Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II
A. Mencit (Mus musculus) Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan percobaan di laboratorium yang biasa disebut tikus putih, hewan ini dapat berkembang biak secara cepat dan dalam jumlah yang cukup besar (Riskana, 1999). Mencit tersmasuk hewan pengerat (Rodentia) yang cepat berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar serta anatomi dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik (Smith et al, 1987). Gambar mencit ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 2.7 morfologi mencit (Mus musculus) (Sumber: Smith et al, 1987). Klasifikasi mencit menurut Riskana (1999) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata 10
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Kelas : Mamalia Ordo : Rodentia Subordo : Miorpha Famili : Muridae Subfamili : Murinae Genus :Mus Species :Mus musculus Mencit membutuhkan makanan setiap harinya sekitar 3-5 g, diantaranya faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan makanan kepada mencit yaitu kualitas bahan pangan terutama daya cerna dan palatabilitas. Hal ini dikarenakan kualitas makanan mencit akan berpengaruh terhadap kondisi mencit secara keseluruhan diantaranya kemampuan untuk tumbuh, berbiak ataupun perlakuan terhadap pengobatan. Mencit (Mus musculus) dewasa meiliki berat badan sekitar 20-40 g pada hewan jantan, sedangkan 18-35 g pada hewan betina.(Smith et al, 1987).
B. Sistem Reproduksi Mencit (Mus musculus) Jantan Sistem reproduksi mencit jantan terdiri atas sepasang kelenjar kelamin (testis), saluran reproduksi dan kelenjar asesori serta organ kopulasi. Masing- masing organ tersebut berjumlah sepasang, kecuali uretra dan penis (Heffner & Schustz, 2002). 11
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Testis memiliki fungsi, yaitu sebagai tempat spermatogenesis dan produksi androgen. Spermatogenesis terjadi di dalam struktur yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus ini berlekuk-lekuk dalam tubulus yang semua duktusnya kemudian meninggalkan testis dan masuk ke dalam epididimis. Produksi androgen terjadi didalam kantung dari sel khusus yang terdapat di daerah interstisial antara tubulus. Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval, agak gepeng, dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2,3 cm. Bersama epididimis, testis berada di dalam skrotum yang merupakan sebuah kantung ekstra abdomen tepat dibawah penis (Yatim, 1994). Setiap testis dilapisi oleh lapisan tebal dari jaringan ikat yang disebut tunika albuginea. Tunika albuginea menebal di bagian posterior testis untuk membentuk mediastinum testis, dimana septa jaringan ikat menembus kelenjar, membaginya menjadi sekitar 250 kompartemen pyramidal yang disebut lobulus testikuler. Setiap lobulus dilengkapi oleh satu sampai empat tubulus seminiferus di jaringan pengikat longgar yang kaya pembuluh darah, jaringan limfatik, saraf, dan sel interstial yang dikenal dengan sel Leydig (Junqueira et al, 2003). Selama masa perkembangan embrionik, testis berkembang di retroperitoneal, di bagian dorsal dari kavitas abdomen. Kemudian selama perkembangan fetus, testis berpindah ke skrotum. Karena perpindahan ini setiap testis dilapisi oleh tunika vaginalis, yang dibentuk dari peritoneum intra abdomen yang bermigrasi kedalam skrotum primitive selama perkembangan genetalia interna pria. Setelah 12
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu migrasi kedalam skrotum, saluran tempat turunnya testis (processus vaginalis) akan menutup (Ali, 2008). Suplai darah testis berasal dari arteri testikularis yang membentuk beberapa cabang sebelum menembus kapsul dari testis untuk membentuk bagian vaskuler intra testikuler. Pembuluh kapiler dari testis berkumpul menjadi beberapa vena yang disebut plexus pampiniformis, yang membungkus arteri testikularis. Arteri, vena, dan duktus deferens bersama-sama membentuk korda spermatika yang memasuki skrotum dari abdomen melalui kanalis inguinalis (Eroschenko, 2003). Darah dari plexus pampiniformis lebih dingin dari pada arteri testikularis, sehingga berperan untuk mengurangi suhu darah arteri sehingga membentuk sistem pertukaran panas. Ini membantu mempertahankan temperature testis beberapa derajat dari temperature tubuh. Spermatozoa dapat berkembang dengan normal, saat suhunya sama dengan suhu tubuh, perkembangan spermatozoa terhambat (Gartner & Hiatt, 2007). a. Tubulus Seminiferus Tubulus seminiferus sangat berkelok dengan panjang 30 sampai 70 cm dan garis tengah 0,15 sampai 0,25 mm, dikelilingi oleh anyaman kapiler. Dinding tubulus seminiferus tersusun oleh jaringan ikat tunika propria dan epitel germinativum yang tebal. Tunika propria dan epitel seminiferus dipisahkan oleh lamina basalis dan jaringan ikat longgar yang mengandung beberapa lapisan dari fibroblast.Pada beberapa hewan, sel myoid, mirip dengan sel otot polos juga 13
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu terdapat disini.Sel ini mempengaruhi kontraktilitas tubulus seminiferus (Gartner & Hiatt, 2007). Sel epitel seminiferus (atau disebut juga sel epitel germinal) terdiri atas beberapa lapisan dan mengandung 2 tipe sel: sel sertoli dan sel spermatogenik. Sel spermatogenik terletak pada empat sampai delapan lapisan, fungsinya adalah untuk memproduksi sel spermatozoa (Junqueira et al, 2003).
Gambar 2.1.Penampang melintang tubulus seminiferus seekor mencit(Sumber : Junqueira et al, 2003). b. Sel Sertoli Sel sertoli merupakan sel yang tinggi, kolumner, dengan dasarnya terletak di atas lamina basal tubulus. Bentuknya tidak teratur, tidak tampak jelas dan sangat kompleks karena kepala spermatozoanya yang matang menempati cekungan- cekungan di sitoplasmanya.Inti sel letaknya pada jarak tertentu di atas dasar sel, pucat, bentuknya lonjong dengan sumbu panjangnya tersusun secara radikal. Anak inti sel ini jelas, sehingga mudah dibedakan dari unsur-unsur spermatogenik lain didalam tubulus (Gartner et al, 2007). 14
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Bagian basal dari sel sertoli lebih berdekatan dan berhubungan dengan zonula occludent, dan dikelilingi oleh kompartemen adluminal yang lebih lebar. Zonula occludent ini berperan dalam sawar darah testis yang mengisolasi kompartemen adluminal dari pengaruh jaringan ikat, sehingga melindungi perkembangan gamet dari sistem imun. Karena spermatogenesis dimulai setelah pubertas, perkembangan sel germinal yang baru, yang mempunyai susunan kromosom yang berbeda sehingga mengekspresikan molekul dan membrane reseptor yang berbeda akan dianggap sebagai sel asing oleh sistem imun. Karena itu bila tidak ada sawar ini respon imun akan menyerang sel germinal (Gartner et al, 2007). Fungsi dari sel sertoli diantaranya (Gartner et al, 2007). a. Dukungan nutrisi dan fisik sel germinal yang sedang berkembang b. Fagositosis sitoplasma yang berlebihan (bahan residu) selama spermiogenesis. c. Menyusun sawar darah testis melalui zonula occludent diantara sel sertoli d. Sintesis dan pelepasan androgen binding protein (ABP), sebuah makromolekul yang memungkinkan peningkatan kadar testosterone di tubulus seminiferus dengan cara mengikat testosterone dan menghambat pelepasannya dari tubulus e. Sintesis dan pelepasan (selama perkembangan embrionik) anti mullerian hormon, yang menekan formasi dari duktus mullerian (prekursor dari sistem reproduksi wanita) 15
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu f. Sintesis dan pelepasan dari inhibin, hormon yang menghambat pelepasan follicle stimulating hormone (FSH) oleh pituitary anterior g. Sekresi medium kaya fruktosa yang menutrisi dan memfasilitasi transport spermatozoa ke duktus genital h. Sintesis dan sekresi dari testicular transferring, apoprotein yang menerima besi dari serum transferin dan memberikannya untuk pematangan sel gamet.
c. Sel Spermatogenik Kebanyakan sel yang menyusun epitel seminiferus adalah sel spermatogenik dengan berbagai tingkat perkembangan. Beberapa sel ini adalah spermatogonia yang menempati kompartemen basal. Sedangkan kebanyakan dari sel yang sedang berkembang (spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa) menempati bagian adluminal. Spermatogonia adalah sel diploid yang mengalami pembelahan mitosis untuk membentuk lebih banyak spermatogonia begitu juga dengan spermatosit primer, yang bermigrasi dari bagian basal ke bagian adluminal. Spermatosit primer memasuki pembelahan mitosis untuk menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder mengalami pembelahan meiosis untuk menghasilkan sel haploid yang disebut spermatid. Sel haploid ini bertransformasi melalui pelepasan sebagian besar sitoplasma, pembentukan organelle-organella, danformasi flagella (Gartner et al, 2007).
16
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu d. Spermatogenesis Spermatogenesis proses pembentukan spermatozoa yang berlangsung didalam tubulus seminiferus selama kehidupan seksual aktif, sebagai akibat dari rangsangan oleh hormon gonadotropin hipofisis anterior, dimulai rata-rata pada usia 13 tahun dan berlangsung seumur hidup (Yatim, 1994). Proses pematangan ini berlangsung dalam 3 fase: 1. Spermatositogenesis : diferensiasi spermatogonia menjadi spermatosit primer 2. Meiosis : reduksi dimana spermatosit primer yang diploid mengurangi kromosomnya menjadi sel haploid 3. Spermiogenesis : transformasi spermatid menjadi spermatozoa Diferensiasi spermatogonia (Leeson et al, 1996): 1. Spermatogonia gelap tipe A : Sel ini kecil, berbentuk lonjong dengan nucleus oval dengan banyak hemokromatin sehingga membuat nukleusnya terlihat gelap. Sel ini mengalami mitosis untuk membentuk spermatogonia gelap tipe A dan spermatogonia pucat tipe A 2. Spermatogonia pucat tipe A : sama seperti spermatogonia gelap tipe A tapi nukleusnya mengandung banyak eukromatin sehingga memberi gambaran pucat. Sel-sel ini hanya mempunya sedikit organelle termasuk mitokondria, kompleks Golgi yang terbatas, beberapa reticulum endoplasma dan ribosom bebas. Sel ini diinduksi oleh testosterone untuk berproliferasi dan 17
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu mengalami mitosis untuk membentuk spermatogonia pucat tipe A dan spermatogonia tipe B 3. Spermatogonia tipe B : sel ini membelah mitosis membentuk spermatosit primer. Pada pematangan seksual, spermatogenesis dimulai dengan pembelahan mitosis. Sel yang baru dihasilkan ini bisa memiliki 2 kemungkinan, pertama mereka bisa membelah sebagai sel stem atau yang dikenal juga dengan spermatogonia tipe A atau mereka bisa berdiferensiasi selama periode profase menjadi spermatogonia tipe B yang nanti akan berdiferensiasi lagi menjadi spermatosit primer. Setelah spermatosit primer dibentuk, mereka berpindah dari kompartemen basal menuju kompartemen adluminal. Selama sel ini berpindah diantara sel sertoli mereka membentuk zonula occludent dengan sel sertoli dan memperkuat integritas daripada sawar darah testis.Spermatosit primer adalah sel yang paling besar dari epitel seminiferus (Junqueira et al, 2003). Spermatosit sekunder sulit diamati karena masa hidupnya pendek, berada di interfase dalam waktu singkat dan cepat memasuki pembelahan meiosis kedua menghasilkan spermatid yang mempunyai 23 kromosom dan 1 set DNA atau disebut juga haploid (Junqueira et al, 2003). Spermiogenesis adalah tahap akhir pembentukan sperma.Selama spermiogenesis spermatid bertransformasi menjadi spermatozoa. Selama fase ini tidak terjadi pembelahan sel (Junqueira et al, 2003). 18
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Selama transformasi mereka menjadi spermatozoa, mereka mengakumulasi enzim hidrolitik, merubah dan mengurangi jumlah organelle, membentuk flagel dan apparatus skeletal, juga membuang sebagian sitoplasma (Gartner & Hiatt, 2007). Spermiogenesis dibagi menjadi 4 fase: fase golgi, fase cap, fase kromosom, dan fase pematangan (Gartner & Hiatt, 2007). Pada fase golgi terjadi pembentukan vesikel akrosom, granula akrosom, dan flagel aksonema. Lalu di fase cap, vesikel akrosom bertambah ukurannya dan dikenal sebagai akrosom. Fase akrosomal ditandai dengan perubahan morfologi dari spermatid seperti, nucleus menjadi terkondensasi, sel menjadi lebih panjang dan perubahan letak mitokondria. Yang terakhir, fase pematangan, terjadi pembuangan sebagian besar sitoplasma dan pelepasan sebagian besar spermatozoa ke lumen tubulus seminiferus (Gartner & Hiatt, 2007). Spermatozoa yang baru dibentuk ini bersifat imotil dan tidak bisa mengadakan fertilisasi. Spermatozoa menjadi motil saat melewati epididimis. Hanya setelah memasuki sistem reproduksi wanita spermatozoa dapat mengadakan fertilisasi (Gartner & Hiatt, 2007). e. Jaringan Interstisial Jaringan interstisial berperan penting dalam menghasilkan androgen. Ruang diantara tubulus interstitial diisi oleh jaringan pengikat, saraf, kapiler fenestrate dan pembuluh limfe. Jaringan pengikat ini mengandung beberapa sel seperti fibroblast, jaringan pengikat yang belum berdiferensiasi, sel mast, dan makrofag. 19
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Selama pubertas ada sel baru juga yang tampak, sel ini berbentuk bulat atau polygonal dan mempunyai nucleus di sentral dengan sitoplasma eusinofilik dan tetes lemak. Sel ini disebut sel Leydig yang mensekresi steroid (Ganong, 2008). Sel ini memproduksi hormon pria testosterone dengan enzimyang ada di mitokondria dan di reticulum endoplasma halus. Testosterone penting untuk spermatogenesis, diferensiasi seksual selama masa embrionik dan fetal, dan juga mengontrol sekresi gonadotropin. Aktifitas dan jumlah dari sel Leydig tergantung pada rangsangan hormon (Junqueira et al, 2003). f. Hormon Reproduksi Jantan Testis memproduksi sejumlah hormon jantan yang kesemuanya disebut androgen. Hormon yang paling penting adalah hormon androgen dan testosteron. Fungsi testosteron adalah merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk dalam tubuli seminiferi, merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar asesori (prostata, vesikularis dan bulbouthrealis) dan merangsang pertumbuhan sifat jantan. LH merangsang sel Leydig untuk memproduksi androgen. Suatu reaksi yang menyebabkan meningkatnya kadar testosteron dalam tubuh. Proses pendewasaan spermatozoa dalam tubuli seminiferi dan kegiatan metabolisme dalam kelenjar-kelenjar kelamin (Partodihardjo, 1992). Sel-sel leydig atau sel-sel interstisial yang terletak antara tubulus semineferus adalah tempat utama sintesis steroid dalam testis yang dipercepat dengan LH. Testosteron dan dehidrotestosteron adalah hormon androgen yang paling penting 20
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu memicu pertumbuhan penis, vas deferen, vesikula seminalis, kelenjar prostat epidedimis dan sifat kelamin sekunder pada jantan (Soewolo,2000). Pengatur seksual jantan dibantu oleh beberapa hormon yaitu hormon testosterton, hormon gonadotropin, FSH dan LH. Hormon Gonadotropin adalah hormon-hormon yang menunjang aktifitas gonad, sedangkan Hormon FSH adalah hormon yang memiliki reseptor pada sel tubulus semineferus dalam proses spermatogenesis. Hormon LH adalah hormon yang merangsang sel interstisial pada laki-laki. Hormon Testosteron adalah hormon yang di produksi oleh testis. Hormon ini bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder jantan, yaitu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan genetalia jantan, bertanggung jawab atas pendistribusian rambut yang menjadi cirri jantan, dan Perbesaran dan perpanjangan laring serta penebalan pita suara (Campbell, 2004). Menurut Soebadi (1992), Hormon Testosteron juga bertanggung jawab dalam meningkatkan ketebalan dan tekstur kulit, meningkatkan aktifitas keringat, meningkatkan masa tulang dan otot meningkatkan jumlah sel darah merah dan laju metabolik dasar. g. Histofisiologi Testis Kedua testis membentuk sekitar 200 juta spermatozoa per hari oleh suatu proses yang disebut sekresi tipe holokrin. Sel sertoli dari epitel seminiferus juga memproduksi cairan kaya fruktosa yang bertidak sebagai pemberi nutrisi dan transport dari spermatozoa (Junquiera et al, 2003). 21
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Luteinizing hormon (LH) yang dilepaskan dari hypothalamus anterior akan berikatan dengan reseptornya di sel Leydig, mengaktifkan siklik adenosine monophosphate (CAMP) yang kemudian menginduksi cholesterol esterase untuk menjadi aktif. Langkah utama untuk mensintesis testosterone tergantung LH, karena LH mengaktivasi kolesterol desmolase, enzim yang mengubah kolesterol bebas menjadi pregnenolon (Saryono, 2008). Karena darah testis tidak cukup untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis, FSH menginduksi sel Sertoli mensintesis dan melepaskan Androgen binding protein (ABP). ABP ini mengikat testosterone dan mencegahnya meninggalkan tubulus seminiferus dan menaikan kadar testosterone secara lokal supaya cukup untuk mempertahankan spermatogenesis (Junquiera et al, 2003). Efek testosterone terhadap sistem reproduksi diantaranya adalah, mendorong pematangan dan pertumbuhan reproduksi pada pubertas. Penting untuk spermatogenesis. Pemeliharaan saluran reproduksi selama masa remaja (Sherwood, 2001). h. Fisiologi Reproduksi Mencit (Mus musculus) Jantan Pituitari mensekresikan dua hormon gonadotropin dengan pengaruh yang berbeda-beda pada testis. Hormon Luteinasi (LH) merangsang hormon androgen oleh sel-sel Leydig.Hormon perangsang folikel (FSH / Folicle Stimulating Hormon) mempengaruhi tubuli seminiferus untuk meningkatkan spermatogenesis. Karena androgen juga diperlukan untuk produksi sperma, maka 22
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu LH merangsang spermatogenesis secara tak langsung. LH dan FSH diatur bergantian oleh sebuah hormon dari hipotalamus, yaitu hormon pembebas gonadotropin (GnRH). Konsentrasi LH, FSH dan GnRH dalam darah diatur melalui umpan balik negatif. (gambar 2.7) oleh androgen. GnRH juga dikontrol melalui umpan balik negative dari LH dan FSH (Campbell, 2004). Aromatase (estrogen sintesis) ialah enzim kunci dalam sintesa estrogen dan menjadi perantara konversi androstenedione dan estrone. Pada manusia, aromatase diekspresikan dalam sejumlah sel-sel mencakup sel granulosa ovarium, sinsitiotrofoblas, dan sel testikular Leydig, serta berbagai tempat ekstra grandular mencakup otak dan kulit fibroblast. Kompleks enzim aromatase terdiri atas dua polipeptida. Polipeptida pertama adalah sitokrom P450 spesifik (produk gen CYP19) dan akan diarahkan sebagai aromatase. Polipeptida kedua adalah flavoprotein, nikotinamide-adenine, dinukleotide fosfat sitokrom reduktase, dan di distribusikan ke berbagai macam sel (Ardi, 2007). Aromatase adalah target paling tepat untuk menghambat sintesa E2 karenahal itu merupakan tahap terakhir dalam biosintesa steroid, sehingga tidak ada enzim- enzim yang dipengaruhi. Sebagai tambahan, walaupun aromatase adalah enzim P450 dan memberikan berbagai gambaran yang sama dengan enzim lain dalam kelas ini (seperti enzim metabolisme hati dan enzim steroidogenik), tapi punyai gambaran yang unik pada reaksi aromatasenya, dapat dipertanggung jawabkan untuk menjadi penghambat (Ardi, 2007). 23
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 2.2. Kontrol Hormonal Pada Testis (Campbell, 2004)
i. Interaksi Hormonal Bagian utama dari pengaturan fungsi seksual baik pada priamaupun wanita dimulai dari sekresi Gonadotropin releasing hormone (GnRH) oleh hypothalamus. Hormon ini selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk mensekresikan dua hormon lain, Luteinizing hormon (LH) dan Follicle stimulating hormon (FSH) (Guyton and Hall, 1997).Kedua hormon ini bekerja pada komponen testis yang berbeda. LH bekerja pada sel Leydig untuk mengatur sekresi testosterone, sehingga pada pria hormon ini memiliki nama lain Interstitial cell stimulating hormon (ICSH). FSH bekerja pada tubulus seminiferus terutama di sel sertoli untuk meningkatkan spermatogenesis (Wahyuni, 2002). Walaupun GnRH merangsang sekresi LH dan FSH, konsentrasi kedua hormone tersebut dalam darah tidak selalu sejajar satu sama lain karena LH 24
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu dibersihkan dari darah lebih cepat dibandingkan FSH yang dimetabolisasi lebih lambat, sehingga variasi pulsasi kadar LH dalam darah jauh lebih mencolok dibandingkan FSH. Selain itu kedua faktor regulatorik selain GnRH, testosterone dan inhibin, secara berbeda mempengaruhi kecepatan sekresi LH dan FSH (Adimunca & Sutyarso, 1997). Baik testosterone dan FSH mempunyai peran penting dalam mengatur spermatogenesis, yang masing- masing melaksanakan efeknya dengan mempengaruhi sel Sertoli. Testosterone esensial untuk mitosis dan meiosis sel-sel germinativum, sedangkan FSH diperlukan untuk remodeling spermatid (Sherwood, 2001). Hal-hal yang dapat mempengaruhi fertilitas pria, khususnya proses spermatogenesis (Yundini, 2006): 1. Suhu. 2. Gizi. 3. Merokok. 4. Obesitas dan latihan fisik berat. 5. Perilaku seksual menyimpang. Temperatur sangat penting bagi regulasi spermatogenesis, Pada temperature yang lebih dingin (95F <35C>), spermatozoa dapat berkembang dengan normal, saat suhunya sama dengan suhu tubuh, perkembangan spermatozoa terhambat (Gartner & Hiatt, 2007). Obesitas dan latihan fisik berat juga dapat menyebabkan peningkatan suhu pada testis(Gartner & Hiatt, 2007). 25
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Malnutrisi, alkoholisme, dan kerja beberapa obat dapat menyebabkan penurunan produksi spermatozoa (Gartner & Hiatt, 2007). Malnutrisi juga dapat memudahkan terinfeksinya tubuh oleh beberapa penyakit seperti tuberkulosis dapat menyebabkan epididimitis dan prostatitis yang berhubungan dengan gangguan transpor sperma. Penyakit saluran napas kronis termasuk bronkiektasis, sinusitis kronis dan bronchitis kronis. Keadaan seperti ini sering kali berhubungan dengan ganngguan silia sperma seperti sindroma silia imotil, atau gangguan sekresi epididimis seperti pada pria dengan penyakit fibrokistik pankreas, dimana pada pria-pria ini angka kejadian di genesis atau agenesis vas deferen meningkat (Gartner & Hiatt, 2007)
C. Pinang (Areca catechu) Pinang Sirih merupakan tanaman sefamili dengan kelapa. Salah satu jenis tumbuhan monokotil ini tergolong palem-paleman. Areca catechu memiliki taksonomi sebagai berikut (Kristina & Fatimah, 2007): Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Clas : Monocotyledoneae Ordo : Arecales Famili : Palmae Genus : Areca Spesies : Areca catechu L. 26
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Cirri-ciri Areca catechu adalah Tanaman Areca catechu yang baru tumbuh tunasnya berakar tunggang, namun karena perkembangan akar tersebut maka makin lama akan tumbuh akarakar lainnya, sehingga fungsi dan bentuknya sama seperti akar serabut. Banyaknya akar serabut tergantung dari kesuburan tanah, iklim setempat dan kesuburan tanaman (Kristina & Fatimah, 2007) Batang Areca catechu berbentuk bulat dan tumbuh lurus, tidak bercabang dengan ketinggian bisa mencapai 18 m, bahkan ada yang mencapai 30 m dengan lingkaran batang 4480 cm. pada batang pinang terdapat bekas bekas daun yang dapat dipakai untuk menduga umur tanaman. Jumlah bekas daun baru mencapai 1314 helai per meter, dan umur tanaman pinang isa mencapai 60 100 tahun. Tanaman Areca catechu mulai berbunga pada umur 4-6 tahun setelah tanam. Bunganya berbentuk rangkaian (inflorencentina), berupa tandan yang terletak di bawah pelepah daun. Setiap tandan bunga ditutupi oleh seludang (spatha) yang panjangnya ratarata 75 cm dan lebar 45,9 cm (Kristina & Fatimah, 2007). Buah Arecha catechu disebut buah batu karena keras, berbentuk bulat telur, panjang buah antara 3-7 cm dengan diameter buah antara 4-5 cm serta biji 1,9 cm. Buah pinang terdiri atas 3 lapisan yaitu lapisan luar (epicarp) yang tipis, lapisan tengah (mesocarp) berupa serabut dan lapisan dalam (endocarp) berupa biji. Buahnya berwarna hijau ketika masih muda dan berubah menjadi jingga atau merah kekuningan setelah masak. Buahnya berbiji satu dan mempunyai kulit buah yang banyak sekali mengandung serat (Kristina & Fatimah, 2007).
27
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu a. Komposisi buah pinang (Areca catechu) Biji Areca catechu mengandung tannin, lemak, minyak atseri, gula dan air (Anonym, 1982). Tannin dan Alkaholid adalah komponen penting dari biji pinang. Tannin tergolong senyawa polifenol yang dapat larut dalam gliserol, alkohol, tetapi tidak larut dalam benzene, eter dan petroleum eter (Jayalaksmi dan Mathew, 1982 salam Rumokoy, 1991). Biji pinang mengandung arecoline, yaitu senyawa alkaloid aktif. Arecoline merupakan komponen utama yang terdapat di dalam biji pinang (Shyi-Wuet al., 2008). Menurut Wanget al., (1997), terdapat empat alkaloid utama didalam biji pinang, yaitu arecoline (7,5 mg/g),arecaidine (1,5 mg/g), guvacoline (2,0 mg/g), dan guvacine (2,9 mg/g). Menurut (Yang et al, 2001), Biji segar mengandung kira-kira 50% lebih banyak alkaholid, dibandingkan biji yang telah siproses. Selain itu juga mengandung tanin 15% , kanji, resin dan lemak 14% terdiri dari asam palmitat, oleat, stearat, kaproat, kaprilat, laurat dan miristat (Meiyanto, 2008).
b. Khasiat Biji Pinang 1. Pinang sebagai bahan kosmetik dan pelangsing Di cina pinang juga dimanfaatkan untuk bahan kosmetik yaitu untuk mengencangkan kulit. Sedangkan di Indonesia, biji pinang sudah dimanfaatkan sebagai salah satu bagian dalam melakukan formulasi dari salah satu produk kosmetik, yang berfungsi sebagai peeling atau menghilangkan sel-sel kulit yang 28
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu mati. Selain itu biji pinang dapat dapat berfungsi sebagai pelansing (Soedibyo, 2007). Zat samak (tannin) pada pinang bersifat astringen, yang diketahui dapat mengendapkan protein mucus yang melapisi bagian dalam usus. Lapisan ini sukar ditembus zat hingga terjadi hambatan penyerapan makanan, dengan demikian zat yang diserap berkurang dan mungkin akibatnya orang tidak menjadi gemuk (Argawal, 1976; Perry, 1980 dan Anonim, 1991) 2. Pinang sebagai bahan baku obat Biji pinang dapat dijadikan sebagai bahan baku obat, biji pinang dapat mengobati cacingan, perut kembung akibat gangguan pencernaan, bengkak karena retensi (edema), rasa penuh di dada, luka, batuk, berdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria dan memperkecil pupil mata (miosis) pada glaucoma ( Anonim, 1982; Anonim, 2007; Marduki,1996). 3. Pinang sebagai antidepresi Ekstrak pinang bekerja menghambat Enzim Mono anim oksidase (MAO) pada otak tikus. MAO adalah enzim yang menekan aktivitas neotransmiter, norepineprin dan serotonin. Bila aktivitas ketiga hormone itu tertekan, maka gejala stress pada manusia dan hewan akan muncul. Sebaliknya bila hormon lancer, maka stres dapat di tanggulangi (Subarnas, 2005).
29
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4. Pinag sebagai alat kontrasepsi (KB) Biji pinang (Areca catechu) berkhasiat sebagai anti fertilitas pria, penurunan motilitas spermatozoa manusia akibat paparan arecoline secara in vitro, penurunan motilitas spermatozoa tikus putih akibat paparan fraksi air dan crude alkaloid biji pinang (Akmal. 2010)
c. Efek samping dari buah pinang Senyawa alkaholid yang terkandung pada buah cukup berbahaya untuk system syaraf. Yang biasa terjadi adalah mual dan muntah, sakit perut, pening dan nervous (gelisah). Efek samping yang jarang terjadi adalah luka pada lambung yang disertai muntah darah. Tanda-tanda kelebihan dosis adalah keluar air liur (qalifation), muntah, mengantuk dan sezure atau serangan jantung (Agusta, 2007) Untuk mengurangi efek racunnya, pemakaian biji pinang sebaiknya yang telah dikeringkan, atau lebih baek biji pinang kering di rebus. Kebiasaan mengunyah biji pinang dapat juga menyebabkan kanker mulut, yang telah menjangkiti sekitar 0,5% pengguna biji pinang, sehingga di anjurkan penggunaan serbuk biji pinang, sebaiknya tidak boleh lebih dari 4g setiap kali konsumsi (Agusta, 2007). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian arecoline dapat menyebabkan terjadinya sitotoksisitas pada berbagai sel mamalia (Jeng et al., 2001). Hasil penelitian Susila (2003) menunjukkan terjadinya nekrosis sel 30
Baiq Indah Febriani, 2012 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu spermatogonia, spermatosit, spermatid, sel Sertoli, dan sel Leydig ayam jantan akibat paparan serbuk biji pinang.