USHUL FIQIH
1.pengertian Ushul fiqih
Kalimat Ushul fiqih berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata,yaitu kata ‘ushul’
bentuk jamak dari ‘ashlu’( )artinya asal,dasar,atau pokok.Dan fiqih( ) artinya
faham atau mengerti.
Para ahli hukum islam,dalam memberikan definisi ushul fiqih beraneka ragam,ada
yang menekankan pada fungsi ushul fiqih itu sendiri,dan ada pula yang mnekankan pada
hakikatnya.namun,pada perinsipnya sama,
USYHUL FIQIH adalah ilmu pengetahuan yang objeknya dalil-dalil hukum syara’
secara gelobal dengan semua seluk beluknya.
Menurut Al-Baidhawi dari kalangan ulama syfi’iah bahwa yang dimaksud Ushul fiqih itu
adalah;................
tujuan ushul fiqih adalah untuk mengetahui jalan dalam mendapatkan hukum syara’
dan cara-cara untuk mngistinbatkan hukum dari dalil-dalilnya.
Fungsi ushul fiqih adalah merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan hukum-hukum
ALLAH SWT sebagai mana yang dikehendaki oleh allah SWT dan rasul-NYA,baik yang
berkaitan dengen aqidah,ibadah,mu’amalah,’uqubah,maupun akhlak.dengan kata lain ushul
fiqih bukanlah sebagai tujuan melainkan sebagai sarana(alat)untuk menggali hukum.
Penngertian dalil
Dalil adalah sesuatu yang dipakai untuk menetapkan suatu hukum,atau sebaliknya
yakni,menetapkan suatu hukum dengan suatu dalil.
Sumber-sumber hukum syara’
1.AL-qur’anul karim(kalam allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW)
2.hadist/sunah(segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi mhamad SAW)
3.ijma‘(kesepakatan semua mujtahid dari ijma’ mhammad SAW ,terhadap masalah syara’)
B.pembagian hukum
1.pembagian hukum secara umum dibagi tiga:
a.hukum akal
b.hukum adat
c.hukum syara’
dasar taklifi
Dalam islam,orang yang terkena taklifi adalah orang yang sudah dianggap mampu
mengerjakan tindakan hukum(mukallaf)tak heran bila sebagian besar ulama ushul fiqih
berpendapat bahwa dasar pembebanan bagi seorang mukallaf adalah akl dan
pemahaman,dengan kata lain ,seseorang baru bisa dibebani hukum apabila ia berakal sehat
dan dapat memahami secara baik taklif yang ditujukan kepadanya,maka orang yang tidak
atau belum berakal sehat dan belum mukallaf dianggap belum memahami taklif dari
syara’(ALLAH dan rasul-NYA)misalkan orang dalam keadaan tidur,mabuk dan lupa(secara
tidak disengaja) karena dalam keadaan tidak sadar (hilang akal)sebagai mana dalam sabda
Rasulullah SAW :
F.pengertian Ahliyyah
Secara harfiyah,Ahliyyah kecakapan menangani suatu urusan’.Misalnya orang yang memiliki
kemampuan dalam suatu bidang,maka ia dianggap ahli untuk menangani bidang tersebut.
Menurut para ahli uahul fiqih,arti ahliyyah sebagai berikut:
Artinya:”suatu sifat yang dimiliki seseorang yang dijadikanukuran oleh syar’I,untuk
mnentukan seseorang telah cakap dikenai tuntutan syara’’(AL-bukhari:II:1357)
Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Ahliyyah adalah sifat yang menunjukan
bahwa seseorang telah sempurna jasmani dan akalnya,sehingga seluruh tindakannya dapat
dinilai oleh hukum syara’
G.pembagian ahliyyah
a.Aliyyah ada’`
yaitu sifat kecakapan bertindak hukum bagi seseoramg yang telah dianggap sempurna
untuk mempertanggung jawabkan seluruh perbuatannya.baik yang bersipat positif maupun
yang negatif.apbila perbuatannya sesuai dengan tuntunan syara’,ia telah dianggap telah
memenuhi kewajiban dan berhak mendapatkan pahala.sebaliknya,bila melanggar tuntunan
syara’,maka ia dianggap berdosa dan akan mendapatkan siksa.dengan kata lain,ia telah
dianggap cakap/layak menerima hak dan kewajiban.
Menurut kesepakatan ulama ushul fiqih,yang menjadi ukuran dalam menentukan apakah
seseorang telah memiliki AHLIYYAH ada’ adalah aqil,balig dan cerdas.kesepakatan mereka
itu berdasarkan pada firman Allah dalam surat An-nisa:6
Artinya:”Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup untuk menikah,kemudian jika
menurut pendapatmu mereka cerdas(pandai memelihara harta),maka serahkanlah kepada
mereka harta-hartanya….”(QS.An-nisa:6)
b.Ahliyyah Al-wujub
Yaitu sifat kecakapan seseorang untuk manarima hak-hak yang menjadi haknya,tetapi
belum mampu dibebani sssseluruh kewajiban.
Menurut ulama ushul fiqih,ukuran yang digunakan dalam menentukan ahliyyah Al-wujub
adalah sifat kemanusiaannya yang tidak dibatasi oleh umur,baligh,kecerdasan dll.sifat ini
telah dimiliki seseorang semenjak ia dilahirkan sampai meninggal dunia danakan hilang dari
seseorang apabila yang bersangkutan meninggal dunia.Berdasrkan Ahliyyah Al-wujub,anak
yang baru lahir wasiat,dan berhak pula menerima pembagian warisan.Akan tetapi,harta
tersebut tidak boleh dikelola sendiri,tetapi harus dikelola oleh wali atau washi(orang yang
diberi wasiat untuk memelihara hartanya),karena anak anak tersebut belum mampu untuk
memberikan hak dan kewajiban.
Para ulama ushul fiqih membagi Ahliyyah al-wujub menjadi dua bagian:
a.ahliyyah al-wujub al-naqishah
Yaitu anak yang masih berada dalam kandungan ibunya(janin).janin tersebut dianggap
sudah memiliki ahliyyah al-wujub ,tetapi belum sempurna.hak-hak yang ia terima belum bisa
menjadi miliknya,sebelum ia lahir dengan selamat walau hanya sesaat.maka apabila telah
lahir,hah-hak ia terima dapat menjadi miliknya.
Empat hak bagi seorang
janin:
1.Hak keturunan dari
ayahnya
2.hak waris dari pewarisnya yang meninggal dunia,jika lahirnya seorang laki-laki
maka bagiannya lebih besar dari seorang wanita
3.Wasiat yang ditujukan kepadanya.
4.harta wakaf yang ditujukan kepadanya.
b.Ahliyyah al-wujub al –kamilah
yaitu kecakapan menerima hak bagi seorang ank yang telah lahir kedunia sampai
dinyatakan baligh dan berakal,sekalipun akalnya masih kurang seperti orang gila.
Dalam setatus Ahliyyah al-wujub al-kamila(yang kurang sempurna akalnya)seseorang
tidak dibebani tuntutan syara’,baik yang bersifat ibadah mahdlah seperti shalat,puasa,mau
maupun yang bersifat tindakan hukum duniawi,seperti transaksi yang bersifat pemindahan
hak milik.
Namun demikian,apabila mereka melakukan tindakan hukum yng merugikan orang
lain,maka orang yang telah bersetatus ahliyyah al-ada ataupun ahliyyah al-wujub al-
kamilah,wajib mempertanggungjawabkannya.Dan pengadilan berhak untuk memerintahkan
wali atau washi anak kecil yang masih dalam ahliyyah al-wujub wajib mengeluarkan ganti
rugi terhadap harta orang lain yang dirusak,mengambil dari harta anak itu sendiri.
macam-macam hukum wad’y
1,sebab
Menurut bahasa sebab adalah sesuatu yang dapat menyampaikan kepada sesuatu yang
lain,menurut istilah sebab adalah suatu sifat yang dijadikan syar’I sebagai tanda adanya
hukum.
2,syarat
Yaitu sesuatu yang berada diluar hukum syara’,tetapi keberadaan syara’ bergantung
padanya(syarat)
3.mani’(penghalang)
Yaitu suatu sifat yang keberadaannya tidak ada hukum atau tidak ada sebab.
4,rukhsah
Yaitu perubahan sesuatu dari yang berat kepada yang lebih ringan atau yng lebih
mudah,karena adanya suatu sebab terhadap hukum asal,atau karena adanya udzur.
5,bathil
Yaitu terlepasnya hukum syara’dari ketentuan yang ditetapkan dan tidak ada akibat hukum
yang ditimbulkannya.
6,shihhah
Yaitu suatu hukum yang sesuai dengan tuntunan syara’yaitu terpenuhinya sebab,syarat,dan
tidak ada mani’
MAHKUM BIH
Dinamakan mahkuk fih karena didalam perbuatan atau peristiwa itulah ada hukum,baik
hukum wajib maupun hukum sunat,dan haram.sebagian ulama lainnya menggunakan istilah
mahkum bih, karena perbuatan orang mukallaf itu bisa disifati dengan hukum,baik yang
diperintahkan,maupun yang dilarang.
Yang dimaksud mahkum fih disini adalah objek hukum,yaituperbuatan orang mukallaf yang
terkait dengan perintah syara’(ALLAH dan rasul-NYA)
A,macam-macam mahkum fih
Mahkum fih dilihat dari segi keberadaannya secara material dan syara’terdiri
atas; -perbuatan yang secara material
ada,tetapi tidak termasuk perbuatan yang terkait dengan syara’;seperti makan dan minum.
-perbuatan secara material ada dan menjadi menjadi adanya hukum syara’ ;seprti
perzinahan,pencurian,dan pembunuhan.
-perbuatan secara material ada dan baru bernilai dalam syara’ apabila memenuhi rukun dan
syarat yang ditentukan,seperti shalat dan zakat.
-perbuatan yang secara material ada dan diakui syara’serta mangakibatkan adanya hukum
syara’seperti nikah, jual beli,dan sewa menyewa.
Mahkum fih dari segi hak yang terdapat perbuatan itu dibagi dalam empat bentuk,yaitu:
-semata-mata hak allah,yaitu segala sesuatu yang manyangkut,peribadi, kepentingan dan
kemaslahatan umum tanpa kecuali,seperti :ibadah mahdah(murni)seperti iman dan rukun
islam yang lima.dan ibadah ghair mahdah,yang didalamnya mengandung makna pemberian
dan santunan,seperti zakat,
-hak hamba yang terkait dengan kepentingan peribadi seseorang,seperti ganti rugi harta
seseoranng yang telah dirusak,hak-hak kepemilikan,dan hak pemanfaatan harta sendiri.
G.HAKIM
Artinya:lafazh yang mencakup akan semua apa saja masuk padanya dengan satu ketatapa dan
sekaligus.
2.KHASH
Khash artinya suatu lafazh yang menunjukan sesuatu yang khusus.(satu arti)
3.AMR(PERINTAH)
MENURUT jumhur ulama ushul,definisi AMR adalah lafazh yang menunjukan
tuntunan(perintah)dari juruan yang lebih tinggi(allah SWT dan Rasul-NYA)kepada yang
lebih rendah(manusia)untuk melakukan suatu pekerjaan.
4.NAHYI(LARANGAN)
Nahyi adalah lafazh yang menunjukan tuntunan untuk meninggalkan suatu pekerjaan.
5.MUTHLAQ DAN MUQAyYAD
Muthlaq ialah lafazh yang menunjukan hakikat sesuatu tanpa pembatas yang dapat
mempersempit keluasan arti dari lafazh tersebut.
Muqayyad adalah lafazh yang menunjukan hakikat sesuatu yang dibatasi dengan suatu
pembatasan yang mempersempit keluasan artinya.
6.MANTUQ DAN MAFHUM
MANTUQ adalah sesuatu yang ditunjuk oleh lafazh kepada suatu hukum yang
disebutkan oleh lafazh itu sendiri.
MAFHUM adalah petunjuk lafazh pada suatu hukum yang tidak disebutkan (diluar)lafazh
itu sendiri.
7.AL-MUJMAL DAN AL-MUBAYYAN
Mujmal artinya suatu lafazh yang tidak jelas,samar-samar,dan memerlukan penjelasan.
Mubayyan artinya suatu lafazh yang mengandung penjelasan(untuk menjelaskan)
8.MURADIF DAN AL-MUSYTARAk
Muradif artinya ialah lafazhnya banyak sedangkan artinya sama.(sinonim)
Musytarak artinya lafazh yang mempunyai dua arti yang sebenarnya dan arti-arti tersebut
berbeda-beda.
9.TA’WIL
Ta’wil artinya memindahkan sesuatu perkataan dari makna yang terang(zhahir)kepada
makna yang tidak terang(lemah=marjuh)karena ada suatu dalil yang menyebabkan makna
yang kedua tersebut harus dipakai.
10.NASAKH
Nasakh artinya membatalkan suatu hukum dengan dalil yang datang kemudian.
‘’ Yang dibatalkan disebut mansukh sedang yang membatalkan disebut nasikh,’’
MAKSUDNYA,bila ada satu ketentuan ,peraturan yang menghapus ketentuan
yang terdahulu,maka yang terdahulu disebut ‘’mansukh’’artinya yang dihapus,sedang yang
datang kemudian disebut ‘’nasikh’’artinya yang menghapus.
Menurut istilah ushul fiqih adalah: