Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

KULIAH LAPANGAN 1

PERCOBAAN 08

RESISTIVITY 3 DIMENSI KONFIGURASI POLE-POLE KOMPLIT

OLEH KELOMPOK 1 :

RAHMAYANI J1D112021
APRIADI J1D113001
INDAH FEBRIANTI J1D113014
SITI RUMINAH J1D113027
MUHAMMDA FAHMI J1D113045
AYI NURHIDAYAH J1D113047
LAILA MUNAZAH J1D113048

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 FISIKA
BANJARBARU

2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN I

Nama :
RAHMAYANI J1D112021
APRIADI J1D113001
INDAH FEBRIANTI J1D113014
SITI RUMINAH J1D113027
MUHAMMDA FAHMI J1D113045
AYI NURHIDAYAH J1D113047
LAILA MUNAZAH J1D113048
Kelompok :
I (Satu)

Judul Percobaan : Resistivity 3D Konfigurasi Pole-pole Komplit

Tanggal Percobaan : 22 April 2016

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi : Fisika

Asisten : Hisna Baiti

Nilai Banjarbaru, 2016

Asisten

(Hisna Baiti)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam pelaksanaan kegiatan eksplorasi sumber daya alam harus di dukung


dengan metode-metode yang tepat, cepat dan akurat. Selain itu, besarnya biaya
observasi juga merupakan pertimbangan yang penting dalam penerapan metode-
metode yang menunjang kegiatan eksplorasi tersebut. Salah satu metode
eksplorasi yang biasa digunakan adalah metode geolistrik (Putra, 2012).
Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan
bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial dan arus listrik yang terjadi,
baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus di dalam bumi. Ada beberapa
macam aturan / konfigurasi pendugaan lapisan bawah permukaan tanah dengan
geolistrik ini, antara lain : Wenner, Schlumberger, dipole-dipole dan lain
sebagainya. Prosedur pengukuran untuk masing-masing konfigurasi bergantung
pada variasi resistivitas terhadap kedalaman yaitu pada arah vertical (sounding)
atau arah horizontal (mapping) (Putra, 2012).
Dalam praktikum ini, pengukuran dilakukan dengan menggunakan 4 buah
elektroda, yakni 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Kemudian
diinjeksikan arus dan diukur arus maupun potensialnya. Setelah didapat data
berupa arus dan beda potensial lalu diolah menggunakan software Res2dinv.
Dengan software tersebut data keluaran akan berupa grafik 2 dimensi.Pendugaan
geolistrik ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai lapisan tanah
di bawah permukaan dan kemungkinan terdapatnya air tanah dan mineral pada
kedalaman tertentu. Pendugaan geolistrik ini didasarkan pada kenyataan bahwa
material yang berbeda akan mempunyai tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri
arus listrik. Air tanah mempunyai tahanan jenis yang lebih rendah daripada batuan
mineral. Beberapa penelitian yang terkait dengan pendugaan geolistrik ini
diantaranya : penyelidikan untuk mengetahui sebaran mineral batu bara dan
penyelidikan eksplorasi air bawah tanah (Putra, 2012).

1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk :
1) Menentukan nilai resistivitas batuan yang diperoleh menggunakan metode
geolistrik konfigurasi 3D komplit
2) Merepresentasikan batuan yang ada di bawah permukaan bumi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Geologi


Secara geografis kota Banjarbaru terletak antara 30 25’ 40” – 30 28’ 37”
Lintang Selatan dan 1140 41’ 22” – 1140 54’ 25” Bujur Timur (BPS Banjarbaru,
2011). Secara umum, formasi batuan di Banjarbaru ada 2 yaitu :
a. Formasi Alluvium adalah formasi yang tersusun dari kerikil, pasir,
lanau, lempung dan lumpur.
b. Formasi Dahor adalah formasi yang tersusun dari batupasir kuarsa
kurang padu, konglomerat dan batu lempung lunak dengan sisipan
lignit (5 – 10 cm) kaolin (30 – 100 cm) dan limonit. Formasi ini
terendapkan dalam lingkungan paralas dengan tebal formasi
diperkirakan 250 m. Umurnya diduga Plio-Plistosen.
(Heryanto, 1994).

