Anda di halaman 1dari 6

Nama Mahasiswa : Chintia Rahmasari

NIM : 010318488
Program Studi : S1 Keperawatan

Satuan Acara Penyuluhan

Pokok Bahasan : Penyakit tidak menular


Sub Pokok Bahasan : Hipertensi dan penanganan nya pada lansia
Sasaran : Lansia dan keluarga
Hari/Tanggal : 12 Oktober 2019
Waktu : 08.30 – 09.00
Tempat : posyandu Gandasari

1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, lansia dan keluarga mengetahui tentang penyakit
hipertensi dan penatalaksanaanya.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 30 menit, diharapkan sasaran penyuluhan dapat
mengetahui tentang:
a. Pengertian hipertensi
b. Penyebab hipertensi
c. Tanda dan gejala hipertensi
d. Perawatan keluarga pada lansia hipertensi
e. Pencegahan hipertensi
f. Komplikasi hipertensi

3. Strategi Pelaksanaan :
1. Metode : Ceramah dan diskusi
2. Media : Power point dan poster
3. Garis besar materi (penjelasan terlampir):
a. Menjelaskan pengertian hipertensi
b. Menjelaskan penyebab hipertensi
c. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
d. Menjelaskan tentang perawatan keluarga pada lansia dengan hipertensi.
e. Menjelaskan pencegahan hipertensi
f. Menjelaskan komplikasi hipertensi

4. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan penyuluhan disajikan pada tabel berikut:
No Kegiatan Waktu Penyuluh Peserta
1. Pendahuluan 5 menit  Salam pembuka  Menjawab salam
 Menyiapkan tujuan  Menyimak
penyuluhan  Mendengarkan dan
 Kontrak waktu menjawab
penyuluhan pertanyaan
2. Kerja 20 menit  Penyampaian garis  Mendengarkan
besar materi: dengan penuh
a) pengertian hipertensi perhatian
b) penyebab hipertensi  Menanyakan hal-
c) tanda dan gejala hal yang belum
hipertensi jelas
d) perawatan keluarga  Memperhatikan
pada lansia dengan jawaban dari
hipertensi penceramah
e) pencegahan
hipertensi
f) komplikasi
hipertensi
 Memberi kesempatan
lansia dan keluarga
untuk bertanya
 Menjawab pertanyaan
 Evaluasi
3. Penutup 5 menit  Menyimpulkan  Mendengarkan
 Salam penutup  Menjawab salam
 Kontrak waktu
penyuluhan berikutnya

5. Evaluasi
1. Evaluasi proses
 Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan
memahami materi penyuluhan yang diberikan.
 Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
 Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran
 Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan selama kegiatan berlangsung
2. Evaluasi hasil
Tercapai atau tidaknya tujuan utama dan tujuan khusus penyuluhan misalnya :
a. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali pengertian,penyebab,dan gejala
hipertensi mencapai 80%
b. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali perawatan hipertensi mencapai 75%
c. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali tentang pencegahan dan komplikasi
hipertensi mencapai 75%
MATERI PENYULUHAN

I. Pengertian Hipertensi.
 Hipertensi secara umum adalah tekanan darah pasien dimana tekanan darah sistoliknya di atas
140 mmhg dan tekanan darah diastolic nya di atas 90 mmhg. Tetapi pada populasi lansia di
definisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan diastoliknya 90mmhg (brunner and
suddarth,2002).
 Menurut WHO yang di kutip oleh slamet suyono 2001235 batas tekanan daerah yang masih
dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau lebih dari 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi
jika tekanan darah sistolik/diastolic 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
 Menurut Kaplan :
a. Pria usia kurang dari 45tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu
berbaring atau sama dengan 130/90 mmHg
b. Pria usia lebih dari 45tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya diatas 145/95
mmHg.
c. Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/90 mmHg dinyatakan hipertensi.
II. Penyebab Hipertensi
a. Faktor yang tidak dapat dirubah /dikontrol.
1. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar resiko terserang
hipertensi. Umur lebih dari 40tahun mempunyai resiko terkena hipertensi. Arteri kehilangan
elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan
orang hipertensinya meningkat ketika berumur 50 dan 60tahun.
2. Jenis kelamin
Beberapa ahli mengatakan bahwa pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan
wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Sedangkan
menurut Arif mansjoer, dan kawan-kawan, pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh
yang sama untuk terjadinya hipertensi. Menurut mn. Bustam bahwa wanita lebih banyak yang
menderita hipertensi disbanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormone
estrogen pada wanita.
3. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (factor keturunan) juga mempertinggi
resiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi
dan penyakit jantung meningkatkan resiko hipertensi 2-5x lipat. Menurut sheps, hipertensi
cenderung merupakan penyakit keturunan jika seorang dari orang tua kita mempunyai
hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula.
Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan penyakit
tersebut 60%.
b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
1. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.
Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segara setelah
isapan pertama. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik
akan meningkat 10 mmHg. Pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi
sepanjang hari.
2. Konsumsi Asin/Garam
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi.
Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Asupan
garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah,
sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20 %. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan
110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.
3. Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang
berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis
yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama
lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak
jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang
bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
4. Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk menggoreng, dan
minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak. Minyak goreng terutama yang dipakai
oleh pedagang goreng-gorengan pinggir jalan, dipakai berulang kali, tidak peduli apakah
warnanya sudah berubah menjadi coklat tua sampai kehitaman. Alasan yang dikemukakan
cukup sederhana yaitu demi mengirit biaya produksi. Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi
mereka yang tidak menginginkan menderita hiperkolesterolemi dianjurkan untuk membatasi
penggunaan minyak goreng terutama jelantah karena akan meningkatkan pembentukan
kolesterol yang berlebihan yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat memicu
terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain.
5. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat cenderung hipertensi
meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti. Orang-orang yang
minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari
pada individu yang tidak minum atau minum sedikit. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa
dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung dan
organ-organ lain.
6. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 25 (berat badan
(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Berat badan
dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan
darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.
7. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan
risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi.
8. Stres
Stres adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh dari luar itu. Stres atau ketegangan jiwa
(rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Stres
dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan
darah bisa normal kembali.
III. Tanda dan gejala Hipertensi
Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan manifestasi klinis
timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:
 Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah intrakranium.
 Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
 Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
 Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
 Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-
satunya gejala, terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala,
epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan
pusing.

IV. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi dari penyakit hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik dapat berdampak pada :
1. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak (stroke).
Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah
dan oksigen ke otak. Biasanya kasus ini terjadi secara mendadak dan menyebabkan kerusakan
otak dalam beberapa menit (complete stroke)
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa
darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi.
Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah
3. Gagal ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan akhirnya
menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal
ginjal. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan
nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang sudah berlangsung
lama sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal ini
menyebabkan permeabilitas (kelenturan) dinding pembuluh darah berkurang. Sementara itu,
nefrosklerosis maligna meruapakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan
diastole diatas 130 mmHg yang terganggunya fungsi ginjal
4. Kerusakan pada mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebakan kerusakan pembuluh darah dan saraf pada
mata.

Anda mungkin juga menyukai