Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN GERIOTIK TENTANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN


GANGGUAN PADA SISTEM KARDIOVASCULER

MAHASISWA PROGRAM B SINTANALA


S1 KEPERAWATAN
KELOMPOK 1:
1.Dian Damayanti
2.Hasan Basri
3.Lili Sholeha
4.Laurensius Emil Djeranu
5.Sri Puji Lestari
6.Tamrin Efendi

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


Jl. Pajajaran, No 1. Pamulang Barat, Tangerang Selatan – Banten
Telp. (021) 74716128
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Asuhan
Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Kardiovasculer.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
Gangguan Pada Sistem Kardiovasculer ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Tangerang, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

1. COVER

2. KATA PENGANTAR

3. DAFTAR ISI

4. BAB I

4.1. Latar belakang

4.2. Tujuan

4.2.1. Tujuan umum

4.2.2. Tujuan khusus

5. BAB II PEMBAHASAN

5.1. Pengertian

5.2. Perubahan anatomi pada jantung

5.3. Perubahan fisiologi pada jantung

5.4. Gejala, Tanda dan Diagnosis Penyakit Jantung pada Usia Lanjut

5.5. Macam macam penyakit pada jantung

5.6. Konsep Asuhan Keperawatan pada lansia dengan gangguan system

kardiovaskuler

6. BAB III PENUTUP

6.1. Kesimpulan

6.2. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin
menurun. Tak heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan
karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu

Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
RS.Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu
pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang
kerap muncul pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari
immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia),
intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision
and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition
(malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya
kekebalan tubuh).

Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah


hipertensi,gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus,
Gangguan fungsi ginjal dan hati. Juga terdapat berbagai keadaan yang khas dan
sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan,
penglihatan dan pendengaran.

Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain :

1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap

2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban

3. Gigi mulai lepas (ompong)

4. Penglihatan dan pendengaran berkurang

5. Mudah lelah dan mudah jatuh


6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :

1.   Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik

2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja
terjadi

3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang

4. Sulit menerima ide-ide baru

B.    Tujuan

1.   Tujuan Umum

Mengetahui anatomi, fisiologi, dan epidemologi penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut

2.     Tujuan Khusus

- mengetahui perubahan anatomik pada jatung


- mengetahui perubahan fisiologik pada jantung
- mengetahui gejala, tanda dan diagnosis penyakit jantung pada usia lanjut
- mengetahui macam macam penyakit jantung pada usia lanjut
- mengetahui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan system
kardiovaskuler
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian

Penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan sebab kematian terbesar pada popolasi


usia 65 tahun keatas di seluruh dunia dengan kematian lebh banyak di Negara sedang
berkembang. Diseluruh dunia didapatkan 50 juta kematian setiap tahun, 39 juta terdapat
di negara sedang berkembang. Diperkirakan penyakit kardiovaskuler merupakan 50 %
sebab kematian di negara industri maju dan ¼ kematian di negara sedang berkembang
(WHO, 1995).

Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah penting pada usia lanjut, maka


dengan adanya peningkatan populasi golongan ini akan terjadi pula peningkatan penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler merupakan sebab utama kematian dan disabilitas
pada usia lanjut, (Kannel, 1972).

B.    Perubahan Anatomic pada Jantung

Telah lama kita ketahui bahwa elastisitas dinding aorta pada manusia akan
menurun dengan bertambahnya usia, ini disertai dengan bertambahnya caliber aorta yang
pula dapat diperlihatkan in vivo pada angiokardiogravi (Caird, et al, 1985)

Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ


tubuh lain, tetapi malah menjadi hipertrofi. Pada batas umur 30-90 tahun masa jantung
bertambah (± 1 gram/tahun pada laki-laki dan ±1,5 gram/tahun pada wanita (Lakatta dkk
1987).

Pada katup-katup jantung pun akan terjadi perubahan-perubahan dengan


bertambahnya usia. Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari
berkurangnya jumlah inti sel dari berkurangnya jaringan fibrosa stroma katup,
penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan klasifikasi jaringan fibrosa tersebut. Daun-
daun yang mnjadi kaku karena perubahan-perubahan uni dapat menjadi sebab
terdengarnya bising sitolik ejeksi pada orang-orang usia lanjut tadi (Mayeri et al, 1982
dikuip oleh Caird et al, 1985).
Perubahan-perubahan pada katup mitral juga menyerupai perubahan-perubahan
diatas tetapi biasanya dalam derajat yang lebih ringan. Pada katup mitral dapat ditemukan
penebalan moduler daun katup dan juga perkapuran cincin katup sehingga dapat
menyebabkan terdengarnya bising sistolik insufisiensi katup mitral, apalagi bila daun
katup posterior mengalami prolaps kedalam atrium kiri.

Secara garis besar perubahan-perubahan serupa juga terjadi pada katup


trikuspidalis dan pulmonal, tetapi pada umumnya dalam dearajat yang lebih ringan lagi.

Beberapa perubahan anatomi pada kardiovaskuler antara lain:

a.  Jantung (Cor)

Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai dengan


bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada
dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena
ateros¬kle¬rosis. Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic
incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.

Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ


tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung
bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun pada wanita).

Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya
jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi
kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun katup menjadi kaku,
perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut.
Ukuran katup jantung tampak bertambah. Pada orang muda katup antrioventrikular
lebih luas dari katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan
circumferensi katup, katup aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai
katup mitral, juga menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta. 
Peru¬bahan ini disebabkan degenerasi jaringan kalogen, pengecilan ukuran,
penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi sering terjadi pada anulus katup mitral
yang sering ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun
atau cincin katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi.
b. Pembuluh Darah Otak

Otak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan avertebrali.
Pembentukan plak ateroma sering di¬jumpai didaerah bifurkatio kususnya pada pangkal
arteri karotis interna, Sirkulus willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma
juga arteri-arteri kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunika media
hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat otak hanya 2% dari berat badan tetapi
mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran darah serebral
pada orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun menjadi
30cc/100gm/menit.Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem
vertebrobasiler adalah degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat menurun,
fibrokartilago meningkat dan perubahan pada mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini
menonjol ke perifer men¬dorong periost yang meliputinya dan lig.intervertebrale
menjauh dari corpus vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini akan mengalami
klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan seperti ini dikenal dengan nama
spondilosis servikalis.

Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna vertebralis


sehingga degenerasi diskus dapat mengakibat¬kan pengurangan tinggi badan pada usia
lanjut. Spondilosis servi¬kalis berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:

1)   Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan dapat
mengakibatkan oklusi pem¬buluh arteri ini.

2)  Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat a.verter¬balies menjadi


berkelok-kelok. Pada posisi tertentu pembu¬luh ini dapat tertekuk
sehingga terjadi oklusi.

Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut seperti
telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan
terhadap peru¬bahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi jantung dan
bahkan fungsi otak
c. Pembuluh Darah Perifer.

Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer yang


menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini menyebabkan
iskimia jaringan otot yang menyebabkan keluhan kladikasio.

C.    Perubahan Fisiologik pada Jantung

Pengatur irama jantung oleh simpul SA ternyata menurun dengan bertambahnya


umur. Denyut jantung maksimum pada latihan (exercise) ternyata menurun pada
bertambahnya umur ini. Isi semenit jantung (cardiac output) juga menurun dengan
naiknya umur. Ini disebabkan sebagian karena menurunnya isi sekuncup meskipun orang
usia lanjut biasanya secara fungsional berusaha memperbaiki isi semenitnya dengan jalan
menambah frekuensi denyut jantung. Daya cadangan jantung pada usia lanjut menurun.
Bahkan menurut Pietro (1985) menyatakan bahwa isi semenit menurun rata-rata 1%
setahunnya sesudah usia pertengahan. Aritmia berupa ekstra systole dikatakan ditemukan
pada lebih 10% penderita-penderita usia lanjut yang diperiksa EKG-nya secara rutin.
Aritmia ringan semacam ini biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus.

Kelainan fungsi sistolik berupa gangguan relaksasi disebabkan pengurangan


compliance jantung pada permulaan diastole. Pada umur diantara 20-80 tahun terjadi
pengurangan 5% pengisian ventrikel pada permulaan diastole (Gerstenblith et all, 1977).

Dengan adanya penambahan masa LF (ventrikel kiri) dan pengurangan


compliance maka perubahan jantung pada usia lanjut menyerupai kelainan jantung pada
hipertensi.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung :

1) Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging


pigment) pada serat-serat miokardium.

2) Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari
jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens
menjadi lebih besar sehingga katup menebal. Bising jantung (murmur) yang disebabkan
dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.
3) Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur irama
jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia
berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis.
Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat selular.
Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.

4) Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan
jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat pembesaran
jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.

5) Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial.Hal ini disebabkan


karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.

D.    Gejala, Tanda dan Diagnosis Penyakit Jantung pada Usia Lanjut

Sifat-sifat penyakit pada golongan lanjut usia yang bersifat umum, ialah patologi
multiple, gejala-gejala dan tanda-tanda yang tersembunyi (occult), tidak khas, atipik,
beraneka ragam, seringpula asistomatik, progresif dan sering bersifat kronik sehingga
menimbulkan invaliditas sukup lama sebelum meninggal (Stieglitz, 1954; Boedi
Dharmojo, 1982).

Nyeri dcan sesak napas seringkali dirasa dalam derajad yang biasa ringan. Nyeri
angina pectoris yang khas jarang sekali ditemui. Ini mungkin disebabkan karena orang
usia lanjut daerah-daerah yang iskemik adalah daerah aliran pembuluh koroner kecil,
lagipula usia demikian tua terdapat kehilangan nyata ujung-ujung syaraf sensorik (Caird
dkk, 1985).

Rasa cepat lelah (fantique) yang hebat lebih sering ditemukan dari rasa napas
sesak. Namun sesaak nafas tengah malamlebih sering ditemukan daripada dekompensasi
kordis pada orang yang lebih muda.

Bising sistolik yang sering kali ditemukan pada penderita lanjut usia, ini dapat
ditemukan pada 60% penderita demikian (Bruns, dkk, dikutip oleh Chaird dkk, 1985).
Suatu penemuan lain dilaporkan ditemukan bising sistolik yang asistematik pada 28%
enderita yang berusia 65 tahun keatas (Kotler dkk, 1981).
Pemeriksaan EKG merupakan suaatu alat yang terpercaya untuk diagnosis
aritmia. Kelainan EKG ini sering didapatkan pada penderita-penderita usia lanjut dan
hamper selalu mempunyai prognosis yang buruk (Chaird dkk, 1985). Selain itu
pemeriksaan radiologic mempunyai kegunaan yang kurang disbanding degan
pemeriksaan EKG. Cardiothoracic Ratio (CTR) bertambah dengan naiknya usia,
sehingga harga diatas 50 % tidak usah selalu berarti adanya pembesaran jantung, bila
keadaan ini ditemukan pada penderita lanjut usia.

E.    Macam-macam Penyakit Jantung pada Usia Lanjut

1. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

PJK merupakan suatu penyakit jantung yang sering ditemukan pada orang usia
lanjut yaitu pada studi populasi ditemukan pada 20% pria dan 12% wanita yang berusia
65 tahun keatas (Kennedy dkk, 1977).

Angina Pectoris pada usia lanjut biasanya disertai dengan rasa nyeri dengan
derajat lebih ringan disbanding dengan pada usia menengah. Pengelolaan keluhan ini
pada umumnya sama dengan usia dewasa. Hasil operasi pintas koroner-pun pada usia
lanjut menunjukkan keberhasilan sampai 95% (Knapp dkk,dikutip oleh Chaird dkk,
1985).

Infark Miokard Akut (IMA) pada usia lanjut dikatakan banyak yang tidak khas
keluhannya pada usia menengah. Manifestasi yang paling sering ialah : keadaan bingung
akut,episode simkope, hemiplegia, oklusi embolik, gagal ginjal, muntah-muntah dan
kelemahan hebat. Suatu studi oleh Rodstein (dikutipoleh Chaird dkk, 1985) menemukan
hanya 29% kasus miokard yang klinis khas, 40% atipis dan 31% sama sekali silent.

Prevensi usia lanjut Silent Miocardial Ishkemia (SMI) lebih tinggi daripada usisa
muda. Hal ini disebabkan ganggua persesi rasa sakit. Penelitian Framingham melaporkan
25% penderita dengan silent myocardial infarction terutama terdapat pada usia lanjut.
2. Hipertensi dan Penyakit Jantung Hipertensif

Tekanan darah, baik tekanan rerata maupun prevelensi kenaikan tensi naik
dengan bertambahnya usia, kecuali pada kelompok-kelompok primitive tertentu (Boedi-
Dharmojo, 1985).

Yang terpenting untuk diketahui pada golongan lanjut usia inni adalah
kecenderungan labilitas tekanan darah, serta mudahnya terjadi hipotensi postural. Maka
dari itu dianjurkan untuk selalu mengukur tekanan darah pada posisi tidur dan tegak.
Baik pada permulaan pemeriksaan maupun pada waktu control pengobatan. Apabila
hipertensi ini tidak dikontrol dengan seksama dan teratur dengan sendirinya akan terjadi
penyakit jantung hipertensif (PJH) dan komplikasi-komplikasi pada target organ yang
lain yang pada gilirannya nantu akan memberi komplikasi PJK atau gagal jantung
dengan segala konsekuensinya.

Penelitian Framingham menunnjukkan bahwa pada penderita hipertensi terdapat


kenaikan mortalitas total dua kali mortalitas kardiovaskuler tiga kali lebih tinggi dari
normotensi dan hal ini lebih signifikan pada wanita setelah berusia lebih dari 65 tahun.

Hipertrovi ventrikel kiri merupakan komplikasi hipertensi pada jantung yang


sangat penting. Data Framingham Study menunjukkan bahwa hipertrofi ventrikel kiri
(LVH) meninggi mordibitas dan mortilitas pada usia lanjut (Levy, 1988, dikutip oleh
Anityo dkk).

3. Penyakit Jantung Valvular

Penyakit jantung valvular makin banyak dijumpai pada usia lanjut dengan
manivestasi klinik yang sering berbeda dengan penderita usia muda (Roeland an Meeter,
1933). Katup yang sering terkena yaitu katup mitral dan aorta yang berupa kelainan
degenerative dan klasifikasi. Penyakit jantung valvular merupakan penyebab gagal
jantung usia lanjut setelah PJK dan hipertensi.

Penyakit jantung valvular dapat disebabkan perubahan degenerasi dan klasifikasi


yang menyebabkan sklerosis aorta, klasifikasi annulus, stenosis aorta. Pada katub juga data
ditemukan degenerasi mukoid yang menyebabkan prolabs katub. Di negara berkembang
harus difikirkan penyakit jantung reumatik (PJR) yang biasanya terdapa pada anak dan
dewasa muda,

Kelainan katup yang sering dijumpai adalah katup aorta dan mitral. Progresivitas
PJR pada usia lanjut sukar diperhitungkan. Stenosis aorta merupakan kelainankatup yang
sering dijumpai pada usia lanjut. Perubahan degenerasi yang dijumpai ialah klasifikasi
dan degenerasi mukoid. Pada umumnya stenosis aorta pada penderita yang berusia
kurang dari 60 tahun disebabkan oleh katup bicuspid dan PJR (Khotler dkk, 1992). Pada
penderita usia 60-70 tahun proses klasifikasi pada katub bicuspid dan degenerative
stenosis aorta disebabkan proses klasifikasi.

4.Penyakit Vaskular Perifer

Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri sangat yang
terjadi pada saat aktivitas fisik dan menghilang pada saat istirahat. Ketika penyakit
semakin berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan istirahat. Jika klien
mempertahankan gaya hidup yang kurang gerak, penyakit ini mungkin telah berlanjut
ketika nyeri pertama muncul. Tanda dan gejala lain yaitu ekstremitas dingin, perubahan
trofik (misalnya kehilangan rambut yang tidak seimbang, deformitas kuku, atrofi jari-jari
dari anggota gerak yang terkena), tidak terabanya denyut nadi, dan mati rasa.

5.  Penyakit Katup Jantung

Manifestasi klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase kompensasi
sampai pada fase pascakompensasi. Selama fase kompensasi tubuh menyesuaikan
perubahan pada struktur dan fungsi katup, menghasilkan sedikit tanda dan gejala yang
muncul. Lnsia dapat turut berperan dalam fase ini melalui peningkatan gaya hidup yang
menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kurang gerak yang menempatkan
tuntutan kebutuhan yang lebih kecil pada jantung untuk curah jantungnya.Bila fase
pascakompensasi dicapai, biasanya mengindikasikan disfungsi yang berat pada katup
yang terpengaruh. Gejalanya bervariasi bergantung pada katup yang terlibat tetapi
secara umum terdiri atas dispnea pada saat beraktivitas, nyeri dada tipe agina, dan gejala-
gejala jantung kanan atau kiri atau keduanya. Murmur secara khas tedengar pada saat
auskultasi
F.     Konsep Asuhan Keperawatan pada lansia dengan gangguan system kardiovaskuler

A.RIWAYAT KESEHATAN/KEPERAWATAN

Keluhan Utama:

- Nyeri dada
- Sesak nafas
- Edema

Riwayat Kesehatan : Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang


mencerminkan refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen.

- Nyeri = lokasi,durasi,awal pencetus,kwalitas,kuantitas,faktor yang memperberat /


memperingan,tipe nyeri.
- Integritas neurovaskuler = mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli.
- Status pernafasan = sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal nocturnal
dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan.
- Ganngguan sirkulasi = peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah lelah.
- Riwayat kesehatan sebelumnya = penyekit yang pernah diderita, obat-obat yang
digunakan dan potensial penyakit keturunan.
- Kebiasaan pasien = diet, latihan, merokok dan minuman.

Riwayat Perkembangan :
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.

- Efek perkembangan fisik denyut jantung.


- Produksi zat dalam darah.
- Tekanan darah.
Riwayat Sosial :
- Cara hidup pasien.
- Latar belakang pendidikan
- Sumber-sumber ekonomi.
- Agama.
- Kebudayaan dan etnik.
Riwayat Psikologis :
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana asuhan
keperawatan.
- Mengidentifikasi stress/sumber stres
- Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.

B. PENGKAJIAN FISIK
1. JANTUNG

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung. Sebelum
melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih dahulu melihat
pasien secara keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi,
suhu badan dan frekuensi pernafasan.

Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :

- Bentuk tubuh gemuk/kurus


- Anemis
- Sianosis
- Sesak nafas
- Keringat dingin
- Muka sembab
- Oedem kelopak mata
- Asites
- Bengkak tungkai/pergelangan kaki
- Clubbing ujungjari-jari tangan

Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi
adalah:

- Kecepatan/menit
- Kuat/lemah(besar/kecil)
- Teratur atau tidak
- Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.

INSPEKSI
Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis
Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk
atau emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah Titik
Impuls.Maksimum (Point of Maximum Impulse). Normalnya berada pada ruang
intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke
kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau tertarik kekiri.
Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure Cardiac”dinding
totaks di bagian jantung menonjolm menandakan penyekit jantung congenital. Benjolan
ini dapat dipastikan dengan perabaan.Vena Jugularis Eksterna (dileher kiridankanan)
Teknik: :

- Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º


- Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di kanan pasien
- Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah terisi
penuh/sebagian, di mana batas atasnya bergerak naik turun.
- Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps.
- Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
1. Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri).
2. Tekanan intra toraks yangmeninggi.
3. Tamponadejantung.
4. Tumormediastinumyangmenekanvenacavasuperior.
PALPASI
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung.
Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika
darah mengalir melalui katup yang menyempit atau mengalami gangguan. Dengan
posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati pada inspeksi.
Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) atau dengan telapak
tangan.

Yang perlu dinilai adalah :

- Lebar impuls iktus kordis


- Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula dirasakan
(dengan telapak tangan) :
- Bising jantung yang keras (thrill)
- Apakah bising sistolik atau diastolic
- Bunyi murmur
- Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura) Iktus kordis yang kuat dan
melebar tanda dari pembesaran/hipertropi otot jantung akibat latihan/atlit, hipertensi,
hipertiroid atau kelainan katup jantung.

PERKUSI
Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi.
Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik
perkusi menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus.
Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor,redup dan timpani.
AUSKULTASI

Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi


jantung, murmur dan gesekan (rub) Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya.
Bunyi jantung merupaka refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di
titik spesifik dari dinding dada.

a. Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral


dan trikus pidalis).
b. Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta
dan pulmonal).
c. Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh
pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
d. Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada
diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau
lemahnya penggelembungan ventrikel.
e. Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup
jantung yang tidak sempurna.

Yang perlu diperhatikan pada setiap bising jantung adalah :

- Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.


- Kenyaringan (keras-lemah) bising.
- Lokasi bising (yang maksimal).
- Penyebaran bising.
Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :
- Kecepatan aliran darah yang melalui katup.
- Derajat kelainan/gangguan katup.
- Tebal tipisnya dinding toraks.
- Ada tidaknya emfisema paru.
Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :
- Tingkat I : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat sunyi.
- Tingkat II : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.
- Tingkat III : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.
- Tingkat IV : amat nyaring tanpa thrill.
- Tingkat V : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)
- Tingkat VI : dapat didengar tanpa stetoskop.
Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah besar
disebabkan oleh bertambahnya turbulensi aliran. Pada murmur dapat ditentukan:
- Lokasi :daerahtertentu/menyebar
- Waktu :setiap saat,ketika asistolik/diastolic.
- Intensitas :
Tingkat 1: sangat redup.
Tingka 2: redup
Tingkat 3: agak keras
Tingkat 4: keras
Tingkat 5: sangat keras
Tingkat 6: kemungkinan paling keras.

Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa rendah, medium
dan tinggi. Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh atau serak.
Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal dan visceral oleh
perikarditis. Bunyi kasar, intensitas, durasi dan lokasi tergantung posisi klien.

2. PEMBULUH DARAH
INSPEKSI
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.
PALPASI
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan tempat
tersebutm dengan ketentuan:
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.
AUSKULTASI
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.

2.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.      Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas

b.     Resiko Intolerans aktivitas di buktikan dengan adanya gangguan sirkulasi

c.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d efek ketidakmampuan fisik

3.     RENCANA INTERVENSI

a.  Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas

Tujuan: Keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism


tubuh meningkat dalam waktu 3 x 24 jam

Kriteria hasil:

- Kekuatan nadi perifer meningkat

- Palpitasi tidak terjadi

- Gambaran EKG normal

-Edema dan pucat berkurang

-Murmur jantung,paroxysmal nocturnal dyspnoe/PND menurun

-CRT normal

Rencana intervensi dan rasional:

Intervensi Rasional
·   Kaji frekuensi nadi, RR, TD ·   Memonitor adanya perubahan sirkulasi
secara teratur setiap 4 jam. jantung sedini mungkin.

·   Monitor bunyi jantung, EKG 12 ·   Mengetahui adanya perubahan irama


sadapan ,enzim jantung jantung.

·   Monitor perubahan warna kulit ·   Pucat menunjukkan adanya penurunan


terhadap sianosis dan pucat. perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya
curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat
·   Pantau intake dan output setiap
adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
24 jam.
·   Ginjal berespon untuk menurunkna curah
·   Pertahankan tirah baring
jantung dengan menahan produksi cairan dan
minimal 12 jam.
natrium.
·   Berikan kondisi psikologis
·   Istirahat memadai diperlukan untuk
lingkungan yang tenang.
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan
menurunkan komsumsi O2 dan kerja
berlebihan.

·   Stres emosi menghasilkan vasokontriksi


yangmeningkatkan TD dan meningkatkan
kerja jantung.

b.     Resiko intolerans aktivitas di buktikan dengan adanya gangguan sirkulasi

Tujuan: Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga meningkat dalam
waktu 3 x 24 jam.

Kriteria hasil:

-Kekuatan nadi meningkat

-Saturasi oksigen meningkat

-Keluhan lelah dan dispnoe menurun

-Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat

-Aritmia dan sianosis menurun

-Warna kulit,tekanan darah,frekuensi nafas,EKG iskemik membaik


Rencana intervensi dan rasional:

Intervensi Rasional
·   Identifikasi pola istirahat pasien, ·   Menghindari gangguan pada istirahat tidur
hindari pemberian intervensi pada pasien sehingga kebutuhan energi dapat
saat istirahat. dibatasi untuk aktifitas lain yang lebih
penting.
·   Lakukan perawatan dengan
cepat, hindari pengeluaran energi ·   Meningkatkan kebutuhan istirahat pasien
berlebih dari pasien. dan menghemat energi paisen.

·   Anjurkan pasien melakukan ·   Menghindarkan psien dari kegiatna yang


kegiatan yang tidak melelahkan dan meningkatkan beban kerja
melelahkan(aktivitas bertahap). jantung.

·   Hindari perubahan suhu ·   Perubahan suhu lingkungna yang mendadak


lingkungan yang mendadak. merangsang kebutuhan akan oksigen yang
meningkat.
·   Kurangi kecemasan pasien
dengan memberi penjelasan yang ·   Kecemasan meningkatkan respon
dibutuhkan pasien dan keluarga. psikologis yang merangsang peningkatan
kortisol dan meningkatkan suplai O2.
·   Respon perubahan keadaan
psikologis pasien (menangis, ·   Stres dan kecemasan berpengaruh terhadap
murung dll) dengan baik. kebutuhan O2 jaringan.
c.     Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d efek ketidakmampuan fisik.

Tujuan: Kemampuan untuk berkembang dan bertumbuh sesuai dengan kelompok usia
membaik dalam waktu 3 x 24 jam

Kriteria hasil:

-Keterampilan/perilaku sesuai usia meningkat

-Kemampuan melakukan perawatan diri meningkat

-Pola tidur membaik

-Asupan nutrisi meningkat

Rencana intervensi dan rasional:

Intervensi Rasional
a. Berikan kebutuhan nutrisi a. Menunjang kebutuhan nutrisi pada
adekuat masa pertumbuhan dan
b. Monitor BB/TB, buat perkembangan serta meningkatkan
catatan khusus sebagai daya tahan tubuh.
monitor. b. Sebagai monitor terhadap keadaan
c. Kolaborasi intake Fe dalam pertumbuhan dan keadaan gizi
nutrisi. pasien selama dirawat.
c. Mencegah terjadinya anemia sedini
mungkin sebagi akibat penurunan
kardiak output.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah penting pada usia lanjut, maka dengan
adanya peningkatan populasi golongan ini akan terjadi pula peningkatan penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler merupakan sebab utama kematian dan disabilitas pada
usia lanjut.

Perubahana anatomic pada jantung seiring dengan beratambahnya usia meliputi :

- Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging


pigment) pada serat-serat miokardium.
- Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari
jantung.
- Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur
irama jantung.
- Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini
menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun
terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga
melambat.
- Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial.

Macam-macam penyakit jantung pada usia lanjut

1.     Penyakit Jantung Koroner (PJK)

2.     Hipertensi dan Penyakit Jantung Hipetensif

3.     Penyakit Jantung valvular

4.     Penyakit Vaskular Perifer

5.     Penyakit Katup Jantung

B. SARAN
Diharapkan perawat lebih mengerti tentang konsep hipertensi pada lansia dan disarankan
perawat  lebih banyak lagi mencari informasi tentang hipertensipada lansia sehingga bisa
menambah wawasan yang lebih maksimal dan dapat melaksanakan asuhan keperawatan
pada lansia dengan baik dan benar

DAFTAR PUSTAKA
Martono, Hadi.,&Dharmojo, Boedhi.(1999).Geriatri.Jakarta:Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Kurniadi,Rizki(2013).Asuhan Keperawatan Aplikasi Nanda, diunduh pada tanggal 26
September 2014 di http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/gangguan-
sistem-kardiovaskuler-pada_2872.html
Amien(2013).Askep Lansia dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, diunduh pada
tanggal 26 September 2014 di http://amienselalutersenyum.blogspot.com/2013/06/askep-
lansia-dengan-gagngguan-sistem.html
Healty(2013).Askep Gangguan System Kardiovaskuler, diunduh pada tanggal 26
September 2014 di http://healthyusandart.blogspot.com/2013/01/askep-gangguan-sistem-
kardiovaskuler.html

Diposting oleh Unknown di 21.16 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Anda mungkin juga menyukai