Anda di halaman 1dari 36

UJIAN TENGAH SEMESTER SEMINAR AKUNTANSI SEKTOR BISNIS

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)

STUDI KASUS CV. UTAMA JAYA DI JAKARTA

ISABELLA
20180104041

DOSEN DR. HERMIYETTI, SE, MSi, CSRS. CSRA

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI TAHUN 2018 / 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 1

1.2 PERUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 5

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................................ 7

2.1 PENGERTIAN AKUNTANSI ........................................................................................... 7

2.2 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ........................................................................... 7

2.3 SAK ETAP ........................................................................................................................... 9

2.4 PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN ........................................................................ 14

2.4.1 .DEFINISI LAPORAN KEUANGAN ...................................................................... 14

2.4.2 TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ........................................................................ 14

2.4.3 KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI DALAM LAPORAN


KEUANGAN ...................................................................................................................... 15

2.4.4 KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN ................................................................. 18

2.5 TEORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN SAK ETAP ................................................ 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................................... 21

3.1 JENIS PENELITIAN .......................................................................................................... 21

i
3.2 JENIS DAN SUMBER DATA ............................................................................................ 21

3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ................................................................................... 22

3.4 TEKNIK ANALISIS DATA ............................................................................................... 22

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 23

4.1 PROFIL CV UTAMA JAYA ............................................................................................. 23

4.1.1 TABEL LAPORAN LABA RUGI CV UTAMA JAYA ........................................... 24

4.1.2 TABEL LAPORAN PERUBAHAN MODAL CV UTAMA JAYA ........................ 24

4.1.3 TABEL LAPORAN NERACA CV UTAMA JAYA ............................................... 25

4.2 PEMBAHASAN ................................................................................................................ 25

4.3 LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SAK ETAP .............................................. 27

4.3.1 TABEL LAPORAN LABA RUGI CV UTAMA JAYA BERDASARKAN SAK


ETAP ................................................................................................................................... 27

4.3.2 TABEL LAPORAN PERUBAHAN MODAL CV UTAMA JAYA


BERDASARKAN SAK ETAP ........................................................................................... 28

4.3.3 TABEL LAPORAN NERACA CV UTAMA JAYA BERDASARKAN SAK


ETAP ................................................................................................................................... 28

BAB V PENUTUP ........................................................................................................................ 30

5.1 KESIMPULAN .................................................................................................................. 30

5.2 SARAN .............................................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 32

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan riset mini yang berjudul “ Penerapan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas (SAK ETAP) Studi Kasus CV. Utama
Jaya di Jakarta “. Tujuan dari penulisan dari riset ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah seminar akuntansi sektor bisnis di universitas esa unggul. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu, selaku guru/dosen di bidang mata
kuliah ini yang telah memberikan tugas sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, riset mini yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 25 april 2020

Penulis

Isabella

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi merupakan terjemahan dari kata accounting, yang bila kita terjemahkan

dalam bahasa Indonesia berarti menghitung. Akuntansi dalam dunia usaha bisa dikatakan

sebagai bahasa bisnis karena hampir seluruh kegiatan bisnis didunia baik perorangan

ataupun perusahaaan besar menggunakan akuntansi untuk menghitung serta untuk

mengambil keputusan yang berhubungan dengan bisnis yang dijalankan. Akuntansi adalah

suatu proses yang diawali dengan mencatat, mengelompokkan, mengolah serta menyajikan

data, mencatat transaksi apapun yang berhubungan dengan keuangan sehingga informasi

yang didapat tersebut digunakan oleh orang yang berkompeten dengan informasi tersebut,

serta informasi tersebut sebagai bahan pengambilan suatu keputusan.

Akuntansi akan dihadapkan pada kemungkinan bahaya penyimpangan, dan

ketidaktepatan saat melakukan penyusunan laporan keuangan. Untuk meminimumkan

bahaya ini, profesi akuntansi mengesahkan seperangkat standar dan prosedur umum yang

disebut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Standar akuntansi yang berlaku

umum di perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) sedangkan standar akuntansi yang berlaku khusus, yaitu

untuk perusahaan yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan (menerbitkan

laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal) adalah Standar

Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang

diterapkan pada koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Perkreditan

Rakyat (BPR), dan perusahaan lain yang belum go public.

1
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, telah menerbitkan

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK–ETAP). IAI

menerbitkan standar ini adalah untuk mempermudah perusahaan kecil menengah yang

jumlahnya hampir 90% dari total perusahaan di Indonesia dalam menyusun laporan

keuangan mereka. Dengan adanya SAK ETAP ini perusahaan kecil menengah tidak perlu

menyusun laporan keuangan mereka berdasarkan SAK yang berlaku umum. SAK-ETAP

diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1

Januari 2011. Kehadiran SAK ETAP diharapkan dapat memberikan kemudahan

untuk koperasi, UMKM, dan entitas tanpa akuntabilitas lainnya dalam menyajikan

laporan keuangan. SAK ETAP juga diharapkan menjadi solusi permasalahan internal

perusahaan, terutama bagi manajemen yang hanya melihat hasil laba yang diperoleh

tanpa melihat kondisi keuangan yang sebenarnya. Tujuan dari SAK ETAP sendiri yakni

untuk memberikan kemudahan bagi entitas skala kecil dan menengah. Contoh

pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelola

usaha, kreditur, dan entitas tanpa akuntabilitas lainnya. SAK-ETAP yang merupakan

penyederhanaan dari SAK umum lebih mudah digunakan dan lebih sesuai dengan kondisi

entitas tanpa akuntabilitas publik seperti perusahaan jasa atau umkm

laporan keuangan menjadi tolak ukur bagi pemilik UKM dalam memperhitungkan

keuntungan yang diperoleh, mengetahui berapa tambahan modal yang dicapai, dan

dapat mengetahui bagaimana keseimbangan hak dan kewajiban yang dimiliki. Setiap

keputusan yang diambil oleh pemilik UKM dalam mengembangkan usahanya

akan didasarkan pada kondisi keuangan yang dilaporkan secara lengkap, bukan hanya

didasarkan pada laba semata. Pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan perlu

memahami apa arti dari angka yang ada dalam laporan keuangan dan bagaimana

menganalisis serta menafsirkan data keuangan dengan cara yang logis dan sistematis.
2
Namun dalam praktiknya terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan pembukuan

atau pencatatan keuangannya berdasarkan standar akuntansi keuangan. Hal tersebut timbul

karena pemilik perusahaan berasumsi bahwa perusahaan mereka belum terlalu besar

kegiatan operasinya. Padahal laporan keuangan adalah hal yang paling essensial bagi

pemilik perusahaan sebagai dasar untuk mengembangkan usaha mereka dalam hal

pengambilan keputusan.

Banyak hambatan atau masalah yang menyebabkan UKM kurang

berkembang. Hambatan atau masalah tersebut meliputi pemasaran produk,

teknologi, permodalan, kualitas sumber daya manusia, persaingan usaha yang

ketat, kurang teknis produksi dan keahlian dan masalah manajemen termasuk

cara pengelolaan keuangan dan akuntansi. Pengelolaan keuangan dan akuntansi

menjadi masalah utama UKM. Hal ini sering diabaikan oleh pemilik UKM,

khususnya berkaitan dengan penerapan kaidah akuntansi yang benar. Masalah ini

timbul karena pemahaman dan informasi tentang kaidah akuntansi yang

benar sangat minim. Di Indonesia, kebanyakan pemilik UKM tidak tamat SMP. Mereka

hanya mengandalkan bakat usaha yang dimilikinya turun-temurun dari

keluarganya. Hal ini yang menyebabkan salah satu penyebab keuangan UKM

kurang baik. Dengan adanya PP No 46 tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas

UKM, pemerintah akan menetapkan tarif pajak sebesar 1% bagi para pemilik

usaha UKM yang memiliki laba kurang dari 4,8 Milyar per tahun. Dengan

adanya peraturan pemerintah ini, seharusnya bagi para pemilik UKM menggunakan

kaidah akuntansi yang benar dalam proses pembuatan laporan keuangan. Hal ini

bertujuan agar dapat memaksimalkan laba yang ingin diperolehnya, dan tidak

terkena peraturan tentang ketentuan pajak saat ini. Kendala pembuatan laporan

keuangan oleh pemilik UKM yaitu mereka tidak mengerti kalau ada standar
3
akuntansi yang mengaturnya, sehingga mereka tidak menerapkan standar tersebut

dalam proses pembuatan laporan keuangan usahanya. Disamping itu, Sumber

Daya Manusia (SDM) mereka kurang, mereka hanya menggunakan model

tradisional atau konvensional berupa pencatatan sederhana. Sebetulnya model

pencatatan sederhana sudah baik digunakan, akan tetapi kurang signifikan. Pembuatan

laporan keuangan UKM sebaiknya menggunakan metode khusus yaitu SAK ETAP agar

memperoleh hasil yang signifikan.

Adapun objek penelitian ini adalah ekspedisi CV. Utama Jaya di Jakarta, yang

berlokasi di Jalan Gabungan no 54. CV. Utama Jaya di Jakarta adalah termasuk salah satu

perusahaan kecil menegah yang terdapat di jakarta dan bergerak di bidang jasa. Produk

jasa yang dijual oleh CV. Utama Jaya ini adalah service dokumen, dan service computer.

Dalam menyusun laporan keuangan CV. Utama Jaya belum menyajikan laporan keuangan

lengkap seperti yang disyaratkan dalam SAK ETAP yang terdiri atas neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas atas laporan keuangan.

Laporan keuangan yang dibuat oleh CV. Utama Jaya ini kurang mampu menyediakan

informasi yang lengkap karena laporan keuangan yang disajikan CV. Utama Jaya hanya

terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan neraca.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menentukan judul sebagai berikut

“Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas (SAK ETAP)

Studi Kasus CV. Utama Jaya di Jakarta”

4
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah diatas maka penulis

mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan :

1) Apakah laporan keuangan UKM CV. Utama Jaya sudah menerapkan SAK

ETAP?

2) Apa saja kendala yang di hadapi perusahaan dalam penerapan SAK ETAP ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

dilakukannya penelitian ini yakni:

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini :

a. Untuk mengetahui cara penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK

ETAP) pada UKM CV. Utama Jaya.

b. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh perusahaan dalam

penyusunan laporan keuangan berbasis SAK ETAP.

2. Manfaat penelitian

Adapun maanfaat dari penelitian ini :

a. Bagi Penulis

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan

terutama dalam masalah penyajian laporan keuangan berbasis SAK

ETAP.

5
b. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan untuk memberikan sumbangan pemikiran dan menjadi

sumber masukan bagi manajemen perusahaan mengenai SAK ETAP serta

memperbaiki kinerja dimasa yang akan datang.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi

peneliti– peneliti selanjutnya yang sejenis.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Akuntansi


Menurut Kieso, et al. Akuntansi terdiri dari tiga kegiatan yang mendasar yaitu

identifikasi, pencatatan dan pengkomunikasian peristiwa ekonomi suatu organisasi kepada

pihak yang berkepentingan. Perusahaanmengidentifikasi peristiwa ekonomi sesuai dengan

kegiatan usahanya danmencatat peristiwa tersebut untuk menyediakan catatan kegiatan

keuangan.Pencatatan dilaksanakan secara sistematis, kronologis setiap peristiwa, dalam

satuan mata uang. Akhirnya pada pengkomunikasian kumpulan informasitersebut kepada

pihak yang berkepentingan dalam bentuk laporan akuntansi ataudikenal dengan laporan

keuangan.

Menurut American Insitute of Certified Public Accounting (AICPA), definisi akuntansi

merupakan seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan beberapa cara

tertentu dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat

keuangan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. Maka pengertian akuntansi secara singkat

merupakan sistem dalam bisnis yang membahas tentang keuangan dan bagaimana uang itu

masuk dan digunakan, jadi akuntansi sangat penting dalam bisnis sebagai analisis laba dan

rugi.

2.2 Standar Akuntansi Keuangan

Akuntansi keuangan di Indonesia disusun oleh Dewan Standar Akuntansi

Keuangan (DSAK) yang berada dibawah naungan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Standar akuntansi keuangan di Indonesia merupakan pedoman bagi siapa saja dalam

7
menyusun laporan keuangan yang akan diterima oleh umum. Secara garis besar ada

empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi keuangan yaitu :

1. Pengukuran atau Penilaian

Pengukuaran (measurement) atau penilaian (evaluation) adalah penentuan jumlah

rupiah (cost) suatu transaksi yang harus dicatat. Standar akuntansi memberikan

pedoman dasar-dasar pengukuran yang dapat digunakan untuk menentukan

berapa jumlah rupiah yang harus diperhitungkan dan dicatat pertama kali

dalam suatu transaksi atau berapa rupiah yang harus dilekatkan pada suatu

pos laporan keuangan. Pengukuran lebih berrhubungan dengan masalah

penentuan jumlah rupiah (cost) yang dicatat pertama kali pada saat suatu transaksi

terjadi. Penilaian lebih berhubungan dengan masalah berapakah jumlah yang

harus ditetapkan untuk tiap pos laporan pada tanggal laporan.

2. Definisi elemen dan pos laporan keuangan

Standar akuntansi memberikan batasan (definisi) pengertian istilah atau nama-

nama yang digunakan laporan keuangan agar tidak terjadi kesalahan klasifikasi

penyusunan dan kesalahan oleh pemakai. Dengan batasan tersebut setiap

transaksi akan dimasukkan ke dalam elemen dan pos yang tepat. Elemen

laporan keuangan terdiri atas aktiva (asset), utang (liabilities), modal

(capital), pendapatan (revenue), biaya (expense), rugi (loss), dan laba (net

income). Pos laporan merupakan rincian dari tiap elemen tersebut. Batasan

tersebut diperlukan laporan keuangan banyak menggunakan istilah atau nama-

nama yang digunakan sehari-hari yang sudah terlanjur mempunyai arti umum.

Hal ini sering menimbulkan salah arti dipihak pemakai, karena pemakai

cenderung mengartikan istilah dengan pengertian umum yang sering kali

berbeda dengan arti yang dimaksudkan dalam laporan keuangan. Karena itu
8
pemakai laporan hendaknya mengartikan istilah sesuai dengan pengertian yang

didefinisi dalam prinsip akuntansi

3. Pengakuan

Pengakuan berhubungan dengan masalah apakah suatu transaksi dicatat atau

tidak. Prinsip akuntansi mengatur tentang pengakuan ini dengan memberikan

beberapa kriteria pengakuan yaitu syarat-syarat apakah yang harus dipenuhi

agar suatu transaksi dapat diakui.

4. Pengungkapan atau penyajian

Pengungkapan bersangkutan dengan masalah bagaimana suatu informasi

keuangan disajikan dalam laporan keuangan

2.3 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan

laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil

Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun

1984. SAK di Indonesia merupakan terapan dari beberapa standar akuntansi yang ada

seperti, IAS, IFRS, ETAP, GAAP. SAK ETAP dipergunakan untuk perusahaan yang

belum go public, bukan fidusia (bank, asuransi, dana pensiun, dan lain

sebagainya), dikecualikan oleh otoritas yang berwenang seperti Bank Indonesia

mengharuskan BPR menggunakan SAK ETAP dan bukan SAK IFRS.

Terdapat perbedaan mendasar antara SAK ETAP dan PSAK. Salah satunya dapat

dilihat dari Komponen laporan keuangan, dimana SAK ETAP masih menggunakan

istilah Neraca, Laporan Laba rugi, Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan

Catatan atas laporan Keuangan, sedangkan PSAK, Neraca berganti nama dengan
9
Laporan Posisi Keuangan, disajikan pula Laporan Laba Rugi Komperehensif, selain

juga menyusun Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas

Laporan Keuangan. Penyajian Laporan Laba Rugi Komperehensif dianggap perlu pada

PSAK, sedangkan tidak pada SAK ETAP, mengingat SAK ETAP adalah

penyederhanaan dari PSAK . Perbedaan lainnya adalah pada metode pengukuran. SAK

ETAP menggunakan historical cost dan nilai wajar, sedangkan PSAK mengunakan

historical cost, biaya kini, nilai realisasi bersih dan nilai sekarang. Selain itu

dalam penilaian aset, SAK ETAP hanya menggunakan biaya historis dan baru

menggunakan revaluasi kalau diizinkan, sedangkan PSAK bisa memilih salah satu

yang mana lebih relevan atau yang lebih andal.

Entitas yang menggunakan SAK ETAP dalam laporan auditnya

menyebutkan laporan keuangan entitas telah sesuai dengan SAK ETAP,

penggunaan SAK ETAP akan memudahkan entitas yang tidak memiliki

akuntabilitas publik signifikan menyusun laporan keuangan karena SAK ETAP lebih

mudah dan sederhana. SAK ETAP menggunakan prinsip pengakuan dan pengukuran

pervasif. Pervasif berarti dalam hal tidak ada pengaturan tertentu dalam SAK ETAP untuk

suatu transaksi atau peristiwa maka entitas harus menetapkan kebijakan akuntansi yang

menghasilkan informasi yang relevan dan andal bagi pengguna laporan keuangan.

Persyaratan untuk pengakuan, dan pengukuran aset, liabilitas, pendapatan, dan

beban dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasif dari kerangka dasar

penyajian dan pengukuran laporan keuangan.

10
a. Perbedaan SAK ETAP dengan SAK Umum (IFRS)

11
b. Ruang lingkup SAK ETAP

Paragraf 1.1, Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa

Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksud untuk digunakan entitas tanpa

akuntablitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang :

1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan ; dan

2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general porpose

financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna

12
eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan

usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

Paragraf 1.2, Entitas memiliki akuntablitas publik signifikan jika :

1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam

prosespengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau

regulator lain untuk tujuan penerbitan efek dipasar modal ; atau

2. Entitas mengusai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk

sekelompok besar masyarakat, seperti bank, enitas asuransi, pialang

dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksadana dan bank investasi.

Paragraf 1.3, Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan

dapatmenggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi

mengizinkan penggunaan SAK ETAP.

c. Karakteristik Kualitatif Informasi dalam Laporan Keuangan berdasarkan

SAK ETAP

a. Dapat Dipahami

b. Relevan

c. Materialitas

d. Keandalan

e. Substansi Mengungguli Bentuk

f. Pertimbangan Sehat

g. Kelengkapan

h. Dapat Dibandingkan

i. Tepat Waktu

j. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat


13
2.4 Pengertian Laporan Keuangan

Bagian ini membahas bagian umum laporan keuangan yaitu defenisi laporan

keuangan,tujuan laporan keuangan, pengakuan unsur-unsur laporan keuangan,

pengukuran unsur-unsur laporan keuangan, pengakuan dalam laporan keuangan,

penyajian laporan keuangan, dan unsur-unsur dalam laporan keuangan.

2.4.1 Definisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut PSAK 1 (2015:1.3) adalah sebagai berikut “Laporan

keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisikeuangan dan kinerja

keuangan suatu entitas”. Laporan keuangan ini digunakan oleh para pemakai

untuk lebih memahami posisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan.

Dipandang dari sisi biaya dan manfaat laporan keuangan yang bertujuan

umum akan menyediakan informasi yang sangat bermanfaat dengan biaya yang

rendah.

Penyusunan laporan keuangan dihasilkan dari proses penerapan konsep-konsep

akuntansi. Sistem pencatatan ditampung dalam sebuah pos yang disebut akun.

Suatu akun tertentu akan digunakan sesuai dengan jenis transaksinya.

Selanjutnya, akun dikelompokkan dan jumlahnya disesuaikan dengan

kebutuhan yang dianalisis dikemudian hari. Dengan akuntansi, dapat dibedakan

akun mana yang sebaiknya dikelompokkan. Analisis selain dibuat berdasarkan

mutasi saldo akun bisa juga dari kelompoknya. Dengan demikian, analisis

suatu pencatatan bisa dilakukan lebih jelas.

2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut PSAK 1 (2015:1.3) adalah “ Tujuan laporan

keuangan adalah untuk memberikan informasimengenai posisi keuangan, kinerja

keuangan, dan arus kas entitasyang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna
14
laporan keuangandalam pembuatan keputusan ekonomik”. Dalam memenuhi

tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya

yang dipercayakan kepadanya.

2.4.3 Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan.

1. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuanganadalah

kemudahannya untuk dapat segera dipahami oleh penggunanya. Untuk maksud

ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang

aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk

memepelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar. Namun

demikian, kepentingan agar laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak

sesuai dengan informasi yang relevan harus diabaikan dengan

pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untukdapat dipahami oleh

pengguna tertentu

2. Materialitas

Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkanatau

kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi

keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.

Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai

dengan situasi tertentu dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau

kesalahan dalam mencatat (misstatement). Namun demikian, tidak tepat

membuat atau membiarkan kesalahan untuk menyimpang secara tidak

material dari SAK ETAP agar mencapai penyajian tertentu dari posisi

keuangan, kinerja keuangan atau arus kas suatu entitas.


15
3. Relevan

Agar bermanfaat, informasiharus relevan dengan kebutuhanpengguna untuk

proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika

dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu

mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,

menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.

4. Subtansi Mengungguli Bentuk

Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan

subtansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini

untuk meningkatkan keandalanlaporan keuangan

5. Pertimbangan Sehat

Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan

keadaan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan

peristiwa dan keadaan tersebut dan melalui penggunaan pertimbangan sehat

dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur

kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam

kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih

tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Namun

demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan

pembentukan aset atau penghasilam yang lebih rendah atau pencatatan

kewajiban atau beban yang lebih tinggi. Singkatnya, pertimbangan sehat

tidak mengizinkan bias.

6. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan haruslengkap

dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak


16
mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benaratau

menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi

ditinjau dari segi relevansi

7. Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitasantar

periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.

Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas

untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian

dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus

dilakukan secara konsisten untuk suatu entitas, antar periode untuk entitas

tersebut dan untuk entitas yang berbeda. Sebagai tambahan, pengguna

laporan keuangan harus mendapat informasi tentang kebijakan

akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan,

perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruh dampak perubahan tersebut.

8. Tepat Waktu

Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapatmempengaruhi

keputuusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyedian

informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika

terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi

yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu

menyeimbangkan secara relatif antara pelaporan tepat waktu dan penyediaan

informasi yang andal. Untuk mencapai keseimbangan antara

relevansidan keandalan, maka pertimbangan utama adalah bagaimana yang

17
terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam megambil keputusan

ekonomi.

9. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporankeuangan harus

andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebasdari kesalahan material dan

bias, dan penyajiansecara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang

secara wajar diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari

bias (melalui pemilihan atau penyajian informasi) jika dimaksud

untuk mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan

mencapai suatu hasil tertentu.

2.4.4 Komponen Laporan Keuangan

Menurut PSAK 1 (2015:1.3) Komponen Laporan keuangan yang lengkap terdiri

dari :

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode

2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode

3. Laporan perubahan ekuitas selama periode

4. Laporan arus kas selama periode

5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakanakuntansi yang

signifikan dan informasi penjelasan lain

6. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika

entitas menerapkan kebijakan akuntansisecara retrospektif atau membuat

penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi

pos-pos dalam laporan keuangannya.

18
2.5 Teori yang berhubungan dengan SAK ETAP

Terdapat beberapa teori yang berhubungan dengan SAK ETAP yaitu :

1. Teori Entitas

Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (1962) menyatakan bahwa

organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha ekonomi yang berdiri

sendiri, bertindak atas nama sendiri, dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau

pihak lain yang menanamkan dana dalam organisasi dan kesatuan ekonomik

tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi. Dari perspektif ini,

akuntansi berkepentingan dengan pelaporan keuangan kesatuan usaha, bukan

pemilik. Kesatuan usaha merupakan pusat pertanggungjawaban dan

laporan keuangan merupakan medium pertanggungjawabannya

2. Teori Kontingensi

Teori kontingensi mula-mula diperkenalkan oleh Lawrence dan Lorsch (1967)

kemudian dipakai oleh Kazt dan Rosenzweig (1973) yang menyatakan bahwa

tidak ada cara terbaik dalam mencapai kesesuaian antara faktor organisasi dan

lingkungan untuk memperoleh prestasi yang baik bagi suatu organisasi. Teori

kontingensi merupakan suatu teori yang cocok digunakan dalam hal yang

mengkaji reka bentuk, perancangan, prestasi dan kelakuan organisasi serta kajian

yang berkaitan dengan pengaturan strategik.

3. Teori Atribusi

Menurut Fritz Heider sebagai pencetus teori atribusi, teori atribusi merupakan

teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori atribusi menjelaskan

mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif tentang

perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan

penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah
19
dariinternal misalnya sifat, karakter, sikap, dll ataupun eksternal misalnya tekanan

situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap

perilaku individu. Teori atribusi menjelaskan tentang pemahaman akan

reaksi seseorang terhadap peristiwa di sekitar mereka, dengan mengetahui

alasan-alasan mereka atas kejadian yang dialami. Teori atribusi dijelaskan

bahwa terdapat perilaku yang berhubungan dengan sikap dan karakteristik

individu, maka dapat dikatakan bahwa hanya melihat perilakunya akan dapat

diketahui sikap atau karakteristik orang tersebut serta dapat juga memprediksi

perilaku seseorang dalam menghadapi situasi tertentu.

Fritz Heider juga menyatakan bahwa kekuatan internal (atribut personal seperti

kemampuan, usaha dan kelelahan) dan kekuatan eksternal (atribut lingkungan

seperti aturan dan cuaca) itu bersama - sama menentukan perilaku manusia. Dia

menekankan bahwa merasakan secara tidak langsung adalah determinan paling

penting untuk perilaku. Atribusi internal maupun eksternal telah

dinyatakan dapat mempengaruhi terhadap evaluasi kinerja individu,

misalnya dalam menentukan bagaimana cara atasan memperlakukan

bawahannya, dan mempengaruhi sikap dan kepuasaan individu terhadap kerja.

Orang akan berbeda perilakunya jika mereka lebih merasakan atribut

internalnya dari pada atribut eksternalnya.

20
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi

kasus. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti

kondisi objek alamiah, (lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti merupakan

instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi (Afifuddin & Saebani, 2012: 57-58). Studi kasus adalah suatu inkuiri

empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata bilamana batas-batas

antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber bukti

dimanfaatkan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif

yaitu data-data pendukung perhitungan tarif jasa yang ada pada CV. Utama Jaya Di Jakarta.

Data kualitatif yaitu data-data berupa struktur organisasi, proses pencatatan keuangan,

peralatan dan perlengkapan yang digunakan dan lainnya.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang penulis

gunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan keuangan CV. Utama Jaya Di Jakarta

periode desember 2018.

21
3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis akan melaksanakan pengumpulan data dengan teknik

dokumentasi, wawancara dan observasi. Dokumentasi merupakan catatan peritiwa yang

sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

seseorang (Sugiono, 2012: 329). Wawancara adalah sebuah teknik mengumpulkan data-data

berupa informasi dari seorang narasumber, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Wawancara dengan kata lain adalah kegiatan tanya jawab antara pewawancara dengan

narasumber untuk mendapatkan informasi dan opini. Menurut Nawawi & Martini dalam

(Afifuddin & Saebani, 2012: 134) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam

objek penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif

yaitu menggambarkan dan membandingkan laporan keuangan yang dibuat oleh CV. Utama

Jaya di Jakarta selama ini dengan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).

22
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil CV. Utama Jaya

CV Utama Jaya berdiri sejak tahun 2005 beralamat di Jalan Ampera Selatan km 5

jakarta. Pendapatan rata-rata yang diperoleh tiap bulannya berkisar Rp 15.000.0000 hingga

Rp 17.000.000 dan memiliki asset sekitar Rp 200.000.000. Pemilik CV Utama Jaya adalah

Ibu Syafitri, S.E dan dibantu 4 orang karyawannya.

CV Utama Jaya melakukan pencatatan transaksi pendapatan, pembelian perlengkapan,

pembelian peralatan, pembayaran gaji karyawan, pembayaran sewa toko, pembayaran

listrik, air telepon, pembayaran angsuran utang bank dan penyusutan peralatan serta

transaksi lainnya yang terjadi setiap bulan berjalan hingga menghasilkan laporan keuangan

yang terdiri atas laporan laba/rugi, laporan perubahan modal serta neraca.

CV Utama Jaya ini bergerak dalam bidang jasa yaitu service dokumen dan service

komputer. Dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK

ETAP) laporan keuangan yang lengkap terdiri atas: nerara, laporan laba rugi, laporan

perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan dalam

laporan keuangan CV Utama Jaya yang disajikan hanya dalam bentuk laporan laba rugi,

laporan perubahan modal dan neraca. Berikut laporan keuangan yang di sajikan oleh CV

Utama Jaya :

23
Tabel 4.1.1 Laporan Laba / Rugi CV Utama Jaya
CV Utama Jaya
Laporan Laba/Rugi
Desember 2018 (dalam satuan Rp)

Pendapatan
Total Pendapatan Rp 17.439.000
Beban
Beban gaji Rp 2.250.000
Beban sewa took Rp 1.050.000
Beban listrik, air, telepon Rp 1.565.000
Penyusutan peralatan (1%) Rp 693.000
Pembelian perlengkapan took Rp 8.478.900
Total Beban Rp 14.036900
Laba Rp 3.402.100

Tabel 4.1.2 Laporan Perubahan Modal CV Utama Jaya


CV Utama Jaya
Laporan Perubahan Modal
Desember 2018

Modal awal Rp 104.073.900


Laba Rp 3.402.100

Prive Rp 1.000.000

Rp 2.402.100

Modal akhir Rp 106.476.000

24
Tabel 4.1.3 Neraca CV Utama Jaya
CV Utama Jaya
Neraca
Desember 2018

Aktiva Pasiva

Aktiva Lancar Utang jangka


panjang

Kas Rp 136.329.000 Utang Bank BRI Rp 98.460.000

Aktiva tetap Modal Akhir Rp 106.476.000

Peralatan Rp 69.300.000

Penyusutan peralatan toko Rp 693.000


(1%)

Rp 68.607.000

Total Aktiva Rp 204.936.000 Total Pasiva Rp 204 936.000

4.2 Pembahasan

Berdasarkan laporan laba rugi CV Utama Jaya diatas menunjukan adanya

ketidaksesuaian yang ditinjau berdasarkan SAK ETAP yaitu :

a. Pada akun pembelian perlengkapan toko yang dikelompokkan dalam akun beban

oleh CV Utama Jaya sebesar Rp 8.478.900. CV Utama Jaya mengakui seluruh

pembelian perlengkapan kantor sebagai beban, padahal dari hasil wawancara yang

sudah penulis lakukan pada akhir tahun desember 2018 masih terdapat sekitar 30 %

perlengkapan yang tersisa dan hanya 70 % yang digunakan untuk aktivitas operasi

CV Utama Jaya. Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi kuantitas dari laba

yang diperoleh, bukan itu saja jumlah laba yang dimasukkan pada laporan laba rugi

akan mempengaruhi nilai pada laporan perubahan modal dan total aktiva dan pasiva
25
yang dimiliki oleh CV Utama Jaya. Jika akun pembelian peralatan yang digunakan

oleh CV Utama Jaya untuk melakukan aktivitas operasi hanya 70 % dari total

peralatan yang dimiliki Rp 8.478.900 maka hanya Rp 5.935.230 yang akan menjadi

beban.

b. CV. Utama Jaya tidak memisahkan pendapatan di luar usaha yang diperolehnya dan

hanya mengakui adanya akun pendapatan kedalam laporan keuangannya padahal

pada saat melakukan wawancara terdapat pendapatan yang diperoleh CV Utama

Jaya di luar usahanya.

Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bahwa CV Utama Jaya telah menerapkan

Laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP namun tidak sepenuhnya, masih banyak unsur

yang tidak terdapat dalam laporan keuangan yang disajikan pada CV Utama Jaya, seperti

tidak disajikan laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan lainnya.

Berdasarkan hasil observasi yang sudah penulis lakukan ditemukan kendala yang

dialami oleh CV Utama Jaya, dalam menerapkan laporan keuangan berdasarkan SAK

ETAP, yaitu:

1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antar bidang karena pemilik sekaligus

menjadi pengelola usaha. Pemilik mengelola usaha sendiri, sehingga waktu yang

dimiliki difokuskan untuk mengerjakan dan mengembangkan usaha. Karyawan

hanya diberikan wewenang untuk melayani pelanggan dan menyelesaikan pekerjaan.

2. Adanya kesalahan perhitungan yang dilakukan oleh CV Utama Jaya dalam

memasukkan jumlah beban pada laporan laba-rugi. CV Utama Jaya memasukkan

seluruh perlengkapan yang digunakan dalam aktivitas operasi perusahaan baik itu

yang terpakai maupun yang tidak terpakai sebagai beban. Seharusnya yang

26
digunakan sebagai beban hanya perlengkapan yang telah digunakan untuk aktivitas

operasi perusahaan.

3. Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menyusun

laporan keuangan karena tidak didukung dengan latarbelakang pendidikan

akuntansi.

4. Pemilik juga memiliki usaha lain untuk dikembangkan sehingga tidak terlalu fokus

pada suatu bidang usaha.

4.3 Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Dari ketidak sesuaian penyajian laporan keuangan CV Utama Jaya, maka berikut ini

akan disajikan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK ETAP :

Tabel 4.3.1 Laporan Laba Rugi CV Utama Jaya Berdasarkan SAK ETAP
CV Utama Jaya
Laporan Laba/Rugi
Desember 2018 (dalam satuan Rp)

Pendapatan
Pendapatan jasa Rp 15.789.000
Pendapatan di luar jasa Rp 1.650.000
Rp 17.439.000
Beban
Beban gaji Rp 2.250.000
Beban sewa took Rp 1.050.000
Beban listrik, air, telepon Rp 1.565.000
Beban penyusutan peralatan toko Rp 693.000
Beban perlengkapan toko Rp 5.935.230
Rp 11.493.230
Laba Rp 5.945.770

27
Tabel 4.3.2 laporan Perubahan Modal CV Utama Jaya Berdasarkan SAK ETAP
CV Utama Jaya
Laporan Perubahan Modal
Desember 2018 (dalam satuan Rp)

Modal awal Rp 104.073.900

Laba Rp 5.945.770

Prive Rp 1.000.000

Rp 4.945.770

Modal Akhir Rp 109.019.670

Tabel 4.3.3 Laporan Neraca CV Utama Jaya Berdasarkan SAK ETAP


CV Utama Jaya
Laporan Neraca
Desember 2018 (dalam satuan Rp)

Aktiva Pasiva

Aktiva Lancar Utang jangka panjang

Kas Rp 136.329.000 Utang Bank BRI Rp 98.460.000

Perlengkapan toko Rp 2.543.670 Modal Akhir Rp 109.019.670

Rp 138.872.670

Aktiva tetap

Peralatan kantor Rp 69.300.000

Akumulasi penyusutan peralatan toko Rp 693.000

Rp 68.607.000

Total Aktiva Rp 207.479.670 Total Pasiva Rp 207.479.670

28
Dari penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP terlihat bahwa terdapat

perbedaan selisih laba yang diperoleh CV Utama Jaya sebesar Rp 2.543.670 hal tersebut

dikarenakan CV Utama Jaya berasumsi bahwa pembelian seluruh perlengkapan dijadikan

beban, padahal perlengkapan masih tersisa 20 % dari total perlengkapan periode desember

2018. Selisih tersebut juga akan mempengaruhi total dari modal akhir yang diperoleh yaitu

sebesar Rp 2.543.670 dan akan berpengaruh juga terhadap perolehan aktiva dan pasiva pada

neraca dengan selisih sebesar Rp 2.543.670.

29
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil riset mini ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan

laporan keuangan CV Utama Jaya ditinjau berdasarkan SAK ETAP belum sepenuhnya

dilakukan. Masih terdapat beberapa unsur laporan keuangan yang tidak disajikan oleh CV

Utama Jaya seperti laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang telah

disyaratkan dalam SAK ETAP serta pembelian perlengkapan kantor yang dikelompokkan

ke dalam akun beban seharusnya hanya jumlah perlengkapan yang digunakan dalam

aktivitas operasi perusahaan atau terpakai saja yang dijadikan beban yaitu 70% dari jumlah

perlengkapan.

Selain itu terdapat juga kendala yang dihadapi dalam menyusun laporan keuangan yaitu

tidak adanya pembagian tugas yang jelas antar bidang karena pemilik sekaligus menjadi

pengelola usaha. Kurangnya sumber daya manusia yang memiki kemampuan dalam

menyusun laporan keuangan karena tidak di dukung dengan latarbelakang pendidikan

akuntansi. Pemilik mengelola usaha sendiri, sehingga waktu yang dimiliki difokuskan untuk

mengerjakan dan mengembangkan usaha. Karyawan hanya diberikan wewenang untuk

melayani pelanggan dan menyelesaikan pekerjaan serta pemilik juga memiliki usaha lain

untuk dikembangkan sehingga tidak terlalu fokus pada suatu bidang usaha.

30
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyajian laporan keuangan yang disajikan

berdasarkan SAK ETAP, antara lain:

1. Perlengkapan kantor seharusnya 70% saja dari total perlengkapan yang dijadikan

beban dan diganti nama akun menjadi beban perlengkapan, dan sisa dari 30%

perlengkapan tersebut dimasukkan kedalam akun perlengkapan pada aktiva lancar

dalam neraca.

2. Seharusnya CV Utama Jaya menyajikan laporan arus kas dalam laporan keuangan

serta catatan atas laporan keuangan.

3. Untuk mengatasi kendala penyajian laporan keuangan maka hendaknya ada

pembagian tugas didalam pihak internal CV Utama Jaya itu sendiri untuk membuat

dan menyusun laporan keuangan yaitu orang yang sesuai dengan keahlian atau

latarbelakang pendidikannya yaitu akuntansi.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

Afifudin. Saebani, Beni Ahmad. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia

Wirahardja, Roy Iman, dkk. 2010. Standar Akuntansi Keuangan UKM = SAK ETAP,

per 1 Januari 2011. Artikel. Jakarta

Putra, Hermon Adhy Putra. Kurniawati, Elisabeth Penti. Penyusunan Laporan keuangan

untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Berbasis Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Jurnal. Universitas Kristen Satya

Wacana

Wulandari, Sartika. 2011. Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada Usaha Mikro Kecil Menengah (Studi

Kasus Di Kampung Batik Laweyan Surakarta. Jurnal. Surakarta

Salam,A.(2010). ANALISIS PERSEPSI AKUNTAN TERHADAP

STANDARAKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS

PUBLIK (SAK ETAP). Makasar: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Hasanudin.

https://fitriayurochmah.wordpress.com/2016/02/05/makalah-teori-akuntansi/

https://www.cryptowi.com/pengertian-akuntansi/

https://sudutekonomi.blogspot.com/2017/11/teori-kontingensi-contingency-theory.html

https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-akuntansi-secara-umum/

https://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/view/2254

32

Anda mungkin juga menyukai