Anda di halaman 1dari 35

TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

TUGAS I

DESAIN STRUKTUR AMAN GEMPA


DAN TSUNAMI
Analisis Struktur Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa
dan Tsunami

Dosen:
Fauzan, Dr. Eng

Oleh:
Aimuthia Citra Utami
NIM. 1820921013

PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Analisis Struktur


Sejak pasca gempa Aceh-Andaman (Mw 9.15) tahun 2004 dan gempa Tohoku (Mw
9.0) tahun 2011, bahaya tsunami dan penilaian resiko bencana mulai menjadi sebuah
isu permasalahan yang sangat penting (Muhammad et al., 2010). Usaha penyelamatan
dan mitigasi dari resiko signifikan pun telah dirumuskan beberapa tahun belakangan
oleh negara-negara dengan tingkat resiko bencana tinggi, seperti Jepang, USA, Chile,
New Zealand dan Indonesia (Schlurmann et al., 2010; Wood et al., 2014; Mueller et al.,
2015; Raby et al., 2015). Sebagai salah satu negara dengan zona seismik paling aktif,
Indonesia telah mengalami setidaknya lebih dari 15 kali gempa bumi yang disertai
dengan gelombang tsunami.
Tabel 1.1 Gempa Bumi dengan Tsunami yang Pernah Terjadi di Indonesia

Jumlah
Ketinggian
Lokasi Magnitude Korban
Waktu Gelombang
(Koordinat) (SR) Jiwa
(meter)
(orang)
17 Februari Laut Banda
6.8 100 2244
1674 (-3.75, 127.214)
27 Agustus Krakatau
41 34417
1883 (-6.102, 105.423)
12 Desember Laut Flores
7.8 26.2 1169
1992 (-8.48, 12.896)
24 Desember Pantai Barat 9.1 50.9 227899
2004 Sumatera
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

(3.316 95.854)
Kepulauan
25 Oktober
Mentawai 7.8 16.9 431
2010
(-3.487, 100.082)
28 September Sulawesi
7.5 10.67 3879
2018 (-0.178, 119.84)
Sumber: National Oceanic and Atmospheric Administrations, https://maps.ngdc.noaa.gov/ (diakses pada
15 Oktober 2019 pukul 23.32 WIB)

Menurut Teddy Boen (2018), gempa yang menyebabkan tsunami tersebut


merupakan bentuk pengulangan dari kejadian di masa lampau. Ketika tsunami
menghantam bangunan di pinggiran pantai, struktur tersebut berkemungkinan tidak
memiliki kekuatan lateral yang cukup dan mengalami kolaps. Sehingga, masyarakat
harus menyelamatkan diri ke daratan yang lebih tinggi atau keluar dari zona genangan.
Namun hal ini tidak selalu memungkinkan dikarenakan singkatnya waktu peringatan.
Dalam kasus ini, penyelamatan di tempat terdekat dapat menjadi alternatif untuk
menyelamatkan diri dari bahaya tsunami (FEMA, 2008).

Pada tugas ini dilakukan analisis struktur gedung SD Negeri 23/24 Padang terhadap
beban gempa dan tsunami untuk difungsikan sebagai tempat evakuasi vertikal. Analisis
ini dilatarbelakangi oleh jarak lokasi bangunan dengan garis pinggir pantai sejauh 473.75
meter. Selain itu, SD Negeri 23/24 Padang ini memiliki total tenaga pendidik dan peserta
didik sebanyak 329 orang serta berada di tengah lingkungan ramai penduduk. Dengan
belum adanya ketersediaan shelter di lokasi tersebut, menjadikan gedung sekolah ini
untuk memiliki multifungsi sebagai shelter dinilai penting untuk mengurangi dampak
dan jumlah korban yang akan timbul apabila terjadi gempa dan tsunami.

BAB II
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

DASAR ANALISIS STRUKTUR

2.1 Standar Acuan Analisis Struktur Bangunan Beton Bertulang


Berikut standar yang digunakan dalam analisis struktur bangunan beton bertulang
aman gempa dan tsunami:
1. SNI 2847-2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung
2. SNI 1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung
3. Federal Emergency Management Agency (FEMA P646-508 tahun 2012)
4. SNI 1727-2013 tentang Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain.
2.2 Perencanaan Pembebanan
Menurut SNI 1727-2013 tentang Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain, beban-beban yang bekerja dan diperhitungkan dalam
desain struktur adalah sebagai berikut:
1. Beban mati (DL), berasal dari berat sendiri struktur yaitu berat balok dan kolom
dengan asumsi berat volume beton bertulang yaitu 2400 kg/m3.
2. Beban mati tambahan (SDL), terdiri dari beban tambahan yang bersifat permanen
pada struktur, diantaranya:
- Beban spesi : 2000 kg/m3
- Beban keramik : 24 kg/m3
- Beban plafond : 10 kg/m2
- Beban MEP : 20 kg/m2
- Beban dinding : 200 kg/m2
3. Beban hidup (LL), pada perencanaan beban hidup yang dimasukkan ke dalam
pemodelan ini adalah sebagai berikut:
- Ruang Kelas : 192 kg/m2
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

4. Beban gempa
Menurut Teori Pelat Tektonik, para ahli geologi mengasumsikan bahwa bumi
terdiri dari beberapa lempengan yang mengambang dan bergerak pada arah yang
tidak beraturan. Hal ini menyebabkan terjadinya tabrakan atau tumbukan antar
lempeng sehingga menimbulkan getaran yang bersifat menjalar dan mengakibatkan
gempa pada daerah lemah di sekitar lempengan tersebut. Menurut Widodo (2012)
dalam Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan menyatakan bahwa pergerakan
lempeng bumi dapat dikategorikan ke dalam 3 macam fault model sebagai berikut:
a. Strike Slip Fault
Lempeng tektonik atau massa batuan yang patah bergeser secara horizontal dan
berlawanan.

Gambar 2.1 Lateral Strike Slip Arah Kanan dan Kiri


(Sumber: Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan, Widodo, 2012)
b. Dip Slip Fault
Lempeng tektonik atau massa batuan mengalami slip searah sumbu vertikal. Slip
ini dikategorikan ke dalam dua tipe, yaitu slip akibat gaya desak (compression
stress) dan slip akibat gaya tarik (tension stress).

Gambar 2.2 Reverse, Thrust dan Normal Fault


(Sumber: Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan, Widodo, 2012)
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

c. Dip Strike Slip Fault


Merupakan kombinasi antara Strike Slip Fault dan Dip Slip Fault yang umum
disebut sebagai Oblique Fault (OF).

Gambar 2.3 Dip Strike Slip Fault


(Sumber: Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan, Widodo, 2012)
Berdasarkan kedalaman pusat gempa (hiposenter), menurut Fowler (1990)
gempa bumi dapat dibedakan menjadi:
a. Gempa bumi dangkal (kedalaman kurang dari 70 kilometer)
b. Gempa bumi menengah (kedalaman kurang dari 300 kilometer)
c. Gempa bumi dalam (kedalaman lebih dari 300 kilometer)
Gempa bumi dangkal memberikan dampak goncangan dan kehancuran yang lebih
dahsyat. Hal ini dikarenakan sumber energi gempa bumi yang berlokasi dekat dengan
permukaan bumi sehingga menimbulkan gelombang yang lebih besar.
Tingkat kerusakan dari gempa bumi dapat diperkirakan berdasarkan kekuatan
gempa bumi yang diklasifikasikan dalam Modified Mercalli Intensity sebagai berikut:
Tabel 2.1 Korelasi Kekuatan Gempa dalam Magnitude Skala Richter (SR) dan Modified
Mercalli Intensity (MMI)
Percepatan
Jumlah Gempa per Tahun
MMI SR Puncak Rata-Rata
di Dunia
(g = 9,81 m/s2)
I 0 – 1,9 Sangat besar
II 2 – 2,9 300,00
III 3 – 3,9 49,00
IV 4 – 4,4 0,015g – 0,03g 4,00
V 4,5 – 4,9 0,03g – 0,05g 1,20
VI 5- 5,9 0,05g – 0,07g 800
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

VII 6 – 6,3 0,07g – 0,15g 65


VIII 6,4 - 6,6 0,15g – 0,30g 35
IX 6,7 – 6,9 0,30g – 0,60g 20
X 7 – 7,5 14
XI 7,6 – 7,9 4
Lebih dari 0,60g 0,2 (satu dalam lima
XII 8 – 8,6
tahun)
Sumber: Introduction to Seismology IISEE and Earthquake Magnitude
Comparisons, 2001
Untuk mereduksi dampak gempa yang terjadi terhadap bangunan, perencanaan
harus dilakukan sesuai dengan konsep dasar dan peraturan desain bangunan tahan
gempa yang berlaku. Pada daerah rawan gempa, struktur direncanakan dengan konsep
kolom kuat balok lemah, dimana sendi plastis direncanakan terjadi pada balok sebagai
elemen pendistribusi energi gempa. Persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh struktur
penahan beban gempa yaitu material dari elemen struktur harus bersifat daktail. Hal
ini bertujuan agar bangunan tidak mengalami keruntuhan secara tiba-tiba setelah
gempa terjadi.
Penentuan nilai dalam perhitungan beban gempa ditentukan dalam peraturan SNI
1726:2012 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non gedung serta Peta Sumber dan Bahaya Gempa tahun 2017.
1. Kategori Resiko Bangunan dan Faktor Keuramaan Gempa (Ie)
Penentuan kategori resiko bangunan didasari oleh fungsi bangunan yang diatur
dalam tabel 1 pasal 4.1.2 SNI 1726:2012. Sedangkan faktor keutamaan gempa (Ie)
ditentukan berdasarkan kategori resiko bangunan, diatur dalam tabel 2 pasal 4.1.2
SNI 1726:2012 (tabel 1 dan 2 SNI 1726:2012 terlampir pada Lampiran-1a dan 1b).
2. Parameter Percepatan Gempa (Ss dan S1)
Penentuan parameter Ss (percepatan batuan dasar perioda pendek) dan S1
(percepatan batuan dasar perioda 1 detik) harus ditetapkan dari respons spektral
percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismik sesuai dengan
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

pasal 14 SNI 1726:2012 dengan MCE R 2 persen dalam 50 tahun. Nilai Ss dan S1 dapat
ditentukan dengan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017
(terlampir pada Lampiran-2a dan 2b).
3. Kelas Situs
Kelas situs dapat dilakukan dengan klasifikasi berdasarkan kondisi tanah di
lapangan dan kemudian diatur dalam tabel 3 pasal 5.3 SNI 1726:2012 (terlampir
pada Lampiran-3).
4. Koefisien dan Parameter Respons Spektral Percepatan MCER
Penentuan respons spektral percepatan gempa MCE R, diperlukan faktor amplifikasi
seismik pada perioda 0,2 detik (Fa) yang tercantum pada tabel 4 SNI 1726:2012 dan
1 detik (Fv) pada tabel 5 SNI 1726:2012 (terlampir pada Lampiran-4a dan 4b).
Parameter respons percepatan pada perioda pendek SMS dan perioda 1 detik SM1
disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs dan ditentukan dengan:
S MS=F a S S
S M 1=F v S1
5. Parameter Percepatan Spektral Desain
Parameter percepatan spektral desain perioda pendek (SDS) dan 1 detik (SD1)
dihitung dengan persamaan berikut:
2
S DS= S
3 MS
2
S D 1= S
3 M1
6. Spektrum Respons Desain
Spektrum Respons Desain merupakan representasi gerakan tanah akibat getaran
gempa yang terjadi pada suatu lokasi.
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Gambar 2.4 Spektrum Respons Desain


(Sumber: SNI 1726:2012 halaman 23)
1) Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain,
Sa:
T
Sa=S DS (0,4 +0,6 )
T0
2) Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa:
Sa=S DS
3) Untuk perioda lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa:
SD 1
Sa=
T
Nilai T0 dan Ts ditentukan dengan persamaan:
SD1
T 0=0,2
S DS
SD1
T S=
S DS
7. Kategori Desain Seismik
Kategori desain seismik suatu lokasi tergantung kepada kategori risiko dan nilai
parameter respons percepatan perioda pendek (SDS), ditentukan dalam tabel 6
pasal 6.5 SNI 1726:2012 (terlampir pada Lampiran 5).
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

8. Sistem dan Parameter Struktur


Sistem strukur yang akan digunakan untuk menahan gaya gempa ditentukan
berdasarkan batasan kategori desain seismik yang diizinkan. Setiap sistem struktur
berbeda, masing-masing nilai R, Cd, dan Ω0 harus dikenakan pada setiap sistem
yang diatur dalam tabel 9 pasal 7.2.2 SNI 1726:2012 (terlampir pada Lampiran-6).
9. Faktor Skala Beban Gempa
Nilai respons spektrum pada suatu analisis harus dikalikan dengan suatu faktor
skala (SF), dimana:
Ie
SF=G
R
Apabila ditinjau secara realistis, beban mati, beban hidup serta beban gempa
mempunyai kemungkinan untuk bekerja terhadap struktur secara bersamaan. Agar
bangunan mampu menerima seluruh beban tersebut dengan baik, seluruh jenis beban
harus dikombinasikan sedemikian rupa sehingga. Kombinasi pembebanan yang diatur
dalam SNI 1726:2012 pasal 4.2.2 adalah sebagai berikut:
a. 1.4 D
b. 1.2 D + 1.6 L
c. (1.2 + 0.2 SDS) D + L ± ρ (1.0 QEX) ± ρ (0.3 QEY)
d. (1.2 + 0.2 SDS) D + L ± ρ (0.3 QEX) ± ρ (1.0 QEY)
e. (0.9 - 0.2 SDS) D ± ρ (1.0 QEX) ± ρ (0.3 QEY)
f. (0.9 - 0.2 SDS) D ± ρ (0.3 QEX) ± ρ (1.0 QEY)
5. Beban Tsunami
Tsunami berasal dari istilah jepang Tsu berarti pelabuhan dan Nami berarti
gelombang. Akibat terjadinya perubahan (dislokasi) pada struktur batuan setelah
gempa bumi pada lantai samudera secara tiba-tiba, menyebabkan kolom air di atasnya
bergerak dan mencapai permukaan laut. Perubahan pada muka air laut inilah yang
kemudian menyebabkan gelombang tsunami.
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Pada Buku Gempa Bumi Edisi Populer (BMKG, 2012) menyatakan bahwa gempa
bumi tsunami (earthquakegenic tsunami) akan terjadi dengan persyaratan lingkungan
sebagai berikut:
a. Lokasi pusat gempa bumi (episenter) berada di laut;
b. Kedalaman pusat gempa bumi (hiposenter) relatif dangkal dengan kedalaman kecil
dari 60 kilometer dari dasar laut;
c. Magnitudo lebih besar dari 6,5 skala Richter;
d. Mekanisme sesar gempa bumi bertipe sesar gempa bumi vertikal naik (reverse fault)
atau vertikal turun (normal fault)
e. Terjadi pada zona subduksi lempeng tektonik;
f. Bentuk muka pantai landai.
Berdasarkan Federal Emergency Management Agency (FEMA) P646-508 2012, gaya-
gaya yang harus diperhitungkan dalam perencanaan bangunan agar mampu menahan
air tsunami, yaitu:
1. Gaya Hidrostatis
Gaya hidrostatis bekerja saat air yang bergerak perlahan mengenai struktur,
didefinisikan sebagai gaya arah horizontal akibat tekanan air terhadap suatu
permukaan yang nilainya dipengaruhi oleh kedalaman air. Gaya hidrostatik
horizontal yang bekerja dapat dihitung dengan persamaan:
F h=0,5 ρs g b hmax 2

Keterangan:
Fh = gaya hidrostatis
ρs = massa jenis air tsunami dengan sedimen (1100kg/m3)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
b = lebar dinding
hmax = ketinggian air maksimum
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Gambar 2.5 Gaya Hidrostatis (FEMA P646-508, 2012)


dengan
h max=1.3 R¿ −z w
Keterangan:
R* = elevasi genangan maksimum
zw = elevasi dasar bangunan
2. Gaya Apung
Nilai gaya apung total pada struktur yang tergenang/terkepung akibat air tsunami
dapat dihitung dengan persamaan:
F b=ρ s g V

Gambar 2.6 Gaya Apung (FEMA P646-508, 2012)


Keterangan:
Fb = gaya apung
ρs = massa jenis air tsunami dengan sedimen (1100kg/m3)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
V = volume bangunan tergenang
3. Gaya Hidrodinamik
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Gaya hidrodinamik merupakan kombinasi gaya horizontal yang disebabkan oleh


gaya tekan dari massa air yang bergerak dan gaya gesek yang disebabkan oleh aliran
di sekeliling struktur. Gaya ini bekerja pada seluruh bagian badan gelombang yang
telah dilewati oleh ujung depan gelombang. Gaya hidrodinamik dapat dihitung
dengan persamaan:
F d=0,5 ρs C d B(hu 2)max

Gambar 2.7 Gaya Hidrodinamik (FEMA P646-508, 2012)


Keterangan:
Fd = gaya hidrodinamik
ρs = massa jenis air tsunami dengan sedimen (1100kg/m3)
Cd = koefisien tarik (Cd = 2,0)
B = luasan struktur impact
dengan
z z 2
(hu 2)max =g R 2 (0,125−0,235
R
+ 0,11( )
R
)

Keterangan:
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
R = ketinggian Run Up rencana (1,3R*)
z = elevasi dasar bangunan
4. Gaya Impuls
Gaya impuls disebabkan oleh muka limpasan air yang menabrak struktur. Menurut
penelitian yang dilakukan Ramsden (1993) dalam FEMA (2008) menunjukkan bahwa
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

lokasi yang telah terendam memiliki nilai gaya impuls dapat mencapai 1,5 kali dari
gaya hidrodinamis.
F s=1,5 F d

Gambar 2.8 Gaya Impuls (FEMA P646-508, 2012)


Keterangan:
Fs = gaya impuls
Fd = gaya hidrodinamik
5. Gaya Tumbukan Debris atau Hanyutan Puing
Gaya ini dapat menjadi faktor terbesar penyebab kerusakan pada bangunan, namun
sulit untuk memprediksi secara akurat nilai dari gaya tumbukan ini. Gaya tumbukan
oleh puing hanyutan dapat diperkirakan dengan:
F i=1,3 umax √ [kmd ( 1+c ) ]

Gambar 2.9 Gaya Tumbukan Debris (FEMA P646-508, 2012)


Keterangan:
Fi = gaya tumbukan oleh puing hanyutan
k = kekakuan efektif debris
md = massa debris
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

c = koefisien massa hidrodinamik


Tabel 2.2 Massa dan Kekakuan Hanyutan Debris

(Sumber: FEMA P646-508 2012 halaman 88)


umax = kecepatan aliran maksimum
dengan
z

umax = 2 gR (1− )
R
6. Gaya Tahanan Debris atau Hanyutan Puing
Efek tahanan yang disebabkan oleh puing hanyutan yang tersangkut pad struktur
dapat diasumsikan sebagai gaya hidrodinamik tambahan.
F dm=1/2 ρs C d Bd (hu¿¿ 2)max ¿
Keterangan:
Fdm = gaya tahanan debris
ρs = massa jenis air tsunami dengan sedimen (1100kg/m3)
Cd = koefisien tarik (Cd = 2,0)
Bd = lebar permukaan puing
Untuk hu2max, gunakan persamaan 2.15.
7. Gaya Uplift
Gaya angkat ini diberikan terhadap lantai bangunan yang tenggelam oleh genangan
tsunami.
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Gambar 2.10 Gaya Uplift (FEMA P646-508, 2012)

Sebagai tambahan untuk beban gravitasi, pada lantai ini didesain untuk tahan
terhadap gaya angkat terkait dengan gaya apung dan hidrodinamis.

f u=1/2 ρs Cu uv 2

Keterangan:
fu = gaya uplift per unit luas
ρs = massa jenis air tsunami dengan sedimen (1100kg/m3)
Cu = koefisien uplift (Cd = 3,0)
uv = estimasi kecepatan vertikal aliran
dengan
u=u tan ∝
8. Beban Gravitasi Tambahan Akibat Genangan Air
Air yang tergenang di lantai atas menyebabkan pertambahan gaya gravitasi yang
berkemungkinan melebihi kemampuan dari rencana awal bangunan. Kedalaman air
genangan tergantung kepada ketinggian air maksimum dan kekuatan lateral dinding
pada lantai tersebut.
F r=ρ s g h r
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Gambar 2.11 Beban Gravitasi Tambahan (FEMA P646-508, 2012)

Keterangan:
Fr = gaya gravitasi tambahan
ρs = massa jenis air tsunami dengan sedimen (1100kg/m3)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
hr = kedalaman potensial maksimum air yang berada pada
lantai atas
dengan
hr =h max−h1 ≤ hbw

Keterangan:
hr = ketinggian maksimum air tergenang di atas lantai
hmax = ketinggian genangan air maksimum
hbw = ketinggian air maksimum yang mampu ditahan sebelum
terjadi kegagalan signifikan tergantung pada tekanan
hidrostatik

6. Kombinasi Pembebanan
Apabila ditinjau secara realistis, beban mati, beban hidup serta beban gempa
mempunyai kemungkinan untuk bekerja terhadap struktur secara bersamaan. Agar
bangunan mampu menerima seluruh beban tersebut dengan baik, seluruh jenis beban
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

harus dikombinasikan sedemikian rupa sehingga. Kombinasi pembebanan yang diatur


dalam SNI 1726:2012 pasal 4.2.2 adalah sebagai berikut:
1. 1.4 D
2. 1.2 D + 1.6 L
3. (1.2 + 0.2 SDS) D + L ± ρ (1.0 QEX) ± ρ (0.3 QEY)
4. (1.2 + 0.2 SDS) D + L ± ρ (0.3 QEX) ± ρ (1.0 QEY)
5. (0.9 - 0.2 SDS) D ± ρ (1.0 QEX) ± ρ (0.3 QEY)
6. (0.9 - 0.2 SDS) D ± ρ (0.3 QEX) ± ρ (1.0 QEY)
Sedangkan beban tsunami bekerja bersamaan dengan beban mati dan beban hidup,
namun akan bekerja setelah beban gempa terjadi. Kombinasi pembebanan ini diatur
dalam FEMA P646-508 2012:
a. 1.2 D + 1.0 Ts + 1.0 LREF + 0.25 L
b. 0.9 D + 1.0 Ts
2.3 Perencanaan Pondasi
Pondasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)
a. Pondasi Telapak
b. Pondasi Rakit
2. Pondasi Dalam (Deep Foundation)
a. Pondasi Tiang
b. Pondasi Sumuran
c. Pondasi Kaison
Pondasi tiang pancang digunakan untuk mendukung struktur yang berada di atas
tanah keras yang terletak sangat dalam.
A. Perhitungan Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah dapat dihitung dengan metode Meyerhoff.
Qult =qc Ab+ fs As (2.32)
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Keterangan:
Qult = daya dukung batas pondasi
qc = conus resistance ujung pondasi
Ab = luar penampang pondasi
Fs = total friction
As = keliling penampang pondasi
B. Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Grup
Pallgroup= Ƞ n Pall (2.33)
Keterangan:
Pallgroup = daya dukung pondasi tiang grup
Ƞ = efisiensi tiang dalam grup
n = jumlah tiang dalam grup
Pall = daya dukung tanah izin (Qult/SF)

BAB III
PROSEDUR ANALISIS STRUKTUR

3.1 Data Umum Bangunan


Berikut data bangunan SD Negeri 23/24 Padang yang akan dilakukan analisis
terhadap beban gempa dan tsunami:
Nama Bangunan : SD Negeri 23/24 Padang
Fungsi Bangunan : Sekolah
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Jarak dari Tepi Pantai : 473.75 meter


Jenis Struktur : Beton Bertulang
Mutu Beton : K-250
Mutu Baja : BJTD-390 dan BJTD-240
Jenis Pondasi : Tiang Pancang
(Untuk gambar bangunan dan dimensi masing-masing elemen struktur terlampir)
3.2 Pemodelan Struktur
Struktur bangunan dimodelkan sebagai struktur Open Frame dengan software
ETABS v.2017 berdasarkan as build drawing oleh Kontraktor Pelaksana.

Gambar 3.1 3D View Pemodelan Struktur


3.3 Desain Pembebanan Gempa
Perhitungan beban gempa dilakukan dengan analisis respons spektrum sesuai
dengan SNI 1726:2012
1. Jenis Bangunan : Sekolah
2. Kategori Risiko : IV (Sekolah)
Tabel 4.1 Kategori Risiko Bangunan Sekolah

Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan IV
sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi
tidak dibatasi untuk:
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans dan
kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi,
angin badai dan tempat perlindungan
darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat
operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap
darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik
lainnya yang dibutuhkan pada saat
kendaraan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara
telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan
bakar, menara pendingin, struktur stasiun
listrik, tangki air pemadam kebakaran atau
struktur rumah atau struktur pendukung air
atau material atau peralatan pemadam
kebakaran) yang disyaratkan untuk
beroperasi pada saat keadaan darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain
yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
3. Ie : 1,50
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Tabel 4.2 Faktor Keutamaan Gempa, Ie

Faktor Keutamaan
Kategori Resiko
Gempa
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
4. Jenis Tanah : Sedang
5. Ss : 1,2-1,5g (ambil Ss = 1,5g)

Gambar 3.5 Peta Ss Wilayah Kota Padang


6. S1 : 0,6-0,7g (ambil S1 = 0,7g)

Gambar 3.6 Peta S1 Wilayah Kota Padang


7. Koefisien Situs, Fa : 1
Tabel 4.3 Koefisien Situs, Fa

Kelas Situs Ss ≥ 1,25


TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

SD 1,0
8. Koefisien Situs, Fv : 1,5
Tabel 4.4 Koefisien Situs, Fv

Kelas Situs Ss ≥ 0,5


SD 1,5
9. S MS=1,5 . 1
S MS=1,5
10. S M 1=0,7 . 1, 5
S M 1=1,05
2
11. S DS= S
3 MS
2
S DS= (1.5)
3
S DS=1
2
12. S D 1= S
3 M1
S D 1=2/3(1.05)
S D 1=0,7
SD1
13. T 0=0,2
S DS
0.7
T 0=0,2( )
1
T 0=0,14
SD1
14. T S=
S DS
0,7
T S=
1
T S=0,70
T
15. Sa=S DS (0,4 +0,6 )
T0
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

T
Sa=1(0,4 +0,6 ) (Input nilai T interval)
0,14

Gambar 3.7 Grafik Respons Spektrum Tanah Sedang


Hasil perhitungan dari respons spektrum (terlampir pada Lampiran-8) kemudian
didefinisikan ke dalam function ETABS.

Gambar 3.8 Pendefinisian Hasil Perhitungan Respons Spektrum pada ETABS


16. Penentuan Sistem Struktur Bangunan
Sistem struktur yang akan digunakan pada bangunan, ditentukan berdasarkan
kategori desain seismik sesuai dengan ketentuan pada pasal 6.5 SNI 1726:2012.
Dalam perencanaan struktur bangunan Rumah Susun Sewa Wilayah Sumatera
Barat I TA 2018 ini digunakan Sistem Rangka Penahan Momen Khusus (SRPMK),
dengan parameter sistem sebagai berikut:
Tabel 4.5 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk Sistem Penahan Gaya Gempa
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Sistem Penahan Gaya Seismik


(C-Sistem Rangka Pemikul Rd Ω0g Cdb
Momen)
C.5.Rangka Beton Bertulang
8 3 5 ½
Pemikul Momen Khusus
17. Faktor Skala Beban Gempa
Nilai respons spektrum pada suatu analisis harus dikalikan dengan suatu faktor
skala (SF), dimana:
Ie
SF=G
R
1
SF=9,81
8
SF=1,23
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Beban Gempa
Respon Spektrum
Kategori Resiko Bangunan Gedung IV
Faktor Keutamaan Gempa (Ie) 1,50
Lokasi Kota Padang
Jenis Tanah Sedang
Kelas Situs SD
Ss 1,5
S1 0,7
Fa 1
Fv 1,5
Sms 1,5
Sm1 1,05
Sds 1
Sd1 0,7
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

T0 0,14
TS 0,70
Sa(0) 0,40

3.4 Perencanaan Pembebanan Gravitasi


Beban gravitasi meliputi beban mati dan beban hidup yang bekerja pada struktur
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Beban Mati
Beban mati yang dihitung berupa beban mati yang bekerja pada lantai dan balok
sesuai dengan SNI 1727:2013 dan dilengkapi dengan PPPURG 1987 serta ARS Group.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Beban Mati
Beban Mati
Lantai Beban pada Beban pada
Lantai (kN/m2) Balok (kN/m)
Lantai 1 1,11 7,25
Lantai 2 1,11 6,75
Lantai 3 1,11 6,75
b. Beban Hidup
Beban hidup dihitung berdasarkan fungsi ruang pada bangunan sesuai dengan SNI
1727:2013 dan dilengkapi dengan PPPURG 1987.
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Beban Hidup
Beban Hidup
Lantai 1 – 3
Ruang Kelas 1,92 kN/m2

3.5 Desain Pembebanan Tsunami


TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Perhitungan beban tsunami dilakukan berdasarkan Guidelines for Design of


Structures for Vertical Evacuation from Tsunamis dalam FEMA P646-508 tahun 2012.
Sedangkan untuk pengukuran jarak dan elevasi, digunakan aplikasi Google Earth.
Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Beban Tsunami
Beban Tsunami
Data Bangunan
Tinggi Bangunan 12 m
Tinggi Lantai 1 4 m
Jarak dari Pinggir Pantai 473.75 m
Ketinggian Lokasi 0.8 m
Data Tsunami
Tinggi Run Up Tsunami 5,00 m
Tinggi Run Up Tsunami 6,50 m
Rencana
Perhitungan Gaya Tsunami
Gaya Hidrostatis (Fhs) 3443 kN
Gaya Apung (Fb) 11,600 kN
Gaya Hidrodinamis (Fd) 14596 kN
Gaya Impuls (FS) 21895 kN
Gaya Tumbukan Debris (Fi) 391 kN
Gaya Tahanan Debris (Fdm) 2441 kN
Gaya Uplift (fu) 0,003 kN
Beban Gravitasi Tambahan 11,600 kN
(fr)

Beban-beban tersebut kemudian dikombinasikan dengan nilai redudansi gempa


sebesar 1,3. Adapun kombinasi pembebanan adalah sebagai berikut:
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,460 DL + 1 LL +1,3 EQX + 0,39 EQY
4. 1,340 DL + 1 LL + 1,3 EQX – 0,39 EQY
5. 1,060 DL + 1 LL – 1,3 EQX + 0,39 EQY
6. 0,940 DL + 1 LL – 1,3 EQX - 0,39 EQY
7. 1,460 DL + 1 LL +0,39 EQX + 1,3 EQY
8. 1,060 DL + 1 LL + 0,39 EQX – 1,3 EQY
9. 1,340 DL + 1 LL – 0,39 EQX + 1,3 EQY
10. 0,940 DL + 1 LL – 0,39 EQX + 1,3 EQY
11. 0,640 DL + 1,3 EQX + 0,39 EQY
12. 0,760 DL + 1,3 EQX – 0,39 EQY
13. 1,040 DL – 1,3 EQX + 0,39 EQY
14. 1,160 DL – 1,3 EQX – 0,39 EQY
15. 0,640 DL + 0,39 EQX + 1,3 EQY
16. 1,040 DL + 0,39 EQX – 1,3 EQY
17. 0,760 DL – 0,39 EQX + 1,3 EQY
18. 1,160 DL – 0,39 EQX – 1,3 EQY
Sedangkan beban tsunami bekerja bersamaan dengan beban mati dan beban hidup,
namun akan bekerja setelah beban gempa terjadi. Kombinasi pembebanan ini diatur dalam
FEMA P646-508 2012:
1. 1.2 D + 1.0 Ts + 1.0 LREF + 0.25 L
2. 0.9 D + 1.0 Ts
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Parameter Bangunan Aman Gempa
a. Modal Partisipasi Massa
SNI 1726:2012 pasal 7.9.1 menyatakan bahwa jumlah ragam yang disyaratkan
untuk mementukan ragam getar alami pada struktur untuk memperoleh partisipasi
massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90% dari massa aktual masing-
masing arah horizontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.
Tabel 4.1 Perioda dan Modal Participating Mass Ratio dari ETABS
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

b. Simpangan Antarlantai (Story Drift)


Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.6, simpangan antar lantai tingkat desain (∆)
dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan
terbawah yang ditinjau.
δ . Cd
Δ= (4.1)
I
0,02. h
Δ a= (4.2)
ρ
Keterangan:
∆ = simpangan antar lantai
∆a = simpangan antar lantai izin (tabel 16 SNI 1726:2012)
Cd = faktor pembesaran defleksi (tabel 9 SNI 1726:2012)
Ie = faktor keutamaan gempa (tabel 2 SNI 1726:2012)
H = tinggi lantai
ρ = faktor redudansi (pasal 7.3.4 SNI 1726:2012)
Tabel 4.2 Simpangan Antar Lantai Arah X
hsx δxe δx ∆ ∆a
Tingkat ∆ < ∆a
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 3400 3,882 21,351 21,351 68 Ok
2 3200 10,851 59,681 38,330 64 Ok
3 3200 16,721 91,966 32,285 64 Ok
4 3200 24,279 133,535 41,569 64 Ok
5 2000 26,414 145,277 11,743 40 Ok
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Tabel 4.3 Simpangan Antar Lantai Arah Y


hsx δYe Δy ∆ ∆a
Tingkat ∆ < ∆a
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 3400 3,884 21,362 21,362 68 Ok
2 3200 10,956 60,258 38,896 64 Ok
3 3200 16,943 93,187 32,929 64 Ok
4 3200 24,237 133,304 40,117 64 Ok
5 2000 26,260 144,430 11,127 40 Ok

Dari analisa struktur yang dilakukan, akan diperoleh gaya dalam dari
setiap elemen struktur.

1. Kolom Beton Betulang


Dari hasil analisa struktur diperoleh Strees Ratio kolom adalah serti
telihat pada Gambar 3.15 berikut

Gambar 4.1 Strees Ratio Kolom


Nilai stress ratio yang ditampilkan pada gambar di atas adalah nilai
stress ratio kumulatif dari unsur P (axial) dan M (momen), baik untuk sumbu
lemah maupun sumbu kuatnya. Sehingga secara keseluruhan Struktur Kolom
disimpulkan memenuhi syarat Kekuatan (nilainya kurang dari 1).
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

.
Gambar 4.2 Diagram Interaksi Kolom Lantai 1

Gambar 4.3 Diagram Interaksi Kolom Lantai 2


TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

Gambar 4.4 Diagram Interaksi Kolom Lantai 3


TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

2. Kapasitas Lentur Balok Lantai

Kapasitas Penampang Balok Beton Bertulang Gedung SD Negeri


23/24 Padang adalah seperti pada Tabel 4.1 dibawah :

Tabel 4.1. Kapasitas Penampang Balok Beton Betulang

Dari Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa secara umum balok masih aman
terhadap beban yang bekerja.
TUGAS I Analisis Gedung SD Negeri 23/24 Padang Terhadap Beban Gempa dan Tsunami

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisis terhadap kondisi eksisting


Bangunan SD Negeri 23/24 Padang, terutama pada kondisi kolom dan balok,
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Kapasitas balok mampu menahan beban gempa, beban tsunami dan beban
gravitasi yang bekerja
b. Elemen kolom mampu bekerja dengan baik saat menerima beban gempa
dan beban gravitasi, namun belum mampu menahan tambahan beban
tsunami yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai