BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengolahan Data
Hasil pengamatan histologi sistem reproduksi pada mencit dapat dilihat di
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Perbandingan hasil pengamatan histologi sistem reproduksi mencit dengan
literatur
Nama
Preparat
Hasil Pengamatan Literatur
Tubulus
seminiferus
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber :
lab.anhb.uwa.edu.au
Duktus
epididimis
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber : Martini, 2010
Spermato
-sit
primer
Spermato
gonium
Lumen
Stereocilia
Vas deferens
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber : Martini, 2010
Ovarium
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber : Martini, 2010
Hasil pengamatan apusan sperma manusia dan mencit dan
perbandingannya dengan literatur dapat dilihat di Tabel 4.2 berikut.
Lumen
Folikel
tersier
Korpus
luteum
Folikel
sekunder
Tabel 4.2 Perbandingan hasil pengamatan apusan sperma dengan literatur
Nama Preparat Hasil Pengamatan Literatur
Sperma manusia
normal
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: U.S Congress
Office of Technology
Assesment, 1985
Sperma mencit
normal
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sperma mencit
tanpa kepala (no
head)
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sperma mencit
tanpa ekor (no tail)
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sperma mencit
abnormal: ekor
panjang (longtail)
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sperma mencit
abnormal kepala
bulat (round head)
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sperma mencit
abnormal
Amorphous head
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: U.S Congress
Office of Technology
Assesment, 1985
Sperma mencit
abnormal kepala
besar (Giant head)
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: U.S Congress
Office of Technology
Assesment, 1985
Perhitungan parameter fertilitas sperma, yaitu motilitas dan jumlah sperma
dipaparkan sebagai berikut:
Jumlah sperma
Pengenceran pertama :1 tetes sperma = 9 tetes larutan PBS
Pengenceran kedua : 1 tetes sperma = 49 tetes larutan PBS
Hasil perhitungan kedua di hemacytometer I = 30
Hasil perhitungan kedua d hemacytometer II = 29
Faktor koreksi (berdasarkan Tabel 3.2) = 2
I. Jumlah sperma (juta/mL) =
=
II. Jumlah sperma (juta/mL) =
=
Jumlah rata-rata =
Persentase motilitas sperma
Persentase Motilitas I =
Persentase Motilitas II =
Rata-rata =
4.2 Pembahasan
Selama percobaan, ada beberapa reagen yang digunakan. Reagen-reagen
itu antara lain larutan PBS (Phosphate Buffered Solution), eosin 1% dan nigrosin
1%. Setiap reagen memiliki fungsi masing-masing yang mendukung proses
percobaan. Larutan PBS memiliki kandungan yang mirip dengan cairan
ekstraselular di dalam tubuh makhluk hidup sehingga bisa menjaga tekanan
osmosis, menjaga pH dan menyediakan air dan bahan anorganik yang dibutuhkan
oleh sel. Larutan PBS sering digunakan sebagai media untuk isolasi secara singkat
sel hidup. Dalam percobaan ini, larutan PBS yag menjaga agar sel sperma tidak
masih bisa bertahan hidup beberapa lama setelah keluar dari tubuh dan masih
dapat diamati motilitasnya (Martin,2006). Adapun larutan eosin dan nigrosin
digunakan sebagai zat pewarna dalam pembuatan apusan (WHO, 1999).
Dalam percobaan ini, didapatkan dua jenis preparat sperma yaitu sperma
mencit dan manusia. Dapat diamati bahwa terdapat perbedaan morfologis antara
sperma mencit adan manusia. Sperma mencit memiliki kait di bagian kepalanya.
kait ini berfungsi untuk mengaitkan diri ke sperma lain untuk menumpang selama
perjalanan menuju ovum dan dilepaskan saat suatu sperma ingin mendahului
sperma yang lain. Pada sperma manusia, tidak ada struktur seperti ini, Selain itu,
ekor sperma mencit juga lebih panjang dari manusia.
Ada beberapa jenis sperma abnormal yang ditemukan pada percoban ini.
Abormal jenis pertama adalah sperma tanpa kepala atau tanpa ekor. Sperma yang
tidak memiliki struktur kepala tidak akan bisa berjalan apalagi masuk ke ovum,
karena tidak ada nukleus yang memerintahkan flagel untuk bergerak dan
mitokondria (yang ada di leher) untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh
flagel (ekor). Sperma yang tidak memiliki ekor juga tidak bisa bergerak dan
menembus ovum, karena tidak memiliki alat gerak untuk menuju ovum.
Jenis abnormal selanjutnya adalah sperma dengan ekor yang terlalu
panjang. bnormal jenis ini akan mengakibatkan terganggunya mobilisasi sperma.
Sperma yang sedang bergerak akan terlilit ekornya karena terlalu panjang namun
gerakannya cepat. Setelah bagian ekor terlilit, perjalanan sperma akan terganggu.
Jenis abnormal yang ketiga adalah abnormatilas kepala, yaitu kepala yang
bebrntuk bulat (round head), kepala yang bentuknya tidak norman (amorphus
head) dan sperma dengan kepala yang lebih besar (giant head) dari ukuran
normal. Tentu saja ketiga abnormalitas kepala ini akan mengganggu kerja dari
sperma itu sendiri karena bentuk kepala yang abnormal akan mengakibatkan
materi genetik di nukleus sperma tidak terhantarkan dengan sempurna sehingga
ada kemungkinan bayi yang lahir dari sperma tersebut tidak normal.
Dari perhitungan parameter fertilitas yaitu jumlah sperma dan persentase
motilitas sperma, diperoleh hasil sperma dan motilitas.
Sebagai perbandingan, nilai parameter fertilitas standar bisa dilihat d Tabel 4.3
dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3 Standar analisis cairan semen menurut Liphultz (1997)
Sumber: Moreira et al, 2004
Tabel 4.4 Standar analisis cairan semen menurut WHO
Sumber: Moreira et al, 2004
Jika jumlah sperma dari pengamatan dan dari tabel standar dibandingkan,
akan terlihat bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan antara pengamatan
(14,75 juta/mL) dan standar (> 20 juta/mL). Hal ini bisa disebebkan oleh banyak
faktor. Faktor pertama adalah kualitas dari sampel sperma itu sendiri.
Abnormalitas berupa jumlah sperma yang lebih sedikit dari standar bisa terjadi.
Faktor kedua, terlepas dari keadaan sampel sperma itu sendiri adalah kesalahan
pengamat dalam melakukan pengukuran. Saat penghitungan dilaksanakan, sel
sperma masih ada yang hidup dan bergerak sepanjang kotak-kotak hemacytometer
sehingga ada kemungkinan sperma terlewat atau terhitung ulang.
Pada parameter persentase motilitas, dapat dilihat bahwa hasil pengamatan
(43,61%) berbeda dengan standar literatur (50% dan 60%). Selain karena ada
kemungkinan bahwa sperma yang diamati memang sperma yang motlitasnya
rendah, faktor lain seperti matinya sel sperma karena terlalu lama di luar tubuh
dan larutan PBS sudah tidak bisa lagi mendukung kehidupan sel patut
diperhitungkan.
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Jumlah sel sperma manusia pada cairan semen sampel adalah 14,75
juta/mL dengan persentase motilitas 43,61%
2. Organ dalam sistem reproduksi mencit jantan meliputi testis dengan
tubulus seminiferus di dalamnya, duktus epididimis, vas deferens, uretra,
penis dan kelenjar aksesori. Organ terkait dalam sistem reproduksi mencit
betina adalah ovarium, ovidak, uterus dupleks, serviks, vagina dan
kelenjar aksesori yang terletak di sekitar klitoris
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. Reece, Jane B. Urry, Lisa A. Cain, Michale L. Wasserman,
Steven A. Minorsky, Peter V. Jackson, Robert B. 2011. Biology. San
Fransisco, Pearson Benjamin Cummings
Cook, Margaret J. 1965. The Anatomy of Laboratory Mouse . Surrey. Academic
Press
Fox, James G. Barthold, Stephen W. Davisson, Muriel T. Newcomer, Christian G.
Quimby, Fred W. Smith, Abigail L. 2007. The Mouse in Biomedical
Research, Normatve Biology. Husbandry and Model London:
Elsevier Incorporation
Guzick, David S. Overstreet, James W. Factor-Litvak, Pam. Brazil, Charlene K.
Nakajima, Steven T. Coutifaris, Christos. Carsonn, Sandra Ann.
Cisneros, Pauline. Steinkampf, Michael P. Hill, Joseph A. Dong, Xu.
2001 Sperm Morphology, Motility and Concentration in Fertile and
Infertile Men. New England Journal of Medicine. Volume 345 No.
19
Liphultz, Larry I. Howards, Stuart S. Niederger, Craig S. Infertility in The Male.
New York: Cambridge University Press
Martin, N.C. Pirie, A.A. Ford, L.V. Callaghan, C.L.. McTurk, K. Lucy, D.
Scrimger, D.G. 2006 The Use of Phosphate Buffered Saline for the
Recovery of Cells and Spermatozoa from Swabs Science & Justice.
46(3);179:184
Martini, Frederick H. Bartholomew, Edwin F. 2010. Essential of Anatomy and
Physiology. San Fransisco. Pearson International Edition.
Moreira, Sergio G. Liphultz, Larry I. 2004. Managment of Male Infertility. The
Scientifc World Journal.4 S1 214-218
Organization World Health. 1999. WHO Laboratory Manual for the Examination
of Human Semen and SpermCervical Mucus Interactions.4th
ed. Cambridge, United Kingdom: Cambridge University Press
School of Anatomy and Human Biology, Universty of Western Australia. 2009
Blue Histology-Male reproduction System
http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/malerepro/malerep
ro.htm diakses 08-10-2014 jam 02.23
United Stated Congress Office for Technology Assesment, Reproductive Health
Hazard in the Workplace. U.S Government Printing Office