2.2 Sifat Kelistrikan Batuan

Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan
konduksi secara dielektrik (Setiyawan, 2009).
1. Konduksi secara elektronik
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak electron
bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-
elektron bebas tersebut (Setiyawan, 2009).
2. Konduksi secara elektrolitik
Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki
resistivitas yang sangat tinggi. Batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-
pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Batuan-batuan tersebut menjadi
konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion
elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada
volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika
kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan
semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang (Setiyawan, 2009).
3. Konduksi Secara Dielektrik
Konduksi pada batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran
listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit,
bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari
luar maka elektron dalam bahan berpindah dan berkumpul terpisah dari inti,
sehingga terjadi polarisasi (Setiyawan, 2009).

2.3 Potensial Dalam Medium Homogen


Apabila suatu medium homogen dialiri arus listrik dengan rapat arus dan
kuat medan listrik Ê maka arus yang memasuki suatu luasan tertentu sama dengan
arus yang meninggalkannya, kecuali ditempat sumber arus dan lubuk arus
(Setiyawan, 2009).

Surface

Uniform Resistivity

Current flow
Equipotensial
Gambar 2.1 Gambar Penyebaran Arus dari Elektroda
Dua arus elektroda dengan polarisasi berlawanan di permukaan medium
homogen saat jarak diantara dua arus elektroda adalah terbatas potensial yang
dekat pada titik permukaan akan dipengaruhi oleh kedua arus elektroda tersebut.
Sehingga beda potensial pada elektroda P1 yang dipengaruhi oleh elektroda arus
C1 dan C2 adalah
Iρ 1 1
V p 1= ( )
− ………………………………………………(2.1)
2 π r1 r 2
Dan beda potensial di elektroda P2 yang dipengaruhi oleh elektroda arus C1 dan
C2 adalah
Iρ 1 1
V p 2= ( −
2 π r3 r4 )
………………………………………………(2.2)

Gambar 2.2 Perubahan bentuk pada bidang equipotensial dan garis aliran arus untuk dua
titik sisi vertikal
(Setiyawan, 2009).
Bila mediumnya tidak homogeny isotrop, maka resistivitasnya disebut
resistivitas semu. Dengan mengunakan susunan elektroda tertentu, maka harga K
dapat diketahui. Beda potensial dan arus yang dialirkan ke dalam tanah dapat
diukur. Dengan demikian resistivitas semu dapat dihitung. Pada gambar 2.2
menunjukan adanya arus ekipotensial yang tegak lurus terhadap garis aliran arus
yang disebabkan oleh sumber arus ganda dipermukaan (Setiyawan, 2009).

2.4 Metode Geolistrik


Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya. Pendeteksian meliputi
pengukuran medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara
alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi (Putra, 2012).
Metode geolistrik resistivitas merupakan metode geolistrik yang
mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam
bumi. Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah
elektroda arus dan dilakukan pengukuran beda potensial melalui dua buah
elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik akan
dapat dihitung variasi harga resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah
titik ukur (Sounding point). Pada metode geolistrik dikenal banyak
konfigurasielektroda, diantaranya yang sering digunakan adalah : konfigurasi
Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Dipol-dipol dan lain-lain (Putra,
2012).
Terkait dengan sifat resistivitas listrik, lapisan akuifer merupakan lapisan
batuan yang memiliki rentang nilai tahanan jenis 1-108 Ωm. Faktor-faktor yang
berpengaruh antara lain: komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral
yang dikandung, kandungan benda cair. Air alam mengandung zat padat terlarut
yang berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di
bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal
dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan
meningkat (Telford, dkk., 1988).
2.5 Konfigurasi Pole-pole
Jarak elektroda konfigurasi ini juga sama dengan a, namun elektrodanya
hanya terdiri dari sattu elektrodaa arus dan satu elektroda potensial seperti terlihat
pada gambar. Karena cuman satu elektroda arus dan satu elektroda potensial,
maka tidak membutuhhkan buruh yang banyak. Akan tetapi terlalu banyak
potensial yang terukur (Telford, dkk., 1988).

Gambar 2.3 Konfigurasi Pole-pole

2.6 Teknik Pengukuran Geolistrik


Pengukuran geolistrik dapat dilakukan untuk tujuan berbeda, sesuai
denganprinsip pengukuran geolistrik dan konfigurasi elektroda. Berdasarkan
informasi yang ingin diperoleh dari pengukuran geolistrik dikenal 3 teknik
pengukuran yaitu, profiling/mapping, sounding, dan imaging. Berdasarkan model
dimensi yang ingin diperoleh dalaminterpretasi bawah permukaan, dikenal 3 jenis
survey resistivity, yaitu 1D, 2D dan 3D seperti terlihat pada Gambar 2.3 (Telford,
1990).
Gambar 2.4 Tiga model berbeda yang digunakan dalam interpretasi pengukuran
resistivity (Loke, 2004).
2.6 Survey Resistivity 3 Dimensi
Dalam interpretasi metoda ini menggunakan model interpretasi 3D
(Gambar 2.3c). Dimana secara teoritis seharusnya memberikanhasil yang akurat.
Metoda survey ini pada prinsipnya menggunakan teknikpengukuran imaging atau
teknik topografi.

Gambar 2.5 Bentuk susunan elektroda pada survey resistivity 3D (Loke, 2004).

Bentuk susunan elektroda dalam survey resistivity 3D dapat menggunakan bentuk


grid bujursangkar (square grid) dengan spasi elektroda sama dalam arah x dan y,
seperti contoh terlihat pada Gambar 2.4 dengan grid 5 x 5 yang menggunakan 25
elektroda atau dengan bentuk grid persegi panjang (rectangular grid) dengan
jumlah elektroda dan spasi elektroda pada arah x dan y yang berbeda (Loke,
2004).
Penggunaan bentuk susunan grid tergantung bentuk model geologi yang
dipetakan dan masalah teknis di lapangan. Untuk memetakan tubuh-tubuh mineral
bijih yang memanjang (elongated ore bodies) digunakan bentuk susunan
rectangular grid. Pada metoda geolistrik dengan survey resistivity 3 Dimensi,
dalam pemilihan jenis konfigurasi elektroda bergantung pada struktur yang
dipetakan atau tujuan survei, masalah teknis di lapangan dan besar kecilnya grid
survey. Pada survey ini pada dasarnya semua konfigurasi elektroda dapat
digunakan, namun yang sering digunakan pada survey ini adalah Pole-Pole, Pole
Dipol dan Dipol-dipol, karena mempunyai cakupan data yang lebih baik (Loke,
2004).
Konfigurasi Pole-dipole merupakan konfigurasi asimetris, pengukuran
harusdilakukan dengan susunan elektroda ”forward” dan ”reverse” . Pada
konfigurasi ini digunakan untuk grid survey medium hingga besar atau mulai dari
grid 12 x12 atau lebih. Pada grid survey lebih besar dari 12 x 12 elekroda
direkomendasikan menggunakan konfigurasi Dipole-dipole (dalam survey
resistivity 3D dikenal 3 metoda pengukuran,yaitu complete data set, cross
diagonal dan teknik roll-along. Pada ketiga metodis tersebut susunan grid dapat
dilakukan dalam bentuk square grid maupun rectangular grid Metoda Complete
data set
1. Metoda Complete data set
Pada metoda ini pengukuran dilakukan semaksimal mungkin
kemungkinanpengukuran. Maksimum jumlah pengukuran independen (nmax)
sebanding dengan jumlah elektroda (ne) yang digunakan yang diekspresikan
dalam persamaaan matematik sebagai berikut :
................................................................(2.3)

............................................................(2.4)
Dalam kasus ini, setiap elektroda digunakan sebagai elektroda arus secara
bergiliran dan beda potensial diukur pada seluruh elektroda lain. Dalam metodis
ini biasanya menggunakan konfigurasi pole-pole. Untuk grid 5 x 5 dengan jumlah
elektroda 25, menggunakan persamaan (2.4) terdapat 300 datum point
kemungkinan pengukuran (Gambar 2.5a ), kemudian untuk grid 7 x 7 akan
mempunyai 1176 datum point.

Gambar 2.6 Lokasi elektroda potensial hubungannya dengan elektroda


arustunggal dengan menggunakan metoda (a) complete data set survey dan (b)
crossdiagonalsurvey(Loke, 2004).

2. Metoda Cross diagonal


Pengukuran dengan complete data set akan memerlukan waktu yang
cukup lama,apabila mengunakan Resistivity-meter dengan single channel. Untuk
mengurangi jumlah pengukuran yang diperlukan dengan tanpa menurunkan
kualitas model resistivity 3D yang diperoleh, digunakan alternatif pengukuran
dengan metodis ”cross diagonal survey” (Gambar 2.5b). Pada metoda ini
pengukuran beda potensial hanya dilakukan pada elektroda sepanjang lintasan
arah x, arah y dan arah diagonalnya. Sebagai contoh pada grid 7x7 terdapat 1176
kemungkinan pengukuran, dengan metoda tersebut dapat direduksi menjadi 476
kemungkinan pengukuran. Pada metoda ini juga sering menggunakan konfigurasi
pole-pole terutama untuk susunan grid kecil (kurang dari 12x12) (Loke, 2004).
3. Metoda Roll-along
Pada pengukuran resistivity 3D dengan susunan grid yang lebih besar dari
12x12akan memerlukan lebih banyak elektroda terutama untuk aplikasi pada
cakupanarea yang relatif besar. Sebagai gambaran pada susunan grid 15x15 akan
memerlukan 225 elektroda, yang melebihi kapasitas yang tersedia pada
beberapasistim Resistivity-meter multi-elektroda. Dalam kasus terbatasnya jumlah
elektroda yang tersedia serta kemampuan sistim Resistivity-meter, maka
digunakan metoda pengukuran Roll-along. Pada metoda ini biasanya
menggunakan konfigurasi Dipole-dipole, karena susunan gridnya besar. Pada
Gambar 2.6 contoh survey yang menggunakan sistim Resistivity-meter
multielektroda dengan 50 elektroda untuk survey dengan grid 10 x10. Pengukuran
pertama elektroda disusun dalam sub-grid 10 x 5 dengan lintasan lebih panjang
kearah X, kemudian seluruh sub-grid dipindahkan ke arah Y, pengukuran diulang
lagi dengan sub-grid dan arah lintasan yang sama (Gambar 2.6a). Selanjutnya
pengukuran dilakukan pada orientasi arah Y dengan sub-grid yang sama, namun
arah lintasan lebih panjang ke arah Y (Gambar 2.6b) (Loke, 2004).
Dalam akusisi data survey resistivity 3D juga dapat dilakukan dengan
metodis survey resistivity 2D secara paralel pada arah X saja atau arah Y saja atau
juga keduanya atau cross Ine. Kondisi ini biasanya dilakukan apabila pengukuran
memerlukan grid besar dan jumlah elektroda yang tersedia terbatas. Dalam kasus
ini, data resistivity 3D diperoleh dari sejumlah lintasan cross survey 2D atau
lintasan paralel survey 2D saja. Data dari tiap survey 2D pada awalnya diinversi
untuk mendapatkan penampang resistivity 2D setiap lintasan, kemudian digabung
seluruhnya kedalam bentuk data 3D dan diinversi dengan software Res3DInv
untuk mendapatkan model 3 dimensi (Loke, 2004).

Gambar 2.7 Penggunaan metoda roll-along pada survey dengan grid 10x10dengan
sistim Resistivity-meter 50 elektroda. (a) Survey menggunakan grid 10 x 5 dengan
lintasan berorientasi arah X dan (b) Survey dengan grid 10x5 pada lintasan
berorientasi arah Y (Loke, 2004).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 22 April 2016 pukul 08.00
WITA- Selesai. Bertempat di lahan kosong samping Lapangan Tenis Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1. Resistivity meter OYO McOHM 2119EL Jepang, sebagai penyaji data


berupa nilai hambatan, beda potensial dan arus.
2. Alat ukur berupa meteran, sebagai pengukur jarak elektroda.
3. Penjepit, sebagai penghubung kabel dengan elektroda.
4. Elektroda arus dan potensial, sebagai tahanan jenis.
5. Kabel, sebagai penghubung dengan resistivity.
6. Aki, sebagai sumber tenaga listrik
7. Palu geologi, digunakan untuk membantu menancapkan elektroda ke
tanah.

3.3 Prosedur Percobaan

a. Prosedur Pengukuran

Adapun prosedur percobaan kali iniadalah:


1. Membuat lubang untuk objek silinder berdiri.
2. Menentukan posisi rentang area yang akan dihitung tahanan jenisnya
dengan membentangkan meteran sepanjang 1,2 m.
3. Menancapkan elektroda pada permukaan tanah dengan spasi yang telah
ditentukan sesuai dengan konfigurasinya
4. Menjepit elektroda yang telah terhubung dengan kabel geolistrik.
5. Menghidupkan resistivitymeter, menekan tombol enter dan membaca nilai
R (ohm) dengan sebelumnya dihidupkan dengan aki.
6. Mencatat data hasil pengamatan pada tabel yang disediakan.
7. Mengubah – ubah jarak elektroda dan mencatat hasil pengamatan.

b. Prosedur Pengolahan Data


Data hasil pengukuran dan perhitungan diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Data resistivitas semu hasil perhitungan, datum point dan spasi
elektroda dimasukkan ke program notepad dalam bentuk file text
dimana program notepad berfungsi untuk merekap data dan
disimpan dalam format file .dat. Berikut penjelasan dari masing-
masing baris dalam notepad :
a. Line 1 adalah Judul.
b. Line 2 dan 3 adalah jumlah elektroda
c. Line 4 dan 5 adalah spasi terkecil yang digunakan pada saat
pengukuran.
d. Line 6 adalah jenis susunan konfigurasi yang digunakan
(pole-pole=2).
e. Line 7 adalah jumlah total data pengukuran.
f. Line 8 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan
yaitu C1 (kolom 1), P1 (kolom 2) dan nilai resistivitas semu
(kolom 3.).
g. Line 9 ketik 0 yang terdiri dari 4 line.
2. Selanjutnya disimpan dalam file .dat maupun .text. Data yang
sudah disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data
Res3dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan
gambar sebaran bawah permukaan daerah praktikum, langkah-
langkahnya sebagai berikut:
a. Jalankan program Res3dinv
b. Klik file - Read data file.
c. Lakukan inversi dengan carry out inversion.
d. Simpan dengan format .inv
e. Klik menu display- display result.
f. Setelah itu klik display- display inversion model
g. Muncul kotak dialog display model options dan mengisi
iterasi number to display dengan angka 3, lalu mengisi
number of section to display dengan angka 6. Setelah itu
mengisi display type dengan memilih horizontal sections
dan xz slice.
h. Pilih type of contour intervals dengan logarithmic contour
interval.
i. Lalu klik ok.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.l. Data Hasil Pengamatan


NO
C1 P1 R
.
207.80
1 1 2
6
140.58
2 1 3
7
3 1 4 97.025
202.42
4 1 5
3
5 1 6 166.96
123.69
6 1 7
2
7 1 8 89.698
115.03
8 1 9
4
104.06
9 1 10
3
10 1 11 91.342
11 1 12 65.98
12 1 13 67.672
13 1 14 64.341
14 1 15 58.424
15 1 16 46.664
244.17
16 2 3
4
148.39
17 2 4
3
148.47
18 2 5
4
206.84
19 2 6
4
179.75
20 2 7
1
130.18
21 2 8
8
22 2 9 97.394
113.31
23 2 10
5
115.69
24 2 11
7
25 2 12 85.725
26 2 13 60.774
27 2 14 67.947
28 2 15 68.699
29 2 16 57.21
255.37
30 3 4
2
31 3 5 111.13
181.16
32 3 6
8
219.23
33 3 7
3
34 3 8 187.97
1
35 3 9 81.119
109.63
36 3 10
6
37 3 11 129.21
38 3 12 105.15
39 3 13 54.697
40 3 14 68.168
41 3 15 75.214
42 3 16 57.3
43 4 5 79.599
131.92
44 4 6
2
190.25
45 4 7
3
259.18
46 4 8
9
47 4 9 63.438
48 4 10 94.547
125.73
49 4 11
7
50 4 12 120.53
51 4 13 46.765
52 4 14 63.739
53 4 15 77.733
54 4 16 77.882
187.65
55 5 6
4
122.48
56 5 7
5
57 5 8 85.106

58 5 9 188.37
1
140.37
59 5 10
4
104.32
60 5 11
5
61 5 12 70.851
62 5 13 96.036
63 5 14 84.291
64 5 15 70.818
65 5 16 52.335
264.39
66 6 7
8
158.14
67 6 8
8
146.44
68 6 9
9
146.43
69 6 10
2
197.16
70 6 11
7
124.66
71 6 12
4
72 6 13 89.724
109.85
73 6 14
4
107.40
74 6 15
6
75 6 16 82.403
275.07
76 7 8
8
106.08
77 7 9
5
78 7 10 187.35
79 7 11 256.06
8
179.64
80 7 12
8
81 7 13 77.155
111.18
82 7 14
2
127.91
83 7 15
3
107.48
84 7 16
8
85 8 9 76.163
133.75
86 8 10
6
205.87
87 8 11
6
88 8 12 212.58
89 8 13 60.763
90 8 14 93.664
91 8 15 121.22
122.02
92 8 16
9
93 9 10 195.57
117.03
94 9 11
3
95 9 12 76.958
162.87
96 9 13
3
126.17
97 9 14
3
98 9 15 91.406
99 9 16 61.431
10 264.98
10 11
0 5
10 149.99
10 12
1 4
10 146.19
10 13
2 6
10 210.19
10 14
3 7
10 117.55
10 15
4 5
10
10 16 111.45
5
10 256.08
11 12
6 7
10 100.72
11 13
7 5
10 174.96
11 14
8 6
10 216.07
11 15
9 9
11 158.03
11 16
0 8
11
12 13 72.393
1
11 129.08
12 14
2 4
11 206.51
12 15
3 8
11 227.36
12 16
4 4
11 183.31
13 14
5 5
11 107.37
13 15
6 2
11
13 16 68.75
7
11 239.28
14 15
8 8
11 126.18
14 16
9 6
12 231.22
15 16
0 8

Tabel 4.2. Data Hasil Perhitungan


C1 P1 R
207.80
0.00 0.00 0.30 0.00 6
140.58
0.00 0.00 0.60 0.00 7
0.00 0.00 0.90 0.00 97.025
202.42
0.00 0.00 0.00 0.30 3
0.00 0.00 0.30 0.30 166.96
123.69
0.00 0.00 0.60 0.30 2
0.00 0.00 0.90 0.30 89.698
115.03
0.00 0.00 0.00 0.60 4
104.06
0.00 0.00 0.30 0.60 3
0.00 0.00 0.60 0.60 91.342
0.00 0.00 0.90 0.60 65.98
0.00 0.00 0.00 0.90 67.672
0.00 0.00 0.30 0.90 64.341
0.00 0.00 0.60 0.90 58.424
0.00 0.00 0.90 0.90 46.664
244.17
0.30 0.00 0.60 0.00 4
148.39
0.30 0.00 0.90 0.00 3
148.47
0.30 0.00 0.00 0.30 4
0.30 0.00 0.30 0.30 206.84
4
179.75
0.30 0.00 0.60 0.30 1
130.18
0.30 0.00 0.90 0.30 8
0.30 0.00 0.00 0.60 97.394
113.31
0.30 0.00 0.30 0.60 5
115.69
0.30 0.00 0.60 0.60 7
0.30 0.00 0.90 0.60 85.725
0.3
0 0.00 0.00 0.90 60.774
0.3
0 0.00 0.30 0.90 67.947
0.3
0 0.00 0.60 0.90 68.699
0.3
0 0.00 0.90 0.90 57.21
0.6 255.37
0 0.00 0.90 0.00 2
0.6
0 0.00 0.00 0.30 111.13
0.6 181.16
0 0.00 0.30 0.30 8
0.6 219.23
0 0.00 0.60 0.30 3
0.6 187.97
0 0.00 0.90 0.30 1
0.6
0 0.00 0.00 0.60 81.119
0.6 109.63
0 0.00 0.30 0.60 6
0.6
0 0.00 0.60 0.60 129.21
0.6
0 0.00 0.90 0.60 105.15
0.6
0 0.00 0.00 0.90 54.697
0.6
0 0.00 0.30 0.90 68.168
0.6
0 0.00 0.60 0.90 75.214
0.6
0 0.00 0.90 0.90 57.3
0.9
0 0.00 0.00 0.30 79.599
0.9 131.92
0 0.00 0.30 0.30 2
0.9 190.25
0 0.00 0.60 0.30 3
0.9 259.18
0 0.00 0.90 0.30 9
0.9
0 0.00 0.00 0.60 63.438
0.9
0 0.00 0.30 0.60 94.547
0.9 125.73
0 0.00 0.60 0.60 7
0.9
0 0.00 0.90 0.60 120.53
0.9
0 0.00 0.00 0.90 46.765
0.9
0 0.00 0.30 0.90 63.739
0.9
0 0.00 0.60 0.90 77.733
0.9
0 0.00 0.90 0.90 77.882
0.0 187.65
0 0.30 0.30 0.30 4
0.0 122.48
0 0.30 0.60 0.30 5
0.0
0 0.30 0.90 0.30 85.106
0.0 188.37
0 0.30 0.00 0.60 1
0.0 140.37
0 0.30 0.30 0.60 4
0.0 104.32
0 0.30 0.60 0.60 5
0.0
0 0.30 0.90 0.60 70.851
0.0
0 0.30 0.00 0.90 96.036
0.0
0 0.30 0.30 0.90 84.291
0.0
0 0.30 0.60 0.90 70.818
0.0
0 0.30 0.90 0.90 52.335
0.3 264.39
0 0.30 0.60 0.30 8
0.3 158.14
0 0.30 0.90 0.30 8
0.3 146.44
0 0.30 0.00 0.60 9
0.3 146.43
0 0.30 0.30 0.60 2
0.3 197.16
0 0.30 0.60 0.60 7
0.3 124.66
0 0.30 0.90 0.60 4
0.3
0 0.30 0.00 0.90 89.724
0.3 109.85
0 0.30 0.30 0.90 4
0.3 107.40
0 0.30 0.60 0.90 6
0.3
0 0.30 0.90 0.90 82.403
0.6 275.07
0 0.30 0.90 0.30 8
0.6 106.08
0 0.30 0.00 0.60 5
0.6
0 0.30 0.30 0.60 187.35
0.6 256.06
0 0.30 0.60 0.60 8
0.6 179.64
0 0.30 0.90 0.60 8
0.6
0 0.30 0.00 0.90 77.155
0.6 111.18
0 0.30 0.30 0.90 2
0.6 127.91
0 0.30 0.60 0.90 3
0.6 107.48
0 0.30 0.90 0.90 8
0.9
0 0.30 0.00 0.60 76.163
0.9 133.75
0 0.30 0.30 0.60 6
0.9 205.87
0 0.30 0.60 0.60 6
0.9
0 0.30 0.90 0.60 212.58
0.9
0 0.30 0.00 0.90 60.763
0.9
0 0.30 0.30 0.90 93.664
0.9
0 0.30 0.60 0.90 121.22
0.9 122.02
0 0.30 0.90 0.90 9
0.0
0 0.60 0.30 0.60 195.57
0.0 117.03
0 0.60 0.60 0.60 3
0.0
0 0.60 0.90 0.60 76.958
0.0 162.87
0 0.60 0.00 0.90 3
0.0 126.17
0 0.60 0.30 0.90 3
0.0
0 0.60 0.60 0.90 91.406
0.0
0 0.60 0.90 0.90 61.431
0.3 264.98
0 0.60 0.60 0.60 5
0.3 149.99
0 0.60 0.90 0.60 4
0.3 146.19
0 0.60 0.00 0.90 6
0.3 210.19
0 0.60 0.30 0.90 7
0.3 117.55
0 0.60 0.60 0.90 5
0.3
0 0.60 0.90 0.90 111.45
0.6 256.08
0 0.60 0.90 0.60 7
0.6 100.72
0 0.60 0.00 0.90 5
0.6 174.96
0 0.60 0.30 0.90 6
0.6 216.07
0 0.60 0.60 0.90 9
0.6 158.03
0 0.60 0.90 0.90 8
0.9
0 0.60 0.00 0.90 72.393
0.9 129.08
0 0.60 0.30 0.90 4
0.9 206.51
0 0.60 0.60 0.90 8
0.9 227.36
0 0.60 0.90 0.90 4
0.0 183.31
0 0.90 0.30 0.90 5
0.0 107.37
0 0.90 0.60 0.90 2
0.0
0 0.90 0.90 0.90 68.75
0.3 239.28
0 0.90 0.60 0.90 8
0.3 126.18
0 0.90 0.90 0.90 6
0.6 231.22
0 0.90 0.90 0.90 8

Gambar 4.1 Hasil Pengolahan Data Menggunakan Res3Dinv

4.2 Pembahasan
Pengambilan data lapangan menggunakan metode geolistrik 3D konfigurasi
pole-pole komplit memiliki tujuan untuk memperkirakan pola material di bawah
permukaan dengan konfigurasi wenner beta. Lokasi pengambilan data terletak di
depan gedung 2 FMIPA UNLAM.
Data yang diperoleh merupakan hasil dari arus dan tegangan yang
diinjeksikan ke bawah permukaan bumi sehingga diperoleh nilai resistivitas pada
alat resistivitymeter. Perubahan nilai resistivitas tergantung pada jenis-jenis
batuan yang dilalui arus dan tegangan tersebut. Berdasarkan nilai-nilai resistivitas
ini maka akan dapat diketahui jenis penyusun bawah permukaan bumi.
Pengambilan data lapangan dilakukan dengan panjang lintasan sepanjang
1,2 meter dengan spasi 0,30 meter dan spasi C2 dan P2 dari C1 dan P1 sebesar 10
meter. Data-data hasil pengukuran dilapangan dapat dikatakan sebagai data
resistivitas semu. Pengolahan data lapangan ini menggunakan software Res3dinv.
Sebelum menggunakan software Res3dinv data diolah terlebih dahulu
menggunakan microsoft excel untuk menginterpretasi data lapangan menggunakan
program Res3dinv.
Hasil pengolahan data dapat dilihat pada lampiran diperoleh bahwa pada
layer 1 dengan kedalaman 0-0