Disusun Oleh :
PEKANBARU
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ini diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ekonomi
Ilmiah TEMILREG FoSSEI SUMBAGTENG XIV 2020 di Universitas Islam
Negri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dengan judul paper : “Optimalisasi Fungsi
dan Potensi Masjid: Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid
di Kota Pekanbaru”.
Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap : Nia Zydny Rahmawati
b. NIM : 11870322019
Anggota Tim I
a. Nama Lengkap : Aqila Fadiah Haya
b. NIM : 11870320224
Anggota Tim II
a. Nama Lengkap : Ryla Lidia Susanti
b. NIM : 11870320349
Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Harkaneri SE, MSA, Ak, CA
b. NIP : 198108172006042007
Menyetujui,
Dosen Pembimbing, Ketua Tim,
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh panitia berupa diskualifikasi dari
kompetisi.
NIM. 11870322019
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah Yang Maha Esa berkat
Karunia-Nya lah kami mampu menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
“Optimalisasi Fungsi dan Potensi Masjid: Model Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Berbasis Masjid di Kota Pekanbaru“. Walaupun banyak hambatan
yang kami hadapi dalam proses penyusunan, namun kami bisa berhasil
merampungkan karya ilmiah ini dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih pada dosen pembimbing, Ibu
Harkaneri SE, MSA, Ak, CA, yang sudah membantu dan memberikan arahan
kepada kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga ucapkan terima
kasih kepada kawan-kawan mahasiswa yang telah ikut memberikan kontribusi
baik langsung ataupun tidak langsung dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya ada beberapa hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat
dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu kami sangat berharap mudah-mudahan
karya ilmiah ini mampu menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi kita
bersama.
Penulis begitu sadar bahwasanya dalam penyusunan karya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berharap saran dan kritik
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Penulis pun
berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga bagi para
pembaca pada umumnya.
ttd
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN............................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................. ii
KATA PENGANTAR........................................................................ iii
DAFTAR ISI........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3. Tujuan............................................................................................. 2
1.4. Manfaat........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori............................................................................... 3
2.2. Penelitian Terdahulu...................................................................... 6
BAB III METODE PENULISAN
3.1. Pendekatan Penelitian.................................................................... 8
3.2. Lokasi Penelitian............................................................................
3.3 Jenis Penelitian................................................................................
3.4 Sumber Data....................................................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data..............................................................
3.5.1 Observasi............................................................................
3.5.2 Wawancara.........................................................................
3.5.3 Riset Pustaka......................................................................
3.5.4 Teknik Analisa Data..........................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Badan Pengelola Masjid Agung An-nur .....................................
4.2. Potensi dan Program Kerja Masjid...............................................
4.2.1 Divisi Imarah...................................................................
4.2.2 Divisi Usaha.....................................................................
iv
4.2.3 Divisi Tarbiyah................................................................
4.3 Fasilitas Masjid Agung An-nur.....................................................
4.4. Rancang Bangun Model Pemberdayaan Ekonomi.......................
4.4.1 Input Sumber Daya..........................................................
4.4.2 Institusi.............................................................................
4.4.3 Proses Pemberdayaan.......................................................
4.4.4 Output..............................................................................
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan...................................................................................
5.2. Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Umat Islam meyakini bahwa Islam adalah agama yang ajarannya mengandung rahmatan
lil „aalamiin, untuk mewujudkan kehidupan yang adil, makmur, dan sejahtera. Tetapi kondisi
umat Islam sekarang ini masih jauh dari ideal, misalnya tingkat kemampuan ekonomi umat
masih rendah dan belum merata. Hal ini terjadi dikarenakan potensi-potensi yang dimiliki
umat belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu potensi ekonomi umat adalah potensi
dana sosial Masjid yang selama ini, masih bersifat ide dan belum dikelola secara baik, serius,
dan professional. Dana ini sama sekali tidak dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi
produktif.
Masjid dalam sejarah peradaban Islam merupakan sarana untuk melakukan dakwah dan
pengembangan sumber daya ekonomi umat Islam. Setiap jama’ah dalam membangun masjid,
berorientasi untuk melakukan dakwah dan sekaligus memberdayakan ekonomi jama’ah dan
masyarakat yang ada di sekitar masjid. Ada sebuah cita-cita besar tentang revitalisasi fungsi
masjid sebagai wadah melakukan dakwah dan pemberdayaan umat. Harapan dan cita-cita
besar ini merupakan sesuatu yang sangat historis dan sesuai dengan konteksnya karena dalam
Islam. Idealnya masjid adalah pilar utama dan terpenting bagi pembentukan masyarakat
Islam. Karena itu, masyarakat muslim tidak akan terbentuk secara kokoh dan rapi kecuali
dengan adanya komitmen terhadap sistem, akidah dan tatanan Islam.Hal ini tidak akan dapat
dimunculkan kecuali di masjid.
Sejauh ini, belum banyak masjid yang secara sungguh-sungguh telah diberdayakan
untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat, padahal dengan modal social dan
kapitalnya, masjid sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk menjalankan misi
edukasi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Secara lebih rinci, ternyata ada masjid
yang terbatas secara prasarana namun mempunyai peranan social ekonomi yang besar dalam
masyarakat. Sebaliknya ada juga masjid yang memiliki prasarana berlimpah namun tidak
memperoleh manfaat dari keberadaan masjid tersebut.
Perkembangan jumlah masjid dan mushalla di Indonesia, berdasarkan data Bimas
Islam Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2014 adalah sebanyak 731.095 yang
terdiri dari 292.439 Masjid dan 438.656 Mushalla. Dengan jumlah masjid yang besar
tersebut, seharusnya masjid memiliki peran yang signifikan dalam upaya membantu
1
mengatasi permasalahan ekonomi khususnya persoalan kemiskinan, karena masjid memiliki
ikatan yang kuat dan solid dengan masyarakat.
Pada kenyataannya fungsi masjid yang ada dewasa ini sebagian besarnya hanya
terbatas sebagai tempat ibadah ritual saja. Hal ini berbeda dengan fungsi masjid pada zaman
Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah SAW fungsi masjid di samping sebagai tempat
ibadah ritual juga memiliki fungsi penunjang seperti fungsi pendidikan, informasi, kesehatan,
ekonomi, bahkan juga digunakan untuk mengatur negara dan strategi perang.
Untuk dapat menjadikan masjid berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagai tempat
strategis pembinaan ekonomi umat, maka perlu dibuatkan pemodelan pemberdayaan ekonomi
masjid melalui optimalisasi fungsi dan potensi masjid. Pemodelan pemberdayaan ini dapat
dilakukan melalui identifikasi potensi ekonomi masjid yang tersedia meliputi sumber daya
manusia, potensi dana masjid, potensi wakaf masjid, potensi ekonomi masyarakat sekitar
masjid, dll.
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian
ini adalah 1) Mengidentifikasi potensi ekonomi yang dimiliki masjid-masjid di wilayah Kota
Pekanbaru 2) Mengidentifikasi kegiatan yang dilaksanakan di masjid-masjid di wilayah Kota
Pekanbaru, 3) Menganalisis potensi ekonomi jamaah masjid di Kota Pekanbaru 4)
Merumuskan model pemberdayaan ekonomi masjid di Kota Pekanbaru.
1.3 Tujuan
Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekonomi yang di
miliki masjid dan para jamaah serta mengidentifikasi kegiatan beserta model pemberdayaan
ekonomi masjid di Kota Pekanbaru.
1.4 Manfaat
Penulisan karya ilmiah ini bermanfaat mampu menambah kajian akademis baik
sebagai wacana pembelajaran, diskusi, pengetahuan dan alat pertimbangan pengambilan
kebijakan, bahan referensi, kajian pustaka maupun dokumentasi penulisan mengenai strategi
dan manajemen masjid sebagai basis pembangunan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata masjid disebut dua puluh delapan kali di dalam al-Quran. Secara harfiah, masjid
berasal dari Bahasa Arab yaitu sajada, yasjudu, sujudan. Dalam Kamus al-Munawwir (1997:
610), berarti membungkuk dengan khidmat. Dari akar kata tersebut, terbentuklah kata masjid
yang merupakan kata benda yang menunjukkan arti tempat sujud (isim makan dari fi‘il
sajada). Pada masa Rasulullah Saw masjid tidak hanya sebatas tempat shalat saja, atau
tempat berkumpulnya kelompok masyarakat (kabilah) tertentu, melainkan masjid menjadi
sentra utama seluruh aktivitas keumatan, yaitu sentra pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan
budaya. Suyudi (2005: 225-226) menjelaskan bawa fungsi masjid pada masa Rasulullah Saw.
adalah sebagai tempat berkumpulnya umat Islam, yang tidak terbatas pada waktu shalat
(jamaah) saja, melainkan juga digunakan untuk menunggu informasi turunnya wahyu. Di
samping itu, masjid juga berfungsi sebagai tempat musyawarah untuk menyelesaikan
masalah sosial. mempunyai posisi yang sangat strategis dalam memberikan solusi bagi
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, jika
masjid difungsikan dengan sebenar-benarnya.
Masjid sebagai institusi dakwah memiliki peranan yang sangat penting untuk
senantiasa menebarkan dan mempertahankan kebaikan, kedamaian, dan kebenaran dalam
kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Untuk menuju hal tersebut, maka peranan
masjid harus diposisikan dalam fungsi yang sebenarnya sebagaimana yang pernah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Fungsi masjid yang utama adalah tempat dilaksanakannya berbagai jenis ibadah
ritual,yakni 1) Ibadah shalat fardlu yang 5 waktu. Pada masa Rasulullah SAW, masjid
Nabawi menjadi pusat tempat shalat lima waktu. Dimana nyaris tidak ada orang yang
meninggalkannya. Bahkan orang yang buta sekalipun, tetap diharuskan ikut dalam shalat
fardhu lima waktu. 2) Berbagai macam salat sunah, seperti a) shalat sunah tarawih. Di antara
shalat sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan dengan cara berjamaah di masjid adalah
shalat tarawih. b) Shalat Tahiyatul Masjid. Masjid sebagai bangunan yang memiliki
kemuliaan tinggi, maka untuk memasukinya setiap muslim disunnahkan untuk melakukan
ritual khusus, yaitu shalat 2 rakaat sebagai penghormatan atas bangunan suci tersebut. c)
I‟tikaf. I‟tikaf adalah ibadah dengan cara menyerahkan diri kepada Allah SWT, dengan cara
3
memenjarakan diri di dalam masjid, dan menyibukkan diri dengan berbagai bentuk ibadah
yang layak dilakukan di dalamnya. d) Bertasbih dan dzikir kepada Allah SWT. Tidak ada
perbedaan di tengah ulama bahwa masjid adalah tempat untuk mensucikan Allah dan
berdzikir kepada-Nya. Di dalam Al-Quran, fungsi masjid untuk keduanya secara tegas
disebutkan.
َ ت أَ ِذنَ هَّللا ُ أَن تُرْ فَ َع َوي ُْذ َك َر فِيهَا ا ْس ُمهُ يُ َسبِّ ُح لَهُ فِيهَا بِ ْال ُغ ُد ِّو َواآْل
٣٦﴿ صا ِل ٍ ﴾فِي بُيُو
dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang ”. (QS.
An Nur : 36)
Sumber daya yang menjadi potensi masjid meliputi sumber daya insani, sumber daya
yang bersifat fisik (tangible), sumber daya yang bersifat non-fisik (intangible).
Sumber daya insani masjid merupakan elemen utama, sebab manusia merupakan
pengendalikan sumber daya yang lainnya.9 Oleh karena itu, sumber daya manusia adalah
keseluruhan penentu pelaksanaan berbagai aktivitas, policy, dan program yang bertujuan
untuk mendapatkan tenaga kerja, pengembangan dan pemeliharaan dalam usaha
meningkatkan dukungannya terhadap peningkatan efektivitas organisasi masjid yang dapat
dipertanggungjawabkan cara etis dan sosial. Disamping sumber daya insani, masjid memiliki
potensi ekonomi berupa sumber daya yang bersifat fisik, yaitu 1) tanah dan bangunan masjid
yang rata-rata merupakan harta wakaf dari kaum muslimin, 2) dana masjid yang cukup besar,
dimana dana tersebut terhimpun dari berbagai sumber dengan jenis dananya meliputi dana
zakat, infaq, sedekah, dan wakaf.
Sumber daya Intangible masjid adalah sumber daya yang tidak terlihat dalam neraca
keuangan organisasi, misalnya teknologi, inovasi dan reputasi, dsb.Masjid memiliki potensi
sumber daya yang bersifat non-fisik seperti potensi sosial, potensi spiritual, dan potensi
intelektual.
Potensi sosial masjid sebenarnya terlihat include dengan kegiatan ritual di masjid,
yaitu kewajiban shalat berjamaah bagi kaum muslimin, di samping terdapat berbagai kegiatan
sosial masjid dalam arti fungsi sosial masjid.Salah satu yang memperkuat persaudaraan
antara kaum muslimin adalah masjid. Karena dalam sehari saja kaum muslimin dapat
bertemu sebanyak 5 kali.
4
Masjid mempunyai posisi yang sangat strategis dalam memberikan solusi bagi
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, jika
masjid di fungsikan dengan sebenar-benarnya.
Potensi spiritual merupakan potensi atau kekuatan yang tidak berakar pada sesuatu
yang bersifat material, intelektual, atau bidang sosial, tapi berakar pada kekuatan dan
pengaruh yang dihasilkan dari hubungan seseorang dengan Tuhannya. Sebagaimana
disebutkan terdahulu bahwa masjid berfungsi sebagai tempat ibadah ritual. Bersamaan
dengan itu, masjid memiliki potensi spiritual. Secara normatif al-Qur’an memaparkan bahwa
modal spiritual hanya dapat dibangun dari masjid.
Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak
takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. At Taubah : 18)
Menurut Kindervater dalam Kusnadi, dkk (2005: 220), pemberdayaan adalah proses
peningkatan kemampuan seseorang baik dalam arti pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
agar dapat memahami dan mengontrol kekuatan sosial, ekonomi, dan atau politik sehingga
dapat memperbaiki kedudukannya dalam masyarakat. Sedangkan dalam bukunya Edi Suharto
(2005: 58), pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-
kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan ini
menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang
cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya.
Dalam perspektif Islam isu-isu yang mengarah kepada pola pemberdayaan telah
disebutkan 1400 abad yang lalu. Hal ini ditandai dengan banyaknya ayat alQur‟an ataupun
hadits yang apabila dihubungkan dengan konteks pemberdayaan merupakan spirit
5
pemberdayaan dengan landasan rahmatan lil „âlamîn. Beberapa manifestasim rahmatan
lil‟alamîn ini dinyatakan secara eksplisit dalam al-Qur'an, antara lain adalah pembinaan
“kehidupan yang baik” (hayatan thayyibah) dan “kesejahteraan” (falah), pemberian
kemudahan dan pengentasan penderitaan (kemiskinan), generasi kemakmuran.
Nilai-nilai dan ideologi merupakan bagian yang melekat dari setiap pendekatan
praktek atau dasar teoritis.Oleh karena itu, pemberdayaan dalam perspektif Islam tidak
dengan tujuan untuk menghancurkan yang powerfull ataupun mendistribusikan kekuasaan
kepada semua orang secara merata, karena kedua sisi ekstrim tersebut merupakan hal yang
mustahil, tetapi Islam mengambil jalan pertengahan (tawazun). Hal ini dapat dilihat dari nilai-
nilai unversal yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.
Misalnya Islam memerintahkan manusia untuk berbuat adil dan menghindari perbuatan
dzalim.
6
cukup cerah karena didukung oleh kondisi masyarakat yang terus mengalami
transformasi kearah modernitas. Tinggal bagaimana menyiapkan tenaga dibidang
manajemen yang ahli, jujur dan ikhlas.
2. Ismail Ruslan (2012) dalam “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid di
Pontianak”. Jurnal ini membahas tentang penerapan konsep pemberdayaan ekonomi
masyarakat di masjid pontianakuntuk turut
3. Asep Suryanto dan Asep Saepulloh, Optimalisasi Fungsi dan Potensi Masjid: Model
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Bebasis Masjid di Kota Tasikmalaya, jurnal,
Vol. 8 No.2, Oktober 2016, Universita Siliwangi. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendesain model pemberdayaan ekonomi masjid yang dapat dirumuskan berdasarkan
potensi masjid yang ada di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Hasil penelitian ini Model pemebrdayaan ekonomi dari hasil penelitian ini
adalah model terintegrasi antara lembaga ZIS, keuangan mikro Islam dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat kota Tasikmalaya.
4. Sukarno L. H, Strategi Masjid Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, jurnal, Vol. 14
No. 2, September 2016, STAI Miftahul Ula Kertosono Nganjuk. Penelitian ini
bertujuan untuk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Hasil penelitian ini yaitu masjid harus kembali difungsikan untuk
mencerdaskan umat melakui dakwah di bidang muamalah yang selama ini jauh dari
kajian-kajian umat Islam. Materi dakwah tidak hanya berisi tentang ibadah semata.
MengamalkanIslam bukan saja dari aspek ibadah, aqidah dan akhlak secara sempit,
akan tetapi harus secara kāffah (menyeluruh) dan komprehensif.
7
BAB III
METODE PENULISAN
8
Observasi adalah suatu cara pengambilan data dengan menggunakan mata,
baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Yang dimaksud secara
langsung adalah subjek pengamatan mengetahui bahwa dia diamati, sedangkan tidak
langsung adalah subjek pengamatan tidak mengetahui bahwa dia sedang diamati. Di
sini penulis menggunakan observasi secara langsung, maksuudnya mengamati
langsung Masjid yang telah mampu menyediakan sarana dalam pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
3.5.2 Wawancara
Yang dimaksud wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya
atau pewawancara (peneliti) dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat. ( Anto Dajan, 1983 : 34 ). Di sisni, penulis menggunakan
wawancara yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari semua responden.
9
BAB IV
10
Adapun program-program kerja masing-masing devisi kepengurusan Masjid Agung An-Nur
Provinsi Riau diantaranya adalah :
Bidang Ibadah
Pelayanan dan pengaturan ibadah shalat, Amaliyah/ibadah Ramadhan, kegiatan ibadah
idul fitri dan idul adha dan menyusun dan mengatur jadwal imam, khatib, bilal dan
mu’azin sholat fardu dan sholat jum’at.
11
d) Mengajukan permohonan izin operassional penyelenggaraan pendidikan formal,
NSS, NIS dan NPSN dilingkungan Masjid Agung An-Nur Provinsi Riau.
e) Menyiapkan program penerimaan murid baru TK dan SD Islam Terpadu serta
sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait.
f) Merekrut tenaga kependidikan (Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Administrasi)
untuk keperluan penyelenggaraan pendidikan dan memberikan bekal pengetahuan
melalui bimbingan, pelatihan teknis untuk meningkatkan profesionalitas dan
keterampilan pembelajaran.
12
Gambar 1, Sruktur Organisasi Badan Pengelola Masjid Agung An-Nur Provinsi Riau
13
4.3 Fasilitas Masjid Agung An-Nur Provinsi Riau
Bangunan Masjid terdiri dari tiga tingkat. Tingkat atas digunakan untuk shalat dan
tingkat bawah digunakan untuk kantor dan ruang pertemuan. Lantai bawah masjid merupakan
sekretariat pengurus masjid , manajemen, remaja masjid serta ruang-ruang kelas tempat
pelaksanaan Pendidikan islam. Masjid Agung An-nur Riau juga dilengkapi dengan eskalator
penghubung antara lantai satu dan dua. Di halaman masjid Agung An-nur merupakan
lapangan luas.
Masjid Agung An-nur juga dilengkapi bermacam fasilitas seperti Pendidikan mulai
dari playgrup, TK, ,SD, SMP dan SMA, Perpustakaan yang lengkap dan fasilitas lain seperti
aula dan ruang pertemuan, ruang kelas dan ruang kantor. Selain itu masjid Agung An-nur
juga menyediakan wifi gratis bagi masyarakat.
14
Berdasarkan data-data potensi masjid yang ada, maka peneliti merancang model
pemberdayaan ekonomi berbasis masjid. Model pemberdayaan ekonomi masjid yang
ditawarkan dalam penelitian ini adalah model terintegrasi antara lembaga ZIS, keuangan
mikro Islam dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Peran keuangan mikro di
masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengurangi kemiskinan dalam bentuk pemberdayaan
masyarakat miskin melalui mikro-kredit dan usaha mikro sehingga meningkatkan
perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Sebagian praktisi menyakini bahwa kredit
memainkan peran yang sangat penting sebagai alat intervensi untuk orang miskin dalam
menemukan potensi dan menuju hidup yang lebih baik. Hal ini dengan menciptakan
wirausaha dan menghasilkan pendapatan. Apalagi jika dikombinasikan dengan kegiatan
pemberdayaan ekonomi produktif, sudah pasti akan lebih memberdayakan masyarakat
miskin.
Dengan menggunakan sumber dana gabungan, lembaga dapat memberikan
pelayanan sosial dan komersial sehingga dapat memproduktifkan ekonomi kaum miskin.
Pelayanan sosial yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan orang miskin dan
untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan
ekonomi produktif. Setelah memiliki keterampilan yang memadai, mereka dapat memulai
usaha mikro baru dan diupayakan meningkat menjadi kelompok middle income.
Sementara pelayanan komersial menawarkan berbagai jasa keuangan seperti produk
tabungan, skema pendanaan dan produk berbasis biaya untuk orang miskin yang produktif
secara ekonomi.
15
Gambar 3, Model Integrating zakat and Islamic charities with microfinanc
Abdul Ghafar Ismail dan Bayu Taufiq Possumah mengemukakan model zakat
berbasis keuangan mikro Islam merupakan sebuah ide yang mencoba mengintegrasikan
derma dengan keuangan mikro dan membawa keuangan Islam lebih dekat dengan tujuan
syariah untuk mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan.
Kontribusi utama Zakat Berbasis-IMFIs adalah untuk memberikan modal kepada
orang miskin yang membutuhkan untuk membangun bisnis tanpa harus membayar biaya
tambahan. Dalam kasus, di mana penerima tidak dapat membayar kembali pinjamannya,
mereka menjadi ghaarimin. Akses masyarakat miskin ke layanan keuangan mikro dapat
memberikan dampak ekonomi yang positif untuk produktivitas ekonomi dan kesejahteraan
sosial, dimana dampak ini sebagian besar dapat dirasakan oleh masyarakat miskin itu
sendiri. Sebuah studi tentang pembangunan dan bank dunia di Bangladesh menunjukkan
bahwa kredit mikro dapat membantu orang miskin dalam memperlancar konsumsi serta
membangun aset. Inisiatif keuangan mikro secara luas diakui sebagai pendekatan baru
yang inovatif untuk mengurangi kemiskinan. Bahkan bank dunia mengakui bahwa
program keuangan mikro adalah sebagai pendekatan untuk mengatasi kesenjangan
pendapatan dan kemiskinan.
Berdasarkan hasil analisa terhadap model intervensi kemiskinan dengan
pemberdayaan zakat dan keuangan mikro Islam, maka peneliti dapat membangun
rancangan model pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis masjid sebagai berikut:
16
4.4.1 Input Sumber Daya
Sumber Dana
Sumber dana untuk pemberdayaan ekonomi berbasis masjid dapat diambil dari dana
zakat, infak dan sedekah atau dana masjid. Dana diproduktifkan melalui
pengembangan ekonomi produktif jamaah masjid (masyarakat) yang kurang mampu
secara ekonomi.
Sumber Daya Insani
Sumber daya insani dalam pemberdayaan ekonomi berbasis masjid dikategorikan
dalam dua kelompok, yaitu (a) sumber daya insani dalam kedudukannya sebagai
pengelola pemberdayaan ekonomi masjid yang harus memiliki skill memadai
mengenai pengelolaan, pengembangan dan pemberdayaan zakat, infak dan sedekah;
(b) sumber daya insani dalam kedudukannya sebagai subjek yang diberdayakan, yakni
jamaah masjid yang kurang mampu secara ekonomi
4.4.2 institusi
Institusi yang dimaksud adalah lembaga yang dibentuk oleh pengurus masjid dalam
bentuk baitul mal sebagaimana yang sebagian besar dipilih oleh responden dan
menginterasikan operasionalnya dengan keuangan mikro Islam, dengan badan hukum
koperasi.
4.4.3 Proses Pemberdayaan
Suatu proses yang dilakukan oleh institusi baitul mal masjid dalam mengelola dana
zakat, infak dan sedekah dalam bentuk pemberian pembiayaan modal usaha kepada
jamaah yang kurang mampu secara ekonomi disertai dengan kegiatan lain seperti
pemberian pelatihan, pembinaan, dan pendampingan untuk memberikan power
dalam bentuk kemampuan kewirausahaan kepada jamaah masjid penerima manfaat
melalui kegiatan pemberdayaan ekonomi.
4.4.4 Output
Output dari pemberdayaan ekonomi berbasis masjid adalah jamaah masjid yang
berdaya secara ekonomi dengan indikator-indikator keberdayaan ekonomi individu
yang berdampak pada kesejahteraan ekonomi keluarga jamaah masjid sebagai
penerima manfaat seperti memiliki pekerjaan (usaha), terpenuhi kebutuhan modal
usaha, kemampuan usaha, menambah pendapatan keluarga, meningkatkan daya beli,
perilaku positif (akhlak mahmudah), pola pikir maju dan lain sebagainya.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
18