Anda di halaman 1dari 16

Makalah

PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYAH


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah : SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dosen Pengampu : M. RASYIDI, M.Pd.I

Disusun :

AULIA RAHMAWATI

NIM : 1904140032

MONDHI

NIM : 1904140077

YUNI SAPUTRI

NIM : 1904140064

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 2020 M/ 1441 H
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa


memberikan kita limpahan rahmat serta hidayah-Nya,  sehingga makalah  Sejarah
Peradaban Islam yang telah diberikan kepada kami dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar. Penyelesaian tugas ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan
para pembaca tentang Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah. Selain itu tak
lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada seluruh aspek yang telah membantu
kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun dari penulisannya. Namun demikian, tim
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan
rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, 17 Maret 2020

                                                                                 

 Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................1

Daftar Isi..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Bani Umayyah........................................................................5
B. Khalifah-khalifah Bani Umayyah............................................................................6
C. Masa Kemajuan Bani Umayyah..............................................................................10
D. Masa Kemunduran Bani Umayyah..........................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Simpulan..................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bani umayyah adalah salah satu dari keluarga suku quraisy,


keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf. Pada umumnya
sejarawan memandang negative terhadap Muawiyah pendiri dinasti,
disamping cara perolehan legalitas kekuasaannya identik dengan tipu
muslihat, kelicikan juga diperkuat dengan adanya kebijakan yang
mengejudkan, yang tidak pernah dilakukan sebelumnya yaitu
pemberlakuan sistim monarchihereditas (kerajaan turun temurun).

Namun demikian, kontribusi dinasti Umayyahpun tidak bisa


diabaikan, salah satunya adalah tentang expensi atau perluasan wilayah ini
yang bisa dikatakan berhasil meskipun ditengah-tengah kondisi politik
yang  kurang mendukung. Hal inilah yang menyebabkan bahwa masa
khilafah Umayyah diidentikkan dengan masa perluasan wilayah.

Kejayaan Bani Umayah dimulai pada masa Abdul Malik dan


berakhir pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Sepeninggal
Umar, kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya tumbang. Penyebabnya
adalah para khalifah lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada
kepentingan umum. Adapun demikian kemajuan-kemajuan di bidang
arsitektur, kesenian dan perdagangan berhasil dicapai pada masa Bani
Umayah.

Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahasa masalah
bagaimana sejarah berdirinya bani Umayyah, khalifah-khalifah pada
pemerintahan Bani Umayyah, bagaimana perkembangan  ilmu pada masa
itu serta penyebab kemunduran dinasti Bani Umayyah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas antara lain sebagai berikut:

3
1. Bagaimana sejarah dinasti Bani Umayyah?
2. Siapa Khalifah-khalifah dinasti Bani Umayyah?
3. Bagaimana masa kemajuan dinasti Bani Umayyah?
4. Bagaimana masa kemunduran dinasti Bani Umayyah?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami sejarah dinasti Bani Umayyah
2. Mengetahui khalifah-khalifah dinasti Bani Umayyah
3. Mengetahui dan memahami masa kemajuan dinasti Bani Umayyah
4. Mengetahui dan memahami masa kemunduran dinasti Bani
Umayyah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Dinasti Bani Umayyah


Memasuki masa kekuasaan Mu’awiyyah yang menjadi awal
kekuasaan Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah
menjadi Monarchiheridatis (kerajaan turun temurun). Kekhalifahan
Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya, tidak
dengan pemilihan atau suara terbanyak.1
Ia bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia
memang tetap menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan
interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut.
Dia menyebutnya ”Khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang
diangkat oleh Allah. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah
ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya.
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun.
Suksensi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah
bin Abu Sufyan Radhiallahu ‘anhu mewajibkan seluruh rakyatnya untuk
menyatakan setia terhadap anaknya, (Yazid Ibn Muawiyah Rahimahullah).
sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia
kepadanya. Kemudian Yazid mengirim surat ke Gubernur Madianh,
memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia
kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk kecuali Husein
bin Ali dan Abdullah bin Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut
Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali.
Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein bin Ali. 
Setelah kekhalifahan khulafaurrasyidin selesai ,khalifah berpindah ke
tangan Bani Umayyah dengan Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah.

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007, cet.
24 dan 25), hlm. 42

5
Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan
bin Hakam.2
B. Khalifah-khalifah Dinasti Bani Umayyah
Kekuasaan bani umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota
Negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia
berkuasa sebagai gubernur sebelumnya, berikut adalah Khalifah yang
pernah menjabat pada masa tersebut:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan (Muawiyah I)                 661-680 M
2. Yazid bin Muawiyah (Yazid II)                                680-683 M
3. Muawiyah bin Yazid                                                 683-684 M
4. Marwan bin Hakam (Marwan I)                                684-685 M
5. Abdul Malik bin Marwan                                          685-705 M
6. Al Walid bin Abdul Malik (Al Walid II )                  705-715 M
7. Sulaiman bin Abdul Malik                                         715-717 M
8. Umar bin Abdul Aziz (Umar II )                               717-720 M
9. Yazid bin Abdul Malik (Yazid II )                            720-724 M          
10. Hisyam bin Abdul Malik                                           724-743 M
11. Al-Walid bi Yazid (Al Walid II)                               743-744 M
12. Yazid bin al Walid (Yazid III)                                  744 M
13. Ibrahim bin al Walid                                                  744 M
14. Marwan bin Muhammad (Marwan III )                    744-750 M3

Khalifah-khalifah besar dinasti  Bani Umayyah ini adalah:

a. Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M)

Semenjak berkuasa, Muawiyah mulai mengubah koalisi


kesukuan Arab menjadi sebuah sentralisasi monarkis. Ia memperkuat
barisan militer dan memperluas kekuasaan administratif negara dan
merancang alasan-alasan moral dan politis yang baru demi kesetiaan

2
Ibid., hlm. 43
3
Siti Zubaidah,M.Ag. Sejarah Peradaban Islam, (Medan : Perdana Publishing, 2016),
hlm, 87-88

6
terhadap khalifah. Selanjutnya ia berusaha menertibkan kebijakan
militer dengan tetap mempertahankan panglima-panglima Arab yang
memimpin pasukan kebangsaan Arab.

Untuk memenuhi interes para pemimpin suku, oleh Muawiyah,


sejumlah penaklukan diarahkan ke Afrika Utara dan Iran Timur.
Selanjutnya Ia berusaha meningkatkan pendapatan negara dari
penghasilan pribadinya, dari lahan pertanian yang diambil alih dari
Bizantium dan Sasania, dan dari investasi pembukaan tanah baru dan
irigasi. Kebijakan politik dan kekuasaan finansial yang ditempuhnya
berasal dari nilai-nilai tradisi Arab, seperti; konsiliasi, konsultasi,
kedermawanan dan penghormatan terhadap bentuk-bentuk tradisi
kesukuan. Muawiyah sangat terkenal dengan sifat santunnya (hilm),
Ira M. Lapidus menjelaskan; Jika Khalifah Umar terkenal dengan
integritas keagamaannya, maka Muawiyah terkenal dengan patriotisme
kebangsaannya. Pemerintahan Muawiyah ditandai dengan upaya
sentralisasi kekuasaan negara, bahkan pemerintahannya didasarkan
pada jaringan kerja (networks) pribadi dan ikatan kekerabatan. Namun
demikian. beberapa dekade masa pemerintahan Muawiyah, tidak
terlepas dari berbagai bentuk perselisihan, seperti warga Madinah
menentang Quraisy lantaran merampas kedudukan mereka, kalangan
Syiah menginginkan jabatan khilafah dan sebagainya, akan tetapi
berkat kecakapan pribadinya serta kekuatan militernya, Muawiyah
mampu mengatasinya.4

b. Abd Al-Malik ibn Marwan (685-705 M) dan Al-Walid ibn Abdul


Malik (705-715 M)
Aspek pertama dari kebijakan Abdul Malik setelah berhasil
menghancurkan musuh-musuh Bani Umayyah adalah demiliterisasi
Arab pada beberapa perkampungan militer di Iraq. Sejak itu, militer
Suriah menggantikan kedudukan militer Iraq yang bermula dari sebuah
4
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo), hlm. 51

7
perkampungan militer yang dibangun di al-Wasith. Pada masa
pemerintahan Abdul Malik, untuk pertama kalinya khalifah Bani
Umayyah mencetak mata uang logam, menggantikan mata uang
Bizantium dan Sasania. Mata uang yang baru ini, menghilangkan
simbolisme Kristen dan Zoroastrian dan memperkenalkan model koin
yang terbuat dari emas dan perak yang bertuliskan huruf Arab sebagai
simbol kedaulatan negara. Selain dari yang disebutkan di atas, negara
juga menandai kedaulatannya dengan mendirikan sejumlah bangunan
monumental, Abdul Malik menetapkan Yerusalem sebagai kota suci
bagi umat Islam dan Masjid Kubah Batu (al-Kubbah al-Shakhra)
dibangun pada tanah peribadatan umat Yahudi kuna.5
 Pada masa pemerintahan al-Walid, dibangun beberapa masjid
baru di Madinah dan di Damaskus, hiasan pada masjid-masjid tersebut
melambangkan kejayaan bangsa Arab dan menjadi bukti pengabdian
negara kepada agama. Terdapat beberapa kesejajaran antara langkah-
langkah yang ditempuh oleh Abdul Malik dan putranya, al-Walid.
yaitu praktik administrasi model Bizantium dan Sasania. Di Suriah dan
di Mesir seluruh perangkat administratif, termasuk di dalamnya
administrasi pendapatan negara berasal dari tradisi Bizantium,
demikian juga organisasi kemiliteran di Suriah mengikuti model
Bizantium, sementara di Iraq, pengadministrasian negara mengikuti
pola Sasania, yakni pembagian menjadi empat bidang; bidang
keuangan, kemiliteran, surat-menyurat, dan bidang kedutaan.
Kesejajaran yang lain dari kedua khalifah Bani Umayyah ini,
adalah menyusun peralihan pejabat-pejabat pajak dari orang-orang
yang berbahasa Yunani dan Suriah kepada orang-orang yang
berbahasa Arab. Catatan-catatan ringkas, penyalinan, dan laporan-
laporan, sekarang muncul dalam bahasa Arab, perubahan ini di Iraq
berlangsung pada tahun 697 M. di Suriah dan Mesir pada tahun 700 M.

5
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali),
hlm. 26

8
c. Umar ibn Abdul Aziz (717-720 M)
Umar bin Abdul Aziz selama masa pemerintahannya,
memperlihatkan kemajuan diberbagai aspek, Umar memberikan hak
untuk ikut berperan aktif di dalam diwan-diwan kepada seluruh
pasukan Muslim yang aktif, baik Arab maupun non-Arab. Umar juga
memberlakukan prinsip baru dalam sistim perpajakan yang didasarkan
atas asas persamaan antara Muslim Arab dan Muslim non-Arab, baik
berupa pajak jiwa maupun pajak tanah. Khalifah Umar menetapkan
bahwa pajak bukan sebuah fungsi dari status individual. Muslim non-
Arab diharapkan membayar pajak tanah, dan demikian pula Muslim
Arab harus membayar pajak tanah-tanah mereka secara penuh.
Umar menyadari bahwa dominasi sebuah etnis terhadap etnis
lain adalah suatu anakronistik, oleh karena itu antagonisme antara
Arab dan non-Arab segera Ia hapuskan, dan menjadikannya sebuah
kesatuan Muslim yang universal.
d. Hasyim ibn Abd Al-Malik (724-743 M).6
 Hisyam ibn Abdul Malik menjabat sebagai Khalifah pada usia
yang ke 35 tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi
militer. Pada masa pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang
menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan
ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan
mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam
perkembangan selanjutnya, kekuatan baru ini mampu menggulingkan
Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru, Bani
Abbas.
Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur menyumbangkan
jasa yang banyak untuk pemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi
semua kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan-kesalahan para

Istian Aby Bakar, Sejarah Peradaban Islam untuk Perguruan Tinggi Islam dan Umum,
6

UIN Malang hlm. 49

9
pendahulunya, kerana gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga Khalifah
tidak mampu mematahkannya.
Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam
kebudayaan dan kesusastraan Arab serta lalu lintas dagang mengalami
kemajuan. Dua tahun sesudah penaklukan pulau Sisily pada tahun 743
M, ia wafat dalam usia 55 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung
selama 19 tahun, 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, Khalifah-Khalifah
yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini
makin mempercepat runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.

C. Masa Kemajuan Dinasti Bani Umayyah

Adapun upaya yang dilakukan oleh para pemimpim di masa


pemerintahan Dinasti Umayyah, yang mampu menunjang kemajuan
peradaban Islam adalah membangun bidang administrasi di pemerintahan
seperti sentralistik pemerintahan, mendirikan departemen (diwan) yang
membantu tugas-tugas pemerintahan, yang pada masa Dinasti Umayyah,
didirikan empat departemen atau diwan
Empat departemen (diwan) tersebut adalah Diwan Rasail yang
mengurus surat-surat negara kepada para gubernur, Diwan Kharaj yang
mengurusi tentang perpajakan, Diwan Jund yang mengurus tentang
ketentaraan negara (militer negara) dan Diwan Khatam yang mengurusi
perihal catat-mencatat. Selain mendirikan empat departemen tersebut,
pemerintahan Dinasti Umayyah juga menjadikan bahasa arab sebagai
bahasa resmi administrasi negara.

Selain bidang administrasi, bidang-bidang lain juga dikembangkan


sebagai penunjang kemajuan peradaban Islam seperti bidang seni dan
budaya. Selain itu juga mencetak mata uang dengan bahasa Arab,
kemudian mendirikan pabrik industri dan gedung, seperti pabrik kain
sutra, gedung pemerintahan dan membangun kota Basrah dan Kufah
sebagai pusat perkembangan ilmu dan sastra.

10
Walaupun Dinasti Umayyah dianggap sebagai dinasti yang tidak
terlalu memperhatikan bidang pendidikan, karena lebih focus kepada
politik dan militer, namun Dinasti Umayyah juga mempunyai andil besar
dalam pengembangan ilmu-ilmu agama Islam, sastra dan filsafat. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya Kuttab (lembaga pendidikan dasar dan
menengah) dan masjid yang dibangun, dan dijadikan pusat pembelajaran
Islam.
Keberhasilan Dinasti Umayyah dalam melakukan futuhat atau
perluasan wilayah, tidak bisa dilepaskan dari kemajuan bidang politik dan
militer Dinasti Umayyah pada waktu itu. Kekuatan militer dan kebijakan-
kebijakan politik yang dijalankan oleh para pemimpin Dinasti Umayyah
sangat berperan penting pada saat itu. Oleh karena itu, pada masa Dinasti
ini, bidang politik dan militer merupakan bidang yang paling diperhatikan.
Dengan perhatian pemerintah terhadap dua bidang ini, Islam bisa masuk
dan menaklukan wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Romawi
dan Byzantium.

Selain ekspansi wilayah besar-besaran yang dilakukan oleh Dinasti


Umayyah, gerakan penerjemahan buku-buku yang berbahasa selain Arab
ke dalam bahasa Arab juga sudah dimulai pada masa ini. Hanya saja,
gerakan penerjemahan mulai berkembang pesat pada masa pemerintahan
Dinasti Abbasiyyah.

Islam dan peradabannya bisa jadi tidak akan maju dan berkembang
jika hanya memiliki wilayah yang sempit. Oleh karena itu, Dinasti
Umayyah yang terkenal dengan ekspansi wilayahnya sangat mempunyai
peranan besar dalam kemajuan peradaban Islam. Dan tentu saja, hal itu
didukung dengan adanya pembangunan infrastruktur setelah melakukan
penaklukan, seperti kuttab dan masjid. Dengan begitu, wilayah-wilayah
yang telah ditaklukan menjadi tempat berkembang dan tumbuhnya
peradaban Islam di wilayah baru tersebut.

11
Oleh karena itu, Dinasti Umayyah disebut sebagai penebar bibit
kejayaan peradaban Islam, walaupun sejatinya bibit kejayaan peradaban
Islam itu sudah ada sejak pada masa Nabi Muhammad SAW.

D. Masa Kemunduran Dinasti Bani Umayyah


Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayah
lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain:
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu
yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas da
pengaturanya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini
menyebabkan terjadinya saingan yang tidak sehat di kalangan anggota
keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayah tidak bisa
dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-
sisa Syi’ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan
oposisi, baik secara terbuka, seperti di masa awal dan akhir maupun
secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani
Umayah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot
kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayah, pertentangan etnis antara suku
Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah
ada sejak zaman sebelum Islam makin meruncing. Perselisihan ini
mengakibatkan para penguasa Bani Umayah mendapat kesulitan untuk
persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan
mawali (non-Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian Timur
lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan
suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang
diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh
sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah
tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka
mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang

12
kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama
yang sangat kurang.
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah
adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-
Abbas ibn Abd Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh
dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum Mawali yang
merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.7

BAB III

PENUTUP

7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), hlm. 48-49

13
A. Kesimpulan

Setelah khalifah 'Ali bin Abi Thalib wafat, Muawiyah bin Abi Sufyan,
dengan mudah memperoleh pengakuan dari umat Islam sebagai khalifah,
selanjutnya Ia membentuk Dinasti Bani Umayyah. Dengan keberhasilan
ekspansi kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, wilayah kekuasaan
Islam semakin luas. Selain ekspansi, Bani Umayyah juga banyak berjasa
dalam pembangunan di berbagai bidang. Penyebab utama jatuhnya Bani
Umayyah, ialah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-
Abbas bin Abdil Muththalib, sebagai saingan bagi Bani Umayyah dalam soal
khalifah, selain itu faktor lainnya adalah kurang cakapnya pemimpin setelah
Khalifah Hisyam, mereka rata-rata suka hidup bermewah-mewahan.

            

B. Saran

Demikian yang dapat kami sajikan dalam makalah ini.Mungkin masih


banyak kekurangan yang perlu dibenahi.Kami membuka lebar pintu kritik dan
saran bagi yang berkrnan, untuk pembenahan makalah ini.Sehingga kesalahan
yang dapat dibenahi, serta menjadi pelajaran untuk pembuatan makalah yang
lebih sempurna lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri .2014. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

14
Zubaidah, Siti.2016. Sejarah Peradaban Islam, Medan: Perdana Publishing.

Istian Aby Bakar.2008. Sejarah Peradaban Islam untuk Perguruan Tinggi Islam
dan Umum , UIN Malang

Syukur, Fatah. 2008. Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Fakultas Tarbiyah


IAIN Walisongo Semarang.

Sulaiman, Rusydi.2014. Pengantar Metodologi Sejarah Peradaban Islam,


Jakarta: Rajawali.

15

Anda mungkin juga menyukai