Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN:


BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH)”

Dosen : Karmithasari Yanra K,.Ners.M.Kep

Di Susun Oleh :
Nama : Trisia Vironika
Nim : 2018.C.10a.0990

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkat,
rahmat, karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini disusun
dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Begina
Prospat Hipertropi(BPH)”. Makalah ini disusun dalam bentuk maupun isinya yang sangan
sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Dan kami mengharapkan semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi teman semua, untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan–masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalh
ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dalam pengembangan
dunia keperawatan dimasa depan.

Palangka Raya, 16 Maret 2020

Penulis

i
ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR………………………………………………………..…..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…ii
BAB I PENDAHULUAN……………………….…………………………….......
A. Latar Belakang………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..........
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………........
BAB II PEMBAHASAAN………………………………………….………….....
A. Pengertian BPH................................................………….………...….................
B. Etiologi ............................................................…..………..…..............................
C. Patofisiologi...........................................................................................................
D. Manifestasi Klinik................................................................................................
E. Komplikasi.............................................................................................................
F. Diagnosis Keperawatan.............................................................................................
G. Penatalaksanaan........................................................................................................
H. Asuhan Keperawatan.............................................................................................
BAB III PENUTUP…………………………………………………………….....
A. Kesimpulan………………………………………………………………….....
B. Saran…………………………………………..…………………………….....

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………......

iiii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia
kelenjar periuretra yangmendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul
bedah. (Anonim FK UI 1995).Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar
yang terlihat persis di inferior darikandung kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya
berjalan uretra posterior + 2,5 cm.Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum
puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragmaurogenitale. Pada prostat bagian
posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir
padaverumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra
eksternaProses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada
saluran kemih jugaterjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya
pembesaran prostat, resistensi pada leher buli- buli dan daerah prostat meningkat, serta otot
destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi ataudivertikel. Fase
penebalan destrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka
destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
untuk berkontraksi sehingga terjadiretensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Oleh karenaitu penting bagi perawat untuk
mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhankeperawatan
yang komprehensif pada klien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) beserta keluarganya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud BPH?
2. Apa penyebab terjadinya BPH?
3. Apa gejala yang ditimbulkan ?
4. Apa proses perawatan dan pengobatannya?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari BPH?
2. Untuk mengetahui penyebabterjadinya BPH?
3. Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan?
4. Untuk mengetahui proses perawatan dan pengobatannya?.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian BPH
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar,
memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine,
dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi
sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi
prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya
bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan
disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau
adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai. Hipertropi Prostat adalah
hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli
ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).

Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,


disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi
jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars
prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994: 193). BPH adalah pembesaran
progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun)
menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius .

(Marilynn, E.D, 2000 : 671). Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran


progresif dari kelenjar prostat (secara umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan
berbagai derajat obstruksi urethral dan pembatasan aliran urinarius (Doengoes, Morehouse
& Geissler, 2000, hal 671). Kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ ini
membuntu uretra Pars Prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari
buli-buli (Poernomo, 2000, hal 74).

5
B. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun
yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan terjadinya BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor
kemungkinan penyebab antara lain :

 Dihydrotestosteron

Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari
kelenjar prostat mengalami hiperplasi .

 Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron

Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan
testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.

 Interaksi stroma – epitel

Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan


penurunantransforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.

 Berkurangnya sel yang mati

Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari
kelenjar prostat.

 Teori sel stem

Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan
(Poernomo, 2000, hal 74-75).atau Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel
transit ( Roger Kirby, 1994 : 38 ).

C. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan
bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi
reduksi testosteron menjadi Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang kemudian menjadi
faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi
pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein yang kemudian menjadi
hiperplasia kelenjar prostat (Mansjoer, 2000 hal 329; Poernomo, 2000 hal 74). Pada tahap

6
awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi penyempitan lumen uretra
prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
tekanan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi lebih
kuat guna melawan tahanan tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan
daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul
sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila
keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi
dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine (Mansjoer, 2000,
hal 329; Poernomo, 2000 hal 76).

Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan
akhirnya dapat terjadi gagal ginjal (Poernomo, 2000, hal 76).

D. Manifestasi Klinik
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar
saluran kemih.

1.      Keluhan pada saluran kemih bagian bawah

Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract Symptoms (LUTS)
terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif.

Gejala iritatif meliputi:


 (frekuensi) yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada
malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
 (nokturia),  terbangun untuk miksi pada malam hari
 (urgensi)  perasaan ingin miksi yang sangat mendesak dan sulit di tahan
 (disuria).nyeri pada saat miksi
Gejala obstruktif meliputi:
 rasa tidak lampias sehabis miksi,
 (hesitancy), yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu
beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan
dalam uretra prostatika.
 (straining)  harus mengejan

7
 (intermittency)  yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena
ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika
sampai berakhirnya miksi.
 dan waktu miksi yang memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan
inkontinensia karena overflow.

Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih sebelah bawah, beberapa ahli
urology membuat sistem scoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh
pasien.
2.      Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas, berupa gejala
obstruksi antara lain: nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari
hidronefrosis), yang selanjutnya dapat menjadi gagal ginjal dapat ditemukan uremia,
peningkatan tekanan darah, perikarditis, foetoruremik dan neuropati perifer.

3.      Gejala di luar saluran kemih


Pasien yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia inguinalis dan hemoroid.
Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal (Poernomo, 2000, hal 77 – 78;
Mansjoer, 2000, hal 330).
4.      warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi menjadi lebih tua.

          Menurut Long (1996, hal. 339-340), pada pasien post operasi BPH, mempunyai
tanda dan gejala:
1. Hemorogi
a. Hematuri
b. Peningkatan nadi
c. Tekanan darah menurun
d. Gelisah
e. Kulit lembab
f. Temperatur dingin
2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
3. Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:
a. bingung

8
b. agitasi
c. kulit lembab
d. anoreksia
e. mual
f. muntah

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah Retensi kronik dapat
menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd.
Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu. Hematuriaf,
Pielonefritis, Aterosclerosis, Infark jantung, Impoten, Haemoragik post operasi, Fistula,
Striktur pasca operasi & inconentia urine.

F. Pemeriksaan Diagnosis
o Laboratorium

Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.

o Radiologis

Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto


polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk,
ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS =
Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra
sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan
patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong,
1997).

o Prostatektomi Retro Pubis

Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya
ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula
prostat.

o rostatektomi Parineal

9
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum

o Prostatektomy

merupakan tindakan pembedahan bagian prostate (sebagian/seluruh) yang memotong


uretra, bertujuan untuk memeperbaikialiran urin dan menghilangkan retensi urinaria
akut.

G. Penatalaksanaan

Non Operatif
a. Pembesaran hormon estrogen & progesterone
b. Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
c. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
d. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
e. Pemasangan kateter.

Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
a. TUR (Trans Uretral Resection)
b. STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
c. Retropubic Extravesical Prostatectomy)
d. Prostatectomy Perineal

H. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Benigna Prostat Hipertropi (BPH)


1. Pengkajian

Data subyektif :

 Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.


 Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
 Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
 Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.

Data Obyektif :

 Terdapat luka insisi


 Takikardi
 Gelisah
 Tekanan darah meningkat
 Ekspresi w ajah ketakutan
 Terpasang kateter
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

10
 Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
 Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder
 Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh
 Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme
melalui kateterisasi
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit,
perawatannya.

3. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter


Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat
kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:

a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang


b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi:

a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta
penghilang nyeri.
b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan
tekanan darah dan denyut nadi)
c. Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
d. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen
tegang)
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan
perawatan aseptik terapeutikg. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat

2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder.

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami retensi urin

Kriteria :

Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.

11
Intervensi :

a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril
b.  Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab,
takikardi, dispnea)
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah
menggunakan alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau jaringan
e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari kedua post
operasi)
f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari,
jika tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam
selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.

3. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran ejakulasi,


hilangnya fungsi tubuh

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan fungsi
seksualnya

Kriteria hasil :

Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas secara
optimal.

Intervensi :

a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan


perubahannya
b. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat
c. Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek
prostatektomi dalam fungsi seksual
d. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksual
e. Beri penjelasan penting tentang:
f. Impoten terjadi pada prosedur radikal
g. Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal

12
h. Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan seksual
selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.

4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée ikroorganisme melalui


kateterisasi

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi

Kriteria hasil:

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal


b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri
c. Luka insisi semakin sembuh dengan baik
Intervensi:
a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan, kebocoran)
c. Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainage
d. Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin dressing
e. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit,


perawatannya
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari
Kriteria :
Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan mendemonstrasikan
perawatan
Intervensi :
a. Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang penyakit,
perawat
b.   Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:Perawatan luka, pemberian nutrisi,
cairan irigasi, kateteter
c. Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu
disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan uretra yang
menyebabkan kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan
dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda
yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya
atau lemahnya pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi kencing bertambah
terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi harus mengejanf. Terasa panas,
nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g. Massa pada abdomen bagian bawahh.
Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)j.
Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan turunm.
AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat
berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam
kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.

B. Saran
Dari keseluruhan makalah ini penulis di sarankan bahwa dalam penulisan makalah
“Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Begina Prospat
Hipertropi(BPH)” ini masih banyak kekurangan  maka penulis mengharap saran dan
kritikan dari para pembaca (dosen, kakak semester serta teman serekan) sangat di harapkan
untuk penulis dari penyempurnaan makalah berikutnya atau masa yang akan datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas
Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press.


Surabaya.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai