o
o
o
o
o
o
o
o
o
disebut juga orchis atau didymos (b) sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu
kelenjar-kelanjar vesikulares, prostata dan Cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari
epididylis dan vas deferen dan (c) alat kelamin luar atau kopulatoris yaitu penis.
A. Organ Reproduksi Jantan
Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis yang dikelilingi tunika vaginalis dan selubung
testis, epididymis, duktus deferen, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan
bulbouretralis), urethra, dan penis yang dilindungi oleh prepusium (Dellmann, 1992).
ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas
dan sel interstisial endokrin (sel Leydig) (Dellman, 1992).
Sel leydig adalah sel diantara sel sertoli. Fungsi sel ini adalah memberikan respon FSH
dengan mensintesa dan mensekresi testosteron dalam pola yang tergantung pada dosis. Selain
reseptor LH, ditemukan pula reseptor prolaktin dan inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan
inhibin memfasilitasi aktivasi stimulasi yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron,
namun keduanya tidak bisa melakukannya sendiri-sendiri (Widjanarko, 2011).
Sel-sel sertoli mempunyai fungsi khusus dalam proses spermatogenesis. Fungsi selsel
sertoli adalah (1) memberi lingkungan tempat khusus untuk berkembangnya selsel germinal.
Sel ini mensekresikan cairan yang membasahi selsel germinal, dan juga mensekresi cairan
tambahan ke lumen tubulus seminiferus untuk menyediakan nutrisi bagi sperma yang
berkembang dan baru dibentuk, (2) Memainkan peranan dalam perubahan spermatosit menjadi
sperma suatu proses yang disebut spermiasi, (3) Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki
fungsi penting antara lain factor inhibisi muller (FIM) disekresi oleh testis selama perkembangan
janin untuk menghambat pembentukan tuba fallopi dariductus muller, ekstradiol merupakan
hormon kelamin feminism yang penting, Inhibin yang merupakan umpan balik dari inhibisi pada
kelenjar hypophysis untuk anterior untuk mencegah sekresi yang berlebihan dari hormon
perangsang folikel (Dellmann, 1992). Hasil pengamatan diperoleh bahwa histologi testis hewan
jantan terdiri membran basement, tubulus seminiferus yang merupakan kumpulan dari sel sertoli,
dan sel leydig yaitu selsel yang terdapat diantara sel sertoli. Apabila dibandingkan antara
literatur dengan hasil paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran testis secara histologi
yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli, dan tubulus seminiferus.
Gambar 2.Testis
C. Epididymis
Epididymis merupakan pipa panjang dan berkelokkelok yang menghubungkan vasa
eferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididymis mempunyai empat fungsi utama, yaitu
pengangkutan, penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan (konsentrasi) sperma (Frandson,
1992). Atas dasar criteria histologi, histokimia dan ultrastruktur, epididymis dapat dibagi dalam
beberapa segmen. Penyebaran dan jumlahnya khas untuk tiap spesies. Secara umum, bagian
proksimal dari epididymis (kepala dan badan) berperan dalam proses pemasakan spermatozoa,
sedangkan bagian ekor epididymis berperan dalam penyimpanan spermatozoa. Di daerah ini
45% spermatozoa disimpan. Spermatozoa yang meninggalkan testis, selain belum mampu
bergerak dan bersifat tidak fertil, berbeda dengan spermatozoa yang telah melalui epididymis
yang telah memiliki sifat mampu bergerak dan fertil. Selama persinggahan dalam duktus
epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologik dan fungsional yang
mengarah pada pemilikan kapasitas pembuahan menjelang mencapai ekor epididymis.
Perubahan status fungsional spermatozoa tercermin dalam :
1. perkembangan motilitas progresif,
2. modifikasi proses metabolisme,
3. perubahan sifat permukaan membran plasma, aktivitas ikatan molekul pada selaput yang
diperlukan untuk pengenalan proses selama pembuahan,
4. stabilisasi membran plasma melalui oksidasi pada gugus sulfhidril yang terkait,
5. gerakan ke arah ekor dan akhirnya kehilangan tetes sitoplasma, yaitu sisa sitoplasma spermatid.
Setelah masak, spermatozoa dewasa disimpan dalam ekor epididymis untuk jangka waktu lama,
lebih lama daripada bila disimpan dalam suhu yang sama secara in vitro (Dellmann, 1992).
Spermatozoa di dalam Epididymis mengalami beberapa proses pematangan, seperti
mendapat kemampuan untuk bergerak. Epididymis merupakan saluran reproduksi yang amat
penting, karena saluran sangat menentukan kemampuan fertilitas sperma yang dihasilkan.
Adapun fungsi pokok Epididymis adalah alat transfor, pendewasaan, penimbunan sperma dan
sekresi cairan Epididymis. Sperma melewati Epididymis berkisar antara 9 sampai 13 hari yang
dialirkan oleh cairan testis, aktivitas silia epitel dari duktus deferens dan oleh kontraksi otot
dinding saluran Epididymis. Bagian cauda epididymis nampaknya merupakan organ khusus
untuk penimbunan sperma , karena sekitar 75% dari total sperma Epididymis berada dibagian ini
dan kondisi lingkungannya memberikan kemampuan fertilitas yang lebih tinggi dibanding
dibagian lain. Sperma yang berasal dari bagian cauda Epididymis memberikan persentase
kebuntingan 63% dan lebih tinggi dibanding sperma yang berasal dari bagian caput Epididymis
yang hanya 33,33% (Soeroso dan duma, 2012).
Gambar 3. Epididymis
D. Duktus deferens
Duktus deferens meninggalkan ekor epididymis bergerak melalui kanal inguinal yang
merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar kebelakang,
memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua duktus deferens mendekati
uretra, bersatu dan kemudian ke dorso kaudal kandung kencing, serta dalam lipatan peritonium
yang disebut lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar
pada betina (Frandson, 1992). Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel silinder
banyak lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel beruah menjadi silinder sebaris. Dekat
Epididymis, sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan bercabang. Jaringan ikat longgar pada
propria-submukosa banyak mengandung pembuluh darah, fibroblas dan serabut elastis. Tunika
muskularis pada bagian terminal duktus deferens terdiri dari susunan bervariasi dari berkas otot
polos, yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari tunika adventisia
(Dellmann, 1992).
Gambar 5. Penis
F. Kelenjar-Kelenjar Tambahan
1. Kelenjar vesicularis
Pada sapi kelenjar ini sepsang; dari luar kelihatan jelas berlobuli; letaknya sebidang
dengan ampulla vas deferens tetapi ada di sebelah lateral, jadi kedua ampula itu diapit oleh kedua
kelenjar vesikuralis (Partodiharjo, 1987;38).
Sekresi kelenjar vesikularis merupakan 50% dari volume total dari suatu ejakulasi yang
normal. Jadi kalau pejantan sapi itu ejakulasinya 5 cc maka 2 cc berasal dari kelenjar
vesikularis (Partodiharjo, 1987;38).
Hasil sekreta yang bersifat gelatin, putih atau kekuningan dari dari kelenjar vesikulosa
merupakan 25% sampai 30% dari seluruh ejakulat sapi. Sekreta ini kaya akan fruktosa yang
berperan sebagai sumber energi spermatozoa yang telah diejakulasikan (Dellman, 1992;472).
2. Kelenjar prostate
Kelenjar prostat pada sapi ada sepasang, bentuknya bulat dan jauh lebih kecil daripada
kelenjar vesikularis. Sekresi dari kelenjar ini melalui beberapa muara kecil masuk ke dalam
urethra kira-kira pada jarak 19 cm kaudal dari muara kelenjar vesikularis (Partodiharjo,
1987;38).
Kelenjar prostat merupakan kelenjar tubuloalveolar, berkembang dari epitel uretrha
pelvis. Secara topografik dibedakan dua bagian; bagian padat kelenjar atau bagian luar (corpus
prostat) , dan bagian yang menyebar atau bagian dalam (pars disseminata prostatae). Bagian
luar menutup bagian dorsalnya saja. Pars dissemnata terletak dalam propia-submukosa urethra
pelvis (Dellman, 1992;472).
Kontribusi sekreta kelenjar prostat terhadap volume total ejakulasi bervariasi, tergantung
pada spesies. Pada ruminansia 4%-6%, kuda jantan 25%-30%, dan babi jantan 35%-60%. Salah
satu fungsi kelenjar prostat adalah menetralisrkan plasma mani, membuatnya asam dengan
akumulasi metabolit karbondioksida dan asam laktat, dan untuk merangsang gerak aktif
spermatozoa dalam ejakulat (Dellman, 1992;474).
3. Kelenjar cowper
Terdapat sepasang kelenjar bulbouretralis (kelenjar cowper) terletak dorsoventral uretra
dalam rongga pelvis. Bersifat sebagaikelenjar tubulus majemuk (babi, kucing, dan kambing
jantan), atau tubuloalveolar (kuda, sapi dan domba jantan), anjing tidak memilikinya (Dellman,
1992;474).
Pembuluh sekresi dari kedua kelenjar ini bertemu dan bersatu kemudian menuju ke
urethra; setelah 2-3 cm dari tempat pertemuan, pembuluh itu bermuara ke dalam urethra. Baik
kelenjar prostat maupun cowper terbentuk dari lobuli dan tiap-tiap lobuli berbentuk tabung. Tiaptiap lobuli dipisahkan oleh suatu dinding pemisah yang mengandung serabut-serabut urat daging
licin. Urat dagung ini berkontraksi secara tiba-tiba dan sekresinya memancar keluar. Sel-sel
sekretorinya berbentuk kubus dengan inti di dasarnya dan beberapa bintik-bintik di sekitar inti
(Partodiharji, 1987;39).
Kelenjar berfungsi menghasilkan suatu cairan yang dapat membersihkan urethra pada
saat semen terlepas (Girisonta, 1981;82).
Hasil sekresi yang bersifat mukus dam mirip protein kelenjar bulbouretralis, disekresikan
mendahului proses ejakulasi pada ruminansia, berperan menetralisirkan lingkungan urethra dan
melumasi urethra serta vagina. Pada babi jantan, hasil sekresi mukous yang kaya akan asam
sialik (sialik acid) merupakan sebagian dari ejakulat (15%-30%) dan kemungkinan ikut
membantu menutup serviks dalam menghindari kehilangan meni (Dellman, 1992;477).
Sebelum kopulasi, sering terlihat adanya tetesan-tetesan cairan dalam penis yang berasal
dari cowper. Semua kelenjar accesor bersifat aprokrine, artinya: sebagian besar dari isi sel
sekretorinya turut keluar pada saat sel itu mengeluarkan sekresinya (Partodiharjo, 1987;39).
4. Kelenjar Vesikularis
substansi substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran campuran anorganik ini di
antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa sapid
a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar
vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting
sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH
semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.
Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak
mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar
vesicular. Badan kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapid an
kuda dapat di raba melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot
daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen
pada cairan semen pada beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa laporan menunjukkan
bahwa setidak tidaknya sumbangan kelenjar prostate sebagaimana substantial kelenjar
vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung banyak ion ion anorganik, meliputi Na, Cl,
dan Mg semuanya dalam larutan.
Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang
terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini
mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih
kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum.
Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral
membersihkan sisa sisa urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat
di lihat sebagai tetes tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya
mengakibatkan sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan
jika semen babai akan digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam,
gumpalan gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen keluar
melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina.
G. Organ Kopulatoris
1. Penis
a.
A. Kesimpulan
Bagian-bagian dari alat reproduksi jantan dapat dibedakan menjadi testis, epididymis, ductus
deferen dan penis. Fungsi testis adalah untuk menghasilkan sel jantan atau spermatozoa dan
menghasilkan hormon androgen. Fungsi epididymis adalah sebagai transpot, sebagai saluransaluran untuk pemasakan spermatozoa, pemekatan atau pemadatan konsentrasi spermatozoa, dan
penimbunan sperma. Fungsi penis adalah untuk lewatnya urine dan menyemprotkan sperma ke
dalam alat reproduksi betina (alat kopulasi). Faktor yang mempengaruhi ukuran dari alat
reproduksi ternak yaitu umur, berat ternak, jenis, spesies dan faktor genetika.
DAFTAR PUSTAKA
Dellmann, Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Edisi ketiga.Fakultas Peternakan UGM.
Yogyakarta
Frandson, R. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Saputro. 2008. Histologi Organ Reprodusi Jantan. Universitas Brawijaya. Malang.
Soeroso, Y. Duma. 2012. Hubungan antar Lingkar Skrotum dengan Karakteristik Cairan dan Spermatozoa
dalam Cauda Epididymis pada Sapi Bali (The Correlation of Scrotal Circumference,
Spermatozoa of Epididymis Caudalis and Dilution Characteristic in Bali Cattle). Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako. Palu
Suatyo, P., dan Chaeri, A. 2013. Histologi Reproduksi Jantan Tikus Putih Setelah Pemberian Propoxur.
Jurnal Inovasi Vol. 3 No. 2, Juli 2009: 99 166 http://isjd.pdii.lipi.go.id diakses pada tanggal 4
Maret 2014 pukul 16.03 WIB
Widjanarko, Bambang. 2011. Informasi Reproduksi. www.fisiologi-reproduksi.html diakses pada tanggal 4
Maret 2014 pukul 16.04 WIB
Popular Posts
LAPORAN PRAKTIKUM ABATOIR
RANSUM TERNAK
Contributors
Ilmu Ternak
Thomas Saputro
Sosial Media
Like
Follow
Circle
Artikel Terbaru
Harga telur hari ini untuk ayam ras pada hari Kamis, tanggal...
Salah satu contoh organ reproduksi sekunder pada ternak dan manusia ialah penis (rudal
kebajikan), penis pada ternak terbagi menjadi 3 tipe, yaitu:
Fibroelastis, ialah tipe penis yang antara ngaceng dan tidaknya ternak tidak kelihatan,
contoh ternak dalam kasus ini ialah sapi dan kambing.
Vaskular, ialah tipe penis yang kalau lagi ngaceng akan kelihatan jelas perbedaan ukuran,
warna, bentuk bahkan tingkat kekerasan dan tingkat kepadatannya, hal ini bisa
diibaratkan cagrak motor yang dari besi. Contoh penis tipe seperti ini ialah bangsa
primata, manusia dan bangsa jin.
Semi fibro-vaskuler, ialah tipe penis vaskular yang tidak bisa ngaceng. Hal ini bisa
dipengaruhi oleh penyakit yang biasa disebut impotensi.