Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reproduksi adalah suatu proses transmisi genetik ke generasi berikutnya, pada proses ini
akan diturunkan sifat-sifat dari suatu spesies baik sifat khusus maupun sifat individual dari
suatu spesies
Sistem reproduksi tidak bertujuan untuk survival individu, tetapi diperlukan untuk
survival species dan berdampak pada kehidupan seseorang. Hanya melalui sistem reproduksi,
blueprint genetik kompleks setiap spesies dapat bertahan di dunia ini. Meskipun sistem
reproduksi tidak berkontribusi pada homeostasis dan tidak penting untuk bertahan hidup
seseorang seperti halnya sistem kardiovaskuler, tetapi ia berperan penting dalam kehidupan
seseorang. Sebagai contoh: pasangan suami istri yang baru menikah, umumnya sering ditanya
apakah sudah mendapatkan anak. Dengan demikian berarti sistem reproduksi berpengaruh
terhadap perilaku psikososial seseorang secara signifikan. Fungsi reproduksi juga berdampak
pada masyarakat.
Organisasi kemasyarakatan membentuk unit yang membentuk lingkungan yang stabil dan
kondusif untuk kehidupan spesies. Permasalahan yang dapat terjadi antara lain ledakan
populasi yang perlu mendapatkan perhatian sehubungan dengan keterbatasan dunia ini dalam
menampung dan memfasililtasi makhluk hidup. Oleh karena itu, diperlukan pembatasan atau
kontrol sistem reproduksi.
Kemampuan reproduksi tergantung pada hubungan antara hypothalamus, hipofisis bagian
anterior, organ reproduksi, dan sel target hormon. Proses biologis dasar termasuk prilaku
seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosidan sosiokultural masyarakat. Di sini, yang akan
difokuskan adalah fungsi dasar seksual sistem reproduksi di bawah kontrol syaraf dan
hormon
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria ?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Agar kita dapat mengetahui tentang Anatomi dan Fisiologi system reproduksi pada pria
Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan tentang anatomi dan fisiologi pada system reproduksi pria
2.
1.4 Manfaat
1. Agar pembaca mengetahui tentang anatomi pada sistem reproduksi pria
2. Agar pembaca mengetahui fisiologi pada system reproduksi pria
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria

Alat Reproduksi Dalam


1. Testis
Testis dibentuk di dalam abdomen fetus kira-kira 28 minggu kehidupan intrauteri, dan
turun ke dalam scrotum dan ditopang oleh funiculus spermaticus sebelum lahir. Kegagalan
testis untuk turun disebut cryporchismus, dan keadaan ini merupakan penyebab sterilitas pada
pria, karena produksi sperma memerlukan suhu yang lebih rendah daripada suhu tubuh
normal. Testes baru akan berfungsi penuh sampai ada rangsangan oleh glandula pituitaria
anterior pada saat pubertas. (Syaifuddin. 2006)
Mengenai ujudnya, testis merupakan bangunan yang berbentuk oval, berwarna putih,
kira-kira panjangnya 4 cm, lebarnya 2,5 cm dan tebalnya 3 cm. Masing-masing testis
beratnya antara 10-14 gram (Syaifuddin. 2006).
Testis diselubungi oleh kapsula pelindung fibrosa yang disebut tunica albuginea, dan
ditutup lagi oleh membran serosa yang disebut tunica vaginalis, yang memungkinkan
masing-masing testis dapat bergerak secara bebas didalam scrotum (Syaifuddin. 2006).
Jaringan glanduler (kelenjar) yang menyusun testis dibagi menjadi 200-300 lobi. Setiap
lobus berisi tubulus seminiferus yang berkelok-kelok yang bermuara ke dalam vas
deferens (Syaifuddin. 2006)
Tubulus seminiferi mulai berkembang dari sel-sel syncitium pada saat anak laki-laki
berumur 7 tahun, dan perkembangan yang cepet terjadi sampai umur 16 tahun pada saat
testes mencapai ukuran dewasa. Dinding dalam tubulus dilapisi oleh lamina basalis, di atanya
terletak epitelium germinativum yang merupakan asal pembentukan sperma setelah pubertas.
(Verrals, Sylvia. 2011).
Pada pemeriksaan mikroskopik kadang-kadang dapat dilihat spermatogonia sebelum
anak laki-laki berumur 11 tahun, tetapi produksi sperma yang mengalami pemasakan
sebagian biasanya baru terjadi setelah anak laki-laki berumur 12 tahun. Produksi sperma yang
masak baru terjadi setelah anak laki-laki berumur 16 tahun. (Verrals, Sylvia. 2011).
Sel-sel sertilo berkembang pada waktu yang bersamaan dengan epitelium germinativum
dan sel sertilo ini memberi nutrien (makan) spermatozoa selama perkembangannya didalam
testes. Sel-sel interstisial berkembang pada waktu yang sama, tetapi lebih lambat
dibandingkan dengan perkembangan tubulus seminiferi. (Verrals, Sylvia. 2011).
Sel-sel interstisial menghasilkan testosteron dan baru berkembang dengan sempurna
pada waktu anak laki-laki berumur 18 tahun. Testis mempunyai dua fungsi yaitu :
a. Untuk memproduksi testosteron, yaitu hormon yang mengendalikan sifat-sifat sekunder
kejantanan
b. Untuk memproduksi spermatozoa
Fungsi testis dapat terganggu oleh adanya orchitis (radang testes) yang dapat terjadi pada
parotitis atau infeksi akut yang lain. Infeksi tadi dapat menyebabkan kegagalan testis dalam
memproduksi spermatozoa. (Verrals, Sylvia. 2011).

(Gambar 1 : Testis)
Saluran Reproduksi / Sistem Duktus

a. Epididimis
Epididymis merupakan pipa halus yang berkelok-kelok, masing-masing panjangnya 6
meter, yang menghubungkan testis dengan vas deferens. Tubulus tadi mempunyai epitel
bercilia yang melapisi bagian dalam guna membantu spermatozoa bergerak menuju vas
deferens. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perjalanan sperma dari testis ke luar
tubuh melalui sistem saluran. Dalam rangka (proksimal distal) saluran acessory adalah
epididimis, duktus deferens, saluran ejakulasi, dan uretra. (Verrals, Sylvia. 2011).
Bentuk epidydimis (epi = samping, didym = testis) adalah sekitar 3,8 cm (1,5 inci).
Kepalanya, berisi ductules eferen, aspek unggul testis. Tubuh dan ekor berada di daerah
posterolateral testis. Sebagian dari epididimis terdiri dari saluran melingkar dari epididimis
dengan panjang sekitar 6 m (20 kaki). Beberapa sel epitel pseudostraified dari saluran
mukosa panjang, nonmotile microvili (stereocilia). Luas permukaan besar stereocilia ini
memungkinkan mereka untuk menyerap cairan lebih dari testis dan untuk memberi nutrien ke
banyak sperma yang disimpan sementara di dalam lumen. (Verrals, Sylvia. 2011).
Yang belum dewasa, sperma hampir nonmotile yang meninggalkan daerah testis
bergerak perlahan di sepanjang duktus epididimis melalui cairan yang mengandung sejumlah
protein antimikroba, termasuk beberapa β-defensin. Ketika mereka bergerak sepanjang
tostous nya (perjalanan yang memakan waktu sekitar 20 hari), kemampuan sperma untuk
berenang mulai terlatih (Verrals, Sylvia. 2011).
Sperma ejakulasi dari epdidymis, bukan dari testis. Ketika seorang pria sedang
terangsang secara seksual dan ejakulasi, otot polos di saluran dari kontrak epididimis, duktus
deferens. Sperma dapat disimpan dalam epididimis selama beberapa bulan, tetapi jika
diadakan lagi, mereka akhirnya phagocytized oleh sel epithalial dari epididimis. Ini bukan
masalah bagi pria, karena sperma yang dihasilkan terus menerus(Verrals, Sylvia. 2011).

B. Vas Deferens
Vas deferens berbentuk tabung yang masing-masing panjangnya 45 cm, yang
mengangkut spermatozoa dari epididymis ke urethra pars prostatica. Tidak seperti
epididymis, vas deferens tidak mempunyai pelapis epitel bercilia karena sekresi vesicula
seminalis dan prostat merupakan medium untuk membantu pengangkutan spermatozoa.
Spermatozoa disimpan di dalam vas deferens, disini terjadi pemasakan dan peningkatan
motilitasnya (Evelyn C, 2009).
Vas deferens ini merupakan saluran yang dapat diikat dan dipotong pada saat vasektomi.
Sperma masih diproduksi dan memasuki vas deferens, tetapi sperma tadi tidak dapat
diejakulasikan sehingga mengalami degenerasi (Evelyn C, 2009).
Duktus deferens (duk'tus def'er-ens, "membawa pergi"), atau vas deferens sekitar 45 cm
(18 inci) panjang. Ini berjalan ke atas sebagai bagian dari korda spermatika dari epididimis
melalui kanalis inguinalis ke dalam rongga panggul. Mudah teraba saat melewati anterior
tulang kemaluan, maka loop medial atas ureter dan menurun sepanjang dinding kandung
kemih posterior. Terminus yang mengembang dari ampula duktus deferens dan kemudian
bergabung dengan duktus vesikula seminalis (kelenjar) untuk membentuk saluran ejakulasi
pendek. Setiap memasuki saluran ejakulasi prostat, dan ada itu bermuara uretra (Evelyn
C, 2009).
Seperti itu epididimis, mukosa duktus deferens adalah epithalium semu. Namun, lapisan
otot yang sangat tebal dan saluran terasa seperti kawat keras ketika terjepit di antara jari. Pada
saat ejakulasi, lapisan tebal otot polos di dindingnya menciptakan gelombang peristaltik yang
kuat dengan cepat memeras sperma depan sepanjang saluran dan masuk ke uretra (Evelyn
C, 2009).
Bagian dari ductus deferens terletak pada skrotum. Beberapa pria memilih untuk
mengambil resposibilty penuh untuk pengendalian kelahiran dengan memiliki vasektomi
(memotong vas) dalam operasi ini relatif kecil, dokter membuat sayatan kecil dalam skrotum
dan kemudian memotong dan ligates (ikatan off) masing-masing duktus deferens. Sperma
masih diproduksi, mereka tidak bisa lagi mencapai bagian luar tubuh. Akhirnya, mereka
memburuk dan phagocytized. Vasektomi adalah sederhana dan memberikan kontrol kelahiran
sangat efektif (hampir 100%). Bagi mereka yang ingin membalikkan prosedur itu, tingkat
keberhasilan sekitar 50% (Evelyn C, 2009).

2. Kelenjar Kelamin Pria

a. Vesikel Seminalis
Sepanjang vesikel seminalis, yang merupakan kantong terkonvusi (berkelok-kelok) yang
bermuara ke dalam duktus ejaculator menghasilkan secret berupa cairan kental dan basa yang
kaya akan fruktosa yang berfungsi untuk melindungi dan memberi nutrisi sperma, yang
meningkatkan pH ejakulat dan mengandung prostaglandin yang menyebabkan gerakn
spermatozoa lebih cepat, sehingga lebih cepat sampi ke tuba fallopi. Setengah lebih sekresi
vesik seminalis dalah semen (Wibowo, 2012).
Cairan seminal adalah cairan tempat berenangnya spermatozoa. Cairan ini memberi
nutrien (makan) kepada spermatozoa dan membantu motilitas spermatozoa. Setelah berjalan
dari vesicula seminalis dan ductus ejakulatorius ke urethra, disini ditambahkan sekresi prostat
dan sekresi dari glandula bulbourethralis. Akhirnya cairan seminal ini diejakulasikan selama
rangsangan seksual. Sekresi prostat ini merupakan komponen paling besar dari cairan
seminal (Wibowo, 2012).

b. Kelenjar Prostat
Prostat merupakan bangunan yang berbentuk kerucut yang panjangnya 4 cm, lebarnya 3
cm dan tebalnya 2 cm dengan berat kira-kira 8 gram. Prostat mengelilingi bagian atas urethra
dan terletak dalam hubungan langsung dengan cervix vesicae urinaria. Prostattersusun atas
jaringan kelenjar dan serabut-serabut otot involunter dan bereda di dalam kapsul
fibrosa (Wibowo, 2012).
Prostat adalah kelenjar berbentuk donat tunggal seukuran lubang persik. Ini mengelilingi
tentang uretra hanya kalah dengan kandung kemih. Tertutup oleh kapsul jaringan conective
tebal, terdiri dari 20-30 senyawa kelenjar tubuloalveolar diembed dalam massa (stroma) dari
otot polos dan jaringan ikat padat (Wibowo, 2012).
Jaringan otot prostat berfungsi untuk membantu dalam ejakulasi. Sekresi prostat
diproduksi secara terus-menerus dan diekskresikan ke dalam urin. Setiap hari diproduksi kira-
kira 1 ml, tetapi jumlahnya tergantung dari kadar testosteron, karena hormon inilah yang
merangsang sekresi tadi. Sekret prostat mempunyai pH 6,6 dan susunannya seperti plasma,
tetapi mengandung bahan-bahan tambahan misalnya kolesterol, asam sitrat dan suatu enzim
hialuronidase. Sekret prostat ditambahkan ke dalam sperma dan cairan seminal pada saat
sperma dan cairan seminal melewati urethra (Wibowo, 2012).
Sekresi kelenjar prostat memasuki uretra prostat melalui beberapa saluran prostat ketika
kontrak otot polos saat ejakulasi. Hal ini memainkan peran dalam mengaktifkan sperma dan
bertanggung jawab atas sebanyak sepertiga dari volume air mani. Itu ia seperti susu, cairan
sedikit asam yang mengandung sitrat (sumber nutrisi), beberapa enzim (fibrinolisin,
hialuronidase, asam fosfatase), dan antigen prostatespecific (PSA). Prostat memiliki reputasi
sebagai perusak kesehatan (mungkin tercermin dalam umum salah ucapan
"prostat") (Wibowo, 2012).
Prostat sering membesar pada pria setengah umur atau umur tua, dan pembesaran ini
karena tekanan lain yang disebabkan oleh apa saja pada sphincter urethra atau urethra itu
sendisi, akan menyebabkan retensi urin akut. Keadaan demikian dapat disembuhkan dengan
memasang kateter ke dalam vesica urinaria atau melakukan prostatektomi pada pasien
tertentu (Wibowo, 2012).

c. Glandula Bulbourethtalis (Cowper)


Kelenjar bulbouretral (cowper) adalah sepasang kelenjar yang ukuran dan bentuknya
menyerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang mengandung mucus
kedalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta ditambahkan pada
semen (spermatozoa+secret) (Wibowo, 2012).

.2.2 Alat Reproduksi Luar


1. Skrotum
Adalah kantong longgar yang tersusun atas kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus dan
menopang testis di luar tubuh yang pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa. Ada
otot dartos yaitu suatu lapisan serat dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk membentuk
kerutan pada kulit scrotal sebagai respon terhadap udara dingin atau eksitasi seksual. Ada dua
kantong scrotal, yang setiap scrotal berisis satu testis tunggal yang dipisahkan oleh septum
internal (Verrals, Sylvia. 2011).
Scrotum adalah bangunan seperti kantongyang tertutup oleh kulit dan merupakan tempat
bergantungnya penis. Scrotum dibagi oleh septum yang terdiri dari jaringan fibrosa menjadi
dua ruangan yang masing-masing berisi satu testis, satu epididymis, dan bagian permulaan
vas deferens. Scrotum tidak mengandung lemak subkutan, tetapi mengandung jaringan otot
yang dapat mengadakan retraksi (penarikan ke atas) testes dalam usaha untuk melindungi
testes terhadap trauma (Verrals, Sylvia. 2011).

2. Penis
Penis adalah organ yang berfungsi untuk tempat keluar urine, semen serta sebagian organ
kopulasi. Untuk sebagian besar waktunya, penis tergantung linglai antara kedua paha,
tergantung ke bawah di depan scrotum. Penis memanjang pada ujung distalnya membentuk
bangunan seperti buah jati Belanda, yang disebut glans penis. (Verrals, sylvia. 2011)
Penis tersusun atas tiga batang seperti spons yang bersifat erektil dan kaya akan pembuluh
darah. batang-batang spongiosa ini dilapisi oleh selubung jaringan fibrosa yang kuat dan
selanjutnya diluarnya tertutup oleh kulit yang merupakan lanjutan kulit pada scrotum dan
selakang (inguinal). Kulit yang menutupi glans penis melipat ke belakang untuk membentuk
preputium, kecuali pada bayi yang preputiumnya masih melekat pada glans penis. Lipatan
kulit inilah yang dibuang saat operasi sirkumsisi (khitan) (Verrals, Sylvia. 2011).
Penis dilalui oleh sebagian dari urethra yang bekerja sebagai jalannya sperma maupun untuk
ekskresi urin. Suatu otot sphincter kecil mencegah masuknya sperma ke dalam vesica
urinariadan mencegah keluarnya sperma dan urin secara bersama-sama. Ereksi penis penting
apabila hubungan seksual terjadi, dan hanya terjadi dalam reaksinya terhadap rangsangan
seksual. Otot-otot dasar pelvis (bulbocavernosus dan ischiocavernosus) ikut berperan pada
ereksi, tetapi sebagian besar ereksi ini disebabkan oleh perubahan pada ketiga jaringan batang
spongiosa tadi. Pembuluh-pembuluh darah yang terdapat di dalam batang spongiosa sangat
mengalami dilatasi dan cepat terisi dan digelembungkan oleh darah apabila terjadi jawaban
terhadap rangsangan seksual yang menyebabkan saraf-saraf autonom memacu dinding-
dinding otot polosnya. Kalau cavernea terisi dengan darah, maka penisakan menjadi keras,
berdiri tegak, dan mengarah ke depan (Verrals, Sylvia. 2011).
Anak laki-laki sebaiknya diberi penjelasan sebelum mulainya pubertas bahwa ereksi tadi
mungkin terjadi sebagai akibat rangsangan seksual atau yang lain. Mereka sebaiknya juga
diberitahu apabila merekan mulai menghasilkan sperma, akan terjadi ‘mimpi basah’ (emisio
nocturnal) sebagai akibat dari mimpi erotik. Mereka sebaiknya diyakinkan bahwa keadaan
demikian adalah normal, karena laki-laki remaja memperlihatkan hal yang sama mengenai
fungsi reproduksi mereka seperti halnya menstruasi pada anak perempuan (Verrals, Sylvia.
2011).

a. Fungsi Penis
Ada dua cairan yang keluar dari penis yaitu urin dan semen / air mani. Urin adalah cairan sisa
yang dikeluarkan tubuh dan tersimpan di kandung kemih (bladder). Semen adalah cairan
yang berisi protein dan merupakan nutrisi bagi sperma sekaligus media yang mengantar
sperma keluar dari penis, semen diproduksi di prostat. Sperma adalah sel pria yang
diproduksi di dalam testis yang bertugas membuahi sel telur (Verrals, Sylvia. 2011).
Urin, semen, dan sperma keluar dari tubuh melalui saluran yang sama, yaitu uretra. Proses
keluarnya urin disebut kencing dan proses keluarnya semen beserta sperma disebut ejakulasi.
Saluran uretra berakhir di ujung kepala penis (meatus), yang menjadi tempat keluarnya urin,
semen, dan sperma. Sehingga secara umum fungsi penis ada dua, yaitu :
1) Urination, penis berfungsi sebagai tempat keluarnnya air seni dari kandung kemih.
2) Ejakulasi, penis berfungsi untuk melepaskan semen (air mani) dari kelenjar prostat dan
sperma dari testis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi penis berkaitan dengan fungsi reprosuksi, seksual dan
ereksi (pengeluaran). Menjalankan fungsi ereksi, penis bertugas mengeluarkan cairan sisa
metabolisme yang tidak dibutuhkan tubuh, fungsi reproduksi untuk menyalurkan sel sperma
ke dalam rahim wanita agar dapat membuahi sel telur wanita (procreation). Dan fungsi
seksual sebagai alat untuk melakukan aktifitas seksual, baik itu bersama pasangan maupun
sendiri (recreation) (Verrals, Sylvia. 2011).

b. Struktur Internal Penis


Struktur internal penis terdiri dari dua ruangan berbentuk jaringan (copora cavernosa) yang
berjalan di sepanjang penis, uretra (tabung untuk mengeluarkan urin dan ejakulasi), jaringan
erektil yang mengalilingi uretra, dua arteri utama, dan beberapa pembuluh darah dan saraf.
Bagian terpanjang dari penis adalah shaft, bagian ujung atas penis terdapat kepala berbentuk
cendawan yang disebut glans penis (Verrals, Sylvia. 2011).
Secara umum penis terdiri atas tuga bagian utama, yang terbuat dari bahan seperti busa yang
dapat terii darah, yaitu :
1) Dua buah Corpora Cavernosa di kiri dan kanan atas, kedua Corpora Cavernosa ini
diliputi oleh jaringan ikat yang disebut tunica albuginea, satu lapisan kolagen yang padat dan
di luarnya ada jaringan yang kurang padat yang disebut fascia buck.
2) Korpus Spongiosum, yang berada di bawah dua corpora cavernosa dan mengelilingi
uretra.

c. Corpora Cavernosa
Corpora cavernosa adalah dua ruangan yang mengisi sebagian besar penis. Ruang – ruang ini
terisi jaringan spons yang mencakup otot, ruang terbuka, pembuluh darah dan arteri. Ereksi
terjadi ketika corpora cavernosa terisi dengan darah dan berkembang.
Ereksi ini mengancangkan pembuluh darah sehingga darah terjebak dan tidak bisa
meninggalkan penis, memungkinkan penis untuk tetap tegak selama beberapa menit. Setelah
ejakulasi terjadi atau jika gairah seks memudar, proses detumescence terjadi, di mana otak
akan mengurimkan sinyal yang memungkinkan darah meninggalkan penis, akibatnya penis
menjadi lemas kembali (Verrals, Sylvia. 2011).
d. Selaput Albugin
Adalah sebuah membran yang mengelilingi corpora cavernosa. Membran ini berfungsi untuk
menjaga darah tetap berada di dalam penis selama ereksi terjadi (Verrals, Sylvia. 2011).
e. Uretra
Uretra adalah tabung yang menjadi saluran tempat urin keluar. Proses ejakulasi juga melalui
uretra. Letaknya menyusun batang penis di bawah corpora cavernosa dan melebar pada ujung
uretra yang disebut meatus. Meatus terletak di glans (kepala penis) (Verrals, Sylvia. 2011).
f. Corpus Spongiosum
Corpus spongiosum adalah salah satu bagian anatomi penis ruang yang engelilingi uretra.
Ruangan ini menjadi penuh dengan darah selama ereksi (Verrals, Sylvia. 2011).
g. Glans (kepala penis)
Kepala penis berbentuk seperti kerucut. Kepala penis sangat sensitif dan biasanya tertutup
oleh kulup kecuali pada penis yang ereksi. Kepala penis memiliki beberapa fungsi yaitu
meningkatkan peluang untuk pembuahan telur, menciptakan gesekan saat berhubungan seks,
dan bertindak sebagai penumbuk atau penekan di dalam vagina selama hubungan seksual
(Verrals, Sylvia. 2011).
h. Kulup
Kulup adalah selubung kulit yang dapat terbuka di bagian atas. Saat bayi, kulup sangat ketat
dan biasanya tidak bisa ditarik. Kulup akan mengandur setelah usia bayi bertambah. Saat
ereksi, kulup penis akan tertarik sepenuhnya sehingga menampakkan kepala penis secara
polos. Kulit kepala penis sangat sensitif, dan fungsi dari kulup adalah untuk melindunginya
(Verrals, Sylvia. 2011).
i. Frenulum
Organ anatomi ini adalah salah satu area yang sangat sensitif pada penis, lokasinya terletak di
bagian bawah glans (kepala penis) (Verrals, Sylvia. 2011).
j. Smegma
Yaitu cairan pelumas alami yang dikeluarkan untuk membuat penis tetap lembab. Smegma
ditemukan di bawah kulup penis (Verrals, Sylvia. 2011).
k. Mekanisme Ereksi Penis
Ereksi adalah salah suatu fungsi vascular korpus kavernosum di bawah pengendalian sistem
saraf otak. Jika penis lunak maka stimulus simpatis terhadap arterial penis menyebabkan
kontriksi sebagian organ ini, sehingga aliran darah melalui penis tetap hanya sedikit. Saaat
stimulasi mental atau seksual, stimulasi parasimpatis menyebabkan vasodilatasi rterial yang
memasuki penis sehingga lebih banyak darah yang memasuki vena dibandingkan yang dapat
di drainase vena. Sinusoid korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah dan menekan
vena yang dikelilingi tunika albugiena nondistensi. Setelah ejakulasi, impuls simpatis
menyebebkan terjadinya vasokontriksi arteri dan darah akan mengalir ke vena untuk di
bawah menjauhi korpus. Penis mengalami detumesensi atau kembali ke kondisi lunak
(Marieb.2011)
l. Ejakulasi
Adalah saat pengeluaran sperma yang merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki.
Semen diejakulasi melalui serangkaian semprotan. Impuls simpatis dari pusat reflek medulla
spinalis menjalar dsepanjang syaraf spinal lumbal (L1 dan L2) menuju organ genital dan
menyebakan kontriksi peristaltic dalam duktus testis,epididimis dan duktus deferen.
Kontraksi ini menggerakkan sperma di sepanjang saluran. Impuls parasimpatis menjalar pada
saraf pudendal dan menyebabkan otot bulbokavernosum pada dasar penis berkontraksi secara
berirama (Marieb.2011)
Kontraksi yang stimulant pada vesika seminalis, prostate dan kelenjar bulbouretral
menyebabkan terjadinya sekresi cairan seminal yang bercampuran dengan sperma untuk
membentuk semen (Marieb.2011)
m. Kuantitas dan komposisi semen
Volume ejakulasi berkisar antara I ml sampai 10 ml dan rata-rata 3 ml. semen terdiri dari
90% air dan mengandung 50-120 juta sperma per ml. volume sperma mencapai 5% volume
semen (Marieb.2011)
Bagian pertama ejakulasi mengandung spermatozoa cairan epididimal, dan sekresi kelenjar
prostate dan bulbouretral. Bagian terakhir ejakulasi berisi sekresi dari vesikal seminalis
(Marieb.2011)
Setelah ejakulasi, spermatozoa bertahan hidup hanya 24 sampai 72 jam dalam reproduksi
perempuan. Sperma dapat disimpan beberapa hari pada suhu rendah atau dibekukan jika akan
disimpan lebih dari 1 tahun. Spermatozoa bergerak dengan ekornya 1-4 mm/mt.
(Marieb.2011)

2.3 Maturasi Seksual Pria


Struktur sperma terdiri dari kepala, bagian tengah (badan) dan ekor (flagella). Pada bagian
kepala terdapat inti sel dan akrosom yang dibentuk dari kompleks golgi, akrosom
menghasilkan enzim yang berfungsi membantu sperma menembus sel telur. Pada bagian
tengah terdapat mitokondria tempat berlangsungnya oksidasi sel untuk membentuk energy
yang digunakan oleh sperma sehingga sperma dapat bergerak aktif. (Wibowo. 2012)
Spermatogenesis yang sempurna dicapai pada sebagian besar laki-laki pada umur 16 tahun,
dan kemudian berlangsung terus selama hidup. Spermatogenesis tidak terjadi secara serentak
pada semua tubulus semiferi atau bahkan tidak serentak pada setiap bagian tubulus yang
sama. Daur ini mulai pada lamina basalis epithelium germinativum dalam jawabannya
terhadap hormon pemacu folikel (FSH). Pada saat spermatozoa berkembang, maka
spermatozoa ini akan mendekati lumen tubulus. Pemasakan spermatozoa memerlukan waktu
kira-kira 10 hari. (Wibowo. 2012)
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah)
dengan cara mitosis paling tidak satu kali. Setelah reproduksi, spermatogonia ini diberi
nutrien (makan) oleh sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. (Wibowo.
2012)
Spermatosit primer mengandung kromosom dengan jumlah diploid pada inti selnya dan
mengalami meiosis 9pembelahan reduksi dan pertukaran bahan genetik). Satu spermatosit
akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder. (Wibowo. 2012)
Sel-sel spermatosit sekunder yang haploid ini sekarang mengalami pembelahan meiosis
kedua untuk menyusun kembali bahan genetik. Pengaruh hormon luteinisasi (LH) diperlukan
untuk perkembangan stadium berikutnya. (Wibowo. 2012)
Sel sperma yang berfungsi dalam reproduksi, harus mengalami perkembangan dan
pembelahan. Proses pembelahan tersebut terjadi secara mitosis dan meiosis. Sebagai alat
reproduksi, sel sperma harus haploid sehingga setelah pembuahan, akan tetap dihasilkan
individu yang diploid. Begitu juga halnya dengan pembentukan sel telur yang haploid.
Pembelahan mitosis hanya terjadi pada spermatogonia untuk memperbanyak bakal sel sperma
menjadi spermatosit primer. Mulai dari spermatosit, terjadi pembelahan secara meiosis yang
pertama dan menghasilkan sel anak haploid yang disebut spermatosit sekunder. Selanjutnya
terjadi pembelahann meiosis yang kedua dan menghasilkan sel spermatid. Setelah mengalami
pematangan, sel spermatid akan menjadi sel sperma. (Wibowo. 2012).

2.3.1 Langkah – langkah Spermatogenesis


Tubulus seminiferus, mengandung banyak sel epitel germinativum yang berukuran kecil
sampai sedang yang dinamakan spermatogonia, yang terletak dalam dua sampai tiga lapisan
sepanjang pinggir luar epitel tubulus. Sel-sel ini terus mengalami proliferasi untuk
melengkapi mereka kembali, dan sebagian dari mereka berdiferensiasi melalui stadium-
stadium definitive perkembangan untuk membentuk sperma (Marieb, 2011).
Stadium pertama spermatogenesis adalah pertumbuhan beberapa spermatogonia menjadi sel
yang sangat besar yang dinamakan spermatosit. Kemudian spermatosis membelah dengan
proses meiosis membentuk dua spermatosit, masing-masing mengandung 23 kromosom.
Spermatid tidak membelah lagi tetapi menjadi matur selama beberapa minggu untuk menjadi
spermatozoa (Marieb, 2011).

2.3.2 Kromosom Seks


Pada setiap spermatogonium, salah satu dari 23 pasang kromosom membawa informasi
genetic yang menentukan seks dari turunan akhir. Pasangan ini terdiri dari satu kromosom
“X”, yang dinamakan kromosom wanita dan satu kromosom “Y”, kromosom pria. Selama
pembelahan mitosis, kromosom penentu seks dibagi diantara spermatid sehingga separoh
sperma menjadi sperma pria yang mengandung kromosom “Y” dan setengah lainnya sperma
wanita yang mengandung kromosom “X”. Kelamin dari keturunan ditentukan oleh jenis
sperma mana yang mengadakan fertilisasi pada ovum (Marieb, 2011).

(Gambar 3 : Anatomi Penis)


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Reproduksi adalah suatu proses transmisi genetic ke generasi berikutnya, pada proses ini
akan diturunkan sifat-sifat dari suatu spesies baik sifat khusus maupun sifat individual dari
suatu spesies. Alat reproduksi dalam pada laki-laki terdiri dari testis dan Saluran Reproduksi /
Sistem Duktus dan kelenjar kelamin. Saluran reproduksi terdiri dari epididimis, vas deferens
sedangkan pada kelenjar kelamis terdiri dari vesikel seminalis, kelenjar prostat dan Glandula
Bulbourethtalis (Cowper) Hormon yanHormon yang terdapat pada system reproduksi pria
adalah FSH untuk menstimulir spematogenesis, LH untuk menstimulir Sel Interstitiil Leydig
untuk memproduksi Testosteron, dan testosteron bertanggung jawab dalam perubahan fisik
laki-laki terutama organ seks sekundernya.g terdapat pada system reproduksi pria adalah FSH
untuk menstimulir spematogenesis, LH untuk menstimulir Sel Interstitiil Leydig untuk
memproduksi Testosteron, dan testosteron bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-
laki terutama organ seks sekundernya.
DAFTAR PUSTAKA

J, Schust, Heffner, J, Linda, dan J, Danny. 2009. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Marieb, Elaine N dan Katja Ttoen. 2011. Anatomy and Physiologi. San Fransisco:
Pearson

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama

Setiadi. 2004. Fisiologi Manusia Untuk Perawat. Surabaya : Akper Hang


Tuah

Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: EGC

Verrals, Sylvia. 2011. Anatomi Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta: EGC

Wibowo, S, Daniel. 2012. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai