyebabnya tidak segera ditemukan maka kerusakan lebih
berat yang sifatnya permanen dapat terjadi, karena otot detrusor atau ganglia
parasimpatik pada dinding kandung kemih menjadi tidak dapat berkompromi
(Pribakti, 2011).

b) Retensi urin kronis


 Penderita secara perlahan dalam waktu yang lama tidak dapat berkemih (miksi),
 merasakan nyeri di daerah suprapubik hanya sedikit atau tidak sama sekali
walaupun kandung kemih penuh (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
 Pada retensi urin kronik, terdapat masalah khusus akibat peningkatan tekanan
intravesikal yang menyebabkan refluks uretra, infeksi saluran kemih atas dan
penurunan fungsi ginjal (Pribakti, 2011).

dapat terjadi sebagian atau total

a) Retensi urin sebagian yaitu penderita masih bisa mengeluarkan urin tetapi terdapat sisa urin yang
cukup banyak di dalam kandung kemih.

b) Retensi urin total yaitu penderita sama sekali tidak dapat mengeluarkan urin

Transmisi

Patofisiolgi

Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla
spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga
tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya
relaksasi otot spinkter internal.

Sehingga menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder
kemudian distensi abdomen.

Tanda dan gejala

1. Diawali dengan urine mengalir lambat


2. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan kandung
kemih tidak efisien
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.
4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc.

Diagnosis

1. Anamnesis
Nyeri dan terdapat keinginan untuk berkemih, tetapi tidak dapat berkemih
2. Pemeriksaan fisik
Massa supra simpisis dengan perkusi yang pekak.
3. Pemeriksaan ginekologi
Vesika urinaria  transabdominal jika isinya  150 - 300 ml.
Bimanual  meraba vesika urinaria bila terisi > 200 ml
4. Kateterisasi
Pemeriksaan urin sisa (residu urin)  sisa volume urin dalam kandung kemih setelah
penderita berkemih spontan. Pasca operasi ginekologi retensio urin  volume urin sisa >100
ml, Pasca persalinan atau tindakan obstetri  volume urin sisa >200 ml.

Tatalaksana

a. Kateterisasi urethra.

b. Drainage suprapubik.

c. Pungsi vesika urinaria

Pencegahan

Terapi

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/c6d6e19be8be3eaae8b8e0fb8610b335.p
df

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41746/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai