A. PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit
yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2015)
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme
yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau
bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi
toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang
bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara
aktif terhadap penyakit tertentu (Permenkes, 2017)
B. TUJUAN IMUNISASI
a. Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara
lain, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejam), Measles (campak), Polio dan
Tuberculosis
b. Eradikasi yaitu hasil akhir program imunisasi suatu penyakit. Pada fase ini
telah terjadi maturasi kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi,
walaupun Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) tetap dapat dijumpai
(Permenkes, 2017)
C. SASARAN IMUNISASI
Menurut Kemenkes RI (2015), sasaran imunisasi antara lain:
1. Sasaran Imunisasi pada Bayi
3. Sasaran Imunisasi
- Indikasi
Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada
anak-anak
- Cara pemberian dan dosis
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml.
Dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun
- Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin
- Efek Samping
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan
yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam
- Penanganan Efek samping
Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum anak lebih banyak,
jika demam kenakan pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri
dapat dikompres air dingin, jika demam berikan paracetamol 15
mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam), anak
boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat
2. Vaksin Td
- Deskripsi
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung
toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam
alumunium fosfat
- Indikasi
Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai
usia 7 tahun.
- Cara pemberian dan dosis
Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis pemberian 0,5 ml
- Kontra indikasi
Individu yang menderita reaksi berat terhadap dosis sebelumnya
- Efek samping
Pada uji klinis dilaporkan terdapat kasus nyeri pada lokasi
penyuntikan (20–30%) serta demam (4,7%)
3. Vaksin TT
- Deskripsi
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus murni, terabsorpsi ke dalam aluminium
fosfat
- Indikasi
Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur
- Cara pemberian dan dosis
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml.
- Kontra indikasi
Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya, hipersensitif
terhadap komponen vaksin, demam atau infeksi akut
- Efek samping
Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada
lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala
demam
- Penanganan efek samping
Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin dan anjurkan
ibu minum lebih banyak (Kemenkes RI, 2015)