Anda di halaman 1dari 11

MATERI ANATOMI DAN FISIOLOGI RUMINANSIA JANTAN

Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan.


Tanpa melakukan reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang mampu
hidup lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik betina maupun
jantan. Fungsi alamiah seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-sel
kelamin jantan atau spermatozoa yang hidup, aktif dan potensial fertil, dan
secara sempurna meletakakannya ke dalam saluran kelamin betina. Inseminasi
buatan hanya memodifiser cara dan tempat peletakan spermatozoa. Semua
proses-proses fisiologik dalam tubuh hewan jantan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, menunjang produksi dan kelangsungan hidup
spermatozoa. Akan tetapi pusat kegiatan kedua proses ini terletak pada organ
reproduksi hewan jantan itu sendiri.
Organ reproduksi hewan jantan pada umumnya dapat dibagi atas tiga
komponen: (a) organ kelmin primer yaitu gonad jantan, dinamakan testis atau
testiculus (jamak: testes atau testiculae) disebut juga orchis atau didymos (b)
sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar-kelanjar
vesikulares, prostata dan Cowper, dan saluran-saluran yang terdiri
dari epididylis dan vas deferen dan (c) alat kelamin luar atau kopulatoris
yaitu penis.
A. Organ Reproduksi Jantan
Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis yang dikelilingi tunika
vaginalis danselubung testis, epididymis, duktus deferen, kelenjar aksesori
(kelenjar vesikulosa, prostat dan bulbouretralis), urethra, dan penis yang
dilindungi oleh prepusium (Dellmann, 1992).

Gambar 1. Organ Reproduksi Jantan


B. Testis
Testis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, sebagaimana
halnya ovarium pada ternak betina. Testis dikatakan sebagai organ primer
karena berfungsi menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) ( Saputro et
al, 2008). Tahapan spermarogenesis meliputi spermatogonium,
spermatositprimer, spermatosit skunder, spermatid muda, dan spermatid matang
( Susatyo dan Chaeri, 2009).
Testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albuginea) yang
banyak mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-
kelok. Di bawahtunica albuginea terdapat parenkim yang menjalankan
fungsi testis. Parenkim membentuk saluran yang berkelok-kelok (Frandson,
1992). Secara sentral, septula testis berlanjut dengan jaringan ikat longgar
dari mediastinum testis. Kuda jantan, mediastinum testisterbatas pada kutub
kranial testis, tetapi pada hewan piaraan umumnya menempati posisi sentral.
Jaringan ikat yang mengisi ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan
limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas dan sel interstisial endokrin (sel Leydig)
(Dellman, 1992).
Sel leydig adalah sel diantara sel sertoli. Fungsi sel ini adalah
memberikan respon FSH dengan mensintesa dan mensekresi testosteron dalam
pola yang tergantung pada dosis. Selain reseptor LH, ditemukan pula reseptor
prolaktin dan inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan inhibin memfasilitasi
aktivasi stimulasi yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron, namun
keduanya tidak bisa melakukannya sendiri-sendiri (Widjanarko, 2011).
Sel-sel sertoli mempunyai fungsi khusus dalam proses spermatogenesis.
Fungsi sel–sel sertoli adalah (1) memberi lingkungan tempat khusus untuk
berkembangnya sel–sel germinal. Sel ini mensekresikan cairan yang membasahi
sel–sel germinal, dan juga mensekresi cairan tambahan ke lumen tubulus
seminiferus untuk menyediakan nutrisi bagisperma yang berkembang dan baru
dibentuk, (2) Memainkan peranan dalam
perubahanspermatosit menjadi sperma suatu proses yang disebut spermiasi, (3)
Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki fungsi penting antara lain factor
inhibisi muller (FIM) disekresi oleh testis selama perkembangan janin untuk
menghambat pembentukan tuba fallopi dariductus muller, ekstradiol merupakan
hormon kelamin feminism yang penting, Inhibin yang merupakan umpan balik
dari inhibisi pada kelenjar hypophysis untuk anterior untuk mencegah sekresi
yang berlebihan dari hormon perangsang folikel (Dellmann, 1992). Hasil
pengamatan diperoleh bahwa histologi testis hewan jantan terdiri membran
basement,tubulus seminiferus yang merupakan kumpulan dari sel sertoli, dan
sel leydig yaitu sel–sel yang terdapat diantara sel sertoli. Apabila dibandingkan
antara literatur dengan hasil paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran
testis secara histologi yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli,
dan tubulus seminiferus.

Gambar 2.Testis
C. Epididymis
Epididymis merupakan pipa panjang dan berkelok–kelok yang
menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididymis
mempunyai empat fungsi utama, yaitu pengangkutan, penyimpanan, pemasakan,
dan pengentalan (konsentrasi) sperma (Frandson, 1992). Atas dasar criteria
histologi, histokimia dan ultrastruktur, epididymisdapat dibagi dalam beberapa
segmen. Penyebaran dan jumlahnya khas untuk tiap spesies. Secara umum,
bagian proksimal dari epididymis (kepala dan badan) berperan dalam proses
pemasakan spermatozoa, sedangkan bagian ekor epididymis berperan dalam
penyimpanan spermatozoa. Di daerah ini 45% spermatozoa disimpan.
Spermatozoa yang meninggalkan testis, selain belum mampu bergerak dan
bersifat tidak fertil, berbeda dengan spermatozoa yang telah melalui epididymis
yang telah memiliki sifat mampu bergerak dan fertil. Selama persinggahan dalam
duktus epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologik
dan fungsional yang mengarah pada pemilikan kapasitas pembuahan menjelang
mencapai ekor epididymis. Perubahan status fungsional spermatozoa tercermin
dalam :
1. perkembangan motilitas progresif,
2. modifikasi proses metabolisme,
3. perubahan sifat permukaan membran plasma, aktivitas ikatan molekul pada
selaput yang diperlukan untuk pengenalan proses selama pembuahan,
4. stabilisasi membran plasma melalui oksidasi pada gugus sulfhidril yang
terkait,
5. gerakan ke arah ekor dan akhirnya kehilangan tetes sitoplasma, yaitu sisa
sitoplasma spermatid. Setelah masak, spermatozoa dewasa disimpan dalam
ekor epididymis untuk jangka waktu lama, lebih lama daripada bila disimpan
dalam suhu yang sama secara in vitro (Dellmann, 1992).
Spermatozoa di dalam Epididymis mengalami beberapa proses
pematangan, seperti mendapat kemampuan untuk
bergerak. Epididymis merupakan saluran reproduksi yang amat penting, karena
saluran sangat menentukan kemampuan fertilitas sperma yang dihasilkan.
Adapun fungsi pokok Epididymis adalah alat transfor, pendewasaan,
penimbunan sperma dan sekresi cairan Epididymis. Sperma
melewati Epididymis berkisar antara 9 sampai 13 hari yang dialirkan oleh cairan
testis, aktivitas silia epitel dari duktus deferens dan oleh kontraksi otot dinding
saluran Epididymis. Bagian cauda epididymis nampaknya merupakan organ
khusus untuk penimbunan sperma , karena sekitar 75% dari total
sperma Epididymis berada dibagian ini dan kondisi lingkungannya memberikan
kemampuan fertilitas yang lebih tinggi dibanding dibagian lain. Sperma yang
berasal dari bagian cauda Epididymis memberikan persentase kebuntingan 63%
dan lebih tinggi dibanding sperma yang berasal dari bagian
caput Epididymis yang hanya 33,33% (Soeroso dan duma, 2012).

Gambar 3. Epididymis
D. Duktus deferens
Duktus deferens meninggalkan ekor epididymis bergerak melalui kanal
inguinalyang merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal
internal memutar kebelakang, memisah dari pembuluh darah dan saraf dari
korda. Selanjutnya dua duktus deferens mendekati uretra, bersatu dan kemudian
ke dorso kaudal kandung kencing, serta dalam lipatan peritonium yang disebut
lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar
pada betina (Frandson, 1992). Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh
epitel silinder banyak lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel beruah
menjadi silinder sebaris. Dekat Epididymis, sel-sel silinder memiliki mikrovili
pendek dan bercabang. Jaringan ikat longgar pada propria-submukosa banyak
mengandung pembuluh darah, fibroblas dan serabut elastis. Tunika muskularis
pada bagian terminal duktus deferens terdiri dari susunan bervariasi dari berkas
otot polos, yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari
tunika adventisia (Dellmann, 1992).

Gambar 4. Ductus deferens


E. Penis
Organ kopulasi pada hewan jantan adalah penis, dapat dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu glans atau alat gerak bebas, bagian utama atau badan dan
krura atau akar yang melekat padaischial arch pada pelvis yang tertutup oleh
otot ischiocavernosus. Struktur internal penis merupakan jaringan kavernosus
(jaringan erektil) yang terdiri dari sinus-sinus darah yang dipisahkan oleh
lembaran jaringan pengikat yang disebut septa, yang berasal dari tunika
albuginea, kapsula berserabut di sekitar penis (Frandson, 1992).
Ruang antara tunika albuginea dan jalinan trabekula diisi oleh jaringan
erektil. Relaksasi sel-sel otot menyebabkan penis memanjang dan keluar dari
selubung prepusiumnya yang sering terjadi pada saat kencing. Ruang kavernosa
menerima suplai utama darah dari arteri berbentuk mengulir (helical
arrangement), sering disebut arteria helisine (arteria helicinae). Pengenduran sel-
sel otot polos dalam arteria helisine menyebabkan peningkatan aliran darah ke
dalam ruang-ruang corpora kavernosa. Peningkatan volume darah akan
menekan vena-vena tepi, sehingga akan memperkecil aliran darah keluar,
sementara mengisi ruang-ruang jaringan erektil dalam corpora kavernosa,
spongiosa penis dan glans penis (Dellmann, 1992).

Gambar 5. Penis
F. Kelenjar-Kelenjar Tambahan
1. Kelenjar vesicularis
Pada sapi kelenjar ini sepsang; dari luar kelihatan jelas berlobuli; letaknya
sebidang dengan ampulla vas deferens tetapi ada di sebelah lateral, jadi kedua
ampula itu diapit oleh kedua kelenjar vesikuralis (Partodiharjo, 1987;38).
Sekresi kelenjar vesikularis merupakan 50% dari volume total dari suatu
ejakulasi yang normal. Jadi kalau pejantan sapi itu ejakulasinya 5 cc maka 2½ cc
berasal dari kelenjar vesikularis (Partodiharjo, 1987;38).
Hasil sekreta yang bersifat gelatin, putih atau kekuningan dari dari
kelenjar vesikulosa merupakan 25% sampai 30% dari seluruh ejakulat sapi.
Sekreta ini kaya akan fruktosa yang berperan sebagai sumber energi
spermatozoa yang telah diejakulasikan (Dellman, 1992;472).
2. Kelenjar prostate
Kelenjar prostat pada sapi ada sepasang, bentuknya bulat dan jauh lebih
kecil daripada kelenjar vesikularis. Sekresi dari kelenjar ini melalui beberapa
muara kecil masuk ke dalam urethra kira-kira pada jarak 19 cm kaudal dari
muara kelenjar vesikularis (Partodiharjo, 1987;38).
Kelenjar prostat merupakan kelenjar tubuloalveolar, berkembang dari
epitel uretrha pelvis. Secara topografik dibedakan dua bagian; bagian padat
kelenjar atau bagian luar (corpus prostat), dan bagian yang menyebar atau
bagian dalam (pars disseminata prostatae). Bagian luar menutup bagian
dorsalnya saja. Pars dissemnata terletak dalam propia-submukosa urethra pelvis
(Dellman, 1992;472).
Kontribusi sekreta kelenjar prostat terhadap volume total ejakulasi
bervariasi, tergantung pada spesies. Pada ruminansia 4%-6%, kuda jantan 25%-
30%, dan babi jantan 35%-60%. Salah satu fungsi kelenjar prostat adalah
menetralisrkan plasma mani, membuatnya asam dengan akumulasi metabolit
karbondioksida dan asam laktat, dan untuk merangsang gerak aktif spermatozoa
dalam ejakulat (Dellman, 1992;474).
3. Kelenjar cowper
Terdapat sepasang kelenjar bulbouretralis (kelenjar cowper) terletak
dorsoventral uretra dalam rongga pelvis. Bersifat sebagaikelenjar tubulus
majemuk (babi, kucing, dan kambing jantan), atau tubuloalveolar (kuda, sapi dan
domba jantan), anjing tidak memilikinya (Dellman, 1992;474).
Pembuluh sekresi dari kedua kelenjar ini bertemu dan bersatu kemudian
menuju ke urethra; setelah 2-3 cm dari tempat pertemuan, pembuluh itu
bermuara ke dalam urethra. Baik kelenjar prostat maupun cowper terbentuk dari
lobuli dan tiap-tiap lobuli berbentuk tabung. Tiap-tiap lobuli dipisahkan oleh suatu
dinding pemisah yang mengandung serabut-serabut urat daging licin. Urat
dagung ini berkontraksi secara tiba-tiba dan sekresinya memancar keluar. Sel-sel
sekretorinya berbentuk kubus dengan inti di dasarnya dan beberapa bintik-bintik
di sekitar inti (Partodiharji, 1987;39).
Kelenjar berfungsi menghasilkan suatu cairan yang dapat membersihkan
urethra pada saat semen terlepas (Girisonta, 1981;82).
Hasil sekresi yang bersifat mukus dam mirip protein kelenjar
bulbouretralis, disekresikan mendahului proses ejakulasi pada ruminansia,
berperan menetralisirkan lingkungan urethra dan melumasi urethra serta vagina.
Pada babi jantan, hasil sekresi mukous yang kaya akan asam sialik (sialik
acid)merupakan sebagian dari ejakulat (15%-30%) dan kemungkinan ikut
membantu menutup serviks dalam menghindari kehilangan meni (Dellman,
1992;477).
Sebelum kopulasi, sering terlihat adanya tetesan-tetesan cairan dalam
penis yang berasal dari cowper. Semua kelenjar accesor bersifat aprokrine,
artinya: sebagian besar dari isi sel sekretorinya turut keluar pada saat sel itu
mengeluarkan sekresinya (Partodiharjo, 1987;39).
 Kelenjar Vesikularis
Kelenjar vesicularis berjumlah sepasang yang terletak di kanan-kiri
ampula duktus deferens. Pada ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya
berlobus-lobus. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara ke dalam urethra,
secara umum muaranya menjadi satu dengan ampula sehingga ada 2 muara di
kiri dan kanan. Muara ini disebut ostium ejaculatorium. Kadang-kadang
muaranya terpisah, yaitu muara kelenjar vesicularis berada di bagian cranial dari
kelenjar ampula. Sekresi kelenjar ini banyak mengandung protein, potasium,
fruktosa, asam sitrat, asam askorbut, vitamin dan enzim, warnanya kekuning-
kuningan karena banyak menagndung flavin dengan pH 5,7-6,2. Sekresi kelenjar
vesicularis pada sapi merupakan 50% dari total volume ejakulasi.
 Kelenjar Prostata
Pada sapi kelenjar prostata berjumlah sepasang, berbentuk bulat dan
tidak berlobus. Kelenjar prostata terdiri dari 2 bagian, badan prosatata dan
prostata yang cryptik. Bagian badan prosatata terdapat di belakang ampula dekat
diatas urethra pars pelvina, sehingga disebut corpus prostata. Kelenjar prostata
berfungsi sebagai penghasil cairan yang encer dan mengandung ion organik (Na,
Cl, Ca, Mg) dengan pH lebih besar dari 7,0.
 Kelenjar bulbourethralis
Kelenjar bulbourethralis berjumlah sepasang, terdapat di sebelah kanan
dan kiri urethra bulbourethralis, dibawah musculus bulbo spongiosus. Pada sapi
kelenjar ini sebesar buah kemiri, padat dan mempunyai kapsul. Kelenjar
bulbourethralis berfungsi sebagai penghasil getah kental yang berfungsi sebagai
pembersih saluran reproduksi dari sisa-sisa urine.
Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga sebagai kelenjar seminal
vesicles, merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler, mudah dikenali
karenamirip segerombol anggur, berbonggol – bonggol. Panjang kelenjar ini
sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 –
15 cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar vesicular pada sapi
mempunyai ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan
kuda. Domba mempunyai kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang
kira – kira 4 cm. saluran – saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat
bifurcation ampulla dengan uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan
sekresinya lebih dariseparuh volume total dari semem dan pada jenis – jenis
ternak lainnya rupanya juga sama sebagai mana pada sapi. Sekresi kelenjar
vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni tidak
dijumpai pada substansi – substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran –
campuran anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan
sumber energi utama bagi spermatozoa sapid a spermatozoa domba, tetapi pada
kuda dan babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesikula juga
mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang
penting sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika
terjadi perubahan pH semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.
Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang
terletak mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang
ekskretoris kelenjar vesicular. Badan kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada
ternak yang dewasa, pada sapid an kuda dapat di raba melalui palpasi parectal.
Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging uretra. Ekskresi
kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen pada
cairan semen pada beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa laporan
menunjukkan bahwa setidak – tidaknya sumbangan kelenjar prostate
sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate
mengandung banyak ion – ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg semuanya
dalam larutan.
Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal terdiri sepasang
kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari
ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang
berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada babi. Pada
sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada
cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral
membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi.
Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes – tetes dari preputilium sesaat sebelum
ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan sebagian dari semen babai
menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika semen babai akan
digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan
– gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen
keluar melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina.

G. Organ Kopulatoris
Penis
a. Ada dua tipe penis :
1) Fibroellastic (sapi, domba, babi; ada m. retractor penis)
2) Fibrovascular/Cavernosa (kuda, primata)
b. Bagian-bagian Penis
1) Corpus Penis
2) Musculus Retractor Penis
3) Urethra
4) Glans Penis
5) Processus Urethralis
Gambar 6. Bentuk Penis

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bagian-bagian dari alat reproduksi jantan dapat dibedakan menjadi testis,
epididymis, ductus deferen dan penis. Fungsi testis adalah untuk menghasilkan
sel jantan atauspermatozoa dan menghasilkan hormon androgen.
Fungsi epididymis adalah sebagai transpot, sebagai saluran-saluran untuk
pemasakan spermatozoa, pemekatan atau pemadatan konsentrasi spermatozoa,
dan penimbunan sperma. Fungsi penis adalah untuk lewatnya urine dan
menyemprotkan sperma ke dalam alat reproduksi betina (alat kopulasi). Faktor
yang mempengaruhi ukuran dari alat reproduksi ternak yaitu umur, berat ternak,
jenis, spesies dan faktor genetika.
DAFTAR PUSTAKA
Dellmann, Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Edisi ketiga.Fakultas
Peternakan UGM. Yogyakarta
Frandson, R. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Saputro. 2008. Histologi Organ Reprodusi Jantan. Universitas Brawijaya.
Malang.
Soeroso, Y. Duma. 2012. Hubungan antar Lingkar Skrotum dengan Karakteristik
Cairan dan Spermatozoa dalam Cauda Epididymis pada Sapi Bali (The
Correlation of Scrotal Circumference, Spermatozoa of Epididymis
Caudalis and Dilution Characteristic in Bali Cattle). Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako. Palu
Suatyo, P., dan Chaeri, A. 2013. Histologi Reproduksi Jantan Tikus Putih Setelah
Pemberian Propoxur. Jurnal Inovasi Vol. 3 No. 2, Juli 2009: 99 – 166
http://isjd.pdii.lipi.go.id diakses pada tanggal 4 Maret 2014 pukul 16.03
WIB

Anda mungkin juga menyukai