Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN KARDIOVASKULER

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

PRE DAN POST OPERASI JANTUNG

Oleh:

Reren Yora Yutari (183110190)

2/A

Dosen Pembimbing:

Ns. Defia Roza,S.Kep,M.Biomed

PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nyalah
saya dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Kardiovaskuler tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Pre Dan Post Operasi Jantung” tepat pada waktunya dalam
penyusunan makalah ini saya sadar karena kemampuan saya sangat terbatas. Maka makalah
ini masih mengandung banyak kekurangan untuk itu saya harapkan para pembaca bersedia
memberi saran dan pendapat untuk makalah ini.

             Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah
ini, saya ucapkan Terimakasih yang tak terhingga.

Padang, Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5

A. Latar belakang..............................................................................................5
B. Rumusan masalah.........................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................7

A. Defenisi........................................................................................................7
B. Klasifikasi....................................................................................................7
C. Tujuan Operasi Bedah Jantung....................................................................7
D. Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi......................................................8
E. Waktu Terbaik untuk Operasi......................................................................8
F. Pemilihan Tehnik Operasi............................................................................9
G. Diagnosis Penderita Penyakit Jantung.........................................................9
H. Persiapan Pra Bedah..................................................................................10
I. Perawatan Perioperatif Dikamar Operasi...................................................11
J. Perawatan Pasca-bedah..............................................................................13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................17

A. Pengkajian Pre OP......................................................................................17


B. Diagnosa Keperawatan Pre OP..................................................................20
C. Intervensi Keperawatn Pre OP...................................................................21
D. Pengkajian Post OP....................................................................................23
E. Dignosa Keperawatan Post OP..................................................................28
F. Intervensi Keperawatan Post Op................................................................28
G. Implementasi..............................................................................................30
H. Evaluasi......................................................................................................31

3
BAB IV PENUTUP..............................................................................................32

A. Kesimpulan................................................................................................32
B. Saran...........................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu
yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya
pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar
dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi.
Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini
menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan
perawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai
dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas. Bedah jantung
dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung.Prosedur yang sering mencakup
angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner dan perbaikan penggantian katup
jantung yang rusak.
Di masa kini, pasien dengan penyakit jantung dan komplikasi yang menyertainya dapat
dibantu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih besar dan yang diperkirakan sepuluh tahun
silam.Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan diagnostik dimulai
lebih awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan dapat dilakukan jauh sebelum terjadi
kelemahan yang berarti.Penanganan dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus
dikembangkan dengan cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat.Mungkin tak
ada intervensi terapi yang begitu berarti seperti pembedahan jantung yang dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung.
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan anestesia, dan
pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di unit perawatan kritis serta
program rehabilitasi telah banyak membantu pembedahan menjadi pilihan penanganan yang
aman untuk pasien dengan penyakit jantung.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa Definisi Bedah Jantung ?
2.      Apa saja Klasifikasi Bedah Jantung ?
3.      Apa Tujuan Operasi Bedah Jantung ?
4.      Apa saja Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi ?

5
5.      Apa saja Diagnosis Penderita Penyakit Jantung ?
6.      Bagaimana Perawatan Perioperative Dikamar Operasi ?
7.      Bagaimana Perawatan Pasca Bedah?

C. Tujuan
Tujuan Instuksional Khusus
1)      Mengetahui pengertian dari bedah jantung
2)      Mengetahui klasifikasi bedah jantung
3)      Mengetahui Tujuan operasi bedah jantung
4)      Mengetahui toleransi dan perkiraan resiko operasi
5)      Mengetahui diagnose penderita penyakit jantung
6)      Mengetahui perawatan perioperative dikamar operasi
7)      Mengetahui perawatan pasca bedah

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juga merupakan semua tindak
pengobatan yang menggunakan cara infasif dengan cara membuka atau menampilakan
bagian tubuh yang akan ditangani. Misalnya jantung. Umumnya pembukaan bagian
tubuh ini dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan,
dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.

B. Klasifikasi
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga
jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.

C. Tujuan Operasi Bedah Jantung


Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain :
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh
VSD, Koreksi Tetralogi Fallot.
2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama
pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan
operasi yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan
saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami
insufisiensi.
5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan
arteri koroner.
7. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak dengan
blok total atrioventrikel.

7
8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin
diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain

D. Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi


Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan umum penderita yang
biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional dari New York Heart Association.
a) Klas   I    : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari
b) Klas  II    : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan cepat.
c) Klas III   : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan sehari-hari.
d) Klas IV   : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk makan dan
lain-lain sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat tidur.
Waktu terbaik (Timing) untuk melakukan operasi hal ini ditentukan berdasarkan
resiko yang paling kecil.Misalnya umur yang tepat untuk melakukan total koreksi Tetralogi
Fallot adalah pada umur 3 – 4 tahun.
Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena
suatu insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada klas III.Hal ini adalah
saat operasi dilakukan.Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat
resikonya 2x lebih tinggi bila dilakukan elektif.\

E. Waktu Terbaik untuk Operasi


Hal ini ditentukan berdasarkan risiko yang paling kecil. Misalnya umur yang tepat
untuk melakukan total koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 - 4 tahun. Hal ini yaitu
berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta karena suatu insufisiensi
pada kelas IV adalah lebih tinggi dibandingkan pada kelas III. Hal ini adalah saat
operasi dilakukan. Operasi pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat
resikonya 2 kali lebih tinggi bila dilakukan elektif.Pembagian waktu dibagi atas:
1. Emergensi yaitu operasi yang sifatnya sangat perlu untuk menyelamatkan jiwa
penderita. Untuk bypass coroner hal ini dilakukan kapan saja tergantung
persiapan yang diperlukan.
2. Semi Elektif yaitu operasi yang bisa ditunda 2-3 hari atau untuk koroner dilakukan
3x24 jam setelah dilakukan kateterisasi Jantung
3. Elektif yaitu operasi yang direncanakan dengan matang atas indikasi
tertentu,waktunya lebih dari 3 hari

8
F. Pemilihan Tehnik Operasi
Pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah :
1. Apakah bisa dilakukan koreksi total
2. Kalau tidak bisa dilakukan koreksi total karena keterbatasan umur dan
anatomi/kelainan yang didapat maka harus dipilih tehnik operasi untuk
membantu operasi definitif misalnya “ shunt “ pada Tetralogi Fallot.
3. Apabila tidak bisa dilakukan koreksi total atau operasi definitif dengan resiko yang
tinggi maka harus dipilih operasi untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita
tersebut misalnya “shunt” saja.
4. “Repair” katub lebih diutamakan/dianjurkan dari pada “replacement” atau
penggantian katub yang rusak.
5. Hasil-hasil dari kasus-kasus yang sudah dikerjakan orang lain.

G. Diagnosis Penderita Penyakit Jantung


Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu diagnosis maka
diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik/jasmani,
laboratorium, maka untuk jantung diperlukan pemeriksaan tambahan sebagai berikut :
1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai
alat elektrokardiografi.
2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk melihat
pembesaran atrium kiri (foto lateral).
3. Fonokardiografi
4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang pendek dan
pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali. Sehingga terlihat
gambaran rongga jantung dan pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi
Dopler Echocardiografi dengan warna, dimana dari gambaran warna yang terlihat bisa
dilihat shunt, kebocoran katup atau kolateral.
5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena
kemudian dengan “scanner” ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.
6. Kateterisasi   jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang
dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi jantung
kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.

9
H. Persiapan Pra Bedah.
Setelah paasien diputuskan untuk operasi maka perlu dipersiapkan agar operasi
dapat berlangsung sukses. Persiapan terdiri dari :
1. Persiapan mental
Menyiapkan klien secara mental siap menjalani operasi, menghilangkan
kegelisahan menghadapi operasi. Hal ini ditempuh dengan cara wawancara
dengan dokter bedah dan kardiolog tentang indikasi operasi, keuntungan operasi,
komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga hal-hal yang akan
dialami atau yang akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU dan alat yang
akan dipasang, juga termasuk puasa, rasa sakit pada daerah operasi dan kapan
drain dicabut.
2. Persiapan medical
a. Obat-obatan
a) Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu
sebelum operasi (minimal 3 hari sebelum operasi).
b) Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi.
c) Digitalis dan diuretik dihentikan 1 hari sebelum operasi
d) Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonversi dengan
insulin injeksi selama operasi.
e) Obat-obat jantung diteruskan sampai hari operasi.
f) Antibiotika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan
waktu induksi anestesi di kamar operasi, hanya diperlukan test kulit
sebelum operasi apakah ada alergi.
b. Laboratorium 1 hari sebelum operasi antara lain :
a) Hematologi lengkap + hemostasis.
b) LFT.
c) Ureum, Creatinin.
d) Gula darah.
e) Urine lengkap.
f) Enzim CK dan CKMB untuk CABG.
g) Hb S Ag.
h) Gas darah.

10
Bila ada kelainan hemostasis atau faktor pembekuan harus diselidiki
penyebabnya dan bila perlu operasi ditunda sampai ada kepastian bahwa kelainan tersebut
tidak akan menyebabkan perdarahan pasca bedah.
3. Persiapan darah untuk operasi.
Permintaan darah ke PMI terdiri dari :
 Packad cell : 750 cc
 Frash Frozen Plasma : 1000 cc
 Trombosit : 3 unit.
Permintaan darah ke PMI minimal 24 jam sebelum operasi elektif dan tentu
tergantung persediaan darah yang ada di PMI saat itu.
4. Mencari infeksi fokal.
5. Fisioterapi dada.
Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk
mengajarkan bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi untuk
mencegah retensi sputum. Bila penderita diketahui menderita asthma dan
penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) maka fisioterapi harus lebih
intensif dikerjakan dan kadang-kadang spirometri juga membantu untuk
melihat kelainan yang dihadapi. Bila perlu konsultasi ke dokter ahli paru untuk
problem yang dihadapi.
6. Perawatan sebelum operasi.
Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang dari
poliklinik maka perawatan sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1 - 2 hari
sebelum operasi. Hal ini untuk mempersiapkan mental klien dan juga supaya
tidak bosan di Rumah Sakit.

I. Perawatan Perioperatif Dikamar Operasi


Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan
yaitu pre operatif, intra operatif, dan post operatif (Hipkabi, 2014).

Setelah pesien diputuskan operasi, maka persiapan harus dilakukan, yaitu persiapan
fisik maupun persiapan mental. Untuk persiapan fisik, hal-hal yang harus
diperhatikan  ialah persiapan kulit,gastrointestinal,persiapan untuk anastesi, kenyamanan

11
dan  istirahat pasien, serta obat-obatan  yang digunakan. Sedangkan persiapan
mental,sangat tergantung  pada dukungan dari keluarga. Tugas perawat bedah disini adalah
dapat memberikan informasi yang jelas pada pasien.Meliputi anatomi dasar dan kondisi
penyakit pasien. Prosedur operasi sebatas kopetensi yang diberikan, pemeriksaan
diagnostic penunjang, peraturan-peraturan dari tim bedah, keadaan di ruang operasi, jenis
syarat operasi dan ruang tunggu bagi keluarga pasien. Hal ini
dilakukan  pada  saat  perawat bedah melakukan kunjungan sebelum  pasien dioperasi.

1. PengkajianPasien Pada Saat Di Kamar Operasi


a) Observasi tingkat kesadaran pasien
b) Observasi emosi pasien
c) Observasi aktivitas
d) Cek obat yang digunakan
e) Observasi pernafasan pasien
f) Riwayat penyakit, keluarga, kebiasaan  hidup
g) Cek obat yang digunakan
h) Observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
i) Observasi kulit: warna, turgor, suhu, keutuhan
2. Pemeriksaan Diagnose
a) EKG: untuk mengetahui disaritmia
b) Chest x-ray
c) Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinin, BUN, Hb.
d) Kateterisasi
e) Ekhocardiografi
3. Tindakan Perawatan Saat Menerima Pasien di Ruang Persiapan
a) Melakukan serah terima dengan perawat ruangan
b) Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien
c) Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya
d) Memberikan surport kepada pasien
e) Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan seperti ganti baju,
pemasangan infuse, kanulasi arteri dan pemasangan lead EKG
f) Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi
g) Menciptakan situasi yang tenang

12
h) Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan, kontak lensa dan alat
bantu dengar
i) Membawa pasien keruang operasi

J. Perawatan Pasca-bedah
Fase intra operatif/Pasca Bedah dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang perawatan intensif
(Hipkabi, 2014). Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan infus,
pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Dalam hal ini sebagai
contoh memberikan dukungan psikologis selama induksi anastesi, bertindak sebagai
perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan
menggunakan prinsip-prinsip kesimetrisan tubuh (Smeltzer, 2010).

Pengkajian yang dilakukan perawat kamar bedah pada fase intra operatif lebih
kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan ringkas agar segera dilakukan tindakan
keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang bersifat
resiko maupun aktualakan didapatkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
keperawatan. Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada tujuan yang diprioritaskan,
koordinasi seluruh anggota tim operasi, serta melibatkan tindakan independen dan
dependen (Muttaqin, 2009)

Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU.Untuk mengetahui


problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga
dapat diantisipasi dengan baik.Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain

1. Perawatan Pasca Bedah Dibagi Atas


1) Perawatan di ICU.
a) Monitoring Hemodinamik.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
 CVP,  RAP,  LAP.
  Denyut jantung.
  Wedge presure dan PAP.
 Tekanan darah.

13
 Curah jantung.
 Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung
dosisnya, rutenya dan lain-lain.
 Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacuh jantung dll.
b) EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan
adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll. 
Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung
dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan  irama dasar jantung
yang membahayakan.
c) Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan bahkan diberikan
sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan
dilihat :
 Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
 Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.
 Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal,
kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila
perlu dibuat kultur.
d) Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obat-
obatan sedatif pelumpuh otot.  Bila penderita mulai bangun maka disuruh
menggerakkan ke 4 ektremitasnya.
e) Fungsi ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat
hemolisis  dan lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas
memungkinkan harus dikerjakan.
f) Gula darah
Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam
dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
g) Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa   :
 HB,HT,trombosit.

14
 ACT.
 Analisa gas darah.
 LFT / Albumin.
 Ureum, kreatinin, gula darah.
 Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
h) Drain
Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka
observasi di kerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih
dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan  pasca
bedah dan mungkin memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i) Foto thoraks
.Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera
dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
j) Fisioterapi.
.Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas
dalam, vibrilasi, postural drinase).
2) Perawatan setelah di ICU / di Ruangan
Fase post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery
room) atau ruang intensive dan berakhir berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada
tatanan rawat inap, klinik, maupun di rumah.lingkup aktivitas keperawatan mencakup
rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi
efek agen anastesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Hari ke 3
lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
- Elektrolit thrombosis.
- Ureum
- Gula darah.
- Thoraks foto
- EKG  12 lead.
 Hari ke 4  : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
 Hari ke 5  : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
 Hari ke 6  -  10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.

15
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a) Nama   
b) Umur   : kebanyakan disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti  pada kelainan
jantung bawaan) (pada orang dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal
jantung) tapi lebih sering pada anak-anak
c) Jenis kelamin   : kebanyakan terjadi pada laki-laki tapi tidak menutup kemungkinan
terjadi juga pada perempuan
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan
datang dengan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan
nafas cepat
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah merasa sesak dan nyeri pada dada tapi hilang dengan obat
warung
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung
3. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran       
b) Keadaan umun
c) TTV
d) Nadi              
e) TD                   
f) RR                   
g) Suhu                
h) Kepala dan Leher
i) Rambut           

17
j) Wajah              
k) Hidung            
l) Mulut              
m) Leher               
n) Jantung
Inspeksi           : tampak ictus cordis
Palpasi             : ictus cordis kuat angkat
Perkusi            : batas jantung melebar
Auskultasi       : BJ 1 dan 2 melemah, BJ S3 dan S4, disritmia, gallop
o) Paru
Inspeksi           : pengembangan paru kanan-kiri simetris
Palpasi             : ada otot bantu pernafasan
Perkusi            : sonor
Auskultasi       : weezing
p) Abdomen                                                                  
Inspeksi           : Bulat datar
Palpasi            : tidak ada nyeri tekan
Perkusi            : -
Auskultasi       : Bising usus (+)
q)  Ekstremitas 
Ekstremitas Atas         : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Ekstremitas Bawah     :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
r) Sistem Integumen : kulit kering dan turgor kulit juga jelek
s) Genetalia  : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid

4. Pengkajian Fungsional Gordon


1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang
sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
2) Pola nutrisi dan metabolic
a) Makan  : Tidak nafsu makan disebabkan dipsnea
b) Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
3) Pola eliminasi
a) BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine

18
b) BAB : adanya konstipasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena adanya sesak dan nafas
pendek.
5) Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di dada
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
7) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya
pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
8) Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki –laki dan akibat penyakitnya pasien tidak bisa
berhubungan seksual .
9) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh  dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
10) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman sekali dan memegangi dadanya.
11) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan
cobaan dari Allah SWT.

5. Contoh Analisa Data


No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 Ds:  pasien mengatakan Perubahan Penurunan curah
cepat lelah saat beraktifitas kontraktilitas jantung
dan nyeri pada dadanya.
Do :
-    TTV (TD : 120/80-
140/90 mmHg, N : takikardi
(lebih dari 100x/menit),
RR : takipnea (24-
28x/menit), S : 37,50-
38,50 C )

19
-    Bunyi Jantung S3 dan S4
2 Ds:  Pasien mengatakan ketidakseimbang Intoleransi aktivitas
tidak dapat beraktivitas an antara suplai
seperti biasa dan mudah dan kebutuhan
lelah. oksigen
Do:
-    TTV (TD : 120/80-
140/90 mmHg, N : takikardi
(lebih dari 100x/menit),
RR : takipnea (24-
28x/menit), S : 37,50-
38,50 C )
3 Ds:  pasien mengatakan air Gangguan Hipervolemia
kencingnya sedikit mekanisme
Do: regulasi
- TTV (TD : 120/80-140/90
mmHg, N : takikardi (lebih
dari 100x/menit), RR :
takipnea (24-28x/menit), S :
37,50-38,50 C )
- Oedema pada kaki

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas.
2. Intoleransi aktifitas  b.d adanya Ketidakseimbangan  antara suplay dengan kebutuhan
oksigen
3. Hipervolemia b.d Gangguan Mekanisme Regulasi

C. Proses Keperawatan
N Dx.Keperawatan SLKI SIKI

20
o
1 Penurunan curah Setelah dilakukan proses Perawatan Jantung:
jantung b.d keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi tanda dan gejala
perubahan diharapkan curah jantung primer penuruanan curah
kontraktilitas. meningkat dengan kriteria hasil : jantung
1. Kekuatan Nadi Perifer 2. Identifikasi tanda dan gejala
Meningkat sekunder penurunan curah
2. Palpitasi menurun jantung
3. Takikardi menurun 3. Monitor tekanan darah
4. Lelah menurunn 4. Monitor intake dan output
5. Edema Menurun cairan
6. Suara jantung S3 Menurun 5. Monitor EKG 12 Lead
7. Suara Jantung S4 menurun 6. Monitor Aritmia
7. Posisikan Pasien semifowler
atau fowler dengan kaki ke
bawah / posisi nyaman
8. Berikan diet jantung yang
sesuai
9. Berikan Oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94 %
10. Ajarkan Pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan hariana
11. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
12. Rujuk ke program rehabilitas
jantung

2 Intoleransi Setelah dilakukan proses Manajemen Energi:


aktifitas  b.d keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi
adanya diharapkan toleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan
Ketidakseimbang pasien meningkat dengan criteria kelelahan

21
an  antara suplay hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan
dengan 1. Kemudahan melakukan emosional
kebutuhan aktivitas sehari-hari meningkat 3. Berikan aktivitas distraksi
oksigen 2. Keluhan lelah menurun yang menyenangkan
3. Perasaan lemah menurun 4. Anjurkan tirah baring
4.Frekuensi Nadi membaik 5. Anjurkan aktivitas `secara
5. Tekanan darah membaik bertahap
6. Saturasi Oksigen membaik 6. Ajarkan strategi koping untuk
7. Frekuensi Napas membaik mengurangi kelelahan

3 Hipervolemia b.d Setelah dilakukan proses Manajemen Hipervolemia:


Gangguan keperawatan selama 1x24 jam 1.Periksa tanda dan gejala
Mekanisme diharapkan Keseimbangan hipervolemia
Regulasi cairan meningkat dengan kriteria 2. Identifikasi penyebab
hasil : hipervolemia
1. Asupan cairan meningkat 3. Monitor Intake dan output
2. Output Urin meningkat cairan
3. Edema menurun 4. Batasi asupan cairan dan
4. Tekanan Darah membaik garam
5. Frekuensi nadi membaik 5. Anjurkan melapor jika
6. Kekuatan nadi membaik haluaran urin <0,5ml/kg/jam
7. Turgor kulit membaik dalam 6 jam
6. Ajarkan cara membatasi
cairan
7. Kolaborasi pemberian diuretik

Pengkajian Pasien yang telah menjalani Operasi Jantung/Post OP

1. Riwayat Kesehatan

22
a) Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang telah dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan
keluhannya sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah menjalani bedah jantung
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung hingga dilakukan pembedahan

2. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran       
b) Keadaan umun
c) TTV
 Nadi                
 TD                   
 RR                   
 Suhu                
 Kepala dan Leher
d) Rambut           
e) Wajah              
f) Hidung            
g) Mulut              
h) Leher               
i) Thorax
j) Jantung
 Inspeksi           : terdapat bekas jahitan luka operasi
 Palpasi             : adanya nyeri tekan
 Perkusi            : -
 Auskultasi       : terdengar BJ 1 dan 2
k) Paru
 Inspeksi           : pengembangan paru kanan-kiri simetris
 Palpasi             : tidak ada otot bantu pernafasan

23
 Perkusi            : -
 Auskultasi       : weezing
l) Abdomen                                                                 
 Inspeksi           : Bulat datar
 Palpasi             : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi            : -
 Auskultasi       : Bising usus (+)
m) Ekstremitas 
 Eks. Atas         : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
 Eks. Bawah     :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
n) Sistem Integumen : turgor kulit kembali > 1 detik
o) Genetalia         : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid,dan
terpasang kateter
1. ua pipa drainase. semua parameter curah jantung, dan indikasi ketidakseimbangan
elektrolit berikut:
a) Hipokalemia    : intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok,
gelombang T yang datar atau terbalik).
b) Hiperkalemia   : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia
eksremitas, disrirmia (tinggi, gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo,
pelebaran kompleks QRS; perpanjangan interval QT).
c) Hiponatremia  : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma.
d) Hipokalsemia parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani.
e) Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole.
2. Nyeri :sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeri
angina), aprehensi, respons terhadap analgetika.
.

3. Analisa Data
No Analisa data Etiologi Problem
1. Ds: keluarga klien kehilangan darah dan Penurunan curah jantung
mengatakan bahwa pasien perubahan irama jantung

24
mengalami keletihan,
berdebar-debar, nafas
pendek, bingung
Do:
-    TTV (TD : 120/80-
140/90 mmHg, N :
takikardi (lebih dari
100x/menit), RR : takipnea
(24-28x/menit), S : 37,50-
38,50 C )
-    Bunyi Jantung S3 dan
S4
-    Keluaran urin
anadekuat
-    Peralatan pemantau
hemodinamik
memperlihatkan hasil
tidak normal
-    Terdapat edema
2. Ds: keluarga klien Trauma pembedahan dada Gangguan pertukaran gas
mengatakan bahwa pasien ekstensif dan
sesak, nafas pendek, ketidakseimabangan
Do: ventilasi perfusi
- TTV (TD : 120/80-
140/90 mmHg, N :
takikardi (lebih dari
100x/menit), RR : takipnea
(24-28x/menit), S : 37,50-
38,50 C )
- AGD tidak normal
(PO2 :dibawah 80 mmHg,
PCO2 : diatas 45 mmHg,
HCOO-3  : dibawah
21  mmHg, PH :dibawah

25
7,35, SO2  : dibawah
90   mmHg)
- Suara nafas krekel
- Jalan nafas terganggu
- Dasar kuku dan
membrane mukosa pucat

3 Ds: keluarga klien Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut


mengatakan bahwa pasien
merasakan nyeri pada
daerah dada
Do:
- Dahi pasien mengkerut,
merintih dan melindungi
tempat rasa nyeri
- skala nyeri 5
- pasien memegang dada
bagian atas
- menggosok lengan kiri
- TTV : TD:  120/80-
140/90 mmHg, Nadi: 100-
110 x/menit, RR: 20-
24x /menit, Suhu : 370C-
380C
- P : nyeri bertambah jika
digunakan bergerak dan
berkurang bila digunakan
istirahat
-  Q : seperti tertusuk
-  R : didaerah dada,
- S : 5,
- T : waktu bergerak
4. Ds: keluarga klien proses penyakit dan respon Hipertermi
mengatakan bahwa pasien trauma

26
demam
Do:
- Suhu : 38,50C – 390C
- Adanya kemerahan
-Adanya bengkak
-Peningkatan rasa nyeri

B.  Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan perubahan irama
jantung yang terganggu.
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma akibat pembedahan dada
ekstensi dan ketidakseimabangan ventilasi perfusi
3.      Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik
4.     Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dan respon trauma.

C. Proses Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Perubahan curah Setelah dilakukan proses Perawatan Jantung:
jantung b.d keperawatan selama 2x24 1. Identifikasi tanda dan gejala
kehilangan darah jam diharapkan curah primer penuruanan curah jantung
dan perubahan irama jantung meningkat dengan 2. Identifikasi tanda dan gejala
jantung yang kriteria hasil : sekunder penurunan curah jantung
terganggu 1. Kekuatan Nadi Perifer 3. Monitor tekanan darah
Meningkat 4. Monitor intake dan output
2. Palpitasi menurun cairan
3. Takikardi menurun 5. Monitor EKG 12 Lead
4. Lelah menurunn 6. Monitor Aritmia
5. Edema Menurun 7. Posisikan Pasien semifowler
6. Suara jantung S3 atau fowler dengan kaki ke bawah
Menurun / posisi nyaman
7. Suara Jantung S4 8. Berikan diet jantung yang
menurun sesuai
8. Tekanan Darah membaik 9. Berikan Oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen

27
>94 %
10. Ajarkan Pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan hariana
11. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, Jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan proses Terapi Oksigen:
pertukaran gas b.d keperawatan selama 1x24 1. Monitor Posisi alat terapi
trauma akibat jam diharapkan pertukaran oksigen
pembedahan dada gas meningkat dengan 2. Monitor efektifitas terapi
ekstensi dan kriteria hasil : oksigen
ketidakseimabangan 1. Tingkat Kesadaran 3. monitor tanda-tanda
ventilasi perfusi. meningkat hipoventilasi
2. Takikardi menurun 4. Pertahankan kepatenan jalan
3. Dispnea menurun nafas
4. Nafas cuping hidung 5. Berikan oksigen tambahan, jika
menurun perlu
5. PCO2 Membaik 6. Kolaborasi penentuan dosis
6.PO2 membaik oksigen
7. Pola Nafas membaik
8. Ph Arteri membaik

3 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan proses Manajemen Nyeri:


Agen Pencedera keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi lokasi,
Fisik jam diharapkan tingkat karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri menurun dengan kualitas, intensitas nyeri
kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan Nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Meringis Menurun verbal
3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor penyebab
4. Kesulitan tidur menurun yang memperberat dan
5. Pupil dilatasi menurun memperingan nyeri
6. Frekuensi nadi membaik 5. Identifikasi pengaruh nyeri
7. Pola Nafas membaik terhadap kualitas hidup

28
8.Tekanan Darah membaik 6. Berikan teknik non
9. Fungsi berkemih farmakologis untuk menguramgi
membaikk nyeri
10. Pola tidur membaik 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
10. Anjurkan penggunaan
analgetik secara tepat
11. ajarkan teknik farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
12. Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
4 Hipertermi b.d Setelah dilakukan proses Manajemen Hipertermi :
proses penyakit dan keperawatan selama x24 1. Identifikasi penyebab
respon trauma. jam pasien diharapkan hipertermi
termoregulasi membaik 2. Monitor kadar elektrolit
dengan Kriteria Hasil : 3. Monitor haluaran urine
1. Menggigil menurun 4. Monitor komplikasi akibat
2. Pucat menurun hipertermia
3. Takikardi menurun 5. lakukan pendinginan eksternal
4. Suhu Tubuh membaik 6. Berikan oksigen jika perlu
5. Suhu kulit membaik 7. anjurkan tirah baring
6. ventilasi membaik 8. Kolaborasi Pemberian cairan
7. Tekanan Darah membaik dan elektrolit intravena
              
D. Implementasi
Merupakan wujud dari intervensi yang sudah ada dimana perawat melakukan
tindakan yang dapat membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien dengan penyakit
jantung

E. Evaluasi

29
Mengevaluasi respon pasien secara subjektif maupun objektif melalui SOAP serta
mengevaluasi apakah pasien dengan penyakit jantung kebutuhannya sudah terpenuhi dan
menentukan apakah intervensi keperawatan yang dilakukan tercapai sehingga intervensi
dihentikan atau intervensi belum tercapai sehingga dilanjutkan.

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bedah jantung adalah Usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung.
Operasi Jantung Dibagi Atas :
a) Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga
jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal)
b)  Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
Peran perawat pada fase intra operatif ini meliputi yaitu, :
1. Pemeliharaan keselamatan
2. Pematauan fisiologis
3. Dukungan psikologis
4. Penatalaksanaan keperawatan

B. Sara
1. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mengurangi nyeri pada pasien
3. Meningkatkan istirahat yang cukup
4. Mencegah suhu tubuh agar tetap normal
5. Jaga pola makan dan gaya hidup

31
DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.


Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi
Operasi. Sahabat Setia : Yogyakarta.
Nasrul Effendi. 1995.  Pengantar Proses Keperawatan.EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University
Press : Surabaya.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Dewan
Pengurus Pusat:PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Dewan Pengurus
Pusat:PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Dewan Pengurus
Pusat:PPNI

32

Anda mungkin juga menyukai