Anda di halaman 1dari 9

ORGAN REPRODUKSI SAPI JANTAN

Sistem reproduksi jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder dan assesori.
Organ kelamin primer adalah testis yang belokasi di dalam skrotum yang menggantung
secara eksternal di daerah inguinal. Organ kelamin sekunder terdiri dari jaringan-jaringan
ductussebagai transportasi spermatozoa dari testis ke bagian luar, dan termasuk didalamnya
ductus efferent, epididimis, ductus deferens, penis dan urethra. Sedangkan organ asesori
terdiri dari kelenjar prostata, kelenjar vesikularis dan kelenjar bulbourethralis (Cowpers)
(Yusuf, 2012).

Testis

Testis adalah organ reproduksi primer pada jantan, seperti ovarium yang merupakan
organ reproduksi primer pada betina. Testis dikatakan sebagai organ reproduksi primer karena
memproduksi gamet jantan (spermatozoa) dan hormon kelamin jantan (androgen)
(Yusuf,2012). Testis sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu
menghasilkan spermatozoa atau sel kelamin jantan, dan menyekresikan hormon kelamin
jantan yaitu testosteron (Feradis, 2010). Testis berbeda dengan ovarium, dimana testis ini
tidak tetap tinggal di dalam rongga tubuh, testis ini menurun dari asalnya di dalam rongga
tubuh dekat ginjal melalui inguinalis ke dalam skrotum.
Testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albuginea) yang banyak
mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok. Skrotum
adalah kantong pembungkus testes. Fungsi skrotum adalah mengatur temperatur testis dan
epididimis melindungi dan menyokong testis supaya tetap pada temperatur 4 0 sampai 70 C
lebih rendah dari temperatur tubuh (Widayati et.al, 2008). Fungsi skrotum adalah membantu
memelihara suhu yang rendah dari testis yaitu 7 0 C di bawah suhu tubuh, dengan jalan
mengadakan pengkerutan dan pengendoran dari dinding skrotum tersebut, dengan demikian
proses spermatogenesis dapat berjalan secara sempuna (Hardjopranjoto, 1995). Mekanisme
pengaturan panas atau termoregulator dilakukan oleh musculus cremaster externus
dan musculus cremaster internus. Kedua musculus ini akan menarik testis ke atas mendekati
rongga perut untuk mendapatkan pemanasan. Tunika dartos menarik testis mendekati perut
sehingga permukaan testis menjadi lebih kecil dan melipat untuk mencegah pengeluaran
panas. Apabila temperatur panas, kedua otot ini relaksasi sehingga testis turun menjauhi perut
dan permukaan mengembang untuk mempercepat pengeluaran panas (Widayati et.al., 2008).

Epididimis

Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok yang menghubungkan testis dengan


ductus deferens. Epididimis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian kepala (caput
epididimis), bagian badan (corpus epididimis), dan bagian ekor (cauda epididimis)
(Hardjopranjoto, 1995). Menurut Frandson (1992), epididimis merupakan pipa panjang dan
berkelok-kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus deferens (vas
deferens). Epididimis merupakan saluran spermatozoa yang panjang dan berbelit, terbagi
atas caput, corpus, dan cauda epididimidis, melekat erat pada testis dan dipisahkan oleh
tunika albugenia (Dyce et al., 1996 dalam Wahyuni et al., 2012). Organ tersebut berperan
penting pada proses absorpsi cairan yang berasal dari tubulus seminiferus testis, pematangan,
penyimpanan dan penyaluran spermatozoa ke ductus deferens sebelum bergabung dengan
plasma semen dan diejakulasikan ke dalam saluran reproduksi betina (Wrobel dan Bregmann,
2006 dalam Wahyuni et al., 2012). Epididimis adalah saluran eksternal pertama dari testis,
yang menyatu secara longitudinal pada permukaan testis dan terbungkus dalam tunika
vaginalis bersama dengan testis.
Epididimis mempunyai empat fungsi utama yaitu pengangkutan atau transportasi,
konsentrasi atau pengentalan, maturasi dan penyimpanan spermatozoa (Feradis, 2010).
Epididimis berfungsi untuk mengangkut spermatozoa. Beberapa faktor berkontribusi
terhadap gerakan spermatozoa melalui epididimis. Salah satu faktor adalah tekanan dari
produksi spermatozoa. Kebanyakan spermatozoa disimpan dalam cauda epididimis dari mana
spermatozoa terkonsentrasi yang dikemas ke dalam epididimis lumen. Kondisi yang optimal
dalam cauda dibutuhkan untuk kelangsungan hidup spermatozoa selama penyimpanan. pH
rendah, viskositas tinggi, konsentrasi karbon dioksida tinggi, rasio kalium-natrium tinggi,
pengaruh testosteron, dan kemungkinan kombinasi beberapa-faktor lainnya berkontribusi
ketingkat metabolisme rendah dan memperpanjang daya hidup.

Ductus deferens
Ductus deferens adalah sepasang saluran dari ujung distal cauda masing-masing
epididimis yang ujungnya didukung oleh lipatan peritoneum, melewati sepanjang korda
spermatika, melalui canalis inguinalis ke daerah panggul, dimana kemudian menyatu
dengan urethra (Yusuf, 2012). Ductus deferens (vas deferens) merupakan saluran lurus yang
mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Ductus deferens tidak menempel
pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Ductus deferens berfungsi
sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju vesikula seminalis. Menurut
Frandson (1992), ductus deferens (vas deferens) adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi
mendorong spermatozoa dari epididimis ke ductus ejakulatoris dalam uretra
prostatik. Ductus deferens mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan spermatozoa
sebelum diejakulasikan.
Ujung ductus deferens yang membesar dekat urethra adalah ampula. Ductus deferens
memiliki lapisan tebal otot polos di dinding dan tampaknya memiliki fungsi tunggal
trasportasi spermatozoa. Beberapa berpendapat bahwa ampulla berfungsi sebagai depot
penyimpanan jangka pendek untuk semen. Namun, spermatozoa matang hanya dalam waktu
singkat di dalam ampulla. Spermatozoa berenang di dalam ampulla selama ejakulasi sebelum
memasuki urethra (Yusuf, 2012).

Kelenjar tambahan

Kelenjar vesikularis
Kelenjar vesikularis (kadang-kadang disebut vesicula seminalis) adalah sepasang
kelenjar lobular yang mudah didentifikasi karena bentuk yang menonjol (Yusuf, 2012).
Kelenjar vesicularis dahulu disebut vesicula seminalis karena disangka reservior semen.
Kelenjar vesicularis pada sapi terdapat sepasang, jelas lobulasinya dan berada di dalam
lipatan urogenital lateral dari ampulla (Feradis, 2010). Kelenjar vesikularis yang sepasang
bersifat sebagai kelenjar tubulus majemuk atau tubuloalveolar (Dellmann and Brown, 1992).

Kelenjar prostata
Prostata adalah kelenjar tunggal yang terletak di sekitar dan sepanjang
urethra dibagian posterior saluran ekskretoris dari kelenjar vesikularis. Bagian prostata
terlihat dalam saluran dipotong dan dapat teraba sapi dan kuda. Semua prostata pada domba
tertanam dalam otot urethra seperti bagian dari jaringan kelenjar pada sapi dan babi hutan
(Yusuf, 2012). Kelenjar prostata sapi mengelilingi urethra dan terdiri dari dua bagian,
badan prostata (corpus prostatae) dan prostata disseminata atauprostata yang cryptik (pars
disseminata prostatae). Sekresi kedua bagian ini berjalan melalui saluran kecil dan banyak
yang bermuara ke dalam urethra pada beberapa deretan (Feradis, 2010).

Kelenjar bulbourethrali
Kelenjar bulbourethralis berjumlah sepasang, terdapat di sebelah kanan dan
kiri urethra bulbourethralis. Kelenjar bulbourethralis pada sapi sebesar buah kemiri, padat,
dan mempunyai kapsul, dan pada babi ukuran kelenjar bulbourethralis lebih besar
(Widayati et al., 2008). Kelenjar bulbourethralis adalah sepasang kelenjar yang terletak di
sepanjang urethra dekat titik luar dari panggul. Ukuran dan bentuknya seperti kenari pada
sapi, tetapi jauh lebih besar pada babi. Pada sapi, kelenjar ini melekat pada otot
bulbospongiosum, berkontribusi sangat sedikit untuk volume cairan semen (Yusuf, 2012).

Urethra
Urethra adalah saluran tunggal yang memanjang dari persimpangan ampulla ke
ujung penis. Ini berfungsi sebagai saluran ekskretoris baik urin mapupun semen. Selama
ejakulasi pada sapi, terdapat campuran lengkap konsentrasi spermatozoa dari ductus
deferens dan epididimis dengan cairan dari kelenjar tambahan pada bagian pelvis urethra
untuk membentuk semen (Yusuf, 2012). Urethra masculinus atau canalis urogenitalisa dalah
saluran ekskretoris bersama untuk urin dan semen. Urethra membentang dari daerah pelvis
ke penis dan berakhir pada ujung glans sebagai urificium urethrae externa(Feradis, 2010).

Penis
Penis adalah organ kopulasi jantan, mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran urin
dan perletakan semen ke dalam saluran reproduksi betina. Penis terdiri dari akar, badan, dan
ujung bebas yang berakhir pada glans penis (Feradis, 2010). Penis merupakan organ kopulasi
pada hewan jantan, berbentuk silinder panjang dan bersifat fibroelastik (kenyal). Penis
membentang ke depan dari arcus ischiadicus pelvis sampai ke daerah umbilikuspada dinding
ventral perut. Penis ditunjang oleh fascia dan kulit. Penis terdiri akar atau pangkal, badan
penis dan ujung penis (Widayati et al., 2008).
Menurut Feradis (2010), bagian ujung atau glans penis terletak bebas
dalam preputium. Badan penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang relatif besar dan
diselaputi oleh suatu selubung fibrosa tebal berwarna putih, tunica albuginea. Bagian ventral
terdapatcorpus cavernosum urethra, suatu struktur yang relatif lebih kecil yang
mengelilingiurethra. Kedua corpora cavernosa bersifat seperti spons dan terbagi atas rongga-
rongga yang dapat dianggap sebagai kapiler-kapiler yang sangat membesar dan bersambung
dengan venae penis. Ereksi penis umumnya disebabkan oleh pembesaran rongga-rongga ini
oleh darah yang berkumpul. Jaringan penis bersifat fibroelastik dan agak kaku walaupun
dalam keadaan tidak ereksi. Sebagian besar penis dalam keadaan tidak ereksi berbentuk huruf
S yang disebut flexura sigmoidea (Widayati et al., 2008).
Sapi, babi hutan, dan domba memiliki flexurasigmoidea, sebuah lengkungan
berbentuk S pada penis yang memungkinkan untuk ditarik kembali sepenuhnya ke dalam
tubuh. Ketiga spesies tersebut dan kuda memiliki otot retractor penis, sepasang otot polos
yang relaks yang memudahkan perpanjangan penis dan kontraksi untuk menarik penis
kembali ke dalam tubuh. Otot retractor penis ini dari vertebra di daerah ekor dan menyatu ke
ventral penis pada anterior ke flexura sigmoidea. Glans penis, yang merupakan ujung bebas
dari penis, disuplai dengan saraf sensorik yang merupakan homolog dari clitoris betina.
Sebagian besar spesies, penis adalah fibroelastis, mengandung sejumlah kecil jaringan ereksi.
Penis kuda mengandung jaringan ereksi yang lebih banyak dibandingkan dengan sapi, babi
hutan, babi, dan kambing atau domba (Yusuf, 2012).
Berbagai golongan ternak memiliki bentuk glans penis yang bervariasi. Sapi memiliki
glans penis agak gepeng dan lancip. Preputium adalah suatu invaginasi berganda dari kulit
yang berisi dan menyelubungi bagian bebas penis sewaktu tidak ereksi dan menyelubungi
badan penis caudal dari glans penis sewaktu ereksi. Preputum melindungi penis dari
pengaruh luar dan kekeringan (Widayati et al., 2008). Preputium merupakan invaginasi kulit
yang tertutup pada ujung penis.

ORGAN REPRODUKSI SAPI BETINA

Sistim reproduksi hewan betina terdiri dari sepasang ovarium dan sistim duktus (saluran)
betina. Sistim duktus betina meliputi oviduct, uterus, cervix, vagina, dan vulva.

Ovarium
Ovarium merupakan organ reproduksi primer pada hewan betina. Disebut organ
primer karena ovarium menghasilkan sel garnet betina (yaitu ovum) dan hormon kelamin
betina. Hormon kelamin yang dihasilkan oleh ovarium dibedakan dalam dua kelompok yaitu
hormon steroid dan hormon peptida. Hormon steroid terdiri dan progesteron dan estrogen,
sedangkan hormon peptida terdiri dari inhibin, activin, relaxin, dan oxytocin. Struktur
ovanium pada hewan, bentuknya berbeda-beda. Bentuk ovarium pada sapi dan domba
menyerupai buah almond. Ovarium tersusun oleh bagian-bagian medula yang terletak di
dalam dan korteks yang terletak diluamya. Komposisi bagian medula yaitu jaringan ikat
fibroelastik, jaringan syaraf dan pembuluh darah yang berhubungan dengan ligamentum
mesovarium melalui hilus. Bagian korteks berisi folikel-folikel, corpus luteum, stroma,
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serabut otot polos. Di bagian paling luar, ovarium
dikelilingi oleh epitel germinal dan terbungkus oleh tunica albuginea. Folikel yang
terkandung di dalam ovarium merupakan bentukan yang berisi sel telur (oosit). Oosit
dikelilingi oleh sel-sel folikular yang serupa dengan sel granulosa, dimana selsel ini nantinya
akan membentuk corona radiata dan cumulus oophorus. Sel-sel folikular dibedakan dalam
beberapa tipe yaitu sel granulosa, sel theca interna dan sel theca externa. Folikel akan
mengalami perkembangan yang prosesnya disebut folikulogenesis, dimana dan folikel awal
yang disebut folikel primer akan berkembang menjadi folikel sekunder, kemudian folikel
tertier, dan akhimya menjadi folikel graaf yang siap ovulasi. Perkembangan folikel tersebut
diatur oleh hormon yang dilepaskan oleh kelenjar pituitaria anterior yaitu follicle stimulating
hormone (FSH). Ketika folikel telah mengalami ovulasi, maka akan terjadi perubahan pada
sel-selnya dibawah pengaruh luteinizing hormone (LH).
Oviducts
Oviducts disebut juga tuba falopi (fallopian tubes) secara anatomis mempunyai
hubungan yang sangat dekat dengan ovarium. Pada hewan ternak, ovarium terletak dalam
bursa ovari yang terbuka. Pada sapi dan domba, bursa ovari lebar dan terbuka. Pada hewan
ternak ukuran panjang oviducts bervariasi, berkisar antara 20-30 cm. Oviducts terbagi ke
dalam 4 segmen dengan fungsi yang berbeda, yaitu: fimbria, infundibulum, ampulla dan
isthmus. Fimbria berbentuk seperti jari-jari, merupakan bagian ujung oviducts yang bebas
kecuali di satu titik di sudut atas ovarium, sehingga dipastikan bahwa fimbria terletak sangat
dekat dengan permukaan ovarium. Infundibulum merupakan saluran berbentuk cerobong
yang bermuara di dekat ovarium, yang kemudian membentuk bursa ovari.
Ampulla, panjangnya sekitar setengah dan panjang oviducts dengan diameter 3-5 mm,
merupakan bagian oviducts yang paling lebar. Ampulla selanjutnya bergabung dengan
isthmus. Perbatasan ampulla dan isthmus disebut sebagai ampulla-isthmus junction, di tempat
inilah ovum dan sperma bertemu hingga terjadi fertilisasi. Isthmus, berdiameter lebih kecil
dari ampulla yaitu 0,5-1 mm, merupakan penghubung antara oviducts dan comua uteri.
Isthmus terhubung langsung dengan uterus. Mukosa oviducts tersusun oleh lipatan-lipatan
primer, sekunder dan tertier. Lipatan mukosa ampulla, berjumlah 20-40 lipatan, tinggi dan
bercabang-cabang, dimana ketinggian tersebut berkurang menjelang isthmus, dan kemudian
menjadi sangat rendah di bagian utero-tubal junction. Rangkaian lipatan mukosa cukup
kompleks di bagian ampulla sehingga hampir memenuhi lumen.
Kondisi oviducts berubah-ubah sejalan dengan status sikius estrusnya. Pada saat anestrus dan
selama kebuntingan, oviducts atrofi dan sel-selnya tidak bersilia, namun pada saat proestrus
dan estrus menjadi hipertrofi dan sel-selnya bersilia kembali. Sel sekretorik di dalam mukosa
oviducts adalah sel yang tidak bersilia, dan tersifat dengan kandungan granula sekretorik,
dimana ukuran dari jumlahnya bervariasi diantara spesies yang berbeda dan selama fase yang
berbeda dan siklus estrus.
Cairan oviducts mempunyai beberapa fungsi, meliputi kapasitasi sperma,
hiperaktivasi sperma, fertilisasi dan perkembangan awal praimplantasi. Kompisisi cairan
oviducts terdiri dari transudat serum dan hasil sekresi granula dari sel sekretorik epithelium
oviducts.

Uterus
Uterus items terdiri dari 2 buah cornua uteri, sebuah corpus uteri, dan cervix.
Porporsi masing-masing bagian tersebut, termasuk bentuk dan rangkaian berbeda-beda di
antara spesies. Kedua sisi uterus terhubung ke dinding pelvis dan abdomen oleh ligamentum
lata uteri. Cornua uterus yang panjang tersebut diperlukan untuk mendukung perkembangan
yang jumlahnya banyak. Tipe uterus sapi, kambing dan domba buku dimasukkan ke dalam
kelompok bicornis juga, namun ukuran panjang cornu tidak sepanjang pada babi, dengan
corpus uteri yang lebih besar. Pada buku lain, tipe uterus sapi, kambing dan domba
dikelompokkan bersama dengan kuda yaitu tipe bipartitus, dikarenakan ujung distal dan
kedua cornu berfusi sehingga menampakkan bentuk corpus yang cukup besar. Uterus
bipartitus memiliki septum yang memisahkan kedua cornua uteri, dan corpus uteri besar.
Lapisan uterus paling luar adalah tunika serosa. Lapisan tengah adalah myometrium,
tersusun oleh dua lapis otot polos yang tipis, dan diantaranya terdapat selapis otot sirkuler
yang lebih tebal. Myometriurn dipengaruhi oleh hormon estrogen, yaitu meningkatkan
tonusnya sehingga uterus menjadi terasa tegang. Sebaliknya progesteron akan menurunkan
tonus myometrium sehingga uterus menjadi lebih lembek. Lapisan mukosa uterus yaitu
endometrium, merupakan bagian yang paling kompleks dibandingkan lapisan lainnya, dan
memiliki kelenjar yang simpel. Estrogen meningkatkan vaskularisasi dan menyebabkan
endometnum menebal. Di samping itu, estrogen merangsang pertumbuhan kelenjar
endometrial. Progesteron menyebabkan kelenjar endometrial melepaskan uterine milk. Aksi
sinergis progesteron dan estrogen terhadap endometrium bertujuan untuk mempersiapkan
kebuntingan. Uterus mempunyai sejumlah fungsi.
Endometrium mefasilitasi mekanisme perlekatan membran extraembrional. Bentuk-bentuk
plasenta pada hewan berdasarkan distribusi viii korion adalah: 1. Plasenta cotytedonaria
terdapat pada sapi dan domba. Pada plasenta ini vili korion dari membran extraembrionic
penetrasi ke dalam caruncula induk yang berbentuk seperti kancing terdapat di endometrium,
membentuk piasentoma (disebut juga cotyledon). Jumlah cotyledon pada sapi yang bunting
tua berkisar antara 70-100 biji.

Cervix
Cervix merupakan organ yang sebagian besar tersusun oleh jaringan ikat fibrosa dan
hanya sebagian kecil saja jaringan otot polos. Struktur cervix seperti sphincter (pengunci)
yang mengarah ke bagian kaudal ke vagina. Ciri khas cervix adalah dinding tebal dan lumen
berkerut. Struktur cervix berbeda-beda diantara spesies, begitu juga ukurannya. Pada
ruminansia terdapat bentukan seperti cincin disebut annular ring yang susunannya
interlocking saling mengunci satu-dengan yang lain sehingga cervix tertutup. Cervix selalu
dalam keadaan tertutup, kecuali pada saat estrus. Saat estrus cervix sedikit relaksasi, sehingga
spermatozoa dapat masuk ke uterus. Mukus yang dilepaskan oleh cervix kemudian keluar
melalui vulva. Mukus cervix berubah-ubah kualitasnya selama siklus estrus, dipengaruhi oleh
hormon estrogen progesteron. Pada saat estrus dan ovulasi, saat hormon estrogen tinggi
kadarnya, mukus kekentalannya menurun, namun jumlahnya meningkat, hal ini untuk
memudahkan sperma melewatinya. Sebaliknya pada fase luteal dimana kadar progesteron
tinggi, mukus cervix menjadi lebih sedikit dan sangat kental sehingga dapat mencegah
masuknya spermatozoa. Fungsi cervix adalah
1. transport spermatozoa, dimana kerjanya tergantung status hormonalnya (lihat di
atas)
2. tempat penampungan dan seleksi spermatozoa, adanya lipatan mukosa membuat
spermatozoa yang tidak baik dan mati akan terperangkap, sehingga hanya
spermatozoa berkualitas baik yang bisa melanjutkan perjalanan
3. sebagai barier antara uterus dengan bagian luar untuk mencegah masuknya
mikroorganisme dan luar, melalui perubahan kekentalan mukus dan mekamsme
interlocking cincin cervix
4. berperan dalam proses partus, dimana pada saat partus cervix akan dilatasi sehingga
fetus dapat keluar.

Vagina
Vagina merupakan saluran reproduksi betina di kaudal cervix, tersusun oleh lapisan
epithel, lapisan otot, dan lapisan serosa. Lapisan muskulusnya dilengkapi dengan pembuluh
darah, syaraf, sekelompok sel syaraf, serta jaringan ikat. Berbeda dengan hewan ternak lain,
dimana terdapat sphincter dibagian posterior, maka pada sapi juga ditambah dengan sphincter
dibagian vagina. Selama siklus estrus, keadaan vagina berubah-ubah, namun derajat
perubahannya berbeda-beda di antara spesies. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh
tingkat sekresi estrogen dan progesteron yang berbeda. Adapun fungsi vagina adalah:
1. sebagai organ kopulasi
2. tempat penampungan spermatozoa sementara setelah kawin alam
3. transport spermatozoa
4. sebagai saluran pembuangan dan saluran di atasnya
5. jalan lewat fetus path saat partus Organ Genital Eksterna (terdiri dari vestibulum,
labia, dan clitoris).
Perbatasan antara vagina dan vestibulum ditandai oleh orificium urethra externa dan suatu
struktur seperti benang yang disebut hymen. Pada sapi, kuda, dan domba hymen ini kadang
sangat menonjol sehingga terlibat dengan kopulasi. Panjang vestibulum pada sapi sekitar 10
cm.

Labia.
Labia terdiri dari labia majora dan labia minora. Labia majora mengandung deposit
lemak, jaringan yang elastis, dan lapisan muskulus. Struktur permukaan luar sama seperti
kulit. Pada labia minora terdapat jaringan ikat yang spongy (seperti spon) dan mengandung
kelenjar.

Clitoris.
Clitoris tersusun oleh jaringan erektil yang tertutup oleh sel squamous, dan dilengkapi
dengan sensor ujung syaraf. Pada sapi sebagian clitoris terkubur dalam mukosa vestibulum,
namun pada kuda clitonsnay berkembang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dellmann HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia press

Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Bandung (ID): Alfabeta.

Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.

Johari S, Ondho YS, Sri W, Henry YB, Ratnaningrum. 2009. Karakteristik dan Kualitas
Semen Berbagai Galur Ayam Kedu. Semarang (ID): Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro.

Hamilton PM. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta (ID): Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Hardjopranjoto S. 1995. Ilmu Kemajiran Ternak. Surabaya (ID): Airlangga University Press.

Henderson C, Kathleen J. 1997. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta (ID): Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Menezes EB, Claudia RDA, Jose HDCJ, Glaycione CR, Raimundo MF, Airton ADA, Arlindo
AAM. 2014. Testis Size, Peripheral Concentrations of Testosterone, Semen Criteria and
Sertoli and Germ Cell Number in Nelore Bulls. Ciencias Agrarias. Londrina. V. 35, N. 5,
P. 2437-2448.
Peters AR, Ball PJH. 1995. Reproduction in Cattle. Blackwell Science Ltd. United Kingdom.

Soeroso, Duma Y. 2006. Hubungan Antar Lingkar Skrotum dengan Karakteristik Cairan dan
Spermatozoa dalam Cauda Epididimis pada Sapi Bali. Palu: Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako.

Wahyuni S, Srihadi A, Muhammad A, Tuty LY. 2012. Histologi dan Histomofetri Testis dan
Epididimis Muncak (Muntiacus muntjak muntjak) pada Periode Ranggah Keras. Jurnal
Veteriner. Bogor. Vol 13 No 3 : 211-219. ISSN : 1411-8327.

Widayati DT, Kustono, Ismaya S. Bintara. 2008. Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas
Peternakan. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.

Yusuf M. 2012. Buku Ajar Ilmu Reproduksi Ternak. Makassar (ID): Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai