Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN

SUPERVISI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Taufigqurrahman,M.Pd.

Oleh :

Lia M
Moh syaiful subron ironi

FAKULTAS TARBIAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NATA SAMPANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka penyusun bisa menyelesaikan sebuah
tugas karya tulis makalah dengan tepat waktu. Berikut ini penyusun
mempersembahkan sebuah makalah mata kuliah SUPERVISI PENDIDIKAN
dengan judul " PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN Insya Allah dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari materi ini
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan kurang
berkenan. Dengan ini penyusun mengucapkan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.

Sampang, 22 March 2020

Penyusun

Lia M
Moh Syaiful S I

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………… i


Kata Pengantar ……………………………………………… ii
Daftar Isi …………………………………………….... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………...... 1


B. Rumusan Masalah …………………………….... 1

BAB II PEMBAHASAN

SUPERVISI PENDIDIKAN

1. Pengertian Prinsiple ……………….…………………2


2. Prinsip Fundamental ………………………………. ……6
3. Prinsip Praktis …………………………………………….6

BAB III PENUTUP

Kesimpulan …………………………………………........10

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Menjadi faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.


Pendidikan manusia dalam ukuran baik dan buruknya manusia sesuai ukuran
normatif. Terkait hal tersebut, pemerintah sangat memperhatikan bidang
pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul
generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan yang dianggap
sebagai salah satu yang paling tidak penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan merupakan proses pendewasaan diri manusia serta proses
pembentukan pribadi dan karakter manusia. Manusia memberikan dasar-dasar
pengetahuan sebagai pegangan dalam hidup dan mengatasi tantangan hidup.
Dalam pendidikan formal, sekolah menjadi tempat jenjang yang sudah selayaknya
dilalui dalam proses kehidupan manusia. Karena pendidikan sekolah tidak hanya
mendukung kedewasaan tetapi juga mengasah kecerdasan, kompetensi, tanggung
jawab dan kesadaran. Agar proses pendidikan berjalan dengan baik diperlukan
sumber daya manusia yang handal untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik.
Perencanaan atau kurikulum pendidikan yang sesuai juga sangat mempengaruhi
tujuan pendidikan tersebut. Kurikulum ini memberikan pembelajaran standar-
standar dan pengembangan intelektualitas manusia. Untuk itu, mengembangkan
sekolah atau lembaga pendidikan, dengan hasil keluaran yang bagus, kinerja guru
yang profesional, serta prestasi sekolah yang didukung tentu saja terlepas dari
peran sebagai pengawas. Supervisor adalah orang yang berpartisipasi dalam setiap
pelaksanaan program pendidikan di suatu lembaga pendidikan. Supervisor yang
mengawasi dan bertanggung jawab atas program keefektifan tersebut. Pengawas
memilih ada atau tidaknya syarat-syarat yang memungkinkan tercapainya tujuan-
tujuan pendidikan. Pastinya dalam penyelenggaraan supervisi pendidikan harus
berpegang pada prinsip-prinsip. Apa sajakah prinsip-prinsip supervisi pendidikan?
Akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud prinsip supervise pendidikan ?
2. Apa yang di maksud prinsip supervisi pendidikan fundamental ?
3. Apa yang di maksud prinsip supervise pendidikan praktis ?

1
BAB II

PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN

A. Prinsiple
Prinsip adalah proposisi atau nilai yang merupakan panduan untuk
perilaku atau evaluasi. Dalam hukum, itu adalah aturan yang harus atau
biasanya harus diikuti, atau dapat diikuti, atau merupakan konsekuensi
yang tak terelakkan dari sesuatu, seperti hukum yang diamati di alam atau
cara sistem dibangun. Prinsip-prinsip sistem semacam itu dipahami oleh
para penggunanya sebagai karakteristik esensial dari sistem, atau
mencerminkan tujuan sistem yang dirancang, dan operasi atau penggunaan
efektif yang tidak mungkin dilakukan jika salah satu dari prinsip-prinsip
itu diabaikan. Suatu sistem dapat secara eksplisit didasarkan dan
diimplementasikan dari dokumen prinsip-prinsip seperti yang dilakukan
dalam Prinsip Operasi 360/370 IBM.

Contoh prinsip adalah, entropi dalam sejumlah bidang, tindakan


paling sedikit dalam fisika, yang dalam deskriptif komprehensif dan
hukum fundamental: doktrin atau asumsi yang membentuk aturan perilaku
normatif, pemisahan gereja dan negara dalam negara, dogma sentral
biologi molekuler, keadilan dalam etika, dll.

Dalam bahasa Inggris yang umum, ini adalah istilah substantif dan
kolektif yang mengacu pada pemerintahan tata kelola, yang ketiadaannya,
sebagai "tidak berprinsip", dianggap sebagai cacat karakter. Ini juga dapat
digunakan untuk menyatakan bahwa realitas telah menyimpang dari
beberapa ideal atau norma seperti ketika sesuatu dikatakan benar hanya
"pada prinsipnya" tetapi tidak pada kenyataannya.1

a) Sebagai Hukum

1) Sebagai hukum moral

Suatu prinsip mewakili nilai-nilai yang mengorientasikan dan mengatur


perilaku orang dalam masyarakat tertentu. "Bertindak berdasarkan prinsip" berarti
bertindak sesuai dengan cita-cita moral seseorang. Prinsip diserap pada masa
kanak-kanak melalui proses sosialisasi. Ada anggapan kebebasan individu yang

1
Alpa, Guido (1994) General Principles of Law, Annual Survey of International & Comparative
Law, Vol. 1: Is. 1, Article 2. from Golden Gate University School of Law

2
tertahan. Prinsip-prinsip keteladanan mencakup Pertama, jangan membahayakan,
kaidah emas dan doktrin rata-rata.2

2) Sebagai hukum yuridis

Ini mewakili seperangkat nilai yang menginspirasi norma-norma tertulis yang


mengatur kehidupan masyarakat yang tunduk pada kekuasaan otoritas, umumnya
Negara. Hukum menetapkan kewajiban hukum, dengan cara memaksa; karena itu
bertindak sebagai pengondisian prinsip dari tindakan yang membatasi kebebasan
individu. Lihat, misalnya, prinsip teritorial, prinsip wisma, dan prinsip kehati-
hatian.

3) Sebagai hukum ilmiah

Prinsip Archimedes, yang menghubungkan daya apung dengan berat air yang
dipindahkan, adalah contoh awal dari hukum dalam sains. Satu lagi awal yang
dikembangkan oleh Malthus adalah prinsip populasi, sekarang disebut prinsip
Malthus. Freud juga menulis tentang prinsip-prinsip, terutama prinsip realitas
yang diperlukan untuk menjaga id dan prinsip kesenangan tetap terkendali. Ahli
biologi menggunakan prinsip prioritas dan prinsip nomenklatur Binominal untuk
presisi dalam penamaan spesies. Ada banyak prinsip yang diamati dalam fisika,
terutama dalam kosmologi yang mengamati prinsip mediokritas, prinsip antropik,
prinsip relativitas dan prinsip kosmologis. Prinsip terkenal lainnya termasuk
prinsip ketidakpastian dalam mekanika kuantum dan prinsip pigeonhole dan
prinsip superposisi dalam matematika3

B. Supervisi

Pengawasan adalah tindakan atau contoh mengarahkan, mengelola, atau


mengawasi. Secara etimologi merupakan kata benda dalam bahasa Inggris
"supervisi" berasal dari dua kata Latin "super" (atas) dan "videre" (lihat, amati)
secara spelling Ejaannya adalah "Supervisi" dalam Bahasa Inggris Standar dari
semua varietas bahasa Inggris, termasuk Bahasa Inggris Amerika Utara. 4 Secara
definisi Supervisi adalah Supervisi adalah tindakan atau fungsi mengawasi
sesuatu atau seseorang. Seseorang yang melakukan pengawasan adalah
"penyelia", tetapi tidak selalu memiliki jabatan formal sebagai penyelia.

2
Full Transcript: Jeff Flake’s Speech on the Senate Floor." New York Times. 24 October
2017. 25 October 2017.
3
Elwell, Frank W. "T. Robert Mathus's Principle ...." Rogers State University. 2013. 25 October
2017.
4
New Oxford American English Dictionary. Oxford University Press.
2010. ISBN 9780195392883.

3
Seseorang yang mendapatkan pengawasan adalah "pembimbing".5 Secara
Theoretical scope atau Secara umum, pengawasan berisi unsur-unsur memberikan
pengetahuan, membantu mengatur tugas, meningkatkan motivasi, dan memantau
kegiatan dan hasil; jumlah setiap elemen bervariasi dalam konteks yang berbeda6

I. Sifat pengawasan

a) Akademisi

Di dunia akademis, pengawasan adalah membantu dan membimbing


mahasiswa riset pascasarjana, mahasiswa pascasarjana, atau mahasiswa sarjana,
dalam proyek penelitian mereka; menawarkan dukungan moral dan wawasan serta
panduan ilmiah. Pengawasnya sering ilmuwan senior atau sarjana, dan di
beberapa negara disebut penasihat doktoral.7

b) Bisnis

Dalam bisnis, pengawasan mengawasi pekerjaan staf. Orang yang melakukan


pengawasan bisa tidak memiliki gelar formal atau membawa pengawas atau
manajer gelar, di mana yang terakhir memiliki otoritas lebih luas.8

c) Penyuluhan

Dalam supervisi klinis, psikolog atau psikiater melakukan sesi pembicaraan


dengan profesional lain di lapangan untuk membahas dan memproses secara
mental pekerjaan pasien.9

d) Masyarakat

Dalam masyarakat, pengawasan dapat dilakukan oleh negara atau entitas


perusahaan untuk memantau dan mengendalikan warganya. Entitas publik sering
melakukan pengawasan terhadap berbagai kegiatan di negara ini, seperti
pengawasan bank.10

C. Education

5
supervizion.com (2009-09-26). "Supervision or Supervizion". Retrieved 16 December 2015.
6
supervizion.com (2009-09-26). "Supervision or Supervizion". Retrieved 16 December 2015.
7
1944-, Remenyi, D. (2004). Research supervision for supervisors and their students. Money,
Arthur H., 1941-. Kidmore End: Academic Conferences
International. ISBN 0954709608. OCLC 55889551.
8
Asgar, Jack (2008). Supervision - The Organizational Role of Supervisors: What Every
Supervisor Needs to Know. Universal-Publishers. ISBN 9781599429694.
9
Ladany, Nicholas; Bradley, Loretta J. (2011). Counselor Supervision.
Routledge. ISBN 9781135966508.
10
Gilliom, John; Monahan, Torin (2012). SuperVision: An Introduction to the Surveillance
Society. University of Chicago Press. ISBN 9780226924458.

4
Pendidikan adalah proses memfasilitasi pembelajaran, atau perolehan
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, kepercayaan, dan kebiasaan. Metode
pendidikan meliputi pengajaran, pelatihan, mendongeng, diskusi dan penelitian
terarah. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan pendidik, tetapi peserta
didik juga dapat mendidik diri mereka sendiri. Pendidikan dapat berlangsung di
lingkungan formal atau informal dan pengalaman apa pun yang memiliki efek
formatif pada cara seseorang berpikir, merasakan, atau bertindak dapat dianggap
mendidik. Metodologi pengajaran disebut pedagogi. Pendidikan formal umumnya
dibagi secara formal ke dalam tahapan-tahapan seperti prasekolah atau taman
kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi,
universitas, atau magang.11 Hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa
pemerintah dan PBB. Di sebagian besar wilayah, pendidikan wajib sampai usia
tertentu. Ada gerakan untuk reformasi pendidikan, dan khususnya untuk
pendidikan berbasis bukti.12

1) Etymology

Secara etimologis, kata "pendidikan" berasal dari kata Latin ēducātiō


("Pemuliaan, pemeliharaan, pemeliharaan") dari ēducō ("Saya mendidik, saya
melatih") yang terkait dengan homonim ēdūcō ("Saya pimpin seterusnya , Saya
ambil; saya angkat, saya ereksi ") dari ē- (" dari, dari ") dan dūcō (" Saya pimpin,
saya memimpin ").13

2) Historis

Pendidikan dimulai pada masa prasejarah, ketika orang dewasa melatih kaum
muda dalam pengetahuan dan keterampilan yang dianggap perlu dalam
masyarakat mereka. Dalam masyarakat pra-melek huruf, ini dicapai secara lisan
dan melalui peniruan. Bercerita melewati pengetahuan, nilai, dan keterampilan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ketika budaya mulai memperluas
pengetahuan mereka di luar keterampilan yang dapat dengan mudah dipelajari
melalui imitasi, pendidikan formal dikembangkan. Sekolah ada di Mesir pada
masa Kerajaan Tengah. 14

11
Dewey, John (1944) [1916]. Democracy and Education. The Free Press. pp. 1–4. ISBN 978-
0-684-83631-7.
12
Article 13 of the United Nations' 1966 International Covenant on Economic, Social and
Cultural Rights recognizes a universal right to education. ICESCR, Article 13.1
13
educate. Etymonline.com. Retrieved on 2011-10-21.
14
Assmann, Jan (2002). The Mind of Egypt: History and Meaning in the Time of the Pharaohs.
p. 127.

5
D. Prinsip Supervisi Pendidikan Aspek Fundamental dan Praktis

Sedangkan dalam Pedoman Implementasi Pengawasan Pendidikan Agama


(Direktorat Jenderal Urusan Islam Kementerian Agama, 2003), dijelaskan bahwa
prinsip-prinsip pengawasan pada dasarnya akan diarahkan pada 3 hal sebagai
berikut:

1. Prinsip Fundamental ( Dasar )

Itulah prinsip yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila dan Agama.
Pancasila adalah prinsip dasar atau dasar untuk setiap pengawas pendidikan
Indonesia. Bahwa seorang penyelia haruslah seorang Pancasila sejati.

2. Prinsip Praktis

Itu bisa dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam prinsip ini
ada dua sisi, yaitu:

a) Sebuah. Prinsip Negatif:

Prinsip negatif adalah pedoman yang tidak boleh dilakukan oleh penyelia dalam
pelaksanaan pengawasan.

- Pengawasan tidak harus mendesak (otoriter).

- Pengawasan tidak harus didasarkan pada kekuatan.

- Pengawasan tidak mencari kelemahan / kekurangan / kesalahan.

- Pengawasan seharusnya tidak terlalu cepat untuk mengharapkan hasil atau


perubahan.

- Pengawasan tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan bawahannya.

- Pengawasan tidak egois, tidak jujur dan tertutup untuk kritik dan saran dari
bawahan 15

b) Prinsip-Prinsip Positif:

Prinsip positif merupakan pedoman yang harus dilakukan pembimbing agar


berhasil dalam pembinaannya.

- Supervisi kreatif konstruktif dan kreatif

- Pengawasan bagi sumber-sumber tidak hanya dari pengawas sendiri.

15
http://akholik.wordpress.com/2011/05/06/prinsip-prinsip-supervisi-endidikan/

6
- Supervisi harus dilakukan berdasarkan hubungan profesional, bukan berdasarkan
hubungan pribadi.

- Supervisi menyambutnya progresif, tekun, sabar, tabah, dan tawakal.

- Supervisi harus jujur, obyektif dan siap mendukung diri sendiri demi kemajuan.

Disamping prinsip prinsip ini, dapat kita bedakan juga pada prinsip-prinsip positif
dan prinsip negatif. Yang diajukan dengan prinsip positif di sini adalah prinsip-
prinsip yang mengajak kita ikuti, sedangkan yang diajukan dengan prinsip-prinsip
negatif adalah prinsip yang merupakan larangan bagi kita.16

1) Prinsip Positif

Sebuah. Supervisi harus dilaksanakan dengan koordinasi dan kooperatif.

Kepala Sekolah sebagai pengawas harus menghormati kepribadian guru. Dalam


pembicaraan-pembicaraan bersama, ia memberi kesempatan kepada guru-guru
untuk menyampaikan pemikiran, perasaan dan pendapatnya. Keputusan-
keputusan diambil dengan jalan musyawarah. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai
adalah tujuan bersama. Dalam suasana yang demikian terpupuklah kerja sama
yang baik antara pimpinan dengan yang dipimpin. Guru-guru saling membantu
dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.

a) Supervisi harus kreatif dan konstruktif

Pembimbing harus menyadari bahwa setiap guru harus memiliki kelebihan dan
kekurangan, oleh karena itu perlulah ia meminta bantuan kepada guru-guru untuk
mengembangkan kelebihan-kelebihan dan membuat sesuatu yang sesuai dengan
kepentingan anak didik mereka. Kekurangan-kekurangan yang dibicarakan
dengan guru yang diajukan dalam kelompok bersama mereka mencari jalan keluar
untuk memperbaiki kekurangan-itu.

b) Supervisi harus ilmiah dan efektif.

Dalam mengatasi masalah, sebaiknya atasi percakapan dengan “scientivic”. Ini


berarti bahwa ia harus membahas masalah yang dikumpulkan guru dengan penuh
perhatian, mengumpulkan data, kemudian mengolahnya dan akhirnya menarik
kesimpulan dengan mengambil keputusan. Supervisi membantu guru-guru dalam
menyiapkan pelajaran yang diberikan, dalam menggunakan alat pelajaran, serta
menyiapkan tes untuk siswa secara efektif. Supervisi mengkoordinir teori dan
praktik sambil menolong guru-guru memahami teori dan praktik sambil menolong
guru-guru memahami teori pengawas, menolong mereka untuk mengetrapkan

16
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Rineka Cipta, Jakarta: 2002), hal. 196-197.

7
dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Ia dengan setia memperbaiki metode
dan cara penggunaanya, membuat teori itu bisa menjadi efektif.

c) Supervisi harus dapat memberikan aman bagi guru-guru.

Kepala sekolah yang menerima atasan bagaikan bapak atau saudara bagi mereka
yang senantiasa siap membantu mereka memecahkan masalah yang mereka
hadapi. Dengan demikian terpupuklah rasa aman pada guru-guru dan mereka tidak
tertekan dengan bebas untuk mengeluarkan realitas.

d) Supervisi harus berdasarkan kenyataan.

Supervisi yang dilakasanakan kepala sekolah ditempatkan atas dasar yang bisa
dilihat, disaksikan dan dipahami oleh kepala sekolah itu sendiri dari dekat. Data
yang diperoleh bukan data yang sebenarnya merupakan keadaan siswa,
lingkungan belajar mengajar, keadaan alat-alat pelajaran yang sebenarnya, semua
ini merupakan bahan-bahan yang nyata bagi pengawas untuk melaksanakan
tugasnya yang mungkin dapat dilakukan.

e) Supervisi harus memberi kesempatan kepada pengawas dan guru-guru


untuk mengadakan evaluasi diri.

Supaya pelayanan supervisi mendatangkan tunjangan serta menjadi mantap, baik


bagi kepala sekolah maupun bagi guru-guru, maka meminta kepala sekolah dapat
mengembangkannya terlebih dahulu. Agar berhasil ia dapat mengembangkan
dirinya sendiri, maka perlu sekali ia meminta evaluasi diri setiap kali. Melalui
evaluasi diri setiap kali. Melalui evaluasi diri ini, ia dapat memahami kelebihan-
kelebihan, juga kekurangan-kekurangan dan kelemahanya. Kemudian ia akan
berusaha juga untuk memperbaiki kekuranganya. Demikian pula ia dapat
membantu guru-guru dalam evaluasi diri demi kepentingan anak didiknya.

2) Negative Principles

Prinsip-prinsip negatif ini dilarang untuk kepala sekolah sebagai pengawas, adalah
sebagai berikut:

Sebuah. Seorang supervisor tidak boleh otoriter.

a) Seorang pengawas tidak boleh menemukan kesalahan guru.


b) Seorang pengawas bukan seorang inspektur yang ditugaskan untuk
memeriksa apakah aturan dan instruksi yang telah diberikan diterapkan
atau tidak.
c) Seorang pengawas tidak boleh menganggap dirinya lebih dari guru
karena posisinya.
d) Seorang pengawas hendaknya tidak terlalu memperhatikan hal-hal
kecil dalam cara guru mengajar.

8
e) Seorang penyelia tidak boleh kecewa, jika gagal.

Sementara itu, menurut Tahalele dan Indrafachrudi (1975) prinsip-prinsip


pengawasan adalah sebagai berikut:

Sebuah. Pengawasan harus dilakukan secara demokratis dan kooperatif,

b. Pengawasan harus kreatif dan konstruktif,

c. Pengawasan harus "ilmiah" dan efektif,

d. Pengawasan harus dapat memberi guru rasa aman,

e. Pengawasan harus didasarkan pada kenyataan,

f. Pengawasan harus memberikan kesempatan bagi pengawas dan guru untuk


melakukan "evaluasi diri" 17

17
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Rineka Cipta, Jakarta: 2002), hal. 196-197.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan

a. Prinsip Supervisi Pendidikan Fundamental ( Dasar )

Itulah prinsip yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila dan Agama.
Pancasila adalah prinsip dasar atau dasar untuk setiap pengawas pendidikan
Indonesia. Bahwa seorang penyelia haruslah seorang Pancasila sejati.

b. Prinsip Supervisi Pendidikan Praktis

Menjadikan prinsip secara praktis melihat dari segi positif dan negatif

10
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA
Alpa, Guido (1994) General Principles of Law, Annual Survey of International &
Comparative Law, Vol. 1: Is. 1, Article 2. from Golden Gate University School of Law

Full Transcript: Jeff Flake’s Speech on the Senate Floor." New York Times. 24
October 2017. 25 October 2017.

Elwell, Frank W. "T. Robert Mathus's Principle ...." Rogers State University. 2013. 25
October 2017.

New Oxford American English Dictionary. Oxford University Press.


2010. ISBN 9780195392883.

supervizion.com (2009-09-26). "Supervision or Supervizion". Retrieved 16


December 2015.

supervizion.com (2009-09-26). "Supervision or Supervizion". Retrieved 16


December 2015.

1944-, Remenyi, D. (2004). Research supervision for supervisors and their students.
Money, Arthur H., 1941-. Kidmore End: Academic Conferences
International. ISBN 0954709608. OCLC 55889551.

Asgar, Jack (2008). Supervision - The Organizational Role of Supervisors: What


Every Supervisor Needs to Know. Universal-Publishers. ISBN 9781599429694.

Ladany, Nicholas; Bradley, Loretta J. (2011). Counselor Supervision.


Routledge. ISBN 9781135966508.

Gilliom, John; Monahan, Torin (2012). SuperVision: An Introduction to the


Surveillance Society. University of Chicago Press. ISBN 9780226924458.

Dewey, John (1944) [1916]. Democracy and Education. The Free Press. pp. 1–
4. ISBN 978-0-684-83631-7.

Article 13 of the United Nations' 1966 International Covenant on Economic, Social


and Cultural Rights recognizes a universal right to education. ICESCR, Article 13.1

educate. Etymonline.com. Retrieved on 2011-10-21.

Assmann, Jan (2002). The Mind of Egypt: History and Meaning in the Time of the
Pharaohs. p. 127.

http://akholik.wordpress.com/2011/05/06/
prinsip-prinsip-supervisi-endidikan/

Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Rineka Cipta, Jakarta: 2002),


hal. 196-197.

11

Anda mungkin juga menyukai