Disusun :
AULIA RAHMAWATI
NIM : 1904140032
MONDHI
NIM : 1904140077
YUNI SAPUTRI
NIM : 1904140064
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun dari penulisannya. Namun demikian, tim
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan
rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................1
Daftar Isi..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Bani Umayyah........................................................................5
B. Khalifah-khalifah Bani Umayyah............................................................................6
C. Masa Kemajuan Bani Umayyah..............................................................................10
D. Masa Kemunduran Bani Umayyah..........................................................................12
A. Simpulan..................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahasa masalah
bagaimana sejarah berdirinya bani Umayyah, khalifah-khalifah pada
pemerintahan Bani Umayyah, bagaimana perkembangan ilmu pada masa
itu serta penyebab kemunduran dinasti Bani Umayyah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas antara lain sebagai berikut:
3
1. Bagaimana sejarah dinasti Bani Umayyah?
2. Siapa Khalifah-khalifah dinasti Bani Umayyah?
3. Bagaimana masa kemajuan dinasti Bani Umayyah?
4. Bagaimana masa kemunduran dinasti Bani Umayyah?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami sejarah dinasti Bani Umayyah
2. Mengetahui khalifah-khalifah dinasti Bani Umayyah
3. Mengetahui dan memahami masa kemajuan dinasti Bani Umayyah
4. Mengetahui dan memahami masa kemunduran dinasti Bani
Umayyah
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007, cet.
24 dan 25), hlm. 42
5
Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan
bin Hakam.2
B. Khalifah-khalifah Dinasti Bani Umayyah
Kekuasaan bani umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota
Negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia
berkuasa sebagai gubernur sebelumnya, berikut adalah Khalifah yang
pernah menjabat pada masa tersebut:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan (Muawiyah I) 661-680 M
2. Yazid bin Muawiyah (Yazid II) 680-683 M
3. Muawiyah bin Yazid 683-684 M
4. Marwan bin Hakam (Marwan I) 684-685 M
5. Abdul Malik bin Marwan 685-705 M
6. Al Walid bin Abdul Malik (Al Walid II ) 705-715 M
7. Sulaiman bin Abdul Malik 715-717 M
8. Umar bin Abdul Aziz (Umar II ) 717-720 M
9. Yazid bin Abdul Malik (Yazid II ) 720-724 M
10. Hisyam bin Abdul Malik 724-743 M
11. Al-Walid bi Yazid (Al Walid II) 743-744 M
12. Yazid bin al Walid (Yazid III) 744 M
13. Ibrahim bin al Walid 744 M
14. Marwan bin Muhammad (Marwan III ) 744-750 M3
2
Ibid., hlm. 43
3
Siti Zubaidah,M.Ag. Sejarah Peradaban Islam, (Medan : Perdana Publishing, 2016),
hlm, 87-88
6
terhadap khalifah. Selanjutnya ia berusaha menertibkan kebijakan
militer dengan tetap mempertahankan panglima-panglima Arab yang
memimpin pasukan kebangsaan Arab.
7
perkampungan militer yang dibangun di al-Wasith. Pada masa
pemerintahan Abdul Malik, untuk pertama kalinya khalifah Bani
Umayyah mencetak mata uang logam, menggantikan mata uang
Bizantium dan Sasania. Mata uang yang baru ini, menghilangkan
simbolisme Kristen dan Zoroastrian dan memperkenalkan model koin
yang terbuat dari emas dan perak yang bertuliskan huruf Arab sebagai
simbol kedaulatan negara. Selain dari yang disebutkan di atas, negara
juga menandai kedaulatannya dengan mendirikan sejumlah bangunan
monumental, Abdul Malik menetapkan Yerusalem sebagai kota suci
bagi umat Islam dan Masjid Kubah Batu (al-Kubbah al-Shakhra)
dibangun pada tanah peribadatan umat Yahudi kuna.5
Pada masa pemerintahan al-Walid, dibangun beberapa masjid
baru di Madinah dan di Damaskus, hiasan pada masjid-masjid tersebut
melambangkan kejayaan bangsa Arab dan menjadi bukti pengabdian
negara kepada agama. Terdapat beberapa kesejajaran antara langkah-
langkah yang ditempuh oleh Abdul Malik dan putranya, al-Walid.
yaitu praktik administrasi model Bizantium dan Sasania. Di Suriah dan
di Mesir seluruh perangkat administratif, termasuk di dalamnya
administrasi pendapatan negara berasal dari tradisi Bizantium,
demikian juga organisasi kemiliteran di Suriah mengikuti model
Bizantium, sementara di Iraq, pengadministrasian negara mengikuti
pola Sasania, yakni pembagian menjadi empat bidang; bidang
keuangan, kemiliteran, surat-menyurat, dan bidang kedutaan.
Kesejajaran yang lain dari kedua khalifah Bani Umayyah ini,
adalah menyusun peralihan pejabat-pejabat pajak dari orang-orang
yang berbahasa Yunani dan Suriah kepada orang-orang yang
berbahasa Arab. Catatan-catatan ringkas, penyalinan, dan laporan-
laporan, sekarang muncul dalam bahasa Arab, perubahan ini di Iraq
berlangsung pada tahun 697 M. di Suriah dan Mesir pada tahun 700 M.
5
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali),
hlm. 26
8
c. Umar ibn Abdul Aziz (717-720 M)
Umar bin Abdul Aziz selama masa pemerintahannya,
memperlihatkan kemajuan diberbagai aspek, Umar memberikan hak
untuk ikut berperan aktif di dalam diwan-diwan kepada seluruh
pasukan Muslim yang aktif, baik Arab maupun non-Arab. Umar juga
memberlakukan prinsip baru dalam sistim perpajakan yang didasarkan
atas asas persamaan antara Muslim Arab dan Muslim non-Arab, baik
berupa pajak jiwa maupun pajak tanah. Khalifah Umar menetapkan
bahwa pajak bukan sebuah fungsi dari status individual. Muslim non-
Arab diharapkan membayar pajak tanah, dan demikian pula Muslim
Arab harus membayar pajak tanah-tanah mereka secara penuh.
Umar menyadari bahwa dominasi sebuah etnis terhadap etnis
lain adalah suatu anakronistik, oleh karena itu antagonisme antara
Arab dan non-Arab segera Ia hapuskan, dan menjadikannya sebuah
kesatuan Muslim yang universal.
d. Hasyim ibn Abd Al-Malik (724-743 M).6
Hisyam ibn Abdul Malik menjabat sebagai Khalifah pada usia
yang ke 35 tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi
militer. Pada masa pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang
menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan
ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan
mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam
perkembangan selanjutnya, kekuatan baru ini mampu menggulingkan
Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru, Bani
Abbas.
Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur menyumbangkan
jasa yang banyak untuk pemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi
semua kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan-kesalahan para
Istian Aby Bakar, Sejarah Peradaban Islam untuk Perguruan Tinggi Islam dan Umum,
6
9
pendahulunya, kerana gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga Khalifah
tidak mampu mematahkannya.
Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam
kebudayaan dan kesusastraan Arab serta lalu lintas dagang mengalami
kemajuan. Dua tahun sesudah penaklukan pulau Sisily pada tahun 743
M, ia wafat dalam usia 55 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung
selama 19 tahun, 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, Khalifah-Khalifah
yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini
makin mempercepat runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.
10
Walaupun Dinasti Umayyah dianggap sebagai dinasti yang tidak
terlalu memperhatikan bidang pendidikan, karena lebih focus kepada
politik dan militer, namun Dinasti Umayyah juga mempunyai andil besar
dalam pengembangan ilmu-ilmu agama Islam, sastra dan filsafat. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya Kuttab (lembaga pendidikan dasar dan
menengah) dan masjid yang dibangun, dan dijadikan pusat pembelajaran
Islam.
Keberhasilan Dinasti Umayyah dalam melakukan futuhat atau
perluasan wilayah, tidak bisa dilepaskan dari kemajuan bidang politik dan
militer Dinasti Umayyah pada waktu itu. Kekuatan militer dan kebijakan-
kebijakan politik yang dijalankan oleh para pemimpin Dinasti Umayyah
sangat berperan penting pada saat itu. Oleh karena itu, pada masa Dinasti
ini, bidang politik dan militer merupakan bidang yang paling diperhatikan.
Dengan perhatian pemerintah terhadap dua bidang ini, Islam bisa masuk
dan menaklukan wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Romawi
dan Byzantium.
Islam dan peradabannya bisa jadi tidak akan maju dan berkembang
jika hanya memiliki wilayah yang sempit. Oleh karena itu, Dinasti
Umayyah yang terkenal dengan ekspansi wilayahnya sangat mempunyai
peranan besar dalam kemajuan peradaban Islam. Dan tentu saja, hal itu
didukung dengan adanya pembangunan infrastruktur setelah melakukan
penaklukan, seperti kuttab dan masjid. Dengan begitu, wilayah-wilayah
yang telah ditaklukan menjadi tempat berkembang dan tumbuhnya
peradaban Islam di wilayah baru tersebut.
11
Oleh karena itu, Dinasti Umayyah disebut sebagai penebar bibit
kejayaan peradaban Islam, walaupun sejatinya bibit kejayaan peradaban
Islam itu sudah ada sejak pada masa Nabi Muhammad SAW.
12
kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama
yang sangat kurang.
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah
adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-
Abbas ibn Abd Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh
dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum Mawali yang
merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.7
BAB III
PENUTUP
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), hlm. 48-49
13
A. Kesimpulan
Setelah khalifah 'Ali bin Abi Thalib wafat, Muawiyah bin Abi Sufyan,
dengan mudah memperoleh pengakuan dari umat Islam sebagai khalifah,
selanjutnya Ia membentuk Dinasti Bani Umayyah. Dengan keberhasilan
ekspansi kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, wilayah kekuasaan
Islam semakin luas. Selain ekspansi, Bani Umayyah juga banyak berjasa
dalam pembangunan di berbagai bidang. Penyebab utama jatuhnya Bani
Umayyah, ialah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-
Abbas bin Abdil Muththalib, sebagai saingan bagi Bani Umayyah dalam soal
khalifah, selain itu faktor lainnya adalah kurang cakapnya pemimpin setelah
Khalifah Hisyam, mereka rata-rata suka hidup bermewah-mewahan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
14
Zubaidah, Siti.2016. Sejarah Peradaban Islam, Medan: Perdana Publishing.
Istian Aby Bakar.2008. Sejarah Peradaban Islam untuk Perguruan Tinggi Islam
dan Umum , UIN Malang
15