Anda di halaman 1dari 22

UJIAN TENGAH SEMESTER

Accounting under ideal condition

Analisa Pengakuan Pendapatan dibawah ketidakidealan pada laporan keuangan PT. Garuda
Tahun 2018

Program Studi : Magister Akuntansi

Mata Kuliah : Seminar Akuntansi Sektor Bisnis

Nama Mahasiswa – NIM : Surya – 20180104044

1
Daftar Isi :

Daftar Isi ……………...................................................................................................... 2


Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………………….. 3
Bab I Pendahuluan ......................................................................................................4
1. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
3. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 6

Bab II Pembahasan ..................................................................................................... 7


Bab III Penutup ...........................................................................................................20
Kesimpulan ................................................................................................................ 20
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………………………… 22

2
Kata Pengantar

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Riset mini yang berjudul Accounting under ideal condition :
Analisa Pengakuan Pendapatan dibawah ketidakidealan pada laporan keuangan PT. Garuda
Tahun 2018.

Riset mini ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi syarat guna menyelesaikan UTS Seminar
Akutansi sector Bisnis pada di Universitas Esa Unggul.

Selama penulisan Riset mini ini, saya banyak menerima bantuan dan dukungan sehingga dapat
menyelesaikan Riset mini ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada yang telah membantu

Saya menyadari bahwa RIset mini ini masih jauh dari sempurna karena adanya keterbatasan
ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang bersifat
membangun akan saya terima dengan senang hati. Saya berharap, semoga Riset mini ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, 25 April 2020

Surya

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia


yang merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Nama Garuda
digunakan dan disadur dari nama burung tunggangan Dewa Wisnu dalam legenda pewayangan.
Pada tahun 2007, maskapai ini bersama dengan maskapai Indonesia lainnya (termasuk anak
perusahaan Garuda Indonesia, yaitu Citilink), dilarang terbang memasuki wilayah Eropa
dikarenakan tidak dipenuhinya factor keselamatan yang ditetapkan oleh regulator lokal di
kawasan tersebut. Setahun kemudian, maskapai ini menerima sertifikasi IATA Operational Safety
Audit (IOASA)dari IATA yang menunjukkan bahwa Garuda Indonesia telah memenuhi standar
keselamatan penerbangan internasional.

Kinerja PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sepanjang lima tahun terakhir, Mengutip dari
laporan keuangan yang disampaikan di BEI, kinerja keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)
bervariasi selama lima tahun terakhir dari periode 2014-2018. Adapun laporan keuangan PT
Garuda Indonesia Tbk diaudit oleh akuntan publik Deloitte Satrio Bing Eny dan rekan sejak 2014
hingga 2017. Sedangkan 2018, laporan keuangan perseroan diaudit oleh Tanubrata Sutanto
Fahmi Bambang dan rekan. Tercatat PT Garuda Indonesia Tbk rugi sebanyak dua kali pada 2014
dan 2017 dengan masing-masing angka kerugian USD 370,04 juta dan USD 216,58 juta. Perseroan
mencatatkan untung pada 2015 sebesar USD 76,48 juta. Laba perseroan anjlok 89,9 persen
menjadi USD 8,06 juta pada 2016 dari sebelumnya untung.

Hal ini dipicu pendapatan usaha perseroan hanya naik tipis 1,28 persen dari USD 3,81
miliar pada 2015 menjadi USD 3,86 miliar pada 2016. Pendapatan usaha tumbuh terbatas
lantaran penerbangan tidak berjadwal dari haji dan charter merosot 26,63 persen menjadi USD
192,14 juta pada 2016 dari periode sama tahun sebelumnya USD 261,89 juta. Kemudian

4
perseroan alami rugi mencaoai USD 216,58 juta pada 2017. Hal itu dipicu beban usaha naik 11,63
persen pada 2017 menjadi USD 4,23 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya USD
3,79 miliar. Pada 2018, perseroan membukukan laba USD 809.846 pada 2018 setelah alami
kerugian pada 2017. Hal itu juga ditopang kenaikan pendapatan menjadi USD 4,37 miliar pada
2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 4,17 miliar. Adapun beban usaha perseroan
terbesar pada 2018 mencapai USD 4,57 miliar. Sedangkan beban usaha kecil di antara beban
usaha 2014-2018 yaitu pada 2015 sebesar USD 3,73 miliar.

Pada laporan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tahun 2018 yang diaudit oleh
kantor akuntan public Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan rekan, dalam laporan
keuangannya menyatakan perusahaan meraih laba sebesar US$ 809,85 ribu atau sekitar Rp 11,33
miliar. Namun begitu, laporan keuangan GIAA tersebut menuai polemik. Dua direktur GIAA
disebut menolak menanda tangani laporan keuangan tersebut. Hal itu lantaran piutang GIAA dari
PT Mahata Aero Teknologi dimasukkan ke dalam pos pendapatan dalam laporan keuangan
tersebut. Pencatatan tersebut membuat pos pendapatan usaha lainnya penerbangan plat merah
itu mencapai US$ 306,88 juta.

2. Perumusan Masalah

1. Analisis terhadap kode etik akuntan, Standar akuntan public, dan managemen
perusahaan.
2. Apakah pencatatan transaksi Mahata dalam laporan keuangan Garuda 2018 termasuk
praktik memoles laporan keuangan atau window dressing?
3. Kopentensi Akuntan Public atas audit laporan keuangan GIAA tahun 2018.
4. PSAK yang mendasari transaksi GIAA yang menimbulkan multiinterprestasi

5
3. Tujuan

1. Mengetahui permasalahan yang sebenarnya pada laporan keuangan tahun 2018 PT.
Garuda Indonesia Tbk.
2. Laporan keuangan audit 2018 sudah sesuai dengan PSAK

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penolakan Dua Komisaris PT. Garuda Indonesia Tbk,

Dua komisaris PT Garuda IndonesiaTbk (GIAA) menyatakan keberatan terhadap Laporan


Keuangan 2018, karena terdapat sejumlah kejanggalan dalam penerimaan perusahaan.
Keduanya adalah Chairal Tanjung dan Dony Oskaria yang merupakan Komisaris yang mewakili PT
Trans Airways dan Finegold Resources Ltd, pemegang saham Garuda Indonesia dengan
kepemilikan sebesar 28,08%. keberatan disampaikan karena adanya pendapatan Garuda
Indonesia yang janggal dari kerjasama in-flight wifi dan dengan PT Mahata Aero Teknologi
sebagai mitra. Penyataan keberatan tersebut disampaikan di Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan yang digelar pada Rabu (24/4/2019)

Kedua komisaris itu dikabarkan telah mengirim surat kepada Menteri BUMN Rini
Soemarno yang isinya tidak menandatangani Laporan Tahunan Garuda Indonesia Tahun buku
2018. Keduanya juga menyatakan tidak bertanggung jawab terhadap konsekuensi apapun juga
yang mungkin timbul atas Laporan Tahunan tersebut. Inilah isi lengkap surat dari kedua komisaris
Garuda Indonesia kepada Rini Soemarno yang dimuat oleh portal berita CNBC Indonesia:
“Merujuk kepada Laporan Tahunan Perseroan Tahun Buku 2018 yang diajukan kepada kami
Chairal Tanjung dan Dony Oskaria, masing-masing selaku Komisaris Perseroan yang merupakan
wakil dari PT. Trans Airways dan Finegold Resources Ltd, bersama sama selaku pemilik dan
pemegang 28,08% dari seluruh saham yang telah dikeluarkan oleh Perseroan, untuk
ditandatangani, maka sesuai dengan Pasal 18 Ayat 6 Anggaran Dasar Perseroan, bersama ini kami
bersikap untuk tidak menandatangani Laporan Tahunan tersebut.

7
Sikap kami tersebut didasarkan pada alasan bahwa menurut kami Perjanjian Kerjasama
Penyediaan Layanan Konektivitas Dalam Penerbangan No.CITILINK/JKTDSQG/PERJ-6248/1018
yang ditandatangani oleh PT. Mahata Aero Teknlogi ("Mahata") dan PT. Citilink Indonesia
tertanggal 31 Oktober 2018 beserta perubahannya ("Perjanjian Mahata") dimana pendapatan
Perseroan dari Mahata yaitu sebesar US$ 239.940.000, yang diantaranya sebesar US$ 28.000.000
merupakan bagian bagi hasil Perseroan yang didapat dari PT. Sriwijaya Air, tidak dapat diakui
dalam tahun buku 2018. Adapun sikap kami tersebut didasarkan kepada pertimbangan sebagai
berikut:
A. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.23 ("PSAK"):
1. Tidak dapat diakuinya pendapatan tersebut karena hal ini bertentangan dengan PSAK 23
Paragraf 28 dan 29 yang berbunyi sebagai berikut:
Paragraf 28 :
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga,
royalti dan dividen diakui dengan dasar yang dijelaskan di Paragraf 29, jika: (a) kemungkinan bear
manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas; dan (b)
jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Paragraf 29 :
(b) royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan 2. Dalam
Lampiran PSAK 23 Paragraf 20 lebih dijelaskan lagi dalam ilustrasi makna dari PSAK 23 Paragraf
28 tersebut yaitu bahwa imbalan lisensi atau royalti akan diterima atau tidak diterima bergantung
kepada kejadian suatu peristiwa masa depan. Dalam hal ini pendapatan hanya diakui jika
terdapat kemungkinan besar bahwa imbalan atau royalti akan diterima. Keandalan dapat
diterimanya pendapatan harus diukur dengan pendapatan tetap atau jaminan yang tidak dapat
dikembalikan dalam suatu kontrak yang tidak dapat dibatalkan.

8
B. Berdasarkan Perjanjian Mahata:
1. Perjanjian Mahata ditandatangani 31 Oktober 2018, namun hingga tahun buku 2018 berakhir,
bahkan hingga surat ini dibuat, tidak ada satu pembayaran pun yang telah dilakukan oleh pihak
Mahata meskipun telah terpasang satu unit alat di Citilink. 2. Dalam Perjanjian Mahata tidak
tercantum "term of payment" yang jelas bahkan pada saat ini masih dinegosiasikan cara
pembayarannya. 3. Sampai saat ini tidak ada jaminan pembayaran yang tidak dapat ditarik
kembali (seperti Bank Garansi atau instrumen keuangan yang setara) dari pihak Mahata kepada
Perseroan. Padahal Bank Garansi atau instrument keuangan yang setara merupakan instrumen
yang menunjukan kapasitas Mahata sebagai perusahaan yang "bankable" 4. Mahata hanya
memberikan Surat Pernyataan Komitmen Pembayaran Biaya Kompensasi sesuai dengan paragraf
terakhir halaman satu dari surat Mahata No.A.031/Dir/MAT/III/2019 tanggal 20 Maret 2019
sebagai berikut: "Skema dan ketentuan pembayaran ini tetap akan tunduk pada ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam Perjanjian. Ketentuan dan skema pembayaran sebagaimana
disampaikan dalam surat ini dan Perjanjian dapat berubah (rescheduling) dengan mengacu
kepada kemampuan finansial Mahata. Dalam hal ini akan dilakukan perubahan (rescheduling),
Mahata akan memberikan pemberitahuan tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
tanggal efektif berlakunya skema dan ketentuan pembayaran yang baru." 5. Dalam Perjanjian
Mahata juga terdapat pasal pengakhiran yang menyatakan Citilink dapat mengakhiri sewaktu
waktu dengan alasan bisnis. 6. Pengakuan pendapatan dari Perjanjian Mahata oleh Perseroan
adalah sebesar US$239.940.000 merupakan jumlah yang signifikan yang apabila tanpa
pengakuan pendapatan ini Perseroan akan mengalami kerugian sebesar US$ 244.958.308.
Adapun dengan mengakui pendapatan dari Perjanjian Mahata maka Perseroan membukukan
laba sebesar US$ 5.018.308 7. Perseroan mengakui pendapatan dan piutang terhadap PT.
Sriwijaya Air sebesar US$ 28.000.000 ditambah PPN sebesar US$ 2.800.000 yang merupakan
bagian bagi hasil Perseroan dimana PT. Sriwijaya Air belum menerima pembayaran dari pihak
Mahata.

9
C. Dampak dari Pengakuan Pendapatan:
1. Laporan keuangan Perseroan Tahun Buku 2018 menimbulkan "misleading" atau menyesatkan
yang material dampaknya, dari sebelumnya membukukan kerugian yang signifikan menjadi laba,
terlebih Perseroan adalah perusahaan publik atau terbuka. 2. Adanya potensi yang sangat besar
untuk penyajian kembali laporan keuangan Perseroan Tahun Buku 2018 yang dapat merusak
kredibilitas Perseroan. 3. Pengakuan pendapatan ini menimbulkan kewajiban perpajakan
Perseroan baik Pph maupun PPN yang seharusnya belum waktunya dan hal ini dapat
menimbulkan beban "cashflow" bagi Perseroan. Selain itu, dapat kami sampaikan bahwa kami
telah meminta pendapat dari Ketua Institut Akuntansi Indonesia ("IAI") dan salah satu Kantor
Akuntan Publik ("Big Four") yang menyatakan bahwa penerapan pengakuan pendapatan dimuka
tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan Indonesia. Selaku Komisaris kami juga telah
mengirimkan surat kepada Direksi dengan No.Garuda/DEKOM-006/2019 tertanggal 18 Februari
2019 Perihal Kajian atas Pengakuan Pendapatan "Biaya kompensasi" Kerjasama Penyediaan
Layanan Konektivitas dalam Penerbangan antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink
Indonesia di tahun 2018. Dari apa yang kami uraikan di atas, terlihat jelas tidak terpenuhinya
klausul kepastian pendapatan menurut PSAK 23 untuk pendapatan sekaligus pada tahun buku
2018 dan lemahnya Perjanjian Mahata. Oleh karenanya, kami tegaskan lagi bahwa kami
memutuskan untuk tidak menandatangani Laporan Tahunan Tahun Buku 2018 dan kami tidak
bertanggung jawab terhadap konsekuensi apapun juga yang mungkin timbul atas Laporan
Tahunan tersebut. Demikian kami sampaikan kepada Ibu Menteri sebagai tanggung jawa kami
selaku Komisaris Perseroan dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.”
B. Apakah terjadi praktik memoles laporan keuangan atau window dressing?

Dalam konteks kasus Garuda, cukup jelas bahwa transaksi dari kontrak Mahata, signifikan
menentukan tidaknya Garuda terhindar dari kerugian pada periode 2018. Garuda memperoleh
pendapatan senilai US$239,94 juta dari Mahata pada 2018, dan menjadikan Garuda (grup)
membukukan laba bersih sebesar US$5,02 juta. Jika tidak ada kontrak itu, maskapai tentu bisa
mencatatkan rugi US$244 juta.

10
Anggota Dewan Konsultatif Standar Ikatan Akuntansi Keuangan Cris Kutandi juga sepakat
pencatatan transaksi kontrak Mahata tidak wajar. Seharusnya, nilai transaksi selama 15 tahun
dibagi rata setiap tahunnya selama durasi kerja sama yang disepakati. “Harus ada perbandingan
yang seimbang antara pendapatan (revenue) dengan beban operasi di masing-masing tahun.
Artinya pendapatan itu harus disebar selama 15 tahun lagi,” katanya kepada Tirto. Banyak hal
yang mendorong perusahaan melakukan window dressing, mulai dari mengejar target yang tinggi
dari atasan, menghindari pajak, mengejar bonus atau penghargaan, menarik investor dan lain
sebagainya. Pada kasus Garuda, dugaan upaya memoles laporan keuangan ini ada yang
mengaitkannya dengan momentum Pilpres 2019. Berbagai masalah maskapai pelat merah ini
kerap jadi bahan kritikan oleh capres nomor urut 2 Prabowo Subianto sebagai bahan kampanye
untuk menyerang petahana. “Memang ada motif politis dalam window dressing Garuda ini.
Beberapa kali Kementerian BUMN diserang atau dicap gagal karena banyak BUMN yang rugi,”
tutur Bhima Yudhistira Adhinegara, ekonom dari INDEF, kepada Tirto. Pada kasus di luar negeri,
skandal window dressing yang menyesatkan juga dilakukan perusahaan-perusahaan besar di
dunia, seperti Toshiba. Perusahaan asal Jepang itu diketahui menggelembungkan labanya hingga
US$1,2 miliar selama periode 2008-2015. Mengutip dari New York Times, penggelembungan itu
didorong krisis keuangan global 2008, sehingga membuat para manajer dari berbagai divisi
Toshiba mengambil ‘jalan pintas’ agar nilai laba usaha sesuai keinginan atasan mereka. Mengenai
dugaan window dressing, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Fuad Rizal
menegaskan Garuda tidak melanggar PSAK No. 23 tentang Pendapatan karena pendapatan dapat
dibukukan sebelum kas diterima. “Kami yakin pengakuan pendapatan atas biaya kompensasi atas
transaksi dengan Mahata itu telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku,”
katanya sebagaimana dilaporkan Tirto. Keyakinan itu juga didukung dari hasil audit dari Kantor
Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan, di mana merupakan anggota
dari BDO International dan Big 5 Accounting Firms Worldwide. Menurut KAP Tanubrata Sutanto
Fahmi Bambang & Rekan, sebagai auditor independen laporan keuangan Garuda 2018, laporan
keuangan Garuda telah disajikan secara wajar dalam seluruh hal yang material atau disebut wajar
tanpa pengecualian.

11
C. Dampak Bagi Perusahaan
Pembukuan yang tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan tentu menjadi sentimen yang
buruk bagi citra perusahaan, terutama perusahaan terbuka. Perusahaan terbuka dituntut
menjalankan tata kelola yang baik. Apabila dilanggar, jelas akan menimbulkan ketidakpercayaan
terhadap para investor. Biasanya, ketidakpercayaan investor tersebut akan berdampak terhadap
pergerakan saham. Gerak saham Garuda misalnya, trennya terpantau menurun pasca RUPS 24
April lalu. Sebelum RUPS, saham Garuda berada di level Rp525 per saham. Setelah RUPS, harga
saham Garuda ditutup di Rp500 per saham, dan terus menurun ke Rp470 pada 29 April 2019.
Konsekuensi yang lain adalah pemberian sanksi dari otoritas bursa kepada korporasi yang
terbukti memanipulasi laporan keuangan yang diatur pada pasal 69 UU Pasar Modal (PDF)
tentang standar akuntansi, mulai dari berupa peringatan tertulis, denda, hingga pencabutan izin
usaha. Sanksi juga bisa diberikan kepada KAP bila terbukti melakukan penilaian tak sesuai dengan
kenyataan. Namun, yang tak kalah penting, pemerintah sebagai salah satu pemegang saham
punya tanggung jawab terhadap direksi Garuda, apakah masih layak memberikan kepercayaan
bila terbukti ada pelanggaran.

D. Penjelasan Auditor Menurut PSAK 23

Kantor akuntan publik Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan rekan, auditor laporan keuangan
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. periode 2018, mengklaim pengakuan pendapatan atas
perjanjian kerja sama PT Mahata Aero Teknologi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan rekan turut memberikan
penjelasan mengenai pengakuan pendapatan Garuda Indonesia atas perjanjian kerja sama (PKS)
Mahata Aero Teknologi dalam keterbukaan informasi di situs resmi Bursa Efek Indonesia, Senin
(6/5/2019).
Auditor menjelaskan bahwa pihaknya mempelajari perlakuan akutansi dalam contoh ilustratif
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 23 paragraf 20. Dalam poin itu, dijelaskan
imbalan dan royalti yang dibayarkan untuk pengunaan aset entitas seperti merek dagang, paten,
piranti lunak, hak cipta musik, rekaman master, dan film normalnya diakui sesuai dengan

12
substansi perjanjian. Dalam praktiknya, hal ini dapat digunakan dasar garis lurus selama masa
perjanjian. Sebagai contoh, ketika pemegang lisensi memiliki hak untuk memakai teknologi
tertentu selama jangka waktu tertentu. Artinya, penyerahan hak dengan imbalan tetap atau
jaminan yang tidak dapat dikembalikan dalam suatu kontrak yang tidak dapat dibatalkan yang
mengizinkan pemegang lisensi untuk mengeksploitasi hak tersebut secara bebas dan pemberi
lisensi tidak memiliki sisa kewajiban untuk dilaksanakan secara substansi merupakan penjualan.
Pendapatan atas biaya kompensasi hak pemasangan layanan peralatan layanan konektivitas dan
hak pengelolaan layanan inflight entertainment bersifat non-refundable yang tidak dapat
dibatalkan sehingga substansi merupakan transaksi penjualan hak yang diakui pada saat
perjanjian ditandatangangi [sekaligus],” jelas auditor dalam keterbukaan informasi, Senin
(6/5/2019). Penjelasan itu, menurut auditor, juga sesuai dengan Pasal 16 Ayat 1 dan 3 PKS yang
menyatakan Citilink akan melakukan evaluasi setiap dua bulan seklai atas pelaksanaan perjanjian
kerja sama oleh Mahata. Apabila hasilnya tidak memberikan keuntungan maka perseroan berhak
mengakhiri perjanjian. Dalam perjanjian kerja sama diakhiri, maka semua hak dan kewajiban
yang belum diselesaikan dan/atau telah timbul sebagai akibat dari pelaksanaan dan/atau
penerapan perjanjian kerja sama ini sebelum berakhirnya perjanjian, kewajiban tersebut harus
diselesaikan selambat-lambatnya 14 hari sejak PKS dinyatakan berakhir.

Bila mengacu PSAK 23 paragraf 14, transaksi penjualan hak pemasangan peralatan layanan
konektivitas dan hak pengelolaan In-Flight Entertainment dapat diakui pendapatan penjualan
barang jika kondisi telah dipenuhi beberapa syarat. Pertama, Garuda Grup telah menyerahkan
hak pemasangan peralatan layanan konektivitas dan hak pengelolaan In-Flight Entertainment
pada saat perjanjian ditandatangani. Segala menfaat kepemilikan yang sebelumnya dibukukan
pada pendapatan Garuda Grup dihehentikan dan diserahkan kepada Mahata.
Kedua, entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas
barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual. Berdasarkan perjanjian,
Garuda Grup telah menyerahkan hak pemasangan layanan konektivitas dan hiburan kepada
Mahata.
Ketiga, jumlah pendapatan dapat diukur secara andal. Dalam perjanjian, disepakati bahwa biaya
kompensasi atas hak pemasangan peralatan layanan konektivitas sebesar US$92,94 juta untuk

13
103 pesawat Garuda, US$39 juta untuk 50 pesawat Citilink, dan US$30 juta untuk 50 pesawat
Sriwijaya. Adapun, biaya kompensasi atas hak pengelolaan layanan hiburan dalam pesawat dan
manajemen konten senilai US$80 juta untuk 99 pesawat Garuda. Keempat, kemungkinan besar
manfaat ekonomik yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas. Kelima, biaya
yang terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat diukur secara andal.

Prosedur audit lainnya mengacu ke PSAK 23 paragraf 22 yang menyatakan pendapatan diakui jika
kemungkinan besar manfaat ekonomis sehubungan dengan transaksi akan mengalir ke entitas.
Akan tetapi, jika ketidakpastian timbul atas kolektibilitas jumlah yang telah termasuk
pendapatan, maka jumlah yang tidak tertagih atau jumlah pemulihan yang kemungkinannya
tidak lagi besar diakui sebagai beban, bukan sebagai penyesuaian terhadap jumlah pendapatan
yang diakui semula. Berdasarkan prosedur audit tersebut, auditor berpendapat bahwa
perlakukan akutansi untuk pendapatan Garuda Indonesia atas PKS dengan Mahata telah diakui
dan dicatat sesuai standar akutansi keuangan yang berlaku, khususnya PSAK 23.

Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) memberikan penjelasan kepada Bursa


Efek Indonesia (BEI) terkait laporan tahunan 2018 perseroan yang sedot perhatian publik
baru-baru ini. BEI meminta penjelasan perseroan dalam suratnya pada 24 April 2019. Dalam
surat tersebut ada tujuh pertanyaan yang diajukan mulai dari piutang diakui sebagai
pendapatan hingga keterangan mengenai PT Mahata Aero Teknologi.

1.Klarifikasi atas kebenaran berita tersebut?

Pencatatan pendapatan atas hak kompensasi layanan konektivitas dan in-flight


entertainment telah sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku. Selain itu, laporan
keuangan tahun buku 2018 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik dengan opini wajar tanpa
pengecualian.

Perseroan juga telah melakukan keterbukaan informasi dalam rangka pemenuhan Peraturan
IX.E.2 tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha utama sehubungan
transaksi dengan PT Mahata Aero Teknologi pada 4 April 2019 melalui website BEI dan surat
kabar suara pembaruan.

Sebagai tambahan informasi, mengacu kepada Peraturan IX.E.2 nilai transaksi yang
tercantum pada laporan keterbukaan informasi tersebut merupakan nilai transaksi antara

14
Perseroan dan Mahata, sementara itu LKT yang dipublikasikan pada 1 April 2019 merupakan
laporan keuangan konsolidasian Perseroan.

2.Penyebab 2 komisaris perseroan tidak menandatangani laporan tahunan 2018?

Sesuai dengan penjelasan Dewan Komisaris yang disampaikan pada RUPS Tahunan
Perseroan yang diselenggarakan pada tanggal 24 April 2019 (“RUPST”) bahwa terdapat 2
(dua) Anggota Komisaris yang berpendapat pendapatan Perseroan dari Mahata tidak dapat
diakui dalam tahun buku 2018 karena tidak sesuai dengan PSAK 23.

3. Dampak permasalahan tersebut terhadap pelaksanaan RUPS dan pemenuhan


ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan ketentuan yang berlaku lainnya?

Tidak terdapat dampak apapun dari tidak ditandatanganinya Laporan Tahunan Perseroan
tahun buku 2018 oleh 2 (dua) Dewan Komisaris terhadap pelaksanaan RUPS Perseroan.

Dapat kami sampaikan bahwa Laporan Tahunan Perseroan tahun buku 2018 termasuk di
dalamnya Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan tahun 2018, Laporan Tugas
Pengawasan Dewan Komisaris dan Laporan Keuangan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan Perseroan tahun 2018 telah mendapatkan persetujuan dari RUPS Tahunan yang
diselenggarakan pada 24 April 2019.

4. Penjelasan mengenai kriteria pengakuan pendapatan atas kerja sama dengan PT


Mahata Aero Teknologi beserta dasar PSAKnya?

Pengakuan Pendapatan sesuai dengan PSAK 23 Sesuai dengan PSAK 23 Paragraf 29


pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen diakui jika:

i. Kemungkinan besar manfaat ekonomik aset tersebut mengalir ke entitas

ii. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal

Sebagaimana yang tercantum pada Perjanjian Kerja Sama (“PKS”) penyediaan layanan
konektivitas dalam penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia
No. Citilink/JKTDSQG/PERJ-6248/1018 pasal 3 dan 8 bahwa PT Citilink Indonesia menerima
manfaat ekonomik berupa peningkatan kualitas layanan dan potensi pendapatan.

15
PKS sebagaimana tersebut di atas juga telah menyatakan jumlah nilai biaya kompensasi dan
alokasi slot dari pesawat terhubung, sehingga pendapatan dari PT Mahata Aero Teknologi
dapat diukur secara andal.

Atas dasar tersebut dan didukung oleh pendapat hukum dari Law Firm Lubis, Santosa &
Maramis tidak terdapat kewajiban kontraktual untuk mengembalikan biaya kompensasi.
Maka biaya kompensasi dapat diakui sebagai pendapatan pada 2018.

Sesuai dengan perjanjian pasal 3 dinyatakan bahwa PT Mahata Aero Teknologi akan
melakukan dan menanggung seluruh biaya penyediaan, pelaksanaan, pemasangan,
pengoperasian, perawatan dan pembongkaran dan pemeliharaan termasuk dalam hal
terdapat kerusakan, mengganti dan/atau memperbaiki peralatan layanan konektivitas dalam
penerbangan dan hiburan dalam pesawat dan manajemen konten.

Oleh karena itu, secara substantial imbalan yang diterima atas penyerahan hak pemasangan
dan hak pengelolaan tersebut di atas merupakan imbalan tetap atau jaminan yang tidak dapat
dikembalikan dalam suatu kontrak yang tidak dapat dibatalkan yang mengizinkan pemegang
hak untuk mengeksploitasi hak tersebut secara bebas dan pemberi hak tidak memiliki sisa
kewajiban untuk dilaksanakan, pendapatan atas kompensasi hak pemasangan peralatan
layanan konektivitas pesawat dan kompensasi hak pengelolaan layanan hiburan dalam
pesawat dan manajemen konten sebesar USD 211.940.000 diakui pada saat penyerahan
hak kepada PT Mahata Aero Teknologi pada tahun 2018

2. Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa ISAK 8

Kami juga telah melakukan kajian apakah perjanjian penyediaan layanan konektivitas dalam
penerbangan antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia mengandung sewa
sesuai dengan ISAK 8 Par.06 dan Par.07 untuk mendukung dan/atau menguatkan
pendapatan kami bahwa transaksi penyerahan hak pemasangan perangkat konektivitas di
pesawat dan layanan In- Flight Entertainment bukan merupakan sewa, namun merupakan
penyerahan hak dengan imbalan tetap, tidak dapat dikembalikan dan tidak ada sisa
kewajiban yang harus dilaksanakan sebagaimana kriteria berikut :

i. Pemenuhan perjanjian bergantung pada aset atau aset-aset tertentu

Jika pemasok berkewajiban untuk menyerahkan barang dan jasa dalam jumlah tertentu,
serta mempunyai hak dan kemampuan untuk menyediakan barang dan jasa tersebut dengan

16
menggunakan asset lain yang tidak ditentukan dalam perjanjian, maka pemenuhan perjanjian
tidak bergantung pada asset tertentu sehingga perjanjian tersebut tidak mengandung sewa.

Sebagaimana yang tercantum pada Perjanjian Kerja Sama (“PKS”) penyediaan layanan
konektivitas dalam penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia
No. Citilink/JKTDSQG/PERJ-6248/1018 Pasal 4 dan Pasal 12 ayat 2 PT Citilink Indonesia
akan menyediakan sejumlah pesawat dalam Aircraft List Service yang akan dikelola PT
Mahata Aero Teknologi.

Selain itu disebutkan PT Citilink Indonesia dapat menggantikan dengan pesawat lainnya
yang belum terpasang Peralatan Layanan Konektivitas apabila jangka waktu pesawat
terhubung harus dikembalikan kepada penyewa (lessor).

Berdasarkan hal di atas, pemenuhan perjanjian tidak bergantung pada aset atau aset-aset
tertentu maka transaksi skema kerja sama Layanan In-Flight Connectivity dan In-Flight
Entertainment dengan PT Mahata Aero Teknologi tidak mengandung sewa.

ii. Perjanjian tersebut memberikan suatu hak untuk menggunakan aset

Suatu perjanjian memberikan hak untuk menggunakan suatu aset jika perjanjian tersebut
memberikan hak kepada pembeli untuk mengendalikan penggunaan aset tersebut.
Sebagaimana yang tercantum pada Perjanjian Kerja Sama (“PKS”) penyediaan layanan
konektivitas dalam penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia
No. Citilink/JKTDSQG/PERJ-6248/1018 pasal 3 dan 5 bahwa Mahata tidak memiliki
kemampuan dan hak untuk mengoperasikan pesawat serta tidak memiliki hak untuk
mengendalikan peralatan/kelengkapan pesawat yang dimiliki/ dioperasikan PT Citilink
Indonesia.

Berdasarkan di atas, perjanjian antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia
tidak memberikan suatu hak menggunakan aset maka transaksi kerja sama Layanan In-
Flight Connectivity dan In-Flight Entertainment dengan PT Mahata Aero Teknologi tidak
mengandung sewa.

Kesimpulan Pemenuhan aspek PSAK Sebagaimana penjelasan kami di atas, maka dapat
kami simpulkan pengakuan pendapatan atas penyerahan hak pemasangan perangkat In-
Flight Connectivity dan Layanan In- Flight Entertainment, juga Content Management telah
dilandasi dan sejalan dengan PSAK.

5.Pertimbangan perseroan melakukan kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi?

17
Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja, Perusahaan memiliki beberapa inisiatif untuk men-
generate ancillary revenue yang salah satunya melalui kerja sama dengan investor yang memiliki
kapasitas dan kapabilitas dalam Layanan In-Flight Connectivity dan In-Flight Entertainment.

Dengan market share Garuda Group mencapai 51 persen atau dengan jumlah pelanggan sebesar
30 juta pelanggan per tahun, maka Garuda Grup merupakan market place yang potensial untuk
sarana dan/atau media iklan.

Melalui transaksi ini, Perseroan dapat memperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan service level kepada penumpang Garuda Indonesia dengan menyediakan


layanan konektivitas pada seluruh pesawat Garuda Indonesia.

2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja Perusahaan dengan men-generate ancillary


revenue.

3. Perseroan dapat melakukan efisiensi beban usaha dengan mengurangi biaya pengelolaan
layanan In-Flight Entertainment yang akan menjadi beban PT Mahata yang akan meningkatkan
laba Perseroan secara konsolidasi.

4. Perseroan akan memperoleh pendapatan yang berasal dari biaya kompensasi hak
pemasangan peralatan layanan konektivitas dan hak pengelolaan layanan In-Flight
Entertainment dari PT Mahata yang akan meningkatkan laba Perseroan secara konsolidasi.

5. Perseroan akan memperoleh pendapatan yang berasal dari alokasi slot dari PT Mahata yang
akan meningkatkan laba Perseroan secara konsolidasi.

6. Meningkatkan kinerja keuangan Perseroan secara konsolidasi yang dapat meningkatkan nilai
saham Perseroan dan memberikan nilai tambah bagi Pemegang Saham.

6. Profil PT Mahata Aero Teknologi yang meliputi tahun berdiri, bidang usaha, pemegang saham
sampai dengan ultimate shareholder, jumlah aset?

Riwayat Singkat Perusahaan PT Mahata Aero Teknologi didirikan berdasarkan Akta No. 3
tanggal 03 November 2017 yang dibuat oleh Yeldi Anwar, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian
ini disahkan oleh Menteri Hukum dan Perundangundangan Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No. AHU- 0140899.AH.01.11.TAHUN 2017 tanggal 08 November 2018. Perusahaan
berdomisili di Prosperity Tower 9th Floor, Unit F, District 8, SCBD Lot 28, Jalan Jenderal
Sudirman Kav. 52-53 Jakarta Selatan 12190.

18
Kegiatan usaha Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan adalah berusaha dalam bidang industri jasa, perdagangan, pembangunan,
percetakan, transportasi dan pertanian. Saat ini kegiatan usaha Mahata bergerak dibidang
penyediaan layanan internet pada transportasi udara.

Susunan pemegang saham:

-Hendro Prasetyo dengan kepemilikan 32 persen, jumlah Rp 3.360.000.000

-PT Wicell Technologies dengan kepemilikan 33,50 persen, jumlah Rp 3.512.000.000

-Muhammad Fitriansyah dengan kepemilikan 32 persen, jumlah Rp 3.360.000.000

-Edwar Sidharta Jayasubrata dengan kepemilikan 2,50 persen, jumlah Rp 262.500.000

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi per 31 Desember 2018:

Komisaris: Hendro Prasetyo

Direktur Utama: Muhammad Fitriansyah

Direktur: Yugo Irwan Budiyanto

Direktur: Junirzan Murdian

Direktur: Edward Sidharta Jayasubrata

7.Apakah perseroan memiliki kontrak sejenis dengan vendor lainnya?Jika ya mohon


penjelasan yang meliputi nama vendor, nilai kontrak dan periode kontrak?

Perseroan tidak memiliki kontrak kerja sama dengan penyedia layanan konektivitas sejenis
dengan vendor lainnya. Perseroan hanya memiliki kerja sama dengan penyedia konektivitas dan
bukan penyedia alat konektivitas.

Selain itu, perseroan juga memiliki kontrak kerja sama terkait dengan content management in-
flight entertainment yang akan berakhir pada Juni 2019.

19
BAB III
KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sedang menelaah metode audit laporan keuangan
tahun 2018 milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Melalui langkah ini, IAPI ingin memastikan
bahwa akuntan yang berada di bawah naungannya benar-benar mematuhi kode etik dan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP). Ketua Umum IAPI Tarkosunaryo mengatakan IAPI telah
memanggil Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mengaudit laporan keuangan Garuda Indonesia,
yakni KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, dan rekan. Kemudian, IAPI juga sudah menelaah
keterbukaan informasi Garuda Indonesia untuk mendapatkan fakta, bahwa transaksi sebesar
US$239 juta dengan PT. Mahata Aero Teknologi benar-benar bisa dianalisis menggunakan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23. IAPI masih akan melakukan komunikasi dan
diskusi dengan KAP tersebut untuk mendapatkan informasi atau fakta tambahan yang sekiranya
dimiliki oleh auditor, sehingga pada saat ini hasil penelaahan belum dapat ditentukan.

Penelaahan dilakukan oleh Dewan Reviu Mutu dan Dewan Pengurus IAPI. Jika penelaahan
rampung, IAPI akan memberikan masukan dan pertimbangan untuk menentukan langkah yang
dipandang perlu dilakukan oleh KAP yang dimaksud. Setelah itu, KAP bisa melakukan komunikasi
dengan komite audit Garuda Indonesia sesuai dengan Standar Audit 260. Jika diperlukan, KAP
bisa melakukan komunikasi dan konsultasi kepada otoritas lain yang berwenang. Tak berhenti
sampai di sana, IAPI juga akan mengomunikasikan hasil tersebut dengan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dan Kementerian Keuangan.

Penelaahan yang dilakukan IAPI bukan penentuan secara langsung dalam bentuk opini
auditor, apakah laporan itu sudah tepat sesuai dengan SAK. Namun, hal tersebut lebih fokus pada
evaluasi dan analisis untuk memberikan pertimbangan dan saran untuk mendapatkan
penyelesaian masalah," kata dia. Ia mengatakan SAK secara umum mendefinisikan penghasilan

20
sebagai kenaikan manfaat ekonomis selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan
atau penambahan aset sehingga terjadi penurunan liabilitas dan kenaikan ekuitas perusahaan.
Namun, prinsip pencatatan penghasilan juga menekankan pada azas substansi mengungguli
bentuk formal (substance over form) sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3953390/penjelasan-lengkap-garuda-soal-isu-laporan-keuangan-
janggal

22

Anda mungkin juga menyukai