PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi
bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar
manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat
secara bersama-sama seperti diamanatkan dalam Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang menyatakan juga
bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat, dalam undang-
undang tersebut juga disebutkan Pemerintah menyelenggarakan
pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan,
sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan
penyediaan, perdagangan, distribusi serta berperan sebagai
konsumen yang berhak memperoleh pangan yang cukup dalam
jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau
oleh daya beli mereka. Kecukupan pangan yang baik mendukung
tercapainya status gizi yang baik sehingga akan menghasilkan
generasi muda yang berkualitas.
Disamping itu, untuk meningkatkan ketahanan pangan
dilakukan diversivikasi pangan dengan memperhatikan
sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal melalui peningkatan
teknologi pengolahan dan produk pangan dan peningkatan
kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi anekaragam pangan
dengan gizi seimbang. Peraturan Pemerintah tentang ketahanan
pangan juga menggarisbawahi untuk mewujudkan ketahanan
pangan dilakukan pengembangan sumberdaya manusia yang
meliputi pendidikan dan pelatihan dibidang pangan,
penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pangan.
Disamping itu, kerjasama internasional juga dilakukan dalam bidang
1
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
produksi, perdagangan dan distribusi pangan, cadangan pangan,
pencegahan dan penanggulangan masalah pangan serta riset dan
teknologi pangan. Dari uraian diatas terlihat ketahanan pangan
berdimensi sangat luas dan melibatkan banyak sektor
pembangunan. Keberhasilan pembangunan ketahanan pangan
sangat ditentukan tidak hanya oleh performa salah satu sektor saja
tetapi juga oleh sektor lainnya. Dengan demikian sinergi antar sektor,
sinergi pemerintah dan masyarakat (termasuk dunia usaha)
merupakan kunci keberhasilan pembangunan ketahanan pangan.
Masalah pangan dan gizi merupakan masalah pokok yang
mendasari seluruh kehidupan dan pembangunan bangsa.
Ketahanan pangan dan gizi bukan hanya mengenai jumlah bahan
makanan yang tersedia, tapi juga kandungan gizi di dalamnya.
Memperhatikan ketahanan pangan artinya mengubah pola pikir
dalam melihat definisi hidup yang sehat dan seimbang. Hal ini
senada dengan pendapat banyak ahli bahwa nutrisi perlu
diposisikan dalam sisi demand, dan ketahanan pangan dalam sisi
supply, agar kekurangan gizi dapat diatasi secara komprehensif.
Gizi merupakan pondasi yang sangat penting dan memiliki
peran besar dalam bebagai aspek yang pada akhirnya
memberikan kontribusi terhadap pembangunan suatu bangsa,
diantaranya: 1) Investasi gizi pada remaja perempuan dapat
meningkatkan statusnya kelak saat menjadi ibu dan bermanfaat
bagi keluarga kecilnya sebagai cikal bakal pencetakan sumber
daya manusia; 2) Perhatian khusus pada gizi berdampak langsung
pada keuntungan di bidang pertanian dengan peningkatan
produksi untuk penyediaan kebutuhan pangan bagi masyarakat,
dan menjaga keseimbangan lingkungan dengan mempertahankan
makan berbasis pangan lokal; 3) Perbaikan gizi merupakan langkah
awal dalam pengembangan SDM dan penurunan kemiskinan;
4) Gizi yang cukup dapat memperbaiki kondisi pasca konflik;
2
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
5) Program perbaikan gizi merupakan sebuah proses partisipasi
yang mengedepankan HAM; dan 6) Gizi yang cukup meningkatkan
imunitas dan berperan pada pencegahan penyakit tidak menular
(Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2015).
Masalah gizi di Indonesia dipengaruhi banyak faktor,
diantaranya kemiskinan, kesehatan, pangan, pendidikan, air bersih,
keluarga berencana, sanitasi dan faktor lainnya. Oleh karena itu
permasalahan perbaikan gizi masyarakat merupakan upaya dari
berbagai sektor yang membutuhkan sinergi dan harus terkoordinasi.
Rencana Aksi Pangan dan Gizi Kabupaten Simeulue Tahun 2016-
2022 disusun dengan mengedepankan partisipasi multisektor dan
diharapkan integrasi yang baik antar program, keleluasaan dalam
penganggaran, dan kapasitas kelembagaan yang kuat dapat
menjawab tantangan dalam upaya pencapaian ketahanan
pangan dan nutrisi. Penyusunan dokumen Rencana Aksi Pangan
dan Gizi Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022 melibatkan
berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun instansi
yaitu Dinas Kesehatan; Dinas Pendidikan; Dinas Pekerjaan Umum;
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan ; Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan; Dinas Kelautan dan Perikanan; Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan; Kantor Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Sejahtera; Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi; Badan Pemberdayaan Masyarakat; Dinas Kehutanan
dan Perkebunan; Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
UKM; Dinas Syariat Islam, Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi
dan Telekomunikasi serta Majelis Pernusyawaratan Ulama
Kabupaten perlu terus memastikan agar pembangunan gizi tetap
menjadi titik sentral dalam program-program pembangunan
mendatang baik dalam Agenda Pembangunan Global Pasca-2015
(SDG’s) maupun dalam agenda pembangunan nasional.
Kekurangan gizi yang tidak ditangani secara mendasar dan
3
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
komprehensif lambat laun akan menggerus capaian pembangunan
yang diperoleh dengan susah payah. Demikian pula, upaya kita
untuk dapat bersaing dengan bangsa -bangsa yang maju akan sulit
diwujudkan tanpa menjadikan gizi sebagai fokus sentral dalam
pembangunan kita (Kemenkes, 2015). Apabila semua penduduk
suatu bangsa memperoleh gizi yang cukup sehingga dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal maka akan terlahir penduduk
yang memiliki kualitas yang baik, dan sumber daya manusia yang
berkualitas merupakan unsur utama dalam pembangunan suatu
bangsa.
1.2 Tujuan
Tujuan umum RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
adalah untuk menjadi panduan dan arahan serta acuan bagi
institusi pemerintah, organisasi non pemerintah, institusi
masyarakat dan pelaku lainnya baik pada tataran provinsi
maupun kabupaten dan kota untuk berperan serta
meningkatkan kontribusi yang optimal dalam upaya mewujudkan
ketahanan pangan dan gizi di Kabupaten Simeulue. Sedangkan
tujuan khususnya antara lain:
1. Menjadi panduan dan arahan bagi institusi pemerintah, Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten, organisasi non pemerintah,
institusi swasta, masyarakat dan pelaku lainnya pada tingkat
Pemerintahan kabupaten Simeulue agar memahami
pentingnya pangan dan gizi sebagai investasi penting
pembangunan Sumber Daya Manusia Kabupaten SImeulue
2. Meningkatkan pemahaman seluruh stakeholder’s terkait dan
masyarakat dalam peran sertanya untuk mewujudkan
ketahanan pangan dan gizi.
3. Meningkatkan kemampuan menganalisis perkembangan situasi
pangan dan gizi di setiap wilayah agar: (a) mampu menetapkan
4
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
prioritas penanganan masalah pangan dan gizi; (b) mampu
memilih intervensi yang tepat sesuai kebutuhan lokal; (c)
mampu membangun dan memfungsikan lembaga pangan dan
gizi; dan (d) mampu memantau dan mengevaluasi
pembangunan pangan dan gizi.
4. Meningkatkan koordinasi pembangunan ketahanan pangan
dan gizi secara terpadu untuk diimplementasikan secara terinci
dengan jelas untuk membangun sinergi, integrasi dan koordinasi
yang baik mulai dari perencanaan, implementasi dan evaluasi
atas pelaksanaan bidang tugas masing-masing dalam rangka
mencapai tujuan yaitu mewujudkan ketahanan pangan dan gizi
yang berkelanjutan yang berlandaskan kedaulatan pangan
dan kemandirian pangan di Kabupaten Simeulue.
5. Meningkatkan kontribusi yang optimal dalam upaya
mewujudkan ketahanan pangan dan perbaikan gizi multi sektor
di Kabupaten Simeulue.
5
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Pangan dan Gizi, khususnya pasal 1 ayat (1) yang mengatur
ketahanan pangan dan gizi serta Pasal 37 (ayat 1) yang
mengatur tentang perbaikan Status Gizi masyarakat.
5. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi;
6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
7. Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
8. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2015-2019
9. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Aceh Tahun 2016-2022
10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten
Simeulue 2012-2017.
6
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
BAB II
PANGAN DAN GIZI SEBAGAI
INTERVENSI PEMBANGUNAN
2.1. Situasi Pangan dan Gizi
Pencapaian pembangunan bidang pangan dan gizi di
Kabupaten Simeulue dapat dilihat dari indikator-indikator baik
indikator gizi maupun pangan. Permasalahan gizi meliputi gizi buruk
dan kurang pada balita, prevalensi anak pendek (stunting) dan
permasalahan kesehatan ibu dan wanita yang ditandai dengan
prevalensi kurang energi kronis (KEK) dan prevalensi anemia pada
balita dan ibu hamil. Dari beberapa permasalahan gizi yang ada
sebagian sudah menunjukkan perbaikan antara lain terjadi
penurunan prevalensi gizi buruk dan kurang, penurunan prevalensi
anak kurus (wasting) dan prevalensi anak pendek.
Sementara itu derajat kesehatan masyarakat masih
memerlukan perhatian, hal ini dapat dilihat masih tingginya Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi
salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI
menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)
selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup. Kabupaten Simeulue dengan jumlah
penduduk sebesar 89.117 jiwa terdapat jumlah AKI pada tahun 2011
sebanyak 7 kematian ibu, pada tahun 2012 sebanyak 7 kematian
ibu, tahun 2013 jumlah kematian ibu tidak ada atau nihil (Akino),
tahun 2014 sebanyak 2 kematian ibu dan tahun 2015 di Kabupaten
Simeulue jumlah angka kematian ibu sebanyak 7 kematian ibu.
7
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Dalam bidang pangan secara produksi/ketersediaan pangan
di Kabupaten Simeulue memperlihatkan peningkatan yang signifikan
dari tahun ke tahun. Defisit produksi padi terus mengalami
perbaikan, pada Tahun 2010 kemampuan produksi padi khususnya
padi lokal mencapai 8.282.80 yang terus meningkat sehingga pada
tahun 2014 telah mencapai 16.909.00. Di samping padi/beras, di
Kabupaten Simeulue juga terdapat sumber karbohidrat/pangan
pengganti beras seperti Sagu yang saat ini luas areal tanamannya
mencapai 1.999 Ha.
Sektor Pertanian mempunyai peranan besar (36,17%) dalam
struktur ekonomi Kabupaten Simeulue. Sektor ini ditopang oleh
sumberdaya lahan baku sawah seluas 10.927 Ha dan 17.955 Ha
lahan tegalan/kebun/ladang dan lahan pekarangan sebagai
pendukung pada subsektor tanaman bahan makanan.
Pada sub sektor perkebunanan terdapat 2.386 Ha perkebunan
karet rakyat, 7.715 Ha perkebunan kelapa dalam, 7.708 Ha
perkebunan kelapa sawit yang terdiri atas 3.202 Ha perkebunan
kelapa sawit rakyat dan 4.506 Ha perkebunan kelapa sawit PDKS,
14.238 Ha perkebunan cengkeh rakyat, 1.806 Ha perkebunan kakao
rakyat, 1.540 Ha perkebunan pala rakyat, dan 1.942 Ha perkebunan
pinang rakyat.
Pada sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya terdapat 35.364
ekor kerbau, 2.205 ekor sapi. Produksi daging (ternak besar) yang
terdiri dari Kerbau 216.535.22 kg, Sapi 9.200.40 kg, Kambing 17.001.60
kg, unggas yang berasal dari Ayam Buras 8.507.73 kg, Ayam Ras
98.695.30 kg, produksi telur mencapai 133.869.96 kg dan ikan
mencapai 12.696.00 ton pada tahun 2014 (Dinkeswannak
Kabupaten Simeulue dan DKP Kabupaten Simeulue, 2014).
Penduduk Simeulue mayoritas bekerja pada sektor pertanian
dalam arti luas, perikanan, perdagangan dan jasa.Penduduk pada
Kabupaten Simeulue memiliki kecenderungan subsistensi pekerjaan,
8
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
sampai saat ini belum bisa dipastikan berapa penduduk yang
bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Dilihat dari
kondisi geogarafis Simeulue yang merupakan kepulauan maka
mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan,
namun nelayan tersebut juga melakukan pekerjaan sebagai petani
sawah dan kebun ketika musim badai datang.
Situasi pangan dan gizi kabupaten Simeulue menunjukkan
kearah yang positif ini dapat dilihat dari pencapaian pembangunan
bidang pangan dan gizi di Kabupaten Simeulue yang juga dapat
dilihat dari indikator-indikator baik indikator gizi maupun pangan.
Permasalahan gizi meliputi gizi buruk dan kurang pada balita,
prevalensi anak pendek (stunting), prevalensi anak kurus (wasting),
kegemukan (obesitas) dan permasalahan kesehatan ibu dan
wanita yang ditandai dengan prevalensi kurang energi kronis (KEK)
dan prevalensi anemia pada balita dan ibu hamil dan wanita. Dari
beberapa permasalahan gizi yang ada sebagian sudah
menunjukkan perbaikan antara lain terjadi penurunan prevalensi gizi
buruk dan kurang, penurunan prevalensi anak kurus (wasting) dan
prevalensi anak pendek
Produksi padi
Kabupaten Simeulue,
selama 5 tahun
terakhir, menunjukkan
hasil yang relatif
menurun ini disebabkan karena sistim pengairan di Kabupaten
Simeuleu yang masih menggunakan tadah hujan, sarana prasarana
yang dibangun seperti irigasi dan linning belum dapat berfungsi
secara maksimal serta sudut pandang masyarakat tentang
bersawah yang hanya untuk kebutuhan makan saja, tidak untuk
9
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
penambahan penghasilan. Dapat dilihat dari tahun 2011 produksi
padi sebesar 27.078,64 Ton, terus mengalami pengurangan produksi
hingga tahun 2015 hanya sebesar 21.913,10 Ton. Upaya yang
dilakukan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan produksi antara
lain melalui pengoptimalan dan penambahan sarana prasarana
yang sudah tersedia, peningkatan pendampingan teknis dan
diseminasi teknologi budidaya untuk meminimalkan dampak
perubahan iklim ekstrim. Produksi padi secara rinci dapat dilihat
pada grafik berikut :
Grafik 2.1
Produksi padi unggul
30.000
25.000
20.000
LOKAL
15.000 UNGGUL
JML TOTAL
10.000
5.000
b. Produksi Jagung
10
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Grafik 2.2
Produksi jagung
395.000 kg
8.750 kg 28.000 kg
0 kg 00 kg
Grafik 2.3
Produksi Ubi Kayu dan Ubi Jalar Tahun 2011-2015
170.000 kg
110.000 kg
85.500 kg
63.600 kg
56.000 kg
22.800 kg 30.000 kg
1.400 kg 3.000 kg 20.000 kg
11
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
d. Produksi Daging
1. Kerbau
Grafik 2.5
Produksi Daging Sapi
3. Kambing
Produksi kambing tercatat 242.737,22 kg daging ternak (kerbau,
sapi, kambing dan domba) Untuk produksi daging kambing di
Kabupaten Simeulue pada tahun 2014 sebanyak 17.001.60 kg,
tahun 2013 sebanyak 13.446.95 kg, tahun 2012 sebanyak 9.130.00
kg, tahun 2011 5.352.00 kg dan tahun 2010 sebanyak 15.996.00 kg
seperti terlihat dalam grafik berikut :
13
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Grafik 2.6
Produksi Daging Kambing
9.130 kg
5.352 kg
Grafik 2.7
Produksi Daging Ayam Buras dan Ayam Ras
37.320 71.140
87.854
98.695
113.616
16.288 40.021
26.293
8.508
8.074
Ayam Buras Ayam Ras
14
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
2.1.2 Konsumsi Energi dan Protein Kabupaten Simeulue
Dari penjabaran hasil produksi diatas menunjukkan sumber daya
pangan pada Kabupaten Simeulue sekaligus menggambarkan
kemampuan masyarakat dalam menghasilkan pangan untuk
dikonsumsi sehari-hari, berikut grafik konsumsi energi masyarakat:
Grafik 2.8
Konsumsi Energi 2009 – 2014
15
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Grafik 2.9
Konsumsi Protein 2009 – 2014
16
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Grafik 2.10
Konsumsi Pangan 2009 – 2014
GRAFIK 2.11
STATUS GIZI ANAK BALITA MENURUT PUSKESMAS TAHUN 2015
Dari Grafik di atas status gizi buruk yang paling banyak di wilayah
Kecamatan Simeulue Timur yang merupakan Ibu Kota Kabupaten
yakni sebanyak 3 orang, dimana tingkat pendapatan ekonomi
masyarakatnya lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan lain,
dan tertinggi kedua Puskemas Teupah Barat sebanyak 2 kasus,
sedangkan Puskesmas Teluk Dalam dan Salang sebanyak 1 kasus. Ini
disebabkan antara lain pola asuh orang tua, sosial budaya serta
faktor pengetahuan.
Gambaran keadaan gizi masyarakat Kabupaten Simeulue
pada tahun 2015 adalah masih tingginya prevalensi balita kurang
gizi yaitu sebesar 6.4% (KEP total), walau terjadi peningkatan
dibanding tahun 2014 sebesar 3.64.%. Prevalensi balita kurang gizi di
19
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Kabupaten Simeulue ini sudah berada di bawah 10%, yang artinya
sudah di bawah ambang batas universal masalah kesehatan
masyarakat. Sedangkan prevalensi status gizi baik pada balita tahun
2015 sebesar 79.7%. Puskesmas tertinggi berada di Puskesmas
Simeulue Tengah sebesar 97.40% dan Puskesmas terendah adalah
Puskesmas Alafan sebesar 18.14%.
Pada tingkat nasional terlihat angka balita gizi berkurang,
kurus, dan pendek masih tinggi, namun jika dilihat lebih rinci
berdasarkan provinsi, ditemukan bahwa terdapat 20 provinsi
dengan angka balita pendek yang berada di atas 37,2%. Jika
mengacu pada kategorisasi permasalahan stunting yang
ditetapkan WHO, sejumlah 14 provinsi termasuk dalam kategori
berat, yaitu prevalensinya sebesar 30-39% dan 15 provinsi termasuk
dalam kategori serius, yaitu prevalensinya ≥ 40%.
Grafik 2.12
Presentase Anak Balita Pendek Berdasarkan Propinsi
7,2
6,8
NTB
abel Bali
Sumsel
Jambi
Gorontal
Sulsel
Kalsel
DIY DKI
Banten
Sulut
Jateng
Riau
Indonesia
Bengkulu
Papua
Maluku
Malut
Sulteng
Kalteng
Aceh
Sumut
Sultra
Lampung
Kaltim
Jabar
Jatim
Kalbar
o Sumbar
Pabar
Sulbar
NTT
Kep.Riau
Kondisi gizi wanita usia subur (WUS) dan cakupan intervensi gizi
di Indonesia tidak kalah memprihatinkan. Diketahui bahwa angka
prevalensi anemia pada WUS dan Overweight pada usia dewasa
20
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
tergolong tinggi. Indonesia termasuk dalam 47 negara dari 122
negara yang mempunyai masalah stunting pada balita dan
anemia pada WUS. Pada Nutrition Global Report disebutkan bahwa
Indonesia termasuk dalam negara dengan cakupan 5 intervensi gizi
spesifik (inisiasi menyusui dini/IMD, pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan,
meneruskan ASI sampai 12 bulan, suplementasi vitamin A, dan
pemberian tablet tambah darah/TTD untuk ibu hamil) yang rendah.
Di antara 37 negara lainya, Indonesia merupakan 1 dari 3 negara
dengan proporsi IMD terendah.
Diketahui pada tahun 2013 sejumlah 21,7% WUS di Indonesia
menderita anemia dan terjadi peningkatan persentase ibu hamil
yang menderita anemia sejak tahun 2007, yaitu 24,5% menjadi 37,1%
pada tahun 2013 789. Bukan hanya anemia, status gizi WUS, yang
diketahui melalui indeks massa tubuh (IMT) atau lingkar lengan atas
(LiLA), juga memprihatinkan. Data Riskesdas menunjukkan 14% WUS
menderita kurang energi kronis (KEK).
Apabila sebagian besar WUS ini memasuki usia kehamilan
dengan kondisi anemia dan KEK maka janinnya akan mengalami
hambatan pertumbuhan dan 1/3 dari generasi yang dilahirkan
berisiko tumbuh menjadi generasi yang stunting. Tingginya prevalensi
anemia pada ibu hamil dapat menjadi faktor penyebab rendahnya
progres penurunan angka kematian bayi, sebuah studi
menyebutkan 20% kematian neonatal di Indonesia disebabkan oleh
kekurangan suplementasi zat besi dan folat selama dalam
kandungan 10. Terlepas dari potensi adanya 1/3 bayi yang akan
berisiko tumbuh menjadi anak yang stunting, data Riskesdas tahun
2013 menunjukkan terdapat 10,2% kasus BBLR yang berisiko
mengalami stunting pada usia selanjutnya. Kondisi ini diperburuk
dengan cakupan ASI eksklusif yang masih jauh dari target yang
ditetapkan yaitu sebesar 80%, diketahui cakupan ASI eksklusif <6
bulan sejumlah 38%, padahal ASI eksklusif merupakan makanan
21
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
terbaik bagi bayi untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih
buruk pada masa yang akan datang.
Untuk perkembangan angka harapan hidup di Kabupaten
Simeulue pada tahun 2011 sebesar 63,05, pada tahun 2012 UHH
sebesar 63,12 dan pada tahun 2013 UHH sebesar 63,32,. Pada ada
tahun 2014 sebesar 64,24 dan tahun 2015 masih mengacu pada
umur harapan hidup tahun 2014.
Angka kematian ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator
penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan
jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian
terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
GRAFIK 2.13
JUMLAH ANGKA KEMATIAN IBU TAHUN 2011 - 2015
22
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
2013 jumlah kematian ibu tidak ada atau nihil (Akino), tahun 2014
kematian ibu sebanyak 2 kematian ibu dan tahun 2015 di
Kabupaten Simeulue jumlah angka kematian ibu sebanyak 7
kematian ibu.
Grafik 2.14
PENYEBAB KEMATIAN IBU DI KABUPATEN SIMEULUE TAHUN 2015
23
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Keduanya saling mempengaruhi dan berinteraksi, yaitu pada anak
yang kekurangan gizi maka daya tahannya akan turun sehingga
akan mudah menderita penyakit infeksi, selanjutnya jatuh pada
kondisi malnutrition, sebaliknya seorang anak yang menderita
penyakit infeksi akan mengalami kekurangan asupan karena nafsu
makan yang rendah dan meningkatnya kebutuhan zat gizi akibat
penyakit pada keadaan malnutrition. Tidak ada kuatnya asupan
makanan dan terjadinya penyakit infeksi sangat dipengaruhi oleh
pola asuh yang diberikan ibu atau pengasuh anak. Pola asuh ibu
atau pengasuh sangat dipengaruhi oleh pendidikan ibu karena
menentukan pemahaman ibu terhadap pola asuh anak yang baik.
Dengan demikian ada faktor-faktor lain diluar faktor kesehatan yang
berpengaruh terhadap kedua faktor penyebab langsung salah gizi,
yang dikategorikan sebagai faktor penyebab tidak langsung dan
faktor dasar.
24
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Grafik 2.15
JUMLAH ANGKA KEMATIAN BAYI TAHUN 2011 - 2015
25
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Grafik 2.16
JUMLAH ANGKA KEMATIAN BALITA TAHUN 2011 - 2015
26
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
lingkungan hidup, ketersediaan air bersih, sanitasi, dan perilaku
hidup bersih dan sehat. Sementara itu, faktor yang mendasari faktor
langsung dipengaruhi oleh akar masalah, adalah pendidikan,
kelembagaan, politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, sumber daya
lingkungan, teknologi, dan penduduk.
Gambar 2.2
Faktor yang mempengaruhi status gizi.
27
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
memjelaskan hingga 54% variasi tinggi badan anak dan
menjelaskan variasi GDP hanya sebesar 29%. Pentingnya mencuci
tangan dan perilaku BAB yang benar merupakan bagian dari praktik
pola asuh yang baik yang juga penting.
Analisis lebih lanjut terhadap data Riskesdas disajikan dalam
dokumen background study health sector review (tahun 2014) yang
menunjukkan adanya hubungan antara sanitasi yang buruk dengan
stunting (Gambar 16). Terdapat kecenderungan bahwa provinsi
yang memiliki proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi yang
lebih baik memiliki persentase stunting yang lebih rendah (R2=66%) 15.
Gambar 2.3
Estimasi Provinsi dengan Persentase Rumah Tangga dengan Akses
Sanitasi yang Baik dan Prevalensi Stunting pada Balita
28
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
dan air seni. Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja
terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus
dikelola dengan baik, pembuangan kotoran harus di suatu tempat
tertentu atau jamban yang sehat. Pembuangan tinja layak sesuai
dengan MDGs adalah penggunaan jamban sendiri/bersama, jenis
kloset leher angsa/latrine dan pembuangan akhir tinjanya adalah
tangki septik atau Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).
Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya
dengan kondisi lingkungan dan risiko penularan penyakit khususnya
saluran pencernaan. Klasifikasi pembuangan kotoran dilakukan
berdasarkan atas tingkat risiko pencemaran yang mungkin
ditimbulkan.
Dalam hal ini sistem pembuangan air besar digolongkan
menjadi 4 kategori yaitu leher angsa, cemplung, Komunal dan
plengsengan. Adapun jumlah KK dengan tempat BAB/Jamban yang
memiliki jamban sanitasi yang layak sebanyak 28.753 dengan
persentase jamban memenuhi syarat (sehat) sebesar 32.3% dan
selebihnya tidak memenuhi syarat & masih menggunakan sungai,
pantai, kebun/semak-semak dan tempat-tempat lain sebagai
tempat pembuangan kotoran.
Pada tahun 2015 penduduk dengan akses sanitasi jamban
yang layak tertinggi berada di Kecamatan Simeulue Barat yakni
sebanyak 4805 penduduk atau sebesar 71,2%, kemudian disusul
Kecamatan Simeulue Cut sebanyak 1879 penduduk atau sebesar
59.7% dan sanitasi jamban terendah berada di Kecamatan
Sanggiran sebanyak 200 penduduk atau sebesar 5,0 %. Dalam hal
pengadaan tempat pembuangan kotoran (BAB/Jamban), Dinas
Kesehatan dan jajarannya tidak dapat mengadakan
pembangunannya karena terbentur dengan tupoksi yang ada.
Dinas Kesehatan hanya dapat melakukan pemicuan dan
perubahan Mindset masyarakat.
29
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Grafik 2.17
JUMLAH KELUARGA MEMILIKI JAMBAN SEHAT
6.634
7.000
6.000
5.000
4.000 3160
2.595
2658
2.510
3.000
1.734
1772
1610
1.330
2.000 1.295
899
778
597
429
1.000
194
175
53
50
48
35
25
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Leher Angsa Cemplung Komunal Plengsengan
30
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
pada tingkat rumah tangga dan masyarakat, juga keputusan rumah
tangga dalam memilih makanan serta distribusi hingga tingkat
rumah tangga, pilihan makanan yang ditentukan oleh kebudayaan
atau individu, akses terhadap layanan kesehatan, sanitasi, dan
pengetahuan. Diantara komponen sistem pangan, ditemukan
adanya keterkaitan pada tahap pengolahan, komunikasi dan
edukasi. Seperti keputusan terkait konsumsi rumah tangga
dipengaruhi oleh pengetahuan gizi, kebudayaan dan
keterjangkauan, yang mencakup akses lokasi, daya beli mayarakat,
dan harga.
Makanan termasuk minuman, merupakan kebutuhan pokok
dan sumber utama bagi kehidupan manusia, namun makanan yang
tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi media yang sangat
efektif didalam penularan penyakit saluran pencernaan (Food Borne
Diseases). Terjadi peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut
yang sering membawa kematian bersumber dari makanan yang
berasal dari Tempat Pengolahan Makanan (TPM) khususnya
jasaboga, rumah makan dan makanan jajanan yang
pengelolaannya tidak memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi
lingkungan. Sehingga upaya pengawasan terhadap sanitasi
makanan amat penting untuk menjaga kesehatan konsumen atau
masyarakat, akan tetapi di Kabupaten Simeulue belum
dilaksanakan pengawasan secara maksimal terhadap TUPM yang
ada karena kurangnya Sumber daya yang ada. Di Kabupaten
Simeulue pada tahun 2015 yang ada TTU sebanyak 195, sedangkan
jumlah Tempat Pengolahan Makanan yang ada sebanyak 167 atau
sebesar 21.2 % yang memenuhi syarat kesehatan.
Pada tingkat makro, angka konsumsi energi dan protein,
memperlihatkan ketahanan pangan Indonesia termasuk dalam
kondisi cukup atau baik. Namun perlu diingat bahwa gambaran
yang diperlihatkan oleh rata-rata konsumsi energi belum
31
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
memperlihatkan adanya pemerataan untuk mengakses pangan,
hal tersebut ditunjukkan dengan masih tingginya jumlah penduduk
sangat rawan pangan.
Salah satu target Kementerian Pertanian tahun 2010 – 2014
adalah melakukan peningkatan diversifikasi pangan, terutama untuk
mengurangi konsumsi beras dan terigu. Selama tahun 2010 – 2014,
konsumsi beras ditargetkan turun 1,5% per tahun yang diimbangi
dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani,
buah-buahan dan sayuran. Untuk mengetahui tercapainya pola
konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman digunakan
skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebagai indikator pencapaian. Skor
PPH berkaitan erat dengan upaya penganekaragaman pangan
untuk memenuhi pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang
digalakkan dalam program perbaikan gizi.
Dengan demikian dalam Rencana strategis Kementerian
Pertanian Tahun 2010-2014 ditetapkan target skor PPH dari 86,4 pada
tahun 2010 menjadi 93,3 pada tahun 2014, skor target meningkat
sejumlah 0,7 poin setiap tahunnya. Namun skor PPH yang dicapai
belum memenuhi target yang ditetapkan. Terlihat pada Gambar II.3
bahwa skor PPH dalam lima tahun terakhir cenderung menurun dan
semakin jauh dari target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan
diperlukan adanya evaluasi dan pengkajian ulang terkait dengan
program penganekaragaman pangan untuk meningkatkan pola
konsumsi gizi seimbang. Berdasarkan Global Hunger Report (2014)
Indonesia termasuk negara yang berhasil menurunkan indeks
kelaparan sejak tahun 1990 (Gambar II.5), namun indeks yang
diperoleh masih menempatkan Indonesia di antara negara-negara
yang memiliki permasalahan kelaparan yang serius (skor 10.0–19.9).
Meski terjadi perkembangan ke arah lebih baik jika melihat
skor indeks kelaparan, jumlah penduduk yang tergolong sangat
rawan pangan dilihat dari konsumsinya yang kurang dari 70% AKG,
32
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
sejak tahun 2009 mengalami fluktuasi. Gambar 19 memperlihatkan
adanya kecenderungan kenaikan jumlah penduduk sangat rawan
pangan sejak tahun 2009 hingga tahun 2012, persentasenya
menurun sedikit pada tahun 2013 dan kembali mencapai angka
17,4% seperti tahun 2011.
Jumlah penduduk yang rawan pangan serta jumlah daerah rawan
bencana masih cukup tinggi, terutama pada berbagai daerah yang
terisolir dan pada waktu-waktu tertentu terkena musim kering, musim
ombak besar, dan sebagainya 18. Kondisi tersebut perlu ditangani
secara komprehensif melalui upaya antisipatif dan hal ini perlu
diperhatikan saat melihat capaian indikator ketahanan pangan
lainnya.
Gambar 2.4
Indeks Kelaparan Indonesia
33
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Grafik 2.18
Persentase Penduduk Sangat Rawan Pangan Tahun 2009-2014
Sumber: BPS diolah oleh Pusat Ketersedian dan Kerawanan Pangan , BKP.
34
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
penurunan prevalensi gizi kurang menjadi 5,37 persen, serta
menurunkan kerawanan pangan masyarakat menjadi 20 persen
pada tahun 2015.
1. Mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan berbasis
kemandirian untuk menyediakan ketersedian energi perkapita
minimal 2,200 kilo kalori/hari dan penyediaan protein perkapita
minimal 57 gram/hari.
2. Meningkatkan keragaman konsumsi pangan perkapita untuk
mencapai gizi seimbang dengan kecukupan energi minimal
2,000 kkal/hari dan protein sebesar 52 gram/hari dan cukup zat
gizi mikro, serta meningkatkan keragaman konsumsi pangan
dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) menjadi 58,2 % pada
tahun 2015.
3. Meningkatkan keamanan, mutu dan higienis pangan yang
dikonsumsi masyarakat dengan menekan dan meminimalkan
pelanggaran terhadap ketentuan keamanan pangan menjadi
10 % pada tahun 2015.
4. Tercapainya perilaku hidup sehat dan bersih dengan indikator
persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat
mencapai 10 % dari penduduk.
Diketahui terdapat hubungan yang erat antara kemiskinan
dan kerawanan pangan. Gambar 20 memperlihatkan persentase
penduduk miskin pada tahun 2010-2014. BPS menjadikan garis
kemiskinan makanan (GKM) sebagai salah satu kriteria untuk
menentukan garis kemiskinan. GKM merupakan nilai pengeluaran
kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100
kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar
makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian,
ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-
buahan, minyak dan lemak, dll) konsumsi <2100 kkal/hari. Terlihat
adanya tren penurunan persentase penduduk miskin, namun kondisi
35
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
ini belum mampu menurunkan jumlah penduduk yang sangat rawan
pangan secara signifkan.
Grafik 2.19
Persentase Penduduk Miskin Nasional Tahun 2010 – 2014
36
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
pernafasan akut. Namun pada saat yang sama terjadi pergeseran
peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung,
diabetes, dan demensia sebagaimana diperlihatkan pada gambar
berikut.
Gambar 2.5
Distribusi Penyakit di Indonesia Berdasarkan Penyebab 1990 – 2010.
37
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Gambar 2.6
Pergeseran Penyebab Kematian di Indonesia tahun 1990, 2010 dan
2015
Sumber: The Global Burden of Disease, 2010 dan Health Sector Review, 2014 dalam
Kemenkes, 2015
38
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Tabel 2.1
Tren terakhir PTM/Penyakit Kronis dan Kelebihan Gizi di Indonesia
PTM dan Kelebihan Gizi Riskesdas
Metode
(proporsi dan kelompok umur) 2007 2013
Stroke (per mil ≥15 tahun) 8.3 12.1 Wawancara
39
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
pada tahun 2013 angkanya meningkat menjadi 6,9%. Sementara itu,
pada tahun 2007 diketahui10,2% usia ≥15 tahun menderita pra-
diabetes dengan gangguan toleransi glukosa berdasarkan
pengecekan sampel darah pagi hari. Pada tahun 2013 terjadi
peningkatan 259% hingga prevalensinya menjadi 36,6%. Pada survei
yang dilakukan di tahun 2013 sejumlah 1/3 dari orang yang dites
toleransi glukosa gagal tes. Kedua tes tersebut menunjukkan bahwa
sekitar 1/3 dari populasi orang dewasa mengalami pra-diabetes dan
memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi diabetes tipe
2. Risiko kematian dini akibat diabetes meningkat dari 1,8% pada
tahun 1990 menjadi 4,1% dari Year of Life Lost pada tahun 2010,
peningkatannya sejumlah 86%.
Prevalensi hipertensi menurun, meski jumlahnya masih tinggi.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi orang dewasa
yang mengalami hipertensi menurun dari 1/3 pada tahun 2007.
Orang dewasa yang mengetahui menderita hipertensi saat
wawancara meningkat 25% pada tahun 2013 dibandingkan tahun
2007. Namun persentase orang dewasa yang menderita hipertensi
menurun 19%. Dengan demikian persentase hipertensi yang tidak
terdiagnosis menurun dari 76% menjadi 63%, hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan tentang hipertensi dan langkah-langkah yang
diambil untuk mengontrolnya cenderung meningkat. Di sisi lain,
diketahui pula bahwa 2/3 orang dewasa dengan hipertensi tidak
menyadari bahwa mereka memiliki kondisi tersebut dan masih harus
menjadi perhatian.
Hal ini tidak hanya terkait dengan lemak tubuh pada orang
dewasa yang mengalami obesitas, distribusi lemak dalam tubuh
juga berhubungan dengan risiko kesehatan. Kelainan sindrom
metabolik berhubungan erat dengan peradangan kronik sistemik
tingkat awal yang mengakibatkan timbunan lemak sebagai
40
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
pendorong patologis penting 24. Lingkar pinggang merupakan
pengukuran klinis sederhana untuk mengukur lemak abdominal dan
indikator yang direkomendasikan untuk pengukuran risiko PJK akibat
obesitas.
Grafik 2.20
Prevalensi Penyakit Stroke berdasarkan Status Sosio-ekonomi
41
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Gambar 2.7
Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Akibat Gangguan Gizi
pada Masa Janin.
42
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
endemis GAKI di Indonesia, anak yang stunting 9 kali lebih berisiko
memiliki IQ dibawah rata-rata.
b. Konteks Kebijakan
43
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
strategis daerah. Kemudian ditindak lanjuti dengan rencana strategis
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai upaya konkrit
melaksanakan misi daerah untuk mewujudkan visi.
Dalam rangka menjabarkan kebijakan dan langkah terpadu di
bidang pangan dan gizi serta dalam rangka mendukung
pembangunan SDM berkualitas, perlu disusun Rencana Aksi Daerah
Pangan dan Gizi Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022 yang
responsif gender. RAD-PG yang responsif gender harus dilakukan
untuk menjamin pelaksanaan pembangunan yang lebih fokus,
berkesinambungan, berkeadilan dan mencapai tingkat
kemungkinan keberhasilan yang tinggi (optimal), dengan
mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan, aspirasi, dan
permasalahan target sasaran (perempuan dan laki-laki)
Upaya dan tanggung jawab pemerintah dalam perbaikan gizi
dicantumkan pada UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. UU
tersebut mendasari upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan RI, yang juga berkaitan dengan prioritas
umur, dan dijelaskan diperlukan adanya upaya lintas sektor dalam
upaya penyediaan bahan makanan. Sementara itu, regulasi terkait
pangan terdapat pada UU Pangan No 7 tahun 1996 juga telah
diperbaharui melalui UU No 18 tahun 2012 yang tidak hanya
memperkuat ketahanan pangan, tapi juga berfokus untuk
memenuhi kecukupan dan kedaulatan pangan dalam rangka
mencapai ketahanan pangan dan gizi nasional yang lebih baik
pada tingkat komunitas, rumah tangga, dan individu. Lebih jauh,
operasionalisasi dari UU No 18 tahun 2012 dijelaskan pada Peraturan
Pemerintah No 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.
Sebagai komitmen internasional pada panel tingkat tinggi untuk
agenda pembangunan pasca 2015, pemerintah Indonesian telah
menyepakati beberapa aturan seperti Kebijakan Umum Ketahanan
Pangan (KUKP) serta Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
44
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
yang dapat menjadi acuan atau referensi bagi perumus dan
pelaksana kebijakan pangan.
Selain itu, disusun Rencana Aksi Nasional dan Rencana Aksi
Daerah Pangan dan Gizi (RAN/RAD-PG) untuk mewujudkan
outcome dari ketahanan pangan itu sendiri, yaitu status gizi yang
baik.
Indonesia telah bergabung sebagai anggota SUN Movement
sejak Desember 2011, dan gerakan tersebut dikenal dengan istilah
Gerakan Nasional 1000 HPK. Sebagai tindak lanjut untuk
mengoperasionalisasikan gerakan 1000 HPK, diterbitkan Peraturan
Presiden No. 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi yang mencantumkan kementerian lembaga yang
terlibat, kelompok kerja (Pokja), serta mekanisme monitoring dan
evaluasi yang dilaksanakan dalam rangka percepatan perbaikan
gizi pada 1000 hari pertama kehidupan. Operasionalisasi
pelaksanaan kegiatan Pokja Gernas 1000 HPK dituangkan melalui
Keputusan Monkokesra No 11 tahun 2014 yang anggotanya
ditetapkan melalui SK Deputi bidang Sumber Daya Manusia dan
Kebudayaan Bappenas No 37/DI/06/2014.
Perubahan pemahaman ketahanan pangan yang
menekankan aspek aksesibilitas pada tingkatan rumah tangga
mendapatkan legitimasinya pada Konferensi Pangan Tingkat Tinggi
tahun 1996, yang diselenggarakan oleh badan PBB – FAO, dengan
memberikan pengertian baru tentang ketahanan pangan, yaitu
Keamanan pangan akan terjadi ketika semua orang, pada semua
waktu, memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap makanan yang
bergizi, aman, dan mencukupi kebutuhan gizinya dan preferensi
makanan untuk hidup dengan aktif dan sehat.
45
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
2.5 Kebijakan terkait Akses Pangan
46
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
menggambarkan tingkat kerentanan paling tinggi, sedangkan
prioritas 6 merupakan prioritas yang lebih tahan pangan.
Sementara itu untuk meningkatkan akses pangan, kebijakan
yang telah diimplementasikan adalah penerapan SKPG, program
penganekaragaman pangan, penanaman tanaman pangan di
pekarangan, serta stimulus bantuan langsung melalui program
keluarga harapan (PKH). Peningkatan akses pangan rumah tangga
dilakukan dengan berbagai kebijakan, yaitu melalui diversifikasi
pangan dengan mempromosikan sumber karbohidrat selain beras,
menanam bahan makanan di pekarangan melalui program
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan pemberlakuan sistem
kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG). Diperlukan adanya upaya
untuk mendorong pemerintah daerah untuk memperbaharui atlas
ketahanan dan kerawanan pangan di daerahnya, sehingga SKPG
berjalan sebagai sistem yang mampu mencegah terjadinya
kerawanan pangan di masa yang akan datang.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan akses terhdap
pangan adalah pemberian stimulus yang dikenal dengan Program
Keluarga Harapan (PKH). Program perlindungan sosial yang
memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM) dan bagi anggota keluarga RTSM diwajibkan melaksanakan
persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini
secara internasional dikenal sebagai program conditional cash
transfers (CCT) atau Program Bantuan Tunai Bersyarat. Persyaratan
tersebut dapat berupa kehadiran di fasilitas pendidikan (misalnya
bagi anak usia sekolah), ataupun kehadiran di fasilitas kesehatan
(misalnya bagi anak balita, atau bagi ibu hamil). Program ini dapat
meningkatkan akses terhadap makanan dan memaksa masyarakat
untuk melakukan hal yang dapat meningkatkan kualitas
kehidupannya. Diketahui terdapat peningkatan penggunaan fasilitas
kesehatan oleh keluarga yang menerima PKH dibandingkan dengan
47
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
sebelum menerima PKH, namun hal ini tidak serta merta
meningkatkan outcome gizi dan kesehatan, dikarenakan kualitas
pelayanan kesehatan yang masih tidak adekuat dan program ini
tidak berhubungan langsung dengan pilihan makanan yang
dikonsumsi oleh keluarga. Namun PKH dapat dimanfaatkan sebagai
platform untuk menyampaikan pesan gizi dan pangan.
50
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
pemberian ASI ekslusif untuk bayi 0-6 bulan (38%) dan masih
kurang kuatnya pola pemberian MPASI pada bayi dan anak usia
dini. Dipihak lain, pendidikan dan penyuluhan kesehatan dan gizi
perlu dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan yang
memerlukan peran aktif berbagai pemangku kepentingan.
4. Rendahnya konsumsi buah dan sayur, tingginya konsumsi garam
dan meningkatnya konsumsi makananan yang tinggi lemak serta
berkurangnya aktivitas olah raga pada sebagian masyarakat,
terutama di perkotaan, yang meningkatkan angka berat badan
lebih dan obesitas. Diketahui 93,5% masyarakat Indonesia
kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Sementara itu, sebagian
besar masyarakat berperilaku konsumsi berisiko yaitu
mengkonsumsi bumbu penyedap (77,3%), makanan dan
minuman manis (53,1%), dan makanan berlemak (40,7%). Masih
kurang optimalnya akses terhadap sumber air minum dan air
bersih, dan lingkungan yang sehat. Penyakit infeksi merupakan
salah satu penyhebab langsung gizi kurang, selain asupan
makanan yang tidak adekuat. Penyakit infeksi, terutama pada
anak-anak, sangat dipengaruhi oleh pola hidup bersih dan
sehat, antara lain cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir, dan tidak buang air besar sembarangan. Rendahnya
sanitasi akibat keterbatasan fasilitas serta sarana prasarana
untuk mengakses air bersih dan perilaku buang air di sungai
mengakibatkan kesehatan lingkungan belum terpenuhi secara
merata terutama di daerah perdesaan. Keadaan ini
menyebabkan masih tingginya prevalensi penyakit infeksi
sehingga mendorong timbulnya masalah gizi. Telah terbukti
bahwa di Indonesia daerah-daerah yang sanitasi dan
lingkungannya kurang baik mempunyai prevalensi stunting pada
balita yang lebih tinggi.
51
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
2.8 Program Sensitif Gizi
1. Kendala dalam diversifikasi konsumsi pangan terutama adalah
masih rendahnya pendapatan dan daya beli sebagian
masyarakat.Selain itu masih terbatasnya ragam komoditas
pangan selain beras ditunjukkan dengan sumber karbohidrat
masyarakat yang masih didominasi oleh beras hingga
Indonesia menjadi salah satu dari tiga negara dengan
konsumsi beras tertinggi. Akses pangan yang rendah akibat
menurunnya daya beli masyarakat yang disebabkan oleh
kemiskinan dan stabilitas harga pangan yang seringkali
terganggu baik oleh kondisi alam maupun pasar.
Keterjangkauan rumah tangga terhadap pangan
ditentukan oleh daya beli masyarakat, masih cukup besarnya
jumlah penduduk yang tergolong miskin memerlukan adanya
kebijaksanaan harga dan sistem distribusi pangan yang efektif
dan efisien.
2. Kendala lainnya adalah masih melembaganya sikap dan
kebiasaan konsumen, yang belum mengutamakan segi gizi
dalam memilih pangan yang dikonsumsi, yang mungkin
disebabkan oleh rendahnya pendidikan masyarakat
terutama ibu atau pengasuh anak dan usia menikah yang
terlalu muda, diketahui 55 dari 100 remaja kelompok umur 10-
14 tahun ternyata ada yang sudah kawin, 1 dari 100 remaja umur
10 – 14 tahun pernah melahirkan hidup antara 1-2 anak, serta 10
dari 1000 remaja umur 10 – 14 berstatus cerai hidup.
52
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
lahanpertanian dari sekitar 8,3 juta ha pada tahun 1990 menjadi
sekitar 7,8 juta ha pada tahun 2005. Produksi pangan di
Indonesia masih didominasi oleh kelembagaan usaha tani yang
bersifat tradisional dengan skala usaha tani relatif kecil dan
modal terbatas. Kemampuan petani, nelayan, dan pelaku
ekonomi masih terbatas untuk memanfaatkan sumber daya
alam secara optimal. Sumber daya alam tersebut, antara lain
sumber daya alam lahan kering, rawa dan pasang surut, serta
sumber daya pantai dan sumber daya laut. Rendahnya
penguasaan teknologi pemuliaan dan makanan ternak serta
iptek budi daya perikanan laut dan darat menyebabkan biaya
produksi pangan sumber protein masih tinggi. Peningkatan
produksi hortikultura dan kacang-kacangan terhambat oleh
kurang tersedianya bibit unggul dan masih rendahnya pengua-
saan budi daya tanaman kedelai. Hal ini juga disebabkan oleh
masih terbatasnya kemampuan petani untuk mencegah dan
memberantas hama penyakit secara biologis. Ketersediaan
sumber makanan kaya protein lainnya, seperti ikan, belum
dipromosikan secara luas, demikian pula dengan
ketersediannya di tingkat masyarakat belum dilaksanakan
secara sistematis.
53
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
berkelanjutan dan terstruktur untuk peningkatan perbaikan gizi.
Didalam the Lancet (2013) ditekankan pentingnya pendekatan
multisektor sebagai pendekatan yang dianggap efektif untuk
mengurangi permasalahan gizi. Pernyataan ini dikemukakan
berdasarkan pada hasil telaah secara mendalam dari
pengalaman pelaksanaan program penangulangan masalah
gizi di banyak negara di dunia, sehingga merupakan pendapat
yang dapat dipertanggungjawabkan. Diketahui bahwa
intervensi gizi spesifik saja tidak dapat menyelesaikan masalah
gizi tanpa adanya intervensi gizi sensitif dan dukungan
lingkungan yang menjadi faktor pemungkin tercapainya
perbaikan gizi.
55
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
mendistribusikan barang ke Jakarta dan kota besar lainnya tentu
berbeda dengan biaya ke Papua dan daerah terpencil lainnya,
akses jalan dan transportasi yang sulit merupakan permasalahan
yang kerap ditemui. Di samping permasalahan jarak spasial,
distribusi pangan mencakup juga masalah ketepatan waktu
karena adanya unsur musim dalam produksi pangan. Dengan
demikian meningkatkan ketahanan pangan pada tingkat rumah
tangga sesuai dengan keadaan dan pola pangan setempat
yang berbasis lokal perlu dilakukan.
56
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
BAB III
RENCANA AKSI MULTI SEKTOR
58
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
setiap stakeholder dan tabel ini merupakan modifikasi dari
kegiatan yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis SKPK/Instansi
lingkup Pemerintah Kabupaten Simeulue.
Impact
Peningkatan Kualitas SDM
Outcome
1. Produksi padi mencapai 31.388 ton
2. Produksi jagung mencapai 2.640 ton
3. Produksi kedelai mencapai 120 ton
4. Produksi daging sapi 13,578 ton
5. Produksi daging kerbau mencapai 400,778 ton
6. Produksi ikan (diluar rumput laut) mencapai 25.000 ton
7. Skor pola pangan harapan (PPH) mencapai 100
8. Konsumsi energi mencapai 0,4 kkal/kapita/hari
9. Konsumsi ikan mencapai 144 kg/kap/tahun
10. Prevalensi anemia pada ibu hamil mencapai 4,3 %
11. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
mencapai 1,5 %
12. Persentase bayi dengan usiakurang dari 6 bulan yang
mendapat ASI eksklusif mencapai 95 %
13. Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita
mencapai 2,3 %
14. Prevalensi kurus (wasting) pada anak balita mencapai 2,2 %
15. Prevalensi pendek dan sangat pendek (stunting) pada anak
baduta (bayi di bawah 2 tahun) mencapai 1,35 %
16. Prevalensi berat badan lebih dan obesitas pada penduduk
usia >18 tahun mencapai 0
59
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
PELAKSANA INPUT OUPUT
Eliminasi Malaria
Tenaga kesehatan
handal
Persentase indeks
kepuasan masyarakat
60
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Populasi Ternak Ayam
(ekor)
Produksi Ternak Kerbau
(Ton)
Produksi Ternak Sapi
(Kg)
Produksi Ternak
Kambing (Kg)
Persentase Keberhasilan
Inseminasi Buatan
Dishutbun Pemanfaatan
Pekarangan
61
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Persentase illegal Fishing
Persentase Nelayan
Produktif
Penegembangan
Koperasi
Pemodalan bagi Pelaku
Usaha
BPM Persentase Desa Meningkatnya Peran
Mandiri PKK di Perdesaan dan
Pemberdayaan Usaha Terbinanya kelompok
Ekonomi Produktif UEPG di kab/kota
Gampong
Dinsos Persentase Keluarga Penurunan Persentase
Miskin Kemiskinan
62
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Peningkatan Terciptanya Tenaga
Profesionalisme Tenaga kerja Terampil dan
Kepelatihan dan instruktur kompeten
Instruktur
Peningkatan Kualitas
SDM Kesejahteraan
Sosial Masyarakat
Padat karya Infrastruktur
63
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Pembinaan kader Meningkatnya SDM
Kelompok : Bina kader kelompok : Bina
Keluarga Balita (BKB), Keluarga Balita (BKB),
Bina Keluarga Remaja Bina Keluarga Remaja
(BKR), Bina Keluarga (BKR), Bina Kelompok
Remaja (BKR), Bina Lansia (BKL), Bina
Keluarga Lansia (BKL), Lingkunga Keluarga
Bina Lingkungan (BLK)
Keluarga (BLK)
Disdik Wajib belajar 12 Tahun Pengembangan
Persentase Angka Pendidikan anak-anak
Partisipasi Kasar (APK) dan tenaga pengajar
Persentase Guru
Bersertifikasi
Persentase Angka anak
Putus sekolah
Dinas Persentase pengunjung Informasi akurat dan
perhubungan web simeulue ketersediaan
Pembangunan sarana pelayanan transportasi
dan prasarana darat laut dan udara
perhubungan laut,
darat dan udara
64
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
intervensi sensitif dilaksanakan oleh sektor lain seperti pendidikan,
pertanian, pekerjaan umum/infrastruktur, dan kesejahteraan sosial
(WHO, 2012).
Gambar 3.1 berikut ini mengilustrasikan keterkaitan program
spesifik dan sensitif gizi serta peran masing-masing sektor terkait.
Pada prinsipnya peran setiap sektor dikaitkan dengan upaya untuk
mengatasi penyebab langsung masalah gizi, yaitu konsumsi
makanan yang cukup serta pencegahan dan penanganan infeksi.
Selanjutnya ada tiga faktor yang mempengaruhi kedua faktor
langsung tersebut yaitu akses terhadap pangan, pola asuh serta
akses terhadap air bersih, sanitasi lingkungan yang baik, dan
pelayanan kesehatan. Sementara peran sektor kesehatan terutama
adalah pada penyebab langsung, peran sektor non-kesehatan
muncul pada ketiga faktor langsung tersebut.
Gambar 3.1
Kerangka Pendekatan Multi-Sektor
Sumber : Modifikasi Lancet 2013 “Executive Summary of The Maternal and Child
Nutrition”
65
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Pola asuh. Pola asuh diperlukan peran dari Dinas Pendidikan , Dinas
Kesehatan, Departemen Agama Kabupaten, Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan UKM, Kantor Pemberdayaan
Perempuan dan Kesejahteraan Sosial, Dinas Kebudayaan,
Pariwisata dan Pemuda dan Olahraga.
Akses terhadap air bersih, sanitasi lingkungan yang baik dan akses
terhadap pelayanan kesehatan. Ketersediaan air bersih dan sanitasi
lingkungan yang baik memerlukan peran Dinas Pekerjaan Umum.
Gambar 3.2 menyajikan logical framework logframe) RAD-PG
dengan peran SKPK terkait secara lebih rinci. Semua SKPK terkait
mempunyai goal atau dampak program multi-sektor yang sama
yaitu menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang
berkualitas. Semua kegiatan SKPK ini diharapkan dapat mencapai
semua Outcome yang telah ditentukan. Seluruh outcome akan
dapat dicapai setidaknya apabila 1) terjadi peningkatan
pengetahuan gizi dan kesehatan pada remaja, wanita usia subur
dan ibu; 2) konsumsi makanan yang berpedoman pada gizi
seimbang terutama pada kelompok rentan yaitu kelompok 1000
HPK, remaja perempuan, ibu menyusui, dan balita; 3)
pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang; 4) pencegahan dan
manajemen penyakit infeksi; 5) penanggulangan gizi buruk akut; 6)
ketersediaan pangan, akses ekonomi dan pemanfaatan pangan
yang adekuat; 7) Jaminan terhadap akses kesehatan dan sosial; 8)
Peningkatan sanitasi dan air bersih; 9) Akses terhadap pelayanan
kesehatan dan KB; 10) Pendidikan dan pemberdayaan perempuan,
serta perkembangan anak usia dini; 11) Peningkatan
pemahaman dan pelaksanaan advokasi yang strategis; 12)
koordinasi vertikal dan horizontal; 13) Akuntab ilitas, regulasi insentif,
peraturan perundang-undangan; 14) investasi dan mobilisasi
kapasitas; 15) Monitoring dan evaluasi tepat guna. Peran setiap
66
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
SKPK terkait dapat dijabarkan melalui pencapaian indikator output,
seperti yang dicantumkan pada indikator input didalam logframe
RAD-PG 2016-2022.
67
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Gambar 3.2
Contoh Peran Multi-sektor dalam Kerangka Perbaikan Gizi
69
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
melalui pelatihan di berbagai tingkat untuk memahami dan mampu
melaksanakan intervensi spesifik dan sensitif. Selanjutnya untuk
peningkatan kapasitas juga diperlukan pelaksanaan monitoring dan
evaluasi secara baik termasuk adanya umpan balik.
70
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk
perubahan perilaku, Pendekatan sektoral memerlukan perubahan
perilaku oleh individu di tingkat masyarakat, dan ini dapat difasilitasi
dengan berbagai cara antara lain dengan mengendalikan iklan
makanan. Selain itu dapat dilakukan dengan memastikan pelabelan
yang memadai pada semua produk makanan olahan untuk
memberikan pilihan kepada konsumen yang akan dilaksanakan
oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM.
Penggunaan pajak dan/atau penghapusan subsidi juga dapat
digunakan untuk mencegah konsumsi makanan yang tidak sehat.
71
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
syariat islam secara kaffah serta mendorong agar sarana
keagamaan sekaligus berfungsi sebagai tempat pembinaan
umat.
6. Menggali dan mengelola potensi sumber daya alam melalui
hubungan kemitraan dalam berbagai sektor dengan semua
pihak.
7. Melaksanakan pembangunan ekonomi kerakyatan secara
terpadu di bidang pertanian, perdagangan, perindustrian dan
pariwisata dalam rangka memperluas lapangan usaha.
72
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
10. Meningkatkan tenaga dokter spesialis sesuai standar RS
11. Meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara optimal
12. Meningkatkan upaya promotif dalam penanggulangan
penyakit tidak menular
13. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang memenuhi standar
14. Meningkatkan sarana dan prasarana pemerintahan,
transportasi, energi, sumber daya air dan telekomunikasi
15. Meningkatkan pemahaman sadar lingkungan dan
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan
16. Meningkatkan sarana dan prasarana dasar pemukiman yang
memenuhi standar kesehatan
17. Meningkatkan investasi yang mampu mengembangkan
potensi produk unggulan daerah
18. Meningkatkan peran koperasi dan UKM dalam
pembanguanan ekonomi kerakyatan
19. Meningkatkan produksi dan daya saing sektor pertanian dan
perkebunan
20. Meningkatkan ketahanan pangan
21. Meningkatkan produksi dan daya saing peternakan
22. Meningkatkan produksi dan daya saing hasil perikanan
23. Meningkatkan tumbuh dan berkembangnya sektor industri
berbasis pertanian
24. Meningkatkan kinerja perdagangan pemenuhan kebutuhan
pokok Simeulue
73
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
2) Peningkatan akses pendidikan bagi masyarakat dan
mengembangkan pendidikan luar sekolah dan
menyelenggarakan pendidikan satu atap
3) Penambahan jam belajar untuk materi keagamaan sesuai
jenjang pendidikan
4) Peningkatan fungsi balai latihan kerja
5) Peningkatan sarana dan prasarana olahraga di setiap
kecamatan
6) Peningkatan kesadaran olah raga prestasi masyarakat melalui
sosialisasi manfaat olah raga
7) Peningkatan kualitas penangganan gizi masyarakat
8) Peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan
pengendalian penyakit menular
9) Peningkatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat
10) Peningkatan jumlah dokter spesialis definitif
11) Peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan secara optimal
12) Peningkatan pola hidup sehat masyarakat
13) Penyusunan standar pelayanan kesehatan
14) Penyediaan sarana dan prasarana perkantoran pemerintah,
transportasi laut, udara dan darat, perluasan cakupan layanan
listrik,penyediaan irigasi, jalan, jembatan dan jaringan
telekomunikasi.
15) Peningkatan kegiatan penghijauan, pemantauan lingkungan
serta perlindungan sumber daya alam.
16) Penyediaan sarana jalan/ jembatan, air bersih, serta
pengelolaan persampahan dan limbah pemukiman yang baik
17) Peningkatan promosi kerjasama dan pelayanan investasi/
penanaman modal
18) Peningkatan pembinaan koperasi dan UKM, terutama yang
berbasis pemberdayaan permepuan
74
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
19) Peningkatan produksi dan daya saing sektor pertanian dan
perkebunan
20) Peningkatan ketahanan pangan
21) Peningkatan produksi dan daya saing peternakan
22) Peningkatan produksi dan daya saing hasil perikanan
23) Peningkatan penumbuhkan dan pengembangkan sektor
industri berbasis pertanian
24) Peningkatan penjagaan stabilitas suplai bahan-bahan
kebutuhan pokok Simeulue
76
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
mm) program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha
mikro kecil menengah
nn) program peningkatan kapasitas IPTEK sistem produksi
oo) program pengembangan industri kecil menengah
pp) Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam
Pembangunan Desa
qq) Program Penanggulangan Kemiskinan
rr) Pogram Peningkatan Pelayanan Angkutan
ss) Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan
77
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
4) Mewujudkan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas dan
berdaya saing tinggi melalui pemerataan kualitas layanan
pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan layanan sosial
budaya lainnya serta penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) yang sesuai dengan dinamika dan
perkembangan zaman.
5) Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur di seluruh
sektor pembangunan dalam rangka pemerataan
pembangunan antardesa dan kota, mendorong percepatan
perekonomian wilayah, dan menumbuh kembangkan
kawasan/daerah dari ketertinggalan dan keterisolasian.
6) Mengupayakan kestabilan politik, keamanan dan ketertiban
serta pelaksanaan hukum yang menjunjung tinggi keadilan dan
kebenaran.
78
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Tabel 3.3 Penguatan RAD-PG
Pelaksanaan Kegiatan
di
79
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
BAB IV
KERANGKA PELAKSANAAN
RENCANA AKSI
Kerangka pelaksanaan rencana aksi disusun menyangkut
siapa dan bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Pada
kerangka pelaksanaan diatur kerangka kelembagaan, manajemen
keuangan dan aliran dana, anggaran indikatif, strategi
pengembangan kapasitas, strategi advokasi dan komunikasi,
dan strategi monitoring dan evaluasi.
80
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
4. Dinas Kesehatan Hewan dan
Peternakan Kabupaten Simeulue
5. Badan Ketahanan Pangan Kabupaten
Simeulue
6. Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Simeulue
7. Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Simeulue
8. Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan UKM Kabupaten
Simeulue
9. Dinas Pendidikan Kabupaten Simeulue
10. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Simeulue
11. Badan Pemberdayaan Masyarakat
Kabupaten Simeulue
12. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Simeulue
13. Dinas Syariat Islam Kabupaten
Simeulue
14. Majelis Permusyawaratan Ulama
Kabupaten Simeulue
15. Kantor Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Sejahtera Kabupaten
SimeulueDinas Kesehatan Kabupaten
SimeulueKepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Simeulue
81
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
B. Tim Teknis
Tim Teknis terdiri dari;
Ketua : Kepala Bappeda Kabupaten Simeulue
Sekretaris I : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Simeulue
Sekretaris II : Kepala Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Kabupaten Simeulue
82
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
12. Dinas Syariat Islam Kabupaten
Simeulue
13. Majelis Permusyawaratan Ulama
Kabupaten Simeulue
14. Kantor Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Sejahtera Kabupaten
Simeulue
Tim Teknis:
1. Bertanggung jawab terhadap kegiatan penyusunan RAD-PG;
2. Melakukan penyusunan RAD-PG mulai dari membuat jadwal
dan rencana kerja, mencari dan mengumpulkan bahan yang
diperlukan, melakukan penyusunan sampai menghasilkan draft
untuk disampaikan kepada Tim Pengarah;
3. Menyampaikan draft RAD-PG kepada tim pengarah untuk proses
lebih lanjut;
83
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
4. Mensosialisasi RAD-PG kepada seluruh pemangku
kepentingan di daerah
5. Mengkoordinasikan pelaksanaan RAD-PG;
6. Menjalankan strategi untuk peningkatan efektifitas
pelaksanaan sesuai masukan Tim Pengarah.
7. Mengordinasikan dan melaksanakan pemantauan dan
evaluasi.
8. Menyiapkan laporan hasil pemantauan dan evaluasi
84
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, melibatkan
S K P K Dinas Kesehatan, Dinas Syariat Islam serta Dinas Pekerjaan
Umum.
5. Kelembagaan Pangan dan Gizi, melibatkan SKPK Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah serta Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan serta dunia usaha (melalui program
Corporate Social Responsibility), Organisasi Masyarakat Sipil,
universitas, ulama, organisasi profesi, mitra pembangunan, dan
sebagainya.
85
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
1) Pelatihan
Pelatihan merupakan upaya peningkatan kapasitas sumber daya
manusia sehingga program yang direncanakan dapat terlaksana
sesuai dengan yang diharapkan.Pelatihan yang diberikan harus
menunjang kompetensi SDM
2) Pedoman Teknis
Pemerintah sebagai regulator salah satu tugas umumnya
adalah menetapkan standar, termasuk standard untuk
pelaksanaan program perbaikan pangan dan gizi multi sektor.
Informasi mengenai pedoman yang digunakan sangat penting
untuk dijadikan panduan dalam pelaksanaan program merupakan
pedoman teknis yang dimiliki K/L dalam melaksanakan program.
4.4. Strategi Advokasi dan Komunikasi
Advokasi adalah kombinasi dari desain dukungan individu
dan social untuk meningkatkan komitmen politik, dukungan
kebijakan, penerimaan social, dan dukungan sistem untuk tujuan
program kesehatan tertentu (WHO, 1998). Advokasi merupakan
strategi untuk mempengaruhi para pengambil keputusan khususnya
saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber daya dan
mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut khalayak
masyarakat. Agar mencapai target yang telah ditetapkan,
diperlukan pemenuhan kondisi dan asumsi, sehingga target yang
telah ditetapkan dapat tecapai. Untuk memenuhi asumsi
pengambil kebijakan, dan stakeholder yang terlibat sehingga
diperoleh pendanaan, sumber daya manusia yang cukup,
metode intervensi yang tepat, dan peningkatan cakupan serta
keberlanjutan intervensi yang dilakukan, koordinasi antar
pemerintah pusat dan daerah serta koordinasi lintas sektor
berjalan dengan baik.
RAD-PG harus menjadi pedoman dan mainstream dalam
semua dokumen perencanaan pembangunan, baik jangka
86
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
menengah maupun jangka pendek, seperti; RPJMD, RKPD,
KUA/PPAS, RKA/DPA, RAPBD, dan APBD. Penyusunan RAD-PG saat
ini mendapatkan momen yang sangat penting dimana Pemerintah
Kabupaten Simeulue pada tahun 2017 akan melaksanakan
Pemilihan Kepala Daerah. Pelantikan Kepala Daerah terpilih
nantinya akan menjadi pertanda dimulainya penyusunan dokumen
perencanaan untuk lima tahun mendatang.
87
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
BAB V
PELAKSANAAN, PEMANTAUAN
DAN EVALUASI
A. Tim Pelaksana
Tim pelaksana, pemantauan, dan evaluasi RAD-PG
Kabupaten Simeulue ditunjuk oleh Bupati melalui Surat Keputusan
Bupati Tim ini mempunyai kewenangan melakukan pemantauan
dan evaluasi di provinsi Kabupaten Simeulue. Susunan Tim Monev
RAD-PG adalah sebagai berikut:
88
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
Penanggung Jawab : Bupati
Ketua : Kepala Bappeda
Anggota :
Pokja I. Gizi Masyarakat (Koordinator
Dinas Kesehatan)
Pokja II. Aksesibilitas Pangan
(Koordinator Badan Ketahanan Pangan
dan Penyuluh, Dinas Pertanian Tanaman
Pangan, Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Dinas Kelautan dan Perikanan,
Dinas Kehutanan dan Perkebunan)
Pokja III. Mutu dan Keamanan
Pangan (Koordinator Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluh)
Pokja IV. Perilaku Hidup Sehat dan
Bersih (PHBS) (Koordinator Dinas
Kesehatan)
Pokja V. Kelembagaan pangan
dan Gizi (Koordinator Badan Perencanan
Pembangunan Daerah dan Koordinator
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh).
89
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
melakukan pemantauan/monitoring dan evaluasi terhadap
keseluruhan strategi dan rencana aksi yang telah ditetapkan.
Mekanisme pemantauan dan evaluasi RAD-PG dilakukan dengan
menggunakan indikator berbasiskan pada pencapaian target
berdasarkan pada 5 pilar RAD-PG. Pemantauan dan evaluasi
dilakukan secara berkala, dengan memperhatikan indikator input,
proses, output, serta indikator dampak. Program dan kegiatan yang
dilakukan pada setiap tahun dimonitor dan dievaluasi dengan
mekanisme sebagaiamana Tabel berikut ini:
Tabel 5.1
Pelaksana dan indikator Monotoring dan Evaluasi RAD-PG
KABUPATEN SIMEULUE
90
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
B. Peningkatan 1) Kegiatan Pokja II. 6
Aksesibilitas Pengembangan Aksesibilitas bulanan
Pangan sarana prasarana Pangan
2) Ketersediaan pangan (Koordinator
3) Kegiatan Badan
Pengembangan Ketahanan
sistem distribusi dan Pangan dan
stabilitas harga Penyuluh, Dinas
pangan Pertanian
4) Kegiatan Tanaman
Pengembangan Pangan, Dinas
penganekaraman Peternakan dan
konsumsi pangan Kesehatan
5) Kegiatan Peningkatan Hewan, Dinas
produksi pangan Kelautan dan
6) Pemantauan dan Perikanan, Dinas
analisis akses pangan Kehutanan dan
7) Pengembangan Desa Perkebunan)
Mandiri Pangan
8) Penanganan Daerah
Rawan Pangan
9) Diversivikasi Pangan
10)Peningkatan
Penerapan teknologi
pertanian
11) Peningkatan
Produksi Ternak
12) Pengembangan
Budi Daya Perikanan
91
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
C. Pengawasan 1) Pengembangan Pokja III. Mutu 6
Mutu dan Penganekaragaman dan Keamanan bulanan
Keamanan konsumsi pangan Pangan
Pangan 2) Uji Keamanan Pangan (Koordinator
3) Sosialisasi Mutu dan Badan
Keamanan Pangan Ketahanan
4) Peningkatan Mutu Pangan dan
dan Keamanan Penyuluh)
Pangan
D. Perilaku 1) Pembinaan PHBS Pokja IV. 6
Hidup Sehat 2) Pembentukan dan Perilaku Hidup bulanan
dan Bersih pengembangan Sehat dan
(PHBS) Desa siaga aktif Bersih (PHBS)
3) Pelatihan Dokter Kecil (Kord. Dinkes)
4) Penyuluhan Keliling
5) Promosi Kesehatan
E. Penguatan 1) Pendidikan dan Pokja V. 6
Kelembagaa Pelatihan penyuluh Kelembagaan bulanan
n Pangan 2) Penguatan Pangan dan
dan Gizi Kelembagaan Gizi.(Bappeda
Penyuluh dan BKPP)
3) Penyuluhan Penerapan
Teknologi Pertanian
4) Peningatan
kesejahteraan petani
92
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022
BAB VI
PENUTUP
93
RAD-PG Kabupaten Simeulue Tahun 2016-2022