Anda di halaman 1dari 11

199

PENERAPAN MODEL PEMROSESAN INFORMASI PADA PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA


DI SMP NEGERI 02 BENGKULU UTARA

Septiani Khotijah1, Agus Trianto2, dan Padi Utomo3


1,2,3
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FKIP Universitas Bengkulu
anijut27@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penerpan model pemrosesan
informasi pada pembelajaran membaca siswa di SMP Negeri 02 Bengkulu Utara. Metode yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan
siswa kelas VII A yang terlibat dalam pembelajaran dengan penerapan model pemrosesan
informasi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, tes, dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pemrosesan informasi dalam
pembelajaran siswa sudah dapat dilihat melalui delapan fase model pemrosesan informasi yang
terdiri dari fase motivasi, fase pemahaman, fase pemerolehan, fase penahanan, fase ingatan
kembali, fase generalisasi, fase perlakuan dan fase umpan balik. Dalam penerapan model ini
fase yang lebih sering dilakukan pada fase pemerolehan, fase penahanan, dan fase ingatan
kembali, Namun penerapan model ini juga tidak terlepas dari fase motivasi, fase pemahaman,
fase generalisasi, fase perlakuan, dan fase umpan balik. Penerapan model pemrosesan informasi
dilakukan dengan 26 langkah pembelajaran pada pertemuan pertama dan 19 langkah
pembelajaran pada pertemuan kedua. Hasil kemampuan membaca yang diperoleh siswa
dengan tugas yang berbeda-beda pada tiap pertemuan pembelajaran, memperoleh hasil yang
termasuk ke dalam kategori baik. Dapat diketahui pada pertemuan pertama rata-rata kelas
memperoleh skor 79,4 dengan ketuntasan klasikal siswa 81%. Pertemuan kedua rata-rata kelas
memperoleh skor 79,5 dengan ketuntasan klasikal siswa 85% dan tugas diluar Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), rata-rata kelas memperoleh skor 81 dengan ketuntasan
klasikal 100%. Berdasarkan hasil dan pembahasan, model pemrosesan informasi efektif
digunakan pada pembelajaran membaca.

Kata Kunci: model pemrosesan informasi, pembelajaran membaca.

Abstract
This research generally aims to identify and describe the application of the information
processing model of learning to read student at SMP Negeri 02 North Bengkulu. The method
used is qualitative descriptive. This subjects were Indonesian teachers and students of class VII
A involved in learning with the application of information processing. Data collection techniques
are observation, interviews, test, and documentation. The results show that the application of
information processing model in student learning can be seen through eight phases of
information processing model consisting of motivation phase, understanding phase, acquisition
phase, holding phase, recall phase, generalization phase, treatment phase and feedback phase.

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017


200

In the application of this model the more frequent phases are in the acquisition phase, the
holding phase, and the retention phase, but the application of this model is also inseparable
from the motivation phase, understanding phase, generalization phase, treatment phase, and
feedback phase. The application of the information processing model was carried out with 26
learning steps at the first meeting and 19 learning steps at the second meeting. The results of
reading ability obtained by students with different tasks at each learning meeting, obtained
results that fall into either category. Can be known at the first meeting the average class score
79.4 with students' classical completeness 81%. The second meeting of the average class score
79.5 with students' classical completeness 85% and the task outside the Lesson Plans (RPP), the
average class scored 81 with 100% classical completeness. Based on the results and discussion,
the information processing model is effectively used in learning to read.

Keywords: information processing model, learning to read.

PENDAHULUAN Membaca menjadi salah satu


Bahasa memiliki dua ragam, yaitu kegiatan yang penting. Melalui kegiatan
ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. membaca, seseorang akan memperoleh
Kedua ragam tersebut sama pentingnya pemahaman dari tulisan-tulisan atau suatu
untuk berkomunikasi di dalam menjalani bahan bacaan yang dapat dikembangkan
kedidupan sehari-hari. Ketika berkomunikasi menjadi suatu informasi. Pemahaman yang
diperlukan keterampilan berbahasa yang diperoleh dari tulisan atau bahan bacaan
telah dimiliki. Ada orang yang telah memiliki berupa pengetahuan dan wawasan yang
keterampilan berbahasa yang baik, tetapi dapat berguna bagi diri pembaca. Menurut
ada pula orang yang belum dapat Abidin (2012:147) membaca juga dapat
mengoptimalkan keterampilan dikatakan sebagai proses untuk
berbahasanya. mendapatkan informasi yang terkandung
Keterampilan berbahasa pada saat ini dalam teks bacaan untuk memperoleh
semakin dibutuhkan mengingat pemahaman atas bacaan tersebut.
perkembangan ilmu pengetahuan dan Banyaknya ilmu pengetahuan yang
teknologi mengalami perkembangan yang disajikan dalam bentuk tulisan menyebabkan
begitu pesat. Perkembangan yang sangat keterampilan membaca tidak dapat
pesat mengharuskan orang-orang untuk diabaikan begitu saja. Oleh sebab itu,
dapat bergerak dan berfikir dengan cepat keterampilan membaca menjadi suatu hal
untuk mengikuti perkembangan zaman dan yang penting untuk dipelajari.
mengelolanya agar tidak ketinggalan Di lingkungan sekolah atau di dalam
informasi dengan melibatkan keterampilan proses pembelajaran, peserta didik butuh
berbahasa. Seseorang harus dapat berfikir diajarkan keterampilan membaca untuk
dengan cepat untuk memahami atau dapat memahami tulisan-tulisan tersebut.
memaknai suatu hal, baik dalam bentuk lisan Jika peserta didik dapat mengoptimalkan
maupun tulisan. Kegiatan memahami atau keterampilan membacanya, umumnya
memaknai suatu hal dalam bentuk tulisan peserta didik tersebut menjadi siswa yang
merupakan salah satu keterampilan cerdas karena memiliki pengetahuan yang
berbahasa yaitu membaca. lebih luas.

Penerapan Model Pemrosesan Informasi pada Pembelajaran Membaca Siswa di SMP Negeri 02
Bengkulu Utara
201

Melakukan pembelajaran membaca perpustakaan kurang bervariasi dan suasana


kepada siswa tidak semudah yang belajar yang kurang mengarahkan siswa
dibayangkan, karena membaca merupakan untuk membaca.
proses yang kompleks. Hal ini menyebabkan Permasalahan yang diuraikan di atas
pelaksanaan pembelajaran membaca tidak berbanding terbalik dengan kurikulum 2013.
selalu berjalan dengan lancar Ada beberapa Pada pembelajaran membaca menggunakan
masalah yang biasanya ditemukan dalam teks fabel, yang ingin dicapai adalah pada KD
pembelajaran membaca. 3.11 Mengidentifikasi informasi tentang
SMP Negeri 02 Bengkulu Utara adalah fabel/ legenda daerah setempat yang dibaca
sekolah yang cukup besar, memiliki fasilitas dan didengar dan pada KD 4.11
yang cukup dan memiliki siswa-siswi yang Menceritakan kembali isi cerita teks
kemampuannya berbeda-beda. Ketika fabel/legenda daerah setempat yang
melaksanakan observasi pada siswa-siswa di dibaca/didengar. Dengan demikian, menurut
kelas VIII dalam kegiatan magang di SMP Oka (1983:67) tugas pokok pengajaran
Negeri 02 Bengkulu Utara, yang diamati membaca ialah membina siswa dalam bidang
adalah kegiatan guru dan siswa yang terlibat membaca. Seperti cara pandang kurikulum
dalam kegiatan belajar tersebut. 2013 yang lebih menajamkan efek
Pembelajaran yang dilakukan yaitu komunikasinya dan dampak fungsi sosialnya.
menggunakan teks fabel dengan media Selain itu, permasalahan yang terjadi
karton bergambar. Siswa yang mengikuti dalam proses pembelajaran perlu ditinjau
pembelajaran sebenarnya sudah aktif namun dari komponen-komponen utama yang ada
kebanyakan siswa aktif dalam berbicara hal- dalam pembelajaran. Komponen-komponen
hal yang tidak penting di dalam kelas. Guru utama itu meliputi guru, siswa, dan model
juga sebenarnya sudah baik melaksanakan pembelajaran. Ketiga komponen tersebut
pembelajaran karena sudah ada bantuan memiliki hubungan satu dengan yang
karton bergambar. Namun, nampaknya lainnya. Jika dilihat dari permasalahan umum
pembelajaran semacam itu kurang mampu mengenai lemahnya proses pembelajaran,
mengarahkan konsentrasi siswa untuk proses pembelajaran dapat ditingkatkan
memhami bahan bacaan dan mengutarkan melalui model pembelajaran yang
kembali pemahamannya di depan kelas. digunakan. Jika model pembelajaran yang
Secara umum, masalah yang terjadi digunakan sudah terkonsep dengan baik,
pada pembelajaran membaca yaitu guru dan siswa yang terlibat dalam
lemahnya proses pembelajaran. pembelajaran tersebut juga akan baik.
Pembelajaran membaca dirasa kurang Model pembelajaran dibutuhkan untuk
terkonsep untuk melaksanakan proses membantu memudahkan atau menjelaskan
pembelajaran dengan baik. Secara khusus proses pembelajaran.
masalah yang terjadi pada pembelajaran Salah satu model pembelajaran yang
membaca yaitu peserta didik sulit dapat digunakan untuk pembelajaran
memahami isi bacaan sehingga sedikit membaca siswa yaitu model pemrosesan
informasi yang diperoleh, pembelajaran informasi. Model pemrosesan informasi
membaca diajarkan biasa-biasa saja kurang adalah model pemrosesan informasi
memperhatikan penggunaan model menjelaskan bagaimana cara individu
pembelajaran, keterbatasan sarana dalam memberi respon yang datang dari
membaca, seperti ketersediaan buku-buku di lingkungannya dengan cara

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017


202

mengorganisasikan data, memformulasikan guru dalam menerapkan model pemrosesan


masalah, membangun konsep dan rencana informasi pada pembelajaran membaca,
pemecahan masalah, serta penggunaan mendeskripsikan aktivitas yang dilakukan
simbol-simbol verbal dan nonverbal oleh siswa ketika menerima pembelajaran,
(Fathurrohman, 2015:34). dan mendeskripsikan hasil belajar siswa
Berdasarkan pemaparan di atas setelah menerima pembelajaran model
mengenai beberapa masalah yang muncul pemrosesan informasi pada pembelajaran
mengenai pembelajaran membaca siswa, membaca.
pada penelitian ini secara umum masalah Penelitian ini dilaksanakan pada kelas
lebih ditekankan padabagai manakah VII A di SMP Negeri 02 Bengkulu Utara pada
penerapan model pemrosesan informasi bulan Februari tahun ajaran 2016/2017 yang
dalam pembelajaran membaca siswa kelas beralamat di Jl. Ratu Samban No. 12 Arga
VII SMP Negeri 02 Bengkulu Utara? dan Makmur Bengkulu Utara. Ada beberapa
secara khusus (1) bagaimana penerapan alasan dalam memilih lokasi di SMP Negeri
model pemrosesan informasi yang dilakukan 02 Bengkulu Utara yang pertama karena
oleh guru dalam pembelajaran membaca SMP Negeri 02 Bengkulu Utara termasuk
siswa? dan (2) bagaimana hasil kemampuan sekolah yang cukup diminati oleh siswa-siswi
membaca siswa yang diperoleh dari yang ada di Arga Makmur dan alasan yang
penerapan model pemrosesan informasi? kedua karena SMP Negeri 02 Bengkulu Utara
Adapun tujuan penelitian penerpan model termasuk sekolah yang besar dan memiliki
pemrosesan informasi pada pembelajaran fasilitas yang cukup. Alasan memilih kelas VII
membaca siswa di SMP Negeri 02 Bengkulu A sebagai kelas penelitian karena semua
Utara, yaitu (1) untuk mendeskripsikan kelas VII di SMP Negeri 02 Bengkulu Utara
penerapan model pemrosesan informasi umumnya sama saja, tidak ada kelas yang
yang dilakukan oleh guru dalam diunggulkan oleh sebab itu kelas pertama
pembelajaran membaca siswa dan (2) untuk atau kelas A yang dipilih untuk melakukan
mendeskripsikan hasil kemampuan penelitian. Selain itu, siswa-siswi yang
membaca siswa yang diperoleh dari berada di kelas VII A cukup heterogen.
penerapan model pemrosesan informasi. Data adalah hasil pencatatan
penelitian yang menjadi tujuan utama dalam
METODE penelitian. Data dalam penelitian ini adalah
Metode yang digunakan dalam berupa ujaran, kegiatan, tingkah laku, dan
penelitian ini adalah metode desktiptif hasil pembelajaran. Data utama dalam
kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
metode penelitian yang bertujuan untuk tindakan selebihnya adalah data tambahan
menggambarkan secara utuh dan mendalam seperti penilaian pengamat dan dokumen.
tentang realitas sosial dan berbagai Sumber data dalam penelitian ini adalah
fenomena yang terjadi di masyarakat yang kegiatan guru dalam menerapkan model
menjadi subjek penelitian sehingga pemrosesan informasi, aktivitas siswa dalam
tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model mengikuti pembelajaran dengan model
dari fenomena tersebut (Sanjaya,2014:47). pemrosesan informasi, dan hasil belajar
Berdasarkan pendapat tersebut, metode siswa serta hasil penilaian terhadap guru
deskriptif kualitatif dalam penelitian ini yang menerapkan model pemrosesan
digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan informasi.

Penerapan Model Pemrosesan Informasi pada Pembelajaran Membaca Siswa di SMP Negeri 02
Bengkulu Utara
203

Instrumen penelitian yang digunakan Wawancara yang digunakan dalam


dalam penelitian ini adalah peneliti itu penelitian ini adalah wawancara terstruktur.
sendiri. Seorang peneliti perlu melakukan Wawancara terstruktur dilakukan dengan
validasi. Validasi terhadap peneliti sebagai menyiapkan instrumen penelitian berupa
instrumen dilakukan oleh peneliti sendiri, pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
melalui evaluasi diri seberapa jauh alternatif jawabannya pun telah disiapkan
pemahaman terhadap metode kualitatif, (Sugiyono,2014:233). Wawancara ini
penguasaan teori dan wawasan terhadap ditujukan kepada guru dan siswa yang
bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal terlibat dalam pembelajaran membaca di
memasuki lapangan (Sugiyono,2014:222). kelas VII dengan pencatatan langsung dan
Peneliti sebagai instrumen utama berfungsi dokumentasi. Wawancara ini digunakan
menetapkan fokus penelitian, memilih sebagai data pelengkap yang bertujuan
informan sebagai sumber data, melakukan untuk menanyakan hal-hal yang belum
pengumpulan data, menilai kualitas data, terungkap melalui kegiatan pengamtan.
analisis data, menafsirkan data dan Tes kemampuan membaca siswa
membuat kesimpulan atas temuannya. pada penelitian ini menggunakan tes
Setelah menetapkan fokus penelitian subjektif dan tes menceritakan kembali.
menjadi jelas, maka instrumen penelitian Dokumen berupa catatan peristiwa yang
akan dikembangkan yaitu menggunakan sudah berlalu. Pengumpulan data yang
wawancara dan observasi yang diharapkan terakhir melalui dokumen. Dokumen bisa
dapat melengkapi data (Sugiyono, 2014:222- berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
223). monumental dari seseorang. Dokumen
Pengumpulan data dapat dilakukan merupakan pelengkap dari penggunaan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, observasi dan wawancara dalam suatu
dan berbagai cara. Ada bermacam-macam penelitian. Hasil penelitian dari observasi
teknik pengumpulan data yang dapat dan wawancara akan semkin kredibel/dapat
digunakan dalam penelitian, yaitu observasi, dipercaya kalau didukung oleh sejarah
wawancara, tes, dan dokumentasi. Observasi pribadi kehidupan di masa kecil, sekolah, di
pada penelitian ini dilakukan dengan tempat kerja, di masyarakat, dan
melakukan pengamatan menggunakan alat autobiografi. Namun tidak semua dokumen
indera dengan perhatian yang penuh. memiliki kreadibilitas yang tinggi (Sugiyono,
Observasi dilakukan ketika proses belajar- 2014: 240).
mengajar bahasa Indonesia sedang Pada penelitian ini teknik analisis
berlangsung. Pengamatan dilakukan data yang digunakan yaitu menggunakan
sebanyak dua kali, dan setiap pengamatan teknik analisis data model Miles dan
dilakukan dengan pencatatan lapangan. Huberman. Menurut Miles dan Huberman
Observasi yang dilakukan adalah observasi dalam Sugiyono (2014: 246) mengemukakan
nonpartisipan, artinya peneliti tidak ikut bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dalam kegiatan belajar mengajar, akan tetapi dilakukan secara interaktif dan berlangsung
hanya mengamati kegiatan guru dan siswa secara terus-menerus sampai tuntas,
dalam menerapkan model pemrosesan sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
informasi pada pembelajaran membaca dalam analisis data, yaitu data reduction,
siswa kelas VII SMP Negeri 02 Bengkulu data display, dan conclusion
Utara. drawing/verification.

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017


204

Triangulasi yang digunakan dalam menanyakan kehadiran siswa, dan


penelitian ini yaitu triangulasi sumber. menghubungkan materi pembelajaran
Triangulasi Sumber merupakan triangulasi dengan materi yang telah dipelajari. Motivasi
yang digunakan untuk menguji kredibilitas yang diberikan guru tidak selalu yang
data yang dilakukan dengan cara mengecek berkaitan dengan materi pelajaran. Motivasi
data yang telah diperoleh melalui beberapa yang diberikan guru cukup sederhana tetapi
sumber. Sebagai contoh, untuk menguji bisa membuat siswa semangat atau antusias
kredibilitas data tentang perilaku murid, mengikuti pembelajran pada hari itu.
maka pengumpulan dan pengujian data yang Motivasi yang dilakukan oleh guru sudah
telah diperoleh dapat dilakukan ke guru, sesuai, hal ini dikuatkan dengan pendapat
teman murid yang bersangkutan dan orang Robert M. Gagne dalam Rusman (2014:139),
tuanya. Data dari ketiga sumber tersebut Surya (2014:147-148), Fathurrohman
tidak bisa dirata-ratakan seperti penelitian (2015:35), bahwa motivasi adalah fase awal
kuantitatif, tetapi dideskripsikan, memulai pembelajaran dengan adanya
dikategorikan, mana pandangan yang sama, dorongan untuk melakukan suatu tindakan
yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi
sumber data tersebut. instrinsik dan ekstrinsik).
Menurut Robert M. Gagne dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN Rusman (2014:139), Surya (2014:147-148),
Berdasarkan hasil penelitian dari hasil Fathurrohman (2015:35) pemahaman yaitu
observasi dan wawancara diperoleh data individu menerima dan memahami informasi
mengenai penerapan model pemrosesan yang diperoleh dari pembelajaran.
informasi yang dilakukan oleh guru pada Pemahaman didapat melalui perhatian.
pembelajaran membaca siswa di SMP Negeri Berdasarkan pendapat tersebut sudah sesuai
02 Bengkulu Utara dan hasil kemampuan dengan yang dilakukan oleh guru. Pada saat
membaca yang diperoleh siswa dari pelaksanaan pembelajaran, guru
penerapan model pemrosesan informasi. memberikan pemahaman kepada siswa tidak
Langkah-langkah pembelajaran yang secara langsung dari guru tetapi diperoleh
dilaksanakan di kelas dikelompokkan dari pengetahuan yang ada pada siswa itu
menjadi delapan fase sesuai dengan delapan sendiri. Pada hari pertama, pemahaman
fase model pemrosesan informasi. Menurut yang diberikan kepada siswa dilakukan
Robert M. Gagne dalam Rusman (2014:139), dengan cara tanya jawab. Tanya jawab ini
Surya (2014:147-148), Fathurrohman dilakukan untuk menggali pengetahuan yang
(2015:35) mengemukakan ada delapan fase sudah dimiliki siswa atau siswa dapat berfikir
proses pembelajaran model pemrosesan terlebih dahulu mengenai materi yang akan
informasi, antara lain (1) motivasi, (2) dipelajarinya tidak sekedar menerima saja
pemahaman, (3) pemerolehan, (4) penyampaian dari guru. Hal ini juga berkitan
penahanan, (5) ingatan kembali, (6) dengan salah satu strategi yang ada dalam
generalisasi, (7) perlakuan, (8) umpan balik. model pemrosesan informasi yaitu latihan
Pada pelaksanaan pembelajaran di inquiry. Menurut Rusman (2014:140) latihan
kelas, guru pada awal pembelajaran sudah Inquiry, yaitu untuk mencari dan
memberikan motivasi kepada siswa. menemukan informasi yang memang
Motivasi diberikan setelah guru membuka diperlukan. Selain itu, penyampaian materi
pembelajaran, mengkondisikan kelas, dengan cara yang telah dipilih guru tersebut

Penerapan Model Pemrosesan Informasi pada Pembelajaran Membaca Siswa di SMP Negeri 02
Bengkulu Utara
205

juga sudah sesuai dengan pembelajaran kegiatan mengamati, dua orang siswa dipilih
sebenarnya. Dengan singkat dapat untuk membaca kedua teks. Siswa yang
dinyatakan bahwa peranan guru dalam pertama dipilih perempuan untuk membaca
mengelola proses pembelajaran, dari guru teks “Belalang Sembah” dan siswa yang
sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai kedua dipilih laki-laki untuk membaca teks
fasilitator dalam pembelajaran “Sesama Saudara Harus Berbagi” dan
(Fathurrohman, 2015:15). Begitu juga kemudian semua siswa kelas VII A diberikan
pembelajaran yang terjadi di pertemuan kesempatan untuk membaca kedua teks
kedua. Guru menanyakan materi yang hingga selesai. Sedangkan pada pertemuan
dipelajari pada pertemuan pertama agar kedua, guru hanya memilih dua orang siswa
siswa mengingat kembali dan arah untuk membaca dengan nyaring kedua teks
pembelajaran pertemuan kedua semakin fabel. Membaca yang dilakukan siswa ada
terarah. Guru juga meyakinkan siswa agar dua jenis yaitu membaca nyaring dan
dapat percaya diri dengan memperjelas isi membaca dalam hati. Membaca yang
dari teks fabel. dilakukan pada hari itu membaca teks fabel
Kegiatan pembelajaran pada saat itu secara keseluruhan.
yang termasuk dalam fase pemerolehan, Menurut Robert M. Gagne dalam
siswa menerima penyampaian Kompetensi Rusman (2014:139), Surya (2014:147-148),
Dasar (KD) penyampaian tujuan Fathurrohman (2015:35) penahanan adalah
pembelajaran dan menerima penyampaian menahan informasi/hasil belajar agar dapat
materi atau penjelasan materi berdasarkan digunakan untuk jangka panjang. Hal ini
tanya jawab yang telah dilakukan pada fase merupakan proses mengingat jangka
pemahaman. Penyampaian Kompetensi panjang. Berdasarkan pengertian penahanan
Dasar dan tujuan pembelajaran pada fase ini tersebut, langkah-langkah pembelajaran
diharapkan agar siswa lebih mengetahui atau yang dilakukan guru pada fase ini sudah
tertanam ke dalam pikiran siswa mengenai cukup tepat. Pada pertemuan pertama, guru
pelajaran yang akan dilakukannya bersama awalnya membentuk siswa secara
guru dan penyampaian materi dilakukan berkelompok, kemudian guru memberikan
agar siswa tidak hilang arah atau penjelasan mengenai tugas yang akan di
kebingungan tentang materi fabel. Selain itu kerjakan oleh siswa. Siswa diberikan tiga
juga sebagai penjelasan materi agar siswa soal. Ketiga soal yang diberikan kepada siswa
mengetahui yang benar dan yang salah dari berkiatan dengan langkah-langkah
jawaban yang telah diberikan siswa atas pembelajaran menggunakkan
pertanyaan guru pada sesi tanya jawab pada penghapalan/memorisasi pada model
fase pemahaman, sehingga siswa benar- pemrosesan informasi. Menurut Joyce, Weil,
benar memperoleh cakupan materi dan Calhoun (2011:240-241) kegiatan
pembelajaran. Begitu juga pada pertemuan tersebut berada di tahap pertama yaitu
kedua, fase pemerolehan dilakukan dengan mempersiapkan materi, dengan langkah-
menyampaian KD (Kompetensi Dasar), langkahnya, (1) menggunakan teknik-teknik
penyampaian tujuan, dan mempersiapkan yang mencakup menggarisbawahi
siswa untuk menceritakan kembali. (underlining), (2) membuat daftar (listing),
Selain itu, pemebelajaran yang dan (3) merefleksikan (reflecting).
dilakukan pada fase pemerolehan yaitu Pada fase ingatan kembali siswa
kegiatan mengamati dan menanya. Pada diminta untuk menyampaikan apa yang telah

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017


206

dilakukannya atau menyampaikan tugas diperkuat dengan pengertian perlakuan


yang dikerjakannya. Guru memberikan Menurut Robert M. Gagne dalam Rusman
bimbingan kepada siswa ketika (2014:139), Surya (2014:147-148),
menyampaikan tugas. Pertemuan pertama, Fathurrohman (2015:35) bahwa perlakuan
ingatan kembali dilakukan dengan cara guru adalah perwujudan perubahan perilaku
memilih perwakilan kelompok untuk individu sebagai hasil pembelajaran.
menyampaikan hasil belajar dari tugas Umpan balik yang diberikan guru
mencari unsur intrinsik yang terdapat dalam pada pertemuan pertama guru memberikan
teks “Belalang Sembah dan “Sesama Saudara nasehat kepada siswa untuk terus belajar
Harus Berbagi” dan pertemuan kedua, dan memberikan penjelasan mengenai
ingatan kembali dilakukan dengan cara siswa tindak lanjut pembelajaran yang akan
dipilih secara acak untuk tampil di depan dilakukan pada pertemuan kedua. Pada
kelas menceritakan kembali salah satu teks pertemuan kedua, guru memberikan nasihat
antara dua teks yang telah diberikan. atau motivasi kepada siswa untuk terus
Tindakan yang dilakukan oleh guru pada fase belajar, tidak malas-malasan dan agar tidak
ingatan kembali ini cukup sesuai. Hal ini putus sekolah. Umpan balik yang diberikan
dapat dilihat dengan definisi ingatan guru tersebut sudah cukup sesuai tetapi ada
kembali. Menurut Robert M. Gagne dalam baiknya pula jika guru memberikan puji-
Rusman (2014:139), Surya (2014:147-148), pujian kepada siswa atas apa yang telah di
Fathurrohman (2015:35) ingatan kembali pelajarinya pada akhir pembelajaran ini.
adalah mengeluarkan kembali informasi Seperti umpan balik yang dikemukakan
yang telah disimpan, bila ada rangsangan. Robert M. Gagne dalam Rusman (2014:139),
Kegiatan guru di kelas tidak Surya (2014:147-148), Fathurrohman
sepenuhnya dapat dikatakan sebagai (2015:35) bahwa umpan balik adalah
tindakan fase generalisasi karena di dalam individu memperoleh feedback dari perilaku
kelas guru hanya memberikan penghatian yang telah dilakukannya.
dan nasehat kepada siswa bahwa Berdasarkan fase-fase model
pembelajaran yang dilakukan di kelas ini pemrosesan informasi di atas, guru telah
sebetulnya akan sangat bermanfaat melaksanakan pembelajaran dengan
dikehidupan nyata. Namun, guru tidak bisa menerapkan model pemrosesan informasi
selalu memantau apakah siswa dalam pembelajaran membaca sudah sesuai
mengeneralisasikan ilmu yang telah dia dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
peroleh dikehidupannya sehari-hari. (RPP). Meskipun ada beberapa hal yang tidak
Pada fase perlakuan ini, guru sama persis dengan Rencana Pelaksanaan
memberikan bimbingan kepada siswa untuk Pembelajaran.
menyimpulkan materi pembelajaran di kelas. Setelah diterapkan model
Hal ini dilakukan agar guru mengetahui pemrosesan informasi pada pembelajaran
apakah materi yang dipelajari pada hari itu membaca di kelas, siswa sudah dapat
dapat dipahami oleh siswa. Selain itu, guru mengerjakan tugas dengan baik dan
juga bertanya kepada siswa mengenai menceritakan kembali dengan baik. Ketika
hambatan yang mereka temukan ketika model pemrosesan informasi diterapkan di
belajar. Perlakuan yang diberikan oleh guru kelas VII A, terlihat jelas siswa begitu
di bagian akhir-akhir pembelajaran ini sudah bersemangat mengikuti pembelajaran.
cukup baik dan sesuai. Hal tersebut Ketika diberikan pertanyaan siswa

Penerapan Model Pemrosesan Informasi pada Pembelajaran Membaca Siswa di SMP Negeri 02
Bengkulu Utara
207

menanggapi dan memberikan jawaban dengan penerapan model pemrosesan


dengan baik. Begitu juga ketika siswa informasi berada dalam kategori baik yaitu
diberikan kesempatan untuk membaca, sebesar 79,4. Selain skor rata-rata siswa yang
siswa membaca dengan begitu antusias. Dua berada dalam kategori baik, presentase
orang siswa yang dipilih untuk membaca ketuntasan klasikal siswa juga telah
nyaring juga begitu antusias, terhihat dari menunjukkan hasil yang baik sebesar 81%.
kejelasan siswa ketika membaca dan juga Pada pertemuan kedua, hasil belajar
ketika semua siswa diberikan kesempatan yang diperoleh siswa juga baik. Skor rata-
membaca, kelas menjadi sedikit sunyi. Hal ini rata kelas yang diperoleh 79,5. Skor tersebut
menandakan kalau siswa serius membaca diperoleh dari tugas siswa untuk
kedua teks yang diberikan. menceritakan kembali teks fabel “Belalang
Dalam pembelajaran terjadi proses Sembah” atau “Sesama Saudara harus
penerimaan informasi yang kemudian diolah Berbagi” dengan cara memilih di antara
sehingga menghasilkan output dalam bentuk kedua teks tersebut. Skor rata-rata yang
hasil belajar. Dalam model pemrosesan telah diperoleh tersebut tidak menunjukkan
informasi terjadi interaksi antara kondisi peningkatan atau dapat dikatakan skor rata-
internal (keadaan individu, proses kognitif) rata kelas pada pertemuan pertama dan
dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan kedua rata-ratanya sama. Namun, hal ini
dari lingkungan) dan interaksi antar bukanlah hal yang buruk. Skor rata-rata kelas
keduanya akan menghasilkan hasil belajar. tersebut, diperoleh dari ketentuan atau
Dengan melaksanakan kegiatan aspek-aspek penilaian yang telah ditetapkan
pembelajaran dengan menerapkan model sebelumnya yang terdiri dari 6 aspek
pemrosesan informasi, pada pertemuan penilaian yaitu, kesesuaian isi, kemenarikan
pertama hasil yang diperoleh siswa penyajian cerita, kelancaran, pilihan kata
tergolong baik dengan skor rata-rata kelas (diksi), volume suara, dan penampilan. Skor
79,4. Skor yang diperoleh tersebut rata-rata kelas pertemuan kedua termasuk
berdasarkan tugas siswa untuk mencari dalam kategori baik karena rata-ratanya juga
unsur intrinsik fabel dengan cara sesuai dengan pedoman kriteria dengan
menggarisbawahi (underlining) teks sekala empat menurut Nurgiyantoro (2014:
kemudian mendaftar (listing) unsur-unsur 253) bahwa nilai 75-85 masuk ke dalam
intrinsik yang telah ditemukan dari teks fabel kategori baik. Jadi, hasil belajar siswa
“Belalang Sembah” dan “Sesama Saudara membaca teks fabel dengan tugas
Harus Berbagi.” Hasil yang diperoleh menceritakan kembali teks “Belalang
tersebut sudah sesuai dengan ketentuan Sembah” atau “Sesama Saudara Harus
penilaian mengenai unsur-unsur intrinsik Berbagi” memperoleh hasil yang baik. Selain
fabel yaitu tema, latar, tokoh, watak tokoh, itu, ketuntasan klasikal yang diperoleh pada
konflik, amanat, cara penceritaan, tujuan pertemuan kedua menunjukkan hasil yang
komunikasi, alur, dan pesan. Sesuai dengan baik sebesar 85%.
pendapat Nurgiyantoro (2014: 253) Selain tugas yang diberikan pada
pedoman kriteria dengan sekala empat 75- pertemuan pertama dan pertemuan kedua,
85 masuk ke dalam kategori baik. Jadi, hasil semua siswa diberikan teks yang berjudul
belajar siswa dengan membaca teks “Ikan Gabus dan Tupai” dengan 5 butir soal
“Belalang Sembah” dan “Sesama Saudara yang harus dikerjakan siswa secara individu.
Harus Berbagi” untuk mencari unsur intrinsik Berdasarkan tugas tersebut, hasil yang

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017


208

diperoleh siswa baik dengan skor rata-rata PENUTUP


kelas sebesar 81. Skor tersebut diperoleh Kesimpulan
sesuai dengan kriteria penilaian mengenai Berdasarkan masalah yang telah
soal-soal yang diberikan kepada siswa. Soal diajukan, hasil yang diperoleh dari penerpan
yang diberikan kepada siswa mencakup model pemrosesan informasi pada
definisi teks fabel beserta ciri khas teks fabel pembelajaran membaca siswa di SMP Negeri
dan penjelasannya, unsur intrinsik teks fabel, 02 Bengkulu Utara, dapat disimpulkan, yaitu
alasan Tupai menyelamatkan Ikan gabus, (1) Penerapan model pemrosesan informasi
proses Tupai menyelamatkan Ikan Gabus, pada pembelajaran membaca siswa di SMP
dan pesan yang ingin disampaikan oleh Negeri 02 Bengkulu Utara telah dilaksanakan
penulis. Berdasarkan skor rata-rata kelas sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
tersebut, menurut Nurgiyantoro (2014:253) Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.
mengenai pedoman kriteria dengan skala Penerapan dilakukan dengan 26 langkah
empat menunjukkan rentang nilai 75-85 pembelajaran pada pertemuan pertama dan
berada dalam kategori baik. Selain skor rata- 19 langkah pembelajaran pada pertemuan
rata kelas, ketuntasan klasikal siswa pada kedua. Langkah-langkah pembelajaran
tugas ini juga menunjukkan hasil yang tersebut telah dilaksanakan pada kegiatan
sempurna sebesar 100%. awal, inti, dan penutup. Langkah-langkah
Berdasarkan ketiga tugas siswa yang pembelajaran yang dilakukan secara fleksibel
telah dikerjakan, hasil belajar dengan dengan menerapkan model pemrosesan
penerapan model pemrosesan informasi informasi yang terdiri atas delapan fase
pada pembelajaran membaca siswa dapat proses pembelajaran, yaitu motivasi,
dikatakan berhasil karena hasil belajar pemahaman, pemerolehan, penahanan,
dikatakan tuntas jika 75% dari siswa yang ingatan kembali, generalisasi, perlakuan, dan
ada di kelas memperoleh nilai minimal 75 umpan balik. Oleh karena itu, hasil peneran
atau mendapatkan nilai sesuai Kriteria model pemrosesan informasi pada
Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75. pembelajaran membaca siswa di SMP Negeri
Berdasarkan hal tersebut, jika dalam satu 02 Bengkulu Utara sudah dilaksanakan
kelas ketuntasan yang diperoleh dari 75% sesuai dengan fase-fase pembelajaran dan
siswa sebesar 75, maka pembelajaran yang (2) Hasil belajar siswa kelas VII A SMP Negeri
dilakukan dapat dikatakan berhasil. Dalam 02 Bengkulu Utara dengan menerapkan
penelitian ini, presentase ketuntasan klasikal model pemrosesan informasi, memperoleh
siswa pada pertemuan pertama sebesar skor rata-rata kelas yang berada pada
81%, pertemuan kedua 85%, dan tugas di kategori baik. Pertemuan pertama skor rata-
luar RPP menunjukkan hasil yang sempurna rata kelas sebesar 79,4 dengan ketuntasan
yaitu 100%. Hal tersebut menujukkan bahwa klasikal siswa 81%. Pertemuan kedua skor
pada pertemuan pertama ada empat siswa rata-rata sebesar 79,5 dengan ketuntasan
yang belum tuntas. Pertemuan kedua ada klasikal siswa 85% dan tugas diluar Rencana
tiga siswa yang belum tuntas dan tugas di Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) skor rata-
luar RPP menunjukkan tidak ada satu pun rata kelas sebesar 81 dengan ketuntasan
siswa yang tidak berhasil menembus batas klasikal 100%. Berdasarkan skor yang
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). diperoleh tersebut, dapat dikatakan bahwa
penerapan model pemrosesan informasi

Penerapan Model Pemrosesan Informasi pada Pembelajaran Membaca Siswa di SMP Negeri 02
Bengkulu Utara
209

dalam pembelajaran membaca siswa efektif


untuk digunakan.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-
Saran model Pembelajaran Inovatif.
Berdasarkan hasil yang diperoleh Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
tersebut, disarankan agar guru-guru di
sekolah dapat memaksimalkan cara Joyce, Bruce, dkk. 2011. Model of Teaching.
mengajarnya ataupun lebih menguasai Model-Model Pengajaran.
model pemrosesan informasi pada Yogyakarta: Pustaka pelajar.
pembelajaran keterampilan khususnya
keterampilan membaca, agar selanjutnya Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian
kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik. Pembelajaran Bahasa Berbasis
Disarankan pula kepada seluruh siswa yang Kompetensi. Yogyakarta: Bpfe-
terlibat di dalam proses pembelajaran, untuk Yogyakarta.
terus aktif , kreatif dalam belajar dan tidak
lupa juga untuk selalu memperhatikan Oka, I Gusti Ngurah. 1983. Pengantar
dengan baik kriteria penilaian yang telah Membaca & Pengajarannya.
ditetapkan. Hal ini dilakukan agar seluruh Surabaya: Usaha Nasional.
siswa memperoleh hasil yang baik. Selain itu,
untuk lebih memantapkan hasil dari model Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran.
pemrosesan informasi, disarankan pula Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
kepada penulis-penulis yang lain untuk dapat
mencoba menerapkan model pemrosesan Sanjaya, Wina. 2014. Penelitian Pendidikan
informasi di sekolah yang lain dan pada Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:
jenjang yang lain juga agar memperoleh Kencana Prenada Media Group.
wawasan yang lebih luas dan dapat
dipercaya. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Alfabeta.

Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Surya, Mohamad. 2014. Psikologi Guru
Berbasis Pendidikan Karakter. Konsep dan Aplikasi dari Guru, untuk
Bandung: PT Refika Aditama. Guru. Bandung: Alfabeta.

JURNAL ILMIAH KORPUS, Volume I, Nomor II, Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai