Anda di halaman 1dari 22

LOMBA BETON NASIONAL KE-22

CIVIL NATIONAL EXPO 2018

“Ultra High Performance Concrete with Fiber”

Kabau Sirah Concrete, Solusi Beton Mutu Sangat Tinggi Ramah


Gempa dengan Pemanfaatan Steel Fiber Tyre

Disusun Oleh:

Kabau Sirah Team

Zulprima Jaya Putra 1410921079

Agung Perdana Pulungan 1510921053

Aimuthia Citra Utami 1510922077

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
KATA PENGANTAR

Indonesia, khususnya Sumatera Barat merupakan wilayah yang


berada di lingkaran Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) sehingga rawan
terkena bencana gempa bumi dan berpotensi tsunami. Menghadapi fakta
tersebut, para ahli ketekniksipilan mendominasi untuk merancang
konstruksi gedung dengan menerapkan penampang beton Under
Reinforced. Penampang jenis ini akan didahului dengan lelehnya baja
tulangan terlebih dahulu sebelum beton mengalami keruntuhan (Tension
Failure). Hal ini memerlukan inovasi untuk teknologi beton mutu sangat
tinggi dan dapat berperan dalam menciptakan konstruksi yang ramah
gempa. Penambahan serat baja ban bekas (Steel Fiber Tyre) selain
memanfaatkan limbah industri, juga mampu dijadikan sebagai bahan
tambah untuk beton serat yang ekonomis.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian percobaan dan
penulisan proposal ini:

1. Allah SWT yang memberikan kesehatan serta kesempatan untuk


membuat karya ini.
2. Orangtua yang sangat mendukung melalui motivasi dan nasehat
dalam proses penyelesaian percobaan dan penulisan proposal.
3. Dosen pembimbing bapak Dr. Ruddy Kurniawan yang telah
mengarahkan dan membimbing kami.
4. Teman-teman Laboratorium Material dan Struktur Teknik Sipil
Universitas Andalas yang memberikan dukungan dan bantuan
selama percobaan dilaksanakan.

Proposal ini diharapkan dapat memberikan informasi serta wacana


yang bermanfaat bagi seluruh pembaca.

i
Padang, 24 Maret 2018

Kabau Sirah Team

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II ISI 3
2.1 Landasan Teori 3
2.2 Material Penyusun Campuran Beton 3
1. Semen PCC (Portland Composite Cement) 3
2. Agregat Kasar (Kerikil) 5
3. Agregat Halus (Pasir) 5
4. Air 5
5. Bahan Tambah Kimia (Superplasticizer) 6
6. Serat Baja Ban Bekas (Steel Fiber Tyre) 6
2.3 Biaya Pengecoran Beton per M3 7
2.4 Desain Campuran dan Perhitungan Mix Design 7
2.5 Metode Pembuatan dan Curing 11
BAB III PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen Senyawa Utama Kimia Semen Padang


PCC 4

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan masyarakat yang terus mengalami peningkatan
serta dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals pada
tahun 2030 (SDG’s 2030), Indonesia dituntut untuk mengadakan
pembangunan secara merata dan berkelanjutan. Sementara itu,
secara georafis Indonesia berada di wilayah Cincin Api Pasifik
(Ring of Fire) yang berarti rawan terkena gempa bumi dan
berpotensi tsunami. Kejadian bencana yang melanda pulau
Sumatera tidak terlepas dari geodinamika yang berada di atas
lempeng benua Indo-Australia dan lempeng pasifik. Menurut pakar
Tsunami Institut Teknologi Bandung, Hamzah Latief, pemodelan
perambatan tsunami di Padang yang pernah terjadi berskala 8,7
dan 8,9 skala Richter pada tahun 1797 dan 1833 akan
menimbulkan tinggi gelombang di atas 5 meter. Meskipun waktu
tepat pengulangan terjadinya gempa bumi belum bisa diperdiksi
secara akurat, keadaan ini membutuhkan kewaspadaan yang tinggi
serta persiapan yang matang.
Untuk daerah yang rawan terhadap gempa bumi, para ahli
mendominasi untuk merancang bangunan dengan penampang
beton Under Reinforced. Penampang jenis ini akan didahului
dengan lelehnya baja tulangan sebelum beton mengalami
keruntuhan (Tension Failure). Oleh karena itu, diperlukan inovasi
untuk teknologi beton mutu tinggi maupun sangat tinggi sehingga
beton tetap kuat walaupun tulangan sudah memasuki fase leleh.
Selain itu, teknologi beton serat yang terus berkembang dinilai ikut
berperan penting dalam menciptakan inovasi beton ideal untuk
konstruksi bangunan ramah gempa. Dalam pengujian kali ini,

1
dirancang beton mutu sangat tinggi dengan penambahan serat baja
dari ban mobil bekas (steel fiber tyre).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana mix design yang tepat untuk beton mutu sangat
tinggi?
b. Bagaimana pengaruh penambahan steel fiber tyre terhadap
karakteristik beton?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pengujian yang akan dilaksanakan
adalah:
a. Memperoleh beton serat mutu sangat tinggi dengan
penambahan steel fiber tyre.
b. Kekuatan beton yang diuji sesuai dengan mutu rencana.

2
BAB II

ISI

2.1 Landasan Teori


Beton mutu sangat tinggi merupakan sebuah tipe beton
performa sangat tinggi yang secara umum memiliki kuat tekan 100-
150 MPa, atau sekitar lebih dari 800 kg/cm 2. Sedangkan yang
dimaksud dengan beton bertulang berserat (fiber reinforced
concrete) didefinisikan sebagai bahan beton yang dibuat dari
campuran semen, agregat halus, agregat kasar, air dan sejumlah
serat yang tersebar secara acak dalam matriks campuran beton
segar (Amri, Sjafei, 2005).
Kekuatan, keawetan dan sifat beton serta lainnya
bergantung pada sifat bahan-bahan dasar, nilai perbandingan
bahan material, cara pengadukan maupun pengerjaan selama
penuangan adukan beton, cara pemadatan dan cara perawatan
selama proses pengerasan (Kardiyono, 2007).

2.2 Material Penyusun Campuran Beton


1. Semen PCC (Portland Composite Cement)
Semen adalah bahan-bahan yang memperlihatkan sifat-sifat
karakteristik mengenai pengikatan serta pengerasannya jika
dicampur dengan air, sehingga terbentuk pasta semen. Menurut
ASTM C 150 1985, semen portland didefenisikan sebagai
semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang
terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung
satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersamaan dengan bahan utamanya.
Mulyati (2013) dalam Studi Perbandingan Kuat Tekan Beton
Normal Menggunakan Semen Portland Tipe I dan Portland
Composite Cement, menyatakan bahwa pada tipe PCC

3
komposisi bahan bakunya terdiri dari tiga macam, yaitu: 70%-
90% klinker yang merupakan hasil olahan pembakaran batu
kapur, pasir silika, pasir besi dan lempung, sekitar 5% gipsum
sebagai zat memperlambat pengerasan, dan zat tambahan
(aditif) berupa kapur (lime stone), abu terbang (fly ash dan
trass). Kapur dapat menutup rongga-rongga yang terdapat
dalam semen. Sedangkan abu terbang yang mengandung SiO2
dapat meningkatkan kuat tekan beton. Berikut kelebihan dari
Semen PCC:
a. Mudah dalam pengerjaan (workability)
b. Panas hidrasi lebih rendah sehingga tidak mudah retak
c. Lebih tahan terhadap serangan sulfat
d. Lebih kedap air
e. Permukaan acian lebih halus.
Tabel 2.1 Komposisi Senyawa Kimia Semen Padang PCC

Komposisi Kimia Kadar (%)


Tricalcium Silicate (C3S) 56.20
Dicalcium Silicate (C2S) 14.45
Tricalcium Aluminate (C3A) 7.58
Tetracalcium Alumino Ferrite (C4AF) 9.18
Sumber: Pengujian di Laboratorium FMIPA USU

Nama Senyawa Komposisi Oksida Singkatan


Tricalcium Silicate 3CaO.SiO2 C3S
Dicalcium Silicate 2CaO.SiO2 C2S
Tricalcium
3CaO.Al2O3 C3A
Aluminate
Tetracalcium
4CaO.Al2O3 C4AF Fe2O3
Aluminoferrite
Sumber: Studi Literatur Beton, Semen dan Polimer ITB:2009
.

4
2. Agregat Kasar (Kerikil)
Untuk memperoleh kekuatan optimum beton, digunakan
agregat kasar berupa batu pecah dengan ukuran terbesar 9.5
mm. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat kasar
menggunakan metode American Concrete Institute (ACI)
meliputi:
a. Pemeriksaan kadar air kerikil
b. Pemeriksaan berat isi kerikil
c. Analisa saringan kerikil
d. Specific gravity dan absorption kerikil
3. Agregat Halus (Pasir)
Agergat halus yang digunakan pada percobaan ini
merupakan agregat alam dengan distribusi ukuran saringan No.
4 sampai No. 200. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap
agregat halus menggunakan metode American Concrete
Institute (ACI) meliputi:
a. Pemeriksaan kadar air kerikil
b. Pemeriksaan berat isi kerikil
c. Analisa saringan kerikil
d. Specific gravity dan absorption kerikil
4. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk proses kimiawi
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan
dalam pekerjaan beton. Air yang banyak mengandung senyawa
kimia bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan
kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang
dihasilkan. Air yang digunakan berasal dari Laboratorium
Material dan Struktur Teknik Sipil Universitas Andalas.
5. Bahan Tambah Kimia (Superplasticizer)
Untuk meningkatkan kemudahan pelaksanaan pekerjaan
pengecoran (workability) beton dengan menggunakan air yang

5
sedikit mungkin, digunakan bahan kimia tambah seperti
superplasticizer sehingga dapat dihasilkan beton segar (flowing
concrete).
Beton berkekuatan tinggi dapat dihasilkan dengan
pengurangan kadar air sehingga campuran menjadi lebih padat
dan sangat diperlukan penggunaan superplasticizer untuk
mempertahankan nilai slump yang tinggi. Keistimewaan
penggunaan superplasticizer dalam campuran pasta semen
maupun campuran beton antara lain:
a. Menjaga kandungan air dan semen tetap konstan sehingga
didapatkan campuran dengan workability tinggi.
b. Mengurangi jumlah air dan menjaga kandungan semen
dengan kemampuan kerjanya tetap sama serta
menghasilkan faktor semen yang lebih rendah dengan
kekuatan yang lebih besar
c. Mengurangi kandungan air dan semen dengan faktor air
semen yang konstan tetapi meningkatkan kemampuan
kerjanya sehingga menghasilkan beton dengan kekuatan
yang sama tetapi menggunakan semen lebih sedikit.

Bahan tambah kimia (Chemical Admixture) yang digunakan


dalam penelitian ini adalah superplasticizer yang diproduksi
oleh PT. Sika Indonesia yaitu Viscocrete-1003 sebanyak 2%
dari berat total semen.

6. Serat Baja Ban Bekas (Steel Fiber Tyre)


Penambahan serat dalam beton dapat memperbaiki
kekuatan tarik beton dam sifat getasnya (Soroushian dan
Bayashi, 1987). Untuk beton berserat, serat akan berfungsi
dengan baik jika ukuran (panjang) serat lebih besar dari ukuran
agregat. Pada saat beton mengeras dan menyusut, retak yang
sangat kecil akan berkembang. Bila retak kecil tersebut

6
terpotong oleh batangan-batangan serat maka retak tersebut
akan tercegah untuk menjadi retak yang lebih besar.
Penelitian ini menggunakan serat dari limbah industri yaitu
kawat baja ban bekas dengan ukuran panjang 12-30 mm
dengan persentase campuran 0.15% dari volume adukan beton.
Pemilihan kawat baja ban bekas didasarkan pada usaha untuk
mengurangi limbah ban bekas yang banyak tersebar sepanjang
jalan By Pass di Kota Padang, Sumatera Barat. Selain itu, kawat
baja ban bekas secara visual diperkirakan memiliki nilai
tegangan leleh yang tinggi.

2.3 Biaya Pengecoran Beton per M3


RENCANA ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN 1 M3 BETON

No. Item Volume Satuan HSP Jumlah


1 Semen Tipe I 117.700 kg Rp 1,435.00 Rp 168,899.50
2 Agregat Kasar 0.694 m3 Rp 259,300.00 Rp 180,031.03
3 Agregat Halus 0.242 m3 Rp 159,500.00 Rp 38,610.39
Total Rp 387,540.92

2.4 Desain Campuran dan Perhitungan Mix Design


Perencanaan menggunakan standar ACI (American
Concrete Institute), dirancang untuk pembuatan 3 sampel dengan
moulding silinder ukuran diameter 10 cm dan tinggi 20 cm.

PERENCANAAN CAMPURAN BETON


PERENCANAAN CAMPURAN BETON
fc' 85 Mpa
fc' 85 Mpa

SEMEN
SEMEN
1 Tipe Semen PCC
1 Tipe Semen PCC
2 Specific Gravity 3.150 cm
2 Specific Gravity 3.150 cm

7
AGREGAT KASAR
3 Bulk Specific Gravity 2.622
4 Berat Volume Kering 1321.000 kg/m3
5 Absorpsi 0.034
6 Kadar Air 0.092
AGREGAT HALUS
7 Bulk Specific Gravity 2.381
8 Berat Volume Kering 1374.000 kg/m3
9 Absorpsi 0.044
10 Kadar Air 0.100
11 Fineness Modulus 2.428
12 Dry Rodded Mass 1487.000 kg/m3
SPESIFIKASI BETON
13 Kuat Tekan Rencana 85 MPa
1. Pemilihan Nilai Slump
Nilai slump yang diajukan ACI adalah (HRWR = High Range Water Reducing) :
- Untuk beton tanpa HRWR = 50 mm – 100 mm
- Untuk beton dengan HRWR = 25 mm – 50 mm
Nilai slump rencana 50 mm

2. Pemilihan Ukuran A gregat Kasar Maksimum


Pemilihan ukuran agregat kasar maksimum pada beton mutu tinggi ditentukan
berdasarkan mutu rencana :

Kuat Tekan Ukuran Maksimum


Beton Agregat * jika menggunakan HRWR dengan
MPa mm kekuatan 62 MPa – 83 MPa
< 62 19 – 25 dapat menggunakan agregat kasar
> 62 9,5 – 12,5* maksimum > 25 mm

Kuat Tekan Rencana : 85 MPa


Rencana Ukuran Agregat Kasar maksimum : 9.5 mm

3. Perkiraan Volume A gregat Kasar


Berat agregat kasar padat adalah :
Ukuran maksimum Volume agregat kasar
agregat kasar (mm) kondisi kering padat
9,5 0,65
12,5 0,68
19,0 0,72
25,0 0,75
Volume agregat kasar kondisi kering padat adalah : 0.65
Berat agregat kasar kondisi kering padat adalah : 858.65 kg

4. Perkiraan Jumlah A ir dan Udara Terperangkap


Jumlah air tiap satuan volume beton tergantung dari :
ukuran maksimum agregat, bentuk partikel, kualitas semen dan tipe HRWR
Campuran air (kg/m3 )
Slump
Ukuran agregat kasar maks. (mm)
(mm)
9,5 12,5 19 25
25 - 50 184 175 169 166
50 - 75 190 184 175 172
75 - 100 196 190 181 178
Udara (%) 3 2,5 2,0 1,5

Udara* (%) 2,5 2,0 1,5 1,0


* dengan HRWR

8
Berdasarkan tabel diperoleh rencana air adukan : 184 kg/m3
dan volume udara sebesar : 2.50 %

Void agregat halus (V)  1  berat volume kering oven  100% = 42%
 bulk specific gravity dry 
 
Tambahan air (0%-35%)x4.75 = 0.346 kg/m3
(35% dan 4,75 merupakan nilai koreksi dari ACI)
Jumlah air yang dibutuhkan untuk setiap 1 m3 beton adalah = 184.346 kg/m3

5. Pemilihan Rasio Air-Semen


Rasio air-semen ditentukan berdasarkan kuat tekan beton rencana rata-rata
dan ukuran maksimum agregat kasar, dimana kuat tekan rencana rata-rata adalah :
f cr '  f c '10 MPa
dimana :
fcr’ = kuat tekan beton rata-rata (MPa)
fc’ = kuat tekan rencana (MPa)

Dari tabel di bawah didapat rasio air-semen = 0.2

Tanpa HRWR
Kuat tekan rencana Rasio air-semen
rata-rata (fcr ’) , Ukuran agregat kasar maks. (mm)
MPa 9,5 12,5 19 25
28 hari 0,42 0,41 0,40 0,39
48
56 hari 0,46 0,45 0,44 0,43
28 hari 0,35 0,34 0,33 0,33
55
56 hari 0,38 0,37 0,36 0,35
28 hari 0,30 0,29 0,29 0,28
62
56 hari 0,33 0,32 0,31 0,30
28 hari 0,26 0,26 0,25 0,25
66
56 hari 0,29 0,28 0,27 0,26

Dengan HRWR
Kuat tekan rencana Rasio air-semen
rata-rata (fcr ’) , Ukuran agregat kasar maks. (mm)
MPa 9,5 12,5 19 25
28 hari 0,50 0,48 0,45 0,43
48
56 hari 0,55 0,52 0,48 0,46
28 hari 0,44 0,42 0,40 0,38
55
56 hari 0,48 0,45 0,42 0,40
28 hari 0,38 0,36 0,35 0,34
62
56 hari 0,42 0,39 0,37 0,36
28 hari 0,33 0,32 0,31 0,30
69
56 hari 0,37 0,35 0,33 0,32
28 hari 0,30 0,29 0,27 0,27
76
56 hari 0,33 0,31 0,29 0,29
28 hari 0,27 0,26 0,25 0,25
83
56 hari 0,30 0,28 0,27 0,26

6. Tentukan Kebutuhan Semen


Jumlah kebutuhan semen = jumlah kebutuhan air / rasio air-semen
Berat semen = 921.732 kg 9
6. Tentukan Kebutuhan Semen
Jumlah kebutuhan semen = jumlah kebutuhan air / rasio air-semen
Berat semen = 921.732 kg

7. Menentukan Berat Agregat Halus Kering


Volume agregat halus kering adalah : Vah  1  Va  Vs  Vu  Vak 

Va = Volume air = 0.184 m3


Vs = Volume semen = 0.293 m3
Vu = Volume udara = 0.025 m3
Vak = Volume ag.kasar = 0.369 m3
Vah = Volume ag.halus = 0.129 m3

Berat agregat halus = 308.1 kg

Komposisi kering per m 3 beton adalah :


Air = 184.346 kg
Semen = 921.732 kg
Agregat kasar = 858.650 kg
Agregat halus = 308.100 kg

8. Koreksi Jumlah Air dan Agregat Berdasarkan Kondisi Lapangan


Koreksi air untuk kondisi lapangan : Vah  1  Va  Vs  Vu  Vak 
X   ak  ak Wak ( dry )
dimana :
 ak = absorpsi agregat
ak = kadar air agregat
Wak ( dry ) = berat agregat kering

• Akibat absorpsi agregat kasar (X1) = -49.4 kg


• Akibat absorpsi agregat halus (X2) = -17.3 kg
Jumlah air aktual = 117.7 kg

Koreksi agregat untuk kondisi lapangan :


• Agregat kasar
Wak ( lap )  1  ak   Wak ( dry ) = 937.3 kg
• Agregat halus
Wah ( lap )  1  ah   Wah ( dry ) = 338.9 kg

KOMPOSISI MATERIAL / M3 BETON


14 Air 117.700 kg
15 Semen 921.700 kg
16 Agregat Halus 338.900 kg
17 Agregat Kasar 937.300 kg

10
VOLUME SAMPEL
18 Volume 3 Sampel 0.00471 m3
19 Volume Safety 0.00120 m3
20 Volume Total 0.00591 m3
VOLUME SAMPEL
21 Air 0.566 kg
22 Semen 4.345 kg
23 Agregat Halus 0.630 kg
24 Agregat Kasar 4.508 kg
25 Serat 0.15% 57 gr
26 Superplasticizer 2% 84 mL

2.5 Metode Pembuatan dan Curing


Pencampuran beton dilakukan dengan molen listrik. Berikut
langkah yang dilakukan:
a. Persiapan alat dan material yang dibutuhkan
b. Agregat kasar dimasukkan ke dalam molen listrik yang sudah
menyala dan diikuti dengan agregat halus
c. Setelah itu, semen dimasukkan secara perlahan agar debu tidak
berterbangan
d. Ketiga material tersebut diaduk sampai tercampur merata.
e. Masukkan air yang telah ditambah sepertiga bagian
superplasticizer sedikit demi sedikit. Tunggu sampai air
tercampur ke seluruh material. Pada awalnya akan terjadi
penggumpalan, untuk itu ditunggu pencampuran hingga terlihat
normal.
f. Dilakukan flow slump test. Pada pengujian kali ini diperoleh
diameter slump sebesar 48 cm.
g. Keluarkan campuran beton ke dalam talam. Kemudian
ditambahkan serat ke dalam campuran tersebut dan diaduk
secara manual.
h. Setelah tercampur merata, campuran beton segar tersebut
dimasukkan ke dalam moulding dengan diameter 10 cm dan
tinggi 20 cm sambal dilakukan pemadatan dengan cara
penusukan dan penggetaran.

11
Sedangkan untuk curing, beton segar yang telah mengeras
dimasukkan ke dalam waterbath yang berisi air dan kemudian
disimpan sampai sampel tersebut akan diuji.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaa yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Beton mutu sangat tinggi direncanakan memiliki nilai kuat tekan
85 MPa pada umur 28 hari.
2. Untuk meningkatkan workability, dilakukan penambahan bahan
tambah kimia berupa superplasticizer Viscocrete 1003 sebanyak
2% dari berat total semen.
3. Serat baja ban bekas (steel fiber tyre) dengan panjang 12-30
mm ditambahkan sebanyak 0.15% dari volume total beton.
4. Perbandingan air semen yang digunakan untuk mencapai nilai
kuat tekan rencana adalah sebesar 0.2.

3.2 Saran
Untuk melakukan percobaan ini disarankan agar:
1. Memeriksa kembali perhitungan mix design beton terhadap
spesifikasi yang digunakan. Pada percobaan ini digunakan
standar American Concrete Instiute (ACI).
2. Memperhitungkan dengan cermat persentase volume safety
yang diperlukan pada saat proses pengecoran beton.
3. Memahami karakteristik bahan tambah kimia yang digunakan,
seperti; cara pemakaian, berat jenis dan kadar pemakaian
terbesar.

13
DAFTAR PUSTAKA

American Concrete Institute (ACI) Committee 211.1. 1991. Standard


Practice for Selecting Proportions for Normal, Heavyweight, and
Mass Concrete. Journal ACI Committee 201.1.

American Standard of Test Materials (ASTM). 1994. Annual Books of


ASTM Standard. Philadelphia: ASTM.

Aprieli Zai, Krisman, dkk. 2014. Pengaruh Penambahan Silica Fume dan
Superplasticizer terhadap Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi dengan
Metode ACI (American Concrete Institute). Medan: Universitas
Sumatera Utara.

Hariawan, B J. 2010. Pengaruh Perbedaan Karakteristik Tipe Semen


Ordinary Portland Cement (OPC) dan Portland Composite Cement
(PCC) Terhadap Kuat Tekan Mortar. Universitas Gunadarma.

Nawy, E.G. 2012. Reinforced Concrete A Fundamental Approach.


Prentice Hall inc.

Mulyati. 2013. Studi Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal


Menggunakan Semen Portland Tipe I dan Portland Composite
Cement.

SNI 2847:2013. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.


Jakarta: Badan Standar Nasional.

Tjokrodimuljo, Kardiyono. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta: Biro


Penerbit.

14
15
LAMPIRAN
Semen Padang Portland Composite Cement

Superplasticizer Viscocrete-1003

Serat Baja Ban Bekas

Anda mungkin juga menyukai