Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

PENGARUH JENIS ELEKTRODA DAN ARUS PENGELASAN


TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA PENGELASAN BAJA ST 41
MENGGUNAKAN LAS SMAW

INFLUENCE THE TYPE OF ELECTRODE AND THE WELDING CURRENT


TENSILE STRENGHT STEEL WELDING ST 41 USING THE SMAW

Oleh :
FEBRI RIYAN
NPM. 12.1.03.01.0041

Dibimbing oleh:
1. Fatkur Rhohman, M.Pd
2. M. Muslimin Ilham, M.T

TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2017
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

FEBRI RIYAN| NPM: 12.1.03.01.0041 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 1||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

PENGARUH JENIS ELEKTRODA DAN ARUS PENGELASAN


TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA PENGELASAN BAJA ST 41
MENGGUNAKAN LAS SMAW

FEBRI RIYAN
NPM. 12.1.03.01.0041
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK MESIN
Email: riyansohci@yahoo.com
Fatkur Rhohman, M.Pd1 dan M. Muslimin Ilham, M.T2.
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

ABSTRAK

Febri Riyan: Pengaruh jenis elektroda dan arus pengelasan terhadap kekuatan tarik pada pengelasan baja
ST 41 menggunakan las SMAW, Skripsi, Teknik Mesin, Fakultas Teknik UN PGRI Kediri, 2017.

Pabrik atau perindustrian merupakan salah satu tempat untuk membuat dan memproduksi suatu
produk atau barang. Dalam dunia industri terdapat teknologi, salah satunya adalah pengelasan.
Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian
logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan
menghasilkan sambungan.
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi juru las dalam
pemilihan jenis elektroda dan arus pengelasan dalam mengelas suatu kontruksi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan metode faktorial dan pengolahan data menggunakan analisis variasi
(Anava).
Dari hasil pengujian tarik diketahui faktor jenis elektroda didapat dengan F hitung= 7,73 > F
(0,05;1,8) = 5,32, maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan variabel jenis elektroda terhadap uji
kekuatan tarik baja. Kekuatan tarik dengan jenis elektroda LB yaitu 28,54 kgf/mm2, jenis elektroda RD
yaitu 25,15 kgf/mm2, dan jenis elektroda RB yaitu 26,87 kgf/mm2, sedangkan faktor kuat arus pengelasan
didapat dengan F hitung= 25,89 > F (0,05;1,8) = 5,32, maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan
dari variabel kuat arus terhadap kekuatan tarik baja. Kekuatan tarik pada arus pengelasan 80 Amper yaitu
23,44 kgf/mm2 dengan arus pengelasan 100 Amper yaitu 27,63 kgf/mm2 dan arus pengelasan 120 Amper
yaitu 29,49 kgf/mm2.

Kata kunci: arus, ketebalan, pengelasan.

FEBRI RIYAN| NPM: 12.1.03.01.0041 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 2||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
I. LATAR BELAKANG Mesin las busur elektroda (SMAW)
Pabrik atau perindustrian merupakan menurut arusnya dibedakan menjadi tiga
salah satu tempat mebuat dan macam yaitu mesin lasarus searah atau
memproduksi suatu produk atau barang. Direct Current (DC), mesin las arus bolak-
Dengan adanya perindustrian, maka balik atau Alternating Current (AC) dan
banyak pula barang-barang yang mesin las arus ganda yang merupakan
dihasilkan atau diproduksi untuk diperjual mesin las yang dapat digunakan untuk
belikan atau diperdagangkan kepda pengelasan dengan arus searah (DC) dan
konsumen. Dalam memproduksi sebuah pengelasan arus bolak-balik (AC). Mesin
barang tidak lepas dengan teknologi, salah las arus DC dapat digunakan dengan dua
satu teknologi tersebut adalah pengelsan. cara yaitu polaritas lurus dan polaritas
Pengelsan (welding) adalah salah satu terbalik. Mesin las DC polaritas lurus
teknik penyambungan logam dengan cara digunakan bila titik cair bahan induk tinggi
mencairkan sebagian logam induk dan dan kapasitas besar, untuk pemegang
logam pengisi dengan atau tanpa tekanan elektrodanya dihubungkan dengan kutub
dan dengan atau tanpa logam penambah negatif dan logam induk dihubungkan
dan mengahsilkan sambungan. Pada saat dengan kutub positif, sedangkan untuk
ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis mesin las DC polaritas terbalik (DC-)
pengelasan termasuk yang dilaksanakan digunakan bilatitikcair bahan induk rendah
dengan cara memanaskan elektroda sampai dan kapasitas kecil, untuk pemegang
mencair kemudian diendapkan pada logam elektrodan dihubungkan dengan kutub
yang akan disambung sehingga terbentuk positif dan logam induk dihubungkan
sambungan las. dengan kutub negatif. Dalam pengelasan
Luasnya penggunaan teknologi ini SMAW tidak lepas dengan adanya
disebabkan karena bangunan mesin yang elektroda. Elektroda tersebut bermacam-
dibuat dengan teknik penyambungan macam variasi dari jenis elektroda, tipe
menjadi ringan dan lebih sederhana dalam elektroda dan diameter elektroda yang
proses pembuatanya. Lingkup penggunaan digunakan dalam pengelasan.
teknik pengelasan dalam bidang kontruksi Baja merupakan logam yang paling
sangat luas meliputi perkapalan, jembatan, banyak digunakan manusia, karena jumlah
rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa cukup melimpah, mempunyai sifat
saluran, kendaraan rel, dan sebagainya. mekanik yang memadai, mudah
Disamping itu untuk pembutaan las, proses dikerjakan, harga yang relatif murah. Baja
las dapat juga dipergunakan untuk reparasi. yang hanya mempunyai karbon tidak akan

FEBRI RIYAN| NPM: 12.1.03.01.0041 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 3||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
memiliki sifat seperti yang diinginkan. jenis lain. Untuk komposisi kimia logam
Penambahan unsur paduan seperti Mn, Si, las meliputi: C (0,12%), Mn (1,6%), Si
Cr, Mo, V, S, C, W baik masing-masing (0,75%), S (0,035%), Cr (0,2%), Ni
maupun secara kombinasi dapat menolong (0,3%), Mo (0,3%), S (0,035%), dan P
untuk mencapai sifat-sifat yang diinginkan. (0,035%).
 RB-26
Macam-macam jenis elektroda
Merupakan jenis elektroda E6013
 RD-260
dalam klasifikasi AWS (American Welding
RD-260 adalah kawat las tipe titania
Society). Bahan fluks yang digunakan
tinggi yang hanya dimaksudkan untuk
untuk jenis E6013 adalah kalium titania
pengelasan vertikal tegak lurus (ke bawah).
tinggi. Jenis selaput ini dapat dipakai untuk
Kawat ini memiliki penetrasi yang dangkal
pengelasan segala posisi, tetapi
dan tidak terdapat kemasukkan terak (slag
kebanyakan jenis E6013 sangat baik untuk
inclusion). Kawat las ini dapat digunakan
posisi pengelasan tegak arah ke bawah
dengan mudah dan percikannya sedikit
(Trisma, 2014). E6013 yang mengandung
(Trisma, 2014). Elektroda jenis RD-260
kalium memudahkan pemakaian pada
biasa digunakan untuk mengelas pelat pada
parameter mesin yang rendah dan dipakai
bagian luar kendaraan. Untuk komposisi
untuk mengelas pelat tipis. Untuk
kimia logam las meliputi: C (0.07%), Si
komposisi kimia logam las meliputi: C
(0,35%), Mn (0,40%), P (0,010%) dan S
(0,1%), Si (0,27%), Mn (0,37%), Cr
(0,017%).
(0,006%), Ni (0,06%), Mo (0,01%), S
 LB-52-18
(0,035%) dan V (0,01%).
LB-52-18 merupakan jenis elektroda
E7018 dalam klasifikasi AWS (American Besar Arus Listrik
Welding Society). Bahan fluks yang Menurut Wiryosumarto (2000),
digunakan untuk jenis E7018 adalah besarnya arus pengelasan yang diperlukan
serbuk besi dan hidrogen rendah. Jenis ini tergantung dari bahan dan ukuran dari
menghasilkan sambungan dengan kadar lasan, geometri sambungan, posisi
hidrogen rendah sehingga kepekaan pengelasan, macam elektroda dan diameter
sambungan terhadap retak sangat rendah, elektroda.
ketangguhannya sangat memuaskan. Hal
yang kurang menguntungkan adalah busur
listriknya kurang mantap, sehingga butiran
yang dihasilkan agak besar dibandingkan

FEBRI RIYAN| NPM: 12.1.03.01.0041 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 4||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Tabel 1.1 Spesifikasi arus menurut tipe tarik dari setiap spesimen yang sudah
elektroda dan diameter dari
dilakukan pengelasan terhadap baja ST 41
elektroda (soetardjo,1997
dalam Joko) menggunakan variasi arus 80 A, 100 A,

Diameter Tipe Elektroda dan Amper digunakan


120 A dan jenis elektroda LB, RD dan RB
Inc
Mm
h
E 6010 E 6014 E 7018 E 7024 E 7027 E 7028 adalah sebagai berikut:
3/
2,5 − 80 -125 70 -100 − − −
32 Tabel 3.1 Data hasil eksperimen
80 – 110 – 125 – 125 - 140 –
3,2 1/8 115 - 165
120 160 185 185 190 Paraemeter
3/ 120 – 150 – 150 - 160 - 160 - 180 –
4
32 160 210 220 240 240 250 Pengelasan
3/1 150 – 200 – 200 - 210 - 210 - 230 – Kekuatan Tarik
5 NO
6 200 275 275 300 300 250 Kuat Jenis
7/ 260 – 360 - 250 - 250 - 275 –
5,5 −
32 340 430 350 350 365
arus elektroda
330 – 315 - 300 - 300 - 335 –
6,3 ¼ −
415 400 420 420 430
5/1 90 – 375 - 80
8 − − − − 26,11
6 500 470 1. LB
AMPER

80
21,11
II. METODE 2. RD
AMPER
Metodologi penelitian adalah suatu
80
23,11
cara yang digunakan dalam penelitian, 3. RB
AMPER
sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian 100
29,19
4. LB
bisa dipertanggung jawabkan secara AMPER

ilmiah. 100
25,39
5. RD
Dalam penelitian ini digunakan AMPER

metode penelitian eksperimental nyata 100


28,32
6. RB
AMPER
(experimental research) dan secara
120
langsung pada objek yang dituju serta 30,33
7. LB
AMPER
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
120
28,97
jenise elektroda dan arus pengelasan 8. RD
AMPER
terhadap kekuatan tarik pada baja ST 41 120
29,19
9. RB
menggunalan las SMAW. Disamping itu AMPER

dilakukan pengkajian dasar teori yang ada


dari sumber literature berupa buku dan Untuk mengetahui apakah variabel
jurnal. Desain experimen menggunakan variasi jenis elektroda dan kuat arus
faktorial L9, analisais data menggunakan mempunyai pengaruh terhadap kekuatan
Analisis variansi (ANAVA). tarik terhadap baja ST 41 setelah dilakukan
analisa variasi (ANAVA). Analisis variasi
III. HASIL DAN KESIMPULAN
Dari hasil penelitian pengujian tarik mensyaratkan bahwa residual harus

yang telah dilakukan maka perhitungan memenuhi tiga asumsi, yaitu bersifat

FEBRI RIYAN| NPM: 12.1.03.01.0041 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 5||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
identik, independen, dan terdistribusi Autocorrelation Function for kekuatan tarik
(with 5% significance limits for the autocorrelations)

normal. 1,0
0,8
0,6

A. Uji Identik 0,4

Autocorrelation
0,2
0,0
Uji identik terpenuhi bila residual -0,2
-0,4
tersebar secara acak disekitar nol dan tidak -0,6
-0,8
membentuk pola tertentu. Hasil uji identik -1,0

1 2
disajikan pada Gambar 4.1 dibawah ini Lag

menunjukkan residual tersebar secara acak Gambar 4.2 Plot ACF pada respon
sekitar harga nol dan tidak membentuk kekuatan tarik.
pola tertentu, dengan demikian asumsi B. Uji Kenormalan
residual terpenuhi. Uji kenormalan residual dilakukan
Versus Fits
(response is kekuatan tarik) dengan menggunakan uji Kolmogorov
1,0 Smirnov. Hipotesis yang digunakan
0,5 adalah:
Residual

0,0
H0: Residual berdistribusi normal
-0,5
H1: Residual tidak berdistribusi normal
-1,0
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
H0 ditolak jika p-value lebih kecil dari pada
Fitted Value

 = 0,05. Gambar 4.3 menunjukan bahwa


Gambar 4.1 Plot residual kekuatan tarik dengan uji Kolmogorov-Smirnov
versus fitted values
diperoleh: p-value sebesar 0,150 yang
C. Uji Independen berarti lebih besar dari  = 0,05. Oleh
Pengujian independen pada penelitian karena itu dapat disimpulkan bahwa H0
ini dilakukan dengan menggunakan auto gagal ditolak atau residual berdistribusi
correlation function (ACF). Berdasarkan normal.
plot ACF yang ditunjukkan pada gambar Probability Plot of kekuatan tarik
Normal

4.2, tidak ada nilai ACF pada tiap log 99


Mean
StDev
26,86
3,149
95 N 9
KS 0,234
90
yang keluar dari batas interval. Hal ini 80
P-Value >0,150

70
Percent

60
membuktikan bahwa tidak ada korelasi 50
40
30
20

antar residual artinya residual bersifat 10

independen. 1
20 22 24 26 28 30 32 34 36
kekuatan tarik

Gambar 4.3 Plot uji distibusi normal pada


respon kekuatan tarik

FEBRI RIYAN| NPM: 12.1.03.01.0041 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 6||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
D. Analisis Variabel Proses Terhadap Nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel
Kekuatan Tarik
menunjukkan bahwa variabel proses
Dengan hipotesis: tersebut mempunyai pengaruh signifikan
H0: τ1 = τ2=0 (rata-rata sampel tiap terhadap kekuatan tarik. Hipotesis nol dan
perlakuan sama) hipotesis alternatif yang digunakan pada
H1: τi0 (ada perlakuaan yang rata-ratanya uji hipotesis dengan menggunakan
tidak sama) distribusi F adalah sebagai berikut:
Hipotesa awal akan ditolak apabila nilai 1. Untuk variabel proses (kuat arus
Fhitung melebihi nilai F , a – 1, N – a, dimana a pengelasan)
adalah banyak replikasi ditiap level faktor H0 : 1 = 2
dan N adalah banyaknya seluruh H1 : 1  2
pengamatan. Untuk mendapatkan nilai F , Kesimpulan: F hitung= 25,89 > F
a – 1, N – a. Selain menggunakan nilai F, kita (0,05;1,8) = 5,32, maka H0 ditolak, artinya
bisa pula menggunakan p-value. Hipotesis ada pengaruh yang signifikan dari
awal akan ditolak apabila p-value kurang variabel kuat arus terhadap kekuatan
dari . Dalam penelitian ini  yang dipakai tarik baja.
bernilai 5%. Penarikan kesimpulan 2. Untuk variabel proses (jenis elektroda)
menggunakan p-value untuk kekuatan H0 : 1 = 2
tarik. Berdasarkan tabel distribusi untuk F H1 : 1  2
(0,05, 1, 8) adalah 5,32 Kesimpulan: F hitung= 7,73 > F (0,05;1,8)
Analisis variasi (ANAVA) digunakan = 5,32, maka H0 ditolak, artinya ada
untuk mengetahui pengaruh variabel pengaruh yang siginifikan variabel
proses yang memiliki pengaruh signifikan jenis elektroda terhadap uji kekuatan
terhadap kekuatan tarik. tarik baja.
Tabel 4.3 Analisis variasi variabel proses Berdasarkan uji hipotesis distribusi F,
terhadap kekuatan tarik
ANOVA: kekuatan tarik versus kuat arus; jenis
maka variabel proses yang mempunyai
elektroda
pengaruh secara signifikan terhadap
Factor Type Levels Values
kuat arus fixed 3 80; 100; 120
jenis elektroda fixed 3 LB; RD; RB
kekuatan tarik adalah kuat arus pengelasan
Analysis of Variance for kekuatan tarik dan jenis elektroda. Kesimpulan pengaruh
Source DF SS MS F
P untuk masing-masing variabel proses
kuat arus 2 57,671 28,835 25,89
0,005 terhadap kekuatan tarik ditunjukkan pada
jenis elektroda 2 17,205 8,603 7,73
0,042
Error 4 4,454 1,114 tabel 4.4 sebagai berikut:
Total 8 79,331

S = 1,05528 R-Sq = 94,38% R-Sq(adj) =


88,77%

FEBRI RIYAN| NPM: 12.1.03.01.0041 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 7||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Tabel 4.4 Kesimpulan pengaruh variabel sedangkan kuat arus pengelasan
proses terhadap kekuatan tarik
mempunyai pengaruh yang signifikan
Sumber Variasi Kesimpulan terhadap kekuatan tarik benda.
Main Effects Plot for kekuatan tarik
Kuat arus Ada pengaruh Data Means

kuat arus jenis elektroda


30

Jenis elektroda Ada pengaruh 29

28

27

Mean
P-value menunjukkan variabel proses 26

25

mana yang mempunyai pengaruh yang 24

23
signifikan terhadap kekuatan tarik. P-value 80 100 120 LB RD RB

yang lebih kecil dari level of significant ()


Gambar 4.4 Main Effects Plot
mengindikasikan bahwa variabel proses
tersebut memiliki pengaruh yang Karakteristik semakin tinggi nilai

signifikan terhadap respon. Dalam kekuatan maka semakin baik (higher is

penelitian ini  yang dipakai bernilai 5%. better) digunakan untuk respon kekuatan

Penarikan kesimpulan menggunakan p- tarik. Hal ini berarti bahwa nilai kekuatan

value untuk kekuatan tarik yang tarik yang maximum adalah yang paling

ditunjukkan pada Tabel 4.4 adalah sebagai diinginkan.

berikut: Pada gambar 4.4 dapat dijelaskan bahwa:

1. Untuk variabel proses kuat arus 1. Kuat arus pengelasan semakin tinggi

pengelasan. berpengaruh yang signifikan terhadap

P-value = 0,005 >  = 0,05 maka secara kekuatan tarik baja (nilai F > Ftabel).
2. Jenis elektroda semakin tinggi
statistik variabel kuat arus pengelasan
berpengaruh yang signifikan terhadap
memiliki pengaruh terhadap kekuatan
kekuatan tarik baja (nilai F > Ftabel).
tarik baja.
2. Untuk variabel proses jenis elektroda. E. Diskusi dan Pembahasan
P-value = 0,042 >  = 0,05, maka Berdasarkan data hasil eksperimen dan
secara statistik variabel jenis elektroda analisis yang telah dilakukan pada
memiliki pengaruh yang signifikan penelitian ini diketahui ada perbedaan
terhadap kekuatan tarik baja. kekuatan tarik dari proses pengelasan
Berdasarkan uji hipotesis distribusi P, dengan tiga variasi arus pengelasan, yaitu
maka variabel proses yang mempunyai 80 Amper, 100 Amper dan 120 Amper
pengaruh secara signifikan terhadap kemudian pada jenis elektroda yaitu LB,
kekuatan tarik adalah jenis elektroda,

FEBRI RIYAN| NPM: 12.1.03.01.0041 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 8||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
RD dan RB. Respon yang didapat sebagai las SMAW dapat diambil kesimpulan
berikut: sebagai berikut:
1.Pada gambar 4.4 terlihat bahwa faktor 1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
kuat arus 80 Amper menunjukkan jenis elektroda memberikan pengaruh
kekuatan tarik yang paling rendah karena terhadap kekuatan tarik. Dibuktikan
dari pengerjaannya diperoleh kekuatan dengan Fhitung = 6,91 > F (0,05, 1, 8) = 5,32
tarik yang kecil dibandingkan faktor- dan H0 ditolak (pengaruh) dengan p-
faktor arus yang lain, faktor kuat arus value lebih kecil dari pada  = 0,05.
100 Amper berada ditengah-tengah, Nilai kekuatan tarik rata-rata jenis
faktor kuat arus 120 Amper elektroda LB yaitu 28,54 kgf/mm2, jenis
menunjukkan kekuatan tarik yang paling elektroda RD yaitu 25,15 kgf/mm2, jenis
tinggi karena dari pengerjaannya elektroda RB yaitu 26,87 kgf/mm2. Jenis
diperoleh yang paling tinggi elektroda berpengaruh terhadap hasil
dibandingkan dengan faktor-faktor arus pengujian tarik pada sambungan las,
yang lain. karena masing-masing jenis elektroda
2.Pada gambar 4.4 terlihat bahwa faktor memiliki komposisi fluks yang berbeda.
jenis elektroda RD menunjukkan yang 2. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
paling rendah, faktor jenis elektroda RB kuat arus memberikan pengaruh terhadap
berada ditengah-tengah, LB kekuatan tarik. Dibuktikan dengan Fhitung
menunjukkan kekuatan tarik lebih tinggi = 15,19 > F (0,05, 1, 8) = 5,32 dan H0 ditolak
diantara lainnya karena dalam jenis (pengaruh) dengan p-value lebih kecil
elektroda LB mengandung unsur mangan dari pada  = 0,05. Nilai kekuatan tarik
(Mn) yang lebih tinggi dari pada jenis rata-rata variasi arus 80 A yaitu 23,71
elektroda yang lain dan unsur mangan kgf/mm2, variasi arus 100 A yaitu 27,63
merupakan unsur paduan dalam baja kgf/mm2, variasi arus 120 A yaitu 29,49
dimana mangan dapat memperbaiki sifat kgf/mm2. Variasi arus pengelasan
yang dapat menaikkan kekuatan. berpengaruh terhadap hasil pengujian
tarik pada sambungan las, semakin besar
KESIMPULAN
arus pengelasan maka semakin besar
Berdasarkan data hasil eksperimen dan
juga nilai kekuatan tarik plat baja ST 41.
analisis yang telah dilakukan pada
penelitian yang berjudul pengaruh jenis
elektroda dan arus las terhadap kekuatan
tarik pada baja plat ST 41 menggunakan

FEBRI RIYAN| NPM: 12.1.03.01.0041 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 9||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
IV. DAFTAR PUSTAKA http://lib.unnes.ac.id/755/1/1902.pd
f, di unduh 27 Oktober 2016.
Adi, Wibowo. 2016. Pengaruh jenis
elektroda, pengutupan langsung
Laboratorium Teknik Mesin, 2012. Modul
dan pengutupan terbalik terhadap
Pratikum Pengujian Material.
kekuatan tarik pada baja st 41.
Malang: Fakultas Teknik
JTM. Volume 04 Nomor 02 tahun
Universitas Muhammadiyah.
2016, 33-36. Tersedia:
http://eojurnal.unesa.ac.id/artcle/18
Luchsinger, H.R. 1981. Tool Design.
807/71/artcle.pdf, diunduh 22
Bandung: Institut Teknologi.
januari 2017.
Montgomery, Douglas C, 2009. Design
Dieta, Andre Adiarsa. 2015. pengaruh
and Analisis of Experimen 7th
tebal plat stainless steal a304 dan
Edition. New York: Jonh Wiley &
lama penekanan pada pengelasan
Sons. Inc.
titik terhadap kekuatan geser dan
struktur makro. Malang: Fakultas
Park, SH. 1996. Robbust Design And
Teknik Universitas Brawijaya.
Analysis for Quality Engineering
First Edition, London: Champal &
Handito, kusumaning. 2013. Pengaruh
Hall.
arus pengelasan dan jenis
elektroda terhadap kekuatan tarik
Sonawan, H. 2003. Pengelasan Logam.
pada steel 42. JTM. Volume 01
Bandung: Alfabeta.
nomor 03 tahun 2013, 43-
47.Tersedia:
Surdia, Tata. 1999. Pengetahuan Bahan
http://ejournal.unesa.ac.id/article/39
Teknik. Jakarta: Pradnya Paramita
00/71/article.pdf di unduh 22
januari 2017.
Wira, 1997. Struktur Baja Desain dan
Perlakuan. Jakarta: Erlangga
Iriawan, Nur dan Astuti, Septian Puji.
2006. Mengolah Data Statistik
Wiryosumarto, Harsono. 2000. Teknik
Dengan Mudah Menggunakan
Pengelasan Logam. Jakarta:
Minitab 14. Jogjakarta: CV. Andi
Pradnya Paramita.
Offset.
Yuwono, A.H. 2009. Panduan Praktikum
Jaya Saputra, Trisma. 2014. Elektroda
Karakterisasi Material 1 Pengujian
Untuk Pengelasan Baja Lunak.
Merusak (Destructive Testing).
Vol. 22, No. 2, 15 September 2004
Departemen Metalurgi dan
(Tahun ke 11) :31-40. Tersedia:
Material. Jakarta : Universitas
http://download.portalgaruda.org/ar
Indonesia.
ticle.php?article=122087&val=451
9, di unduh 23 November 2016.

Joko, Santoso. 2006. Pengaruh Arus


Pengelasan Terhadap Kekuatan
Tarik dan Ketangguhan Las SMAW
Dengan Elektroda E7018.
Semarang: Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang.
Tersedia:

FEBRI RIYAN| NPM: 12.1.03.01.0041 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 10||

Anda mungkin juga menyukai