Disusun Oleh
ALI MUKSIN
NIM.1904140053
INDAH RISKA RAHMADHA
NIM.1904140039
NOVY SAPITRI
NIM.1904140080
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala . atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “Maisir, Gharar, Riba (MaGhRib)” dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
D. Metode Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Maghrib.......................................................................................3
B. Konsep Dan Macam-Macam Maghrib..........................................................5
C. Landasan Hukum Pelarangan Maghrib.........................................................8
D. Hikmah Pelarangan Maghrib......................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
iii
BAB I PENDAHULUAN
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ajaran Islam yang mengatur kehidupan manusia adalah aspek
ekoomi (mua’malah, iqtishodiyah). Ajaran Islam tentang ekonomi cukup
banyak dan ini menunjukkan bahwa perhatian Islam dalam masalah ekonomi
sangat besar. Ayat yang terpanjang dalam Al-Qur’an justru berisi tetang
masalah perekonomian, bukan masalah ibadah (mahdhah) atau aqidah. Ayat
yang terpanjang itu ialah ayat 282 dalam surah Al-Baqarah, yang menurut
Ibnu Arabi ayat ini megandung 52 hukum / masalah ekonomi.
Sejak jaman Rasulullah shallalahu wa alaihi wa sallam semua bentuk
perdagangan yang tidak pasti (uncertaity) telah dilarang. Berkaitan dengan
jumlah yang tidak ditentukan secara khusus atas barang-barang yang akan
ditukarkan atau dikirimkan. Bahkan disempurnkan pada zaman kejayaan
Islam (bani Umayyah dan Abbasiyah) dimana kontribusi Islam adalah
mengidentifikasi praktik bisnis yang telah dilakukan harus sesuai dengan
Islam, selain itu mengkodifikasikan, mensistematis dan memformalisasikan
praktik bisnis dan keuangan ke standar legal yang didasarkan pada hukum
Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
Pelarangan gharar, maisir, dan riba semakin relavan untuk era modern ini
karena banyak pasar keuangan modern banyak mengandung usaha
memindahakan risiko (bahaya) pada pihak lain (dalam asuransi konvensional,
pasar modal dan berbagai transaksi keuangan yang mengandung unsur
perjudian). Dimana setiap usaha bisnis pasti memiliki resiko dan tidak dapat
dihindari.sistem inilah yang dihapus oleh Islam agar proses transaksi tetap
terjaga dengan baik dan persaudaraan tetap terjalin dan tidak menimbulkan
permusuhan bagi yang melakukan transaksi dalam pasar keuangan.
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian MaGhRib ?
2. Bagaimana konsep dan macam-macam MaGhRib ?
3. Apa landasan hukum pelarangan MaGhRib ?
4. Apa hikmah pelarangan MaGhRib ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun rumusan tujua peulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa pengertian
MaGhRib?
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana konsep dan
macam-macam MaGhRib ?
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa landasan hukum
pelarangan MaGhRib ?
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa hikmah pelarangan
MaGhRib ?
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode library
research dan internet research, penulisan karya ilmiah yang dilakukan
dengan jasa perpustakaan dan internet sebagai sumber data. Dengan demikian
penulis mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan internet.
BAB II PEMBAHASAN
PEMAHASAN
A. Pengertian MaGhRib
1. Pengertian Maisir
Maisir adalah tarnsaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan
yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan. Identik dengan kata maisir
adalah qimar. Menurut Muhammad Ayub, baik maisir maupun qimar
dimaksudkan sebagai permainan untung-untungan (game of chance).
Dengan kata lain, yang dimaksudkan dengan maisir adalah perjudian.1
Kata maisir dalam bahasa Arab secara harfiah adalah memperoleh
sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan
tanpa bekerja. Yang biasa juga disebut berjudi. Judi dalam terminologi
agama diartikan sebagai “suatu transaksi yang dilakukan oleh dua pihak
untuk kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan satu pihak
dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut
dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu”.
Agar bisa dikategorikan judi maka harus ada tiga unsur untuk
dipenuhi yaitu :
a. Adanya taruhan harta / materi yang berasal dari kedua pihak yang
berjudi
b. Adanya suatu permainan yang digunakan untuk menentukan pemenang
dan yang kalah
c. Pihak yang menang mengambil harta (sebagian / seluruhnya) yang
menjadi taruhan sedangkan pihak yang kalah kehilangan hartanya.
Contoh maisir adalah ketika sejumlah orang masing-masing membeli
kupon togel dengan “harga” tertentu dengan menembak empat angka. Lalu
diadakan undian dengan cara tertentu untuk menentukan empat angka
yang akan keluar. Maka ini adalah undian haram, sebab undian ini telah
Sutan Remy Sjahdein. Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya, (Jakarta:
1
menjadi bagian aktivitas judi. Didalamnya ada unsur taruhan dan ada
pihak yang menang dan yang kalah dimana yang menang mengambil
materi yang berasal dari pihak yang kalah.
2. Pengertian Gharar
Gharar menurut bahasa adalah khida’ yang artinya penipuan. Dari
segi terminologi gharar adalah penipuan dan tidak mengetahui sesuatu
yang diakadkan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.
Gahrar menagcu pada ketidakpastian yang disebabkan karena
ketidakjelasan berkaitan dengan objek perjanjian atau harga objek yang
diperjanjiakn dalam akad. Sedangkan definisi menurut beberapa ulama
adalah sebagai berikut.
a. Imam Syafi’i : Gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi
dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti (tidak
dikehendaki).
b. Wahbah al-Zuhaili : Gharar adalah penampilan yang menimbulkan
kerusakan atau sesuatu yang tampaknya menyenangkan tetapi
hakikatnya menimbulkan kebencian.
c. Ibnu Qayyim : Gharar adalah yang tidak bisa diukur penerimaannya,
baik barang itu ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta
yang liar.
d. Imam Malik mendefinisikan gharar sebagai jual beli objek yang belum
ada dan dengan demikian belum dapat diketahui kualitasnya oleh
pembeli. Contohnya jual beli budak yang melarikan diri, jual beli
binatang yang telah lepas dari tangan pemiliknya, atau jual beli anak
binatang yang masih dalam kandungan induknya. Menurut Imam
Malik, jual beli tersebut adalah jual beli yang haram karena
mengandung unsur untung-untungan.
3. Pengertian Riba
Secara etimologi riba berarti Az-Ziyadah artinya tamaha.
Sedangkan menurut terminologi adalah kelebihan / tambahan pembayaran
tanpa ada ganti / imbalan yang disyaratkan bagi salah seorang dari dua
5
orang yang membuat akad (transaksi). Diantara akad jual beli yang
dilarang keras antaralain adalah Riba. Riba secara bahasa berarti
penambahan, pertumbuhan, kenaikan, dan ketinggian. Sedangkan menurut
syara’, riba berarti akad untuk satu ganti khusus tanpa diketahui
perbandingannya dalam penilaian syariat ketika berakad atau bersama
dengan mengakhirkan kedua ganti atau salah satunya.2
Dengan demikian riba menurut istilah ahli fikih adalah
penambahan pada salah satu dari dua ganti yang sejenis tanpa ada ganti
dari tambahan ini. Tidak semua tambahan dianggap riba, karena tambahan
terkadang dihasilkan dalam sebuah perdagangan dan tidak ada riba
didalamnya hanya saja tambahan yang diistilahkan dengan nama ‘riba’ dan
Al-qur’an datang menerangkan pengharamannya adalah tambahan yang
diambil sebagai ganti rugi dari tempo yang ditentukan. Qatadah berkata :
“Seseungguhnya riba orang jahiliyah adalah seseorang menjual satu jualan
sampai tempo tertentu dan ketika jatuh tempo dan orang yang berhutang
tidak bisa membayarnya dia menambahkan hutangnya dan melambatkan
tempo.
2
Ibid, hlm. 171
6
b. Judi, baik kecil ataupun besar, merupakan faktor yang dominan atau
faktor kecil dari sebuah transaksi hukumnya adalah haram. Biasanya
judi adalah merupakan untuk mendatangka uang yang diperoleh dari
untung-untungan. Dan pada jaman jahiliah, maisir terdapat dalam dua
hal yaitu :
1) Dalam permainan dan atau perlombaan
2) Dalam tarnsaksi bisnis / muamalat
c. Mohd Fadzli Yusof, menjelaskan unsur maisir dalam ansurasi
konvensional terjadi karena didalamnya terdapat faktor gharar, beliau
mengatakan : “adanya unsur al-maisir (perjudian) akibat adanya unsur
gharar, terutama dalam kasus asuransi jiwa. Sedangkan maisir (untung-
untungan) dalam ansuransi konvensional terjadi dalam tiga hal :
1) Ketika seorang pemegang polis mendadak kena musibah sehingga
memperoleh hasil klaim, padahal baru sebentar menjadi klien
ansuransi dan baru sedikit membayar premi. Jika ini terjadi, nasabah
diuntungkan.
2) Sebaliknya, jika hingga akhir masa perjanjian tidak terjadi sesuatu,
sementara ia sudah membayar premi secara lunas. Maka
perusahaanlah yang diuntungkan.
3) Apabila seorang pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu
membatalkan kontraknya sebelum masa reserving period, maka
yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah
dibayarkan (cash value) kecuali sebagian kecil saja, ahkan uangnya
dianggap hangus.
2. Konsep dan Macam-macam Gharar
Dilihat dari peristiwanya, jual-beli gharar yang diharamkan bisa
ditinjau dari tiga sisi yaitu :
a. Jual-beli barang yang belum ada (Ma’dum), seperti jual beli habal al-
habalah (janin dari hewan ternak)
b. Jual-beli barang yang tidak jela (majhu) baik mutlak, seperti peryataan
seseorang : “Saya menjual barang dengan harga seribu rupiah”, tetapi
7
3
Azzam Abdul, Aziz Muhammad, Fiqh Muamalat System Transaksi dalam Islam (Jakarta :
Amzah. 2010) hlm. 215
8
4
Ash-Shawi, Muhammad Shalah Muhammad, Problematika Investasi pada Bank Islam Solusi
Ekonomi; Penerjemah: Rafiqah Ahmad, Alimin (Jakarta: Migunani. 2008) hlm. 289
10
Iۖ Iً ةIَ فI َعI اIض Iْ Iَ أI اIَ بI ِّرIلI اIاIوIُ لI ُكIْأIَ اَل تIاIوIُ نI َمI آIنIَ I يI ِذIَّلI اIاIَ هI ُّيIَأ
َ I ُمIاIًفI اI َعIض
IنIَ I وI ُحIِ لI ْفIُ تI ْمI ُكIَّ لI َعIَ لIَ هَّللاIاIوIُقIَّتI اIوIَ
Terjemahannya : “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada
Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
b) Al-Baqarah: 275
....... .....
Terjemahannya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”
c) Hadis
11
1. Terhindar dari dua kerusakan besar yakni memakan harta haram dan
terjerumus dalam permainan yang dilarang dalam agama islam.
2. Terhindarnya dari permusuhan dengan lawannya yang bermain judi
3. Menjadikan seseorang dari rasa ingin saling membunuh dari kalahnya
permainan judi.
4. Terhidarnya dari perilaku kejahatan seperti mencuri, merampok, menipu
dan sejenisnya. Karena ketika seseorang gemar berjudi maka ia akan
melakukan berbagai perbuatan tercela itu.
13
Banyak hikmah yang dapat dipetik dari adanya pelarangan prilaku riba, yang
tentunya akan menjadikan manusia jauh lebih baik. Beberapa hikmah pelarangan
riba tersebut antara lain :
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Riba secara bahasa berarti penambahan, pertumbuhan, kaniakan, dan
ketinggian. Sedangkan menurut syara’, riba berarti akad untuk satu ganti
khusus tanpa diketahui perbandingannya dalam penilaian syariat ketika
berakad atau bersama dengan mengahirkan kedua ganti atau salah satunya.
Hukum Riba adalah haram. Dalil dari al-Qur’an: “Hai orang-orang yang
beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.
(QS.Ali-Imran:130).
2. Gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita
dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti
(tidak dikehendaki). Dalam syari’at Islam, jual-beli gharar ini terlarang.
Dengan dasar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama dalam hadits
Abu Hurairah yang artinya: “Rasulullah melarang jual-beli al-hashah dan
jual beli gharar”.
3. Maisir adalah transaksi yang digantungkan pada suatu keadaan yang tidak
pasti dan bersifat untung-untungan. Al-Maysir (perjudian) terlarang dalam
syariat Islam, dengan dasar al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’. Dalam al-
Qur’an terdapat firman Allah yang artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman! Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung”.
(QS. Al-Maidah:90). Dari as-Sunnah, terdapat sabda Rasulullah SAW
“Barang siapa yang menyatakan kepada saudaranya, ‘mari aku bertaruh
denganmu’ maka hendaklah dia bersedekah”. (HR. Bukhari-Muslim).
16
H. Saran
Kami harap pembaca dapat mengetahui tentang maisir, gharar dan
riba, walaupun kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan dari makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, sehingga dalam pembuatan makalah kedepannya dapat menjadi
lebih baik seperti yang kita harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Azzam dan Aziz Muhammad. 2010. Fiqh Muamalat System Transaksi
dalam Islam (Jakarta: Amzah)
Ayob, Syeikh Hasan. Fiqh Muamalah. Cetakan Pertama 2008. (Puchon, Sel :
Berlian Publications SDN. BHD)
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Cetakan Pertama 2013. (Jakarta: Tinta Abadi
Gemilang)