Tes ini diadakan dengan maksud untuk mengetahui keadaan diri calon
tenaga kerja terhadap kemungkinan dalam dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan yang diserahkan kepadanya. Tes psikologi dapat digolongkan menjadi
lima macam.
b. Tes prestasi (Ahievement test), adalah tes yang dilakukan untuk mengukur
hasil kerja para pelamar. Tes demikian menjunjukkan apa yang dapat
dikerjakan sekarang. Dengan mengetahui prestasi pelamar akan dapat
ditentukan apakah mereka sesuai dengan keinginan perusahaan. Misalnya
ingin mengukuh hasil prestasi seorang sekertaris dapat dilihat melalui tugas
pokok sekertaris, kemampuan mengetik surat, mempersiapkan ruang rapat,
dan lain sebagainya
c. Tes bakat (Aptitude test), adalah tes untuk mengukur bakat atau kemampuan
yang mungkin telah dikembangkan atau masih terpendam masih belum
dipergunakan. Tujuannya yaitu untuk memprediksi kecakapan bekerja para
pelamar di kemudian hari. Tes yang dilakukan yaitu tes kemampuan
menimbang sesuatu bersifat mekanis, tes kemampuan menimbang yang
bersifat abstrak, tes kemampuan menarik kesimpulan.
d. Tes minat (Interest test), adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui minat
seseorang terhadap sesuatu. Seseorang yang mempunyai minat terhadap
pekerjaan tertentu. Berdasarkan tes ini nantinya pelamar dapat diketahui
bahwa pelamar cocok atau tidak cocok dengan pekerjaan tertentu. Biasanya
pelamar ditanya apakah ia suka atau tidak suka atau tidak ada perbedaan
dalam kesukaan terhadap sesuatu hal.
2. Tes Kesehatan
Proses penempatan karyawan yang tepat akan menjadi salah satu kunci utama
untuk memperoleh prestasi kerja optimal dari setiap karyawan, moral maupun
kreativitasnya dan prakarsanya juga akan berkembang. Untuk itu ada beberapa factor
yang harus diperhatikan dalam penempatan karyawan menurut (Bambang Wahyudi,
2002) diantaranya :
1. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan bisnis perusahaan akan menciptakan posisi pekerjaan baru yang
menyebabkan terjadinya pengisian posisi pekerjaan baru, baik melalui promosi
karyawan yang sudah ada atau promosi karyawan baru.
2. Latar Belakang Pendidikan
Prestasi akademis yang dimiliki tenaga kerja selama mengikuti pendidikan
sebelumnya harus dipertimbangkan, khususnya dalam penempatan tenaga kerja
tersebut untuk menyelesaikan tugas pekerjaan, serta mengemban wewenang dan
tanggung jawab. Prestasi akademis yang perlu dipertimbangkan tidak terbatas pada
jenjang terakhir pendidikan tetapi termasuk jenjang pendidikan yang pernah
dialaminya.Tenaga kerja yang memiliki prestasi akademis tinggi harus ditempatkan
pada tugas dan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, sebaliknya tenaga kerja
yang memiliki latar belakang akademis rata-rata atau dibawah standar harus
ditempatkan pada tugas dan pekerjaan ringan dengan beban wewenang dan tanggung
jawab yang relatif rendah. Latar belakang pendidikan pun harus menjadi
pertimbangan dalam menempatkan karyawan. Misalnya, sarjana ekonomi harus
ditempatkan pada pekerjaan yang berhubungan dalam bidang ekonomi. Latar
belakang akademis ini dimaksudkan untuk menempatkan karyawan yang tepat pada
posisi yang tepat pula (The Right Man on The Right Place).
3. Usia
Faktor usia tenaga kerja yang lulus seleksi perlu dipertimbangkan dalam
penempatan tenaga kerja. Penempatan tenaga kerja berdasarkan usia perlu dilakukan
untuk menghindari rendahnya produktivitas yang dihasilkan oleh karyawan yang
bersangkutan.
4. Keterampilan Kerja.
Kecakapan atau keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan yang harus di
peroleh dalam praktek, keterampilan kerja ini dapat di kelompokan menjadi 3 kategori
yaitu:
a. Keterampilan mental, seperti menganalisis data, membuat keputusan dll.
b. Keterampilan fisik, seperti membetulkan listrik, mekanik, dll.
c. Keterampilan sosial, seperti mempengaruhi orang lain, menawarkan barang atau
jasa dll.
5. Pengalaman Kerja
Pengalaman bekerja pada pekerjaan sejenis perlu mendapatkan pertimbangan
dalam penempatan kerja karyawan. Kenyataan menunjukkan makin lama karyawan
bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki karyawan yang bersangkutan,
sebaliknya semakin singkat masa kerja, semakin sedikit pengalaman yang diperoleh.
Pengalaman bekerja benyak memberikan keahlian dan keterampilan kerja.
Pengalaman bekerja yang dimiliki seseorang kadang-kadang lebih dihargai
daripada tingkat pendidikan yang menjulang tinggi. Karyawan yang berpengalaman
dapat langsung menyelesaikan tugas dan pekerjaanya. Karyawan hanya memerlukan
pelatihan dan petunjuk yang relatif singkat. Sebaliknya karyawan yang hanya
mengandalkan latar belakang pendidikan dan gelar yang disandangnya, belum tentu
mampu mengerjakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia : dasar dan kunci keberhasilan.
Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rivai, Veithzal dan Sagala, Ella Jauvani. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Ardana, Komang dkk. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta
Budiyanto, Eko. 2013. Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Bambang Wahyudi. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Bandung:
Sulita Bandung.