Disusun oleh :
Givari Cahya Oktovidhar
13/349122/PT/06536
XII
Asisten : Nadya Irsalina Nur Kholis
Tinjauan Pustaka
Menurut Dellmann dan Brown (1992), sistem reproduksi jantan
terdiri dari testis yang dikelilingi tunica vaginalis, epididymis, ductus
deferens, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat, dan
bulbouretralis), urethra, dan penis yang dilindungi oleh preputium. Menurut
Frandson (1992), sistem reproduksi berhubungan erat dengan sistem urin.
Keduanya sering dikenal dengan nama sistem urogenital. Urethra
digunakan sebagai saluran baik sistem urin maupun sistem reproduksi
jantan.
Testis
Testis agak bervariasi dari spesies ke spesies dalam hal bentuk,
ukuran, dan lokasi, tetapi struktur dasarnya adalah sama. Masing-masing
testis terdiri dari banyak sekali tubulus seminiferosa yang dikelilingi oleh
kapsul berserabut atau trabekula, melintas masuk dari tunica albuginea
untuk membentuk kerangka atau stroma, untuk mendukung tubulus
seminiferosa. Trabekula ini bergabung membentuk korda fibrosa, yaitu
mediastinum testis (Frandson, 1992).
Rete testis terdiri dari saluran-saluran yang beranastomose dalam
mediastinum testis. Saluran-saluran ini terletak di antara tubulus
seminiferosa dan duktuli eferen yang berhubungan dengan ductus
epididymis dalam kepala epididymis. Sel-sel Leydig menghasilkan hormon
kelamin jantan testosteron yang terdapat di dalam jaringan pengikat
antara tubulus seminiferosa (Frandson, 1992).
Menurut Dellmann dan Brown (1992), bila testis diangkat dari
skrotum, lapis parietal tunica vaginalis tetap melekat pada skrotum,
sedangkan lapis viseralis, pembalut peritoneum pada testis dan
epididymis tetap bertaut pada kapsula testis di bawahnya, yakni tunica
albuginea. Lapis viseralis tunica vaginalis terdiri dari mesotel dan jaringan
ikat yang melekat pada tunica albuginea. Tunica albuginea merupakan
kapsula yang padat, terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur. Materi
utamanya adalah serabut kolagen da sedikit serabut elastik. Tunica
albuginea berlanjut dengan trabekula yang disebut septula testis, yang
arah susunannya memusat ke mediastinum testis.
Jaringan ikat yang mengisi ruang intertubular mengandung
pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas, dan sel-
sel interstisial endokrin (sel Leydig). Sel Leydig ini menghasilkan hormon
androgen testikular (testosteron) dan juga banyak mengandung hormon
estrogen. Bentuk sel-sel interstisial endokrin tidak teratur, sel-selnya
polihedral dengan inti bulat dengan kandungan kromatin perifer. Tubuli
seminiferi konvoluti berbentuk buluh yang berliku-liku dengan diameter
200 sampai 400 µm dibalut oleh epitel banyak lapis yang mengandung
dua jenis sel dasar yang berbeda, yakni sel Sertoli dan sel spermatogenik
(Dellmann dan Brown, 1992).
Epididymis
Spermatozoa bergerak dari tubulus seminiferosa lewat ductulus
eferens menuju kepala epididymis. Epididymis merupakan pipa panjang
dan berkelok-kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis
dengan ductus eferens (vas deferens) (Frandson, 1992). Ductus
epididymis sangat berliku-liku dan mengulir. Panjang ductus cukup
bervariasi di antara spesies dan diperkirakan panjangnya 40 meter pada
sapi dan babi jantan, dan 70 meter pada kuda jantan. Transpor
spermatozoa melalui epididymis memerlukan 10 sampai 15 hari pada
sebagian besar mamalia (Dellmann dan Brown, 1992).
Epididymis dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan
ekor. Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan dasar dan
agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis.
Epididymis berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi
seluas satu per tiga dari bagian depan testis. Saluran epididymis tersusun
dalam lobuli dan mengandung ductuli efferentes testis melalui serosa.
Saluran tersebut terakhir yang menghubungkan rete testis dengan saluran
epididymis berjumlah 13 sampai 15 buah. Caput epididymis di dekat ujung
proximal testis menjadi pipih dan bersambung ke badan (corpus
epididymis) dan berjalan distal sepanjang tepi posterior testis. Corpus
menjelma menjadi cauda epididymis pada ujung distal testis. Saluran
epididymis menjadi lebih kasar di dekat ligamentum testis (Feradis, 2010).
Ductus Deferens
Ductus deferens merupakan kelanjutan dari ductus epididymis yang
setelah membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut
lurus membentuk ductus deferens dengan ciri histologinya. Bagian awal
ductus deferens terdapat dalam funiculus spermaticus, dan dalam rongga
perut berlanjut dalam bentuk lipatan peritoneum (plica ductus deferentis).
Lipatan mukosa ductus deferens dibalut oleh epitel silinder banyak lapis,
sebelum mencapai akhir saluran, epitel berubah menjadi silinder sebaris.
Sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan bercabang di dekat
epididymis. Jaringan ikat longgar pada propria-submukosa banyak
mengandung pembuluh darah, fibroblas, dan serabut elastik. Tunika
muskularis terdiri dari campuran susunan melingkar, memanjang, dan
miring (kuda, sapi, dan babi jantan), namun pada ruminansia kecil dan
karnivora, lapis dalam melingkar dan lapis luar memanjang. Lamina
serosa dengan komponen biasa membalut organ tersebut. Tunika
muskularis pada bagian terminal ductus deferens terdiri dari susunan
bervariasi dari berkas otot polos yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan
banyak pembuluh darah dari tunika adventisia. Lumen bagian ductus
deferens yang berkelenjar dan celah lebar dari kelenjar ke dalam lumen
mengandung sejumlah spermatozoa pada semua hewan piaraan
(Dellmann dan Brown, 1992).
Vas deferens atau ductus deferens mengangkut spermatozoa dari
ekor epididymis menuju ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin
yang penting dalam mekanisasi pengangkutan semen waktu ejakulasi.
Diameter ductus deferens mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali.
Kedua vas deferens yang terletak berdampingan di atas vesica urinaria,
lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus
deferens (Feradis, 2010).
Penis
Penis adalah organ kopulatoris hewan jantan, mempunyai tugas
ganda yaitu pengeluaran urin dan perletakkan semen ke dalam saluran
reproduksi betina. Penis terdiri dari akar, badan, dan ujung bebas yang
berakhir pada glans penis. Bagian ujung atau glans penis terletak bebas
dalam preputium. Badan penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang
relatif besar dan diselaputi oleh suatu selubung fibrosa tebal dan berwarna
putih, tunica albuginea. Urethra dikelilingi oleh corpus cavernosum
urethra, suatu struktur yang relatif lebih kecil di bagian ventral. Kedua
corpora cavernosa bersifat seperti spons dan terbagi atas rongga-rongga
yang dapat dianggap sebagai kapiler-kapiler yang sangat membesar dan
bersambung dengan venae penis (Feradis, 2010).
Penis terdiri dari dua struktur erektil, corpora cavernosa penis dan
corpus spongiosum penis, mengitari urethra spongiosa dan glans penis.
Corpora cavernosa penis muncul dari tuberositas ischiadiscus dan
membentuk badan penis (corpus penis). Corpora cavernosa penis dibalut
oleh tunica albuginea, berbentuk jaringan ikat pekat tidak teratur dan
tebal, mengandung serabut elastik dan otot polos. Glans penis dibalut
oleh tunica albuginea yang kaya akan serabut elastik, berlanjut
membentuk trabekula yang mengitari rongga yang mengandung jaringan
erektil, mirip dengan corpus spongiosum penis (pada kuda) atau plexus
caverna besar (pada anjing). Glans penis ditutup oleh preputium. Bagian
kranial penis dan glans penis terletak dalam kantung terdiri dari lipatan
kulit berbentuk buluh disebut preputium yang terdiri dari bagian luar dan
bagian dalam (Dellmann dan Brown, 1992).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum histologi organ
reproduksi jantan adalah mikroskop cahaya, pensil warna, dan kertas
kerja.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum histologi organ
reproduksi jantan adalah preparat testis, ductus deferens, epididymis, dan
penis.
Metode
Metode yang digunakan pada praktikum histologi organ reproduksi
jantan antara lain preparat histologi testis, ductus deferens, epididymis,
dan penis diamati oleh praktikan dengan menggunakan mikroskop
cahaya. Bagian-bagian alat reproduksi jantan tersebut diidentifikasi. Hasil
pengamatan digambar di kertas kerja dengan pensil warna.
Hasil dan Pembahasan
Gambar 2. Spermatogenesis
(Anonim, 2012)
Hormon yang diproduksi oleh testis ada 3 baik yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi spermatogenesis. Ketiga
hormon ini adalah testosteron, estradiol, dan inhibin. Sel Leydig
memproduksi testosteron dan ditempatkan di dekat tubulus seminiferus.
Sel sertoli terletak di dekat tubulus seminiferus dan memproduksi estradiol
serta inhibin. Menurut Frandson (1992), sel-sel Leydig berfungsi untuk
menghasilkan hormon kelamin jantan testosteron. Menurut Dellmann and
Brown (1992), sel sertoli bentuknya tidak teratur dan memanjang.
Basisnya yang luas menopang pada lamina basalis dan sisa
sitoplasmanya mengarah ke lumen tubulus seminiferus. Sel sertoli
memiliki fungsi nutritive, protektif dan menunjang sel-sel spermatogenik.
Hasil praktikum yang diperoleh sesuai dengan literatur.
Mekanisme hormonal dalam pengaturan proses spermatogenesis
secara lengkap sebetulnya tidak diketahui namun pada kenyataannya
adalah bahwa 10 perkembangan spermatogenesis pada usia dewasa
tergantung pada hipothalamus, kelenjar hypophysis dan fungsi sel leydig
(sebagai penghasil testosteron) dalam testis. Spermatogenesis tidak
dapat diawali oleh FSH dan testosteron apabila tidak terdapat kelenjar
hypophyisis. FSH diperlukan untuk perkembangan androgen binding
protein (ABP) dan untuk perkembangan barrier testis-darah dan fungsi lain
dari sel. Testosteron secara sendirian tanpa bantuan hormon lain akan
memelihara spermatogenesis pada waktu pertama kali fungsi sel sertoli
baru berkembang. Produksi spermatozoa bagaimanapun akan meningkat
jika terdapat FSH. FSH diketahui dapat meningkatkan produksi
spermatogonia dengan cara mencegah diferensiasi spermatogonia tipe A.
Lima puluh persen dari spermatogonia tipe A akan mengalami degenerasi.
Pengurangan jumlah spermotogonia tipe A juga dapat terjadi karena
peningkatan aktivitas seksual, sedangkan level FSH sendiri pada jantan Commented [u1]: Jangan idepan
Androgen binding protein yang diproduksi oleh sel sertoli dan dikeluarkan Commented [u3]:
berat yaitu seekor hewan jantan menjadi steril (Blakely dan Bade, 1998). Commented [u6]: Jangan lupa masukin di dapus & copy
bukunya.
Gambar. Penurunan testis
(Frandson, 1992)
Epididymis
Epididymis mamalia merupakan alat kelamin aksesori dinamik,
tergantung pada androgen testikularis untuk memelihara status
diferensiasi epitel (Dellmann dan Brown, 1992). Berdasarkan hasil
praktikum, secara histologis epididymis dibungkus oleh membran yaitu
mukosa, musculus, dan membran yang sangat tipis yang disebut
membran serosa. Membran mukosa berfungsi untuk menghasilkan mukus
atau lendir sebagai pelicin agar proses transpor spermatozoa lebih
mudah. Musculus berfungsi untuk membantu pergerakan spermatozoa di
dalam epididymis dengan gerak meremas dan mendorong. Membran
serosa berfungsi untuk melindungi epididymis dari kontaminan dan
mikroorganisme dari luar. Epididymis berupa saluran yang dilewati sperma
yang berbentuk seperti pipa yang lunak. Lubang epididymis disebut
lumen.
Ductus epididymis dibalut oleh epitel banyak lapis, dikitari oleh
sedikit jaringan ikat longgar dan otot polos dengan susunan melingkar.
Lumen cauda epididymis dan saluran eksternal lainnya, ductus deferens
dan urethra adalah serupa pada saluran tubuler dari saluran reproduksi
betina. Tunika serosa di bagian luar, diikuti dengan otot daging licin pada
bagian tengah dan lapisan paling dalam adalah epithelial (Dellmann dan
Wrobel, 1992). Epididymis mempunyai empat fungsi yaitu, pengangkutan,
penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan (konsentrasi) sperma.
Struktur ini, yang panjangnya diperkirakan sekitar 40 meter berperan
untuk menyalurkan sperma dari testes ke kelenjar kelamin aksesoris. Air
diserap kembali guna meningkatkan konsentrasi. Pemasakan dicapai
karena ekskresi sel dan sperma disimpan terutama pada epididymis
bagian ekor (cauda) (Frandson, 1992).
Ductus Deferens
Ductus deferens merupakan kelanjutan dari ductus epididymis yang
setelah membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut
lurus membentuk ductus deferens dengan ciri histologinya. Bagian awal
ductus deferens terdapat dalam funiculus spermaticus. Rongga perut,
berlanjut dalam bentuk lipatan peritoneum (plica ductus deferentis).
Lapisan mukosa ductus deferens dibalut oleh epitel silindris banyak lapis,
sebelum mencapai akhir saluran saluran, epitel berubah menjadi silinder
sebaris. Sel-sel silinder di dekat epididymis memiliki mikrovili pendek dan
bercabang (Dellmann dan Brown, 1992).
Berdasarkan praktikum histologi yang dilakukan dengan
menggunakan preparat ductus deferens domba terdiri dari lumen, sel
epitel, lamina propia, musculus circular, musculus longitudinal dalam,
musculus longitudinal luar, dan tunika serosa. Secara histologis, ductus
deferens tersusun atas jaringan fibrosa. Bagian-bagiannya berbentuk
musculus-musculus yang meliputi musculus longitudinal luar, musculus
sirkuler (di tengah), dan musculus longitudinal dalam. Bagian sel epitel
terdapat lamina propria dan lumen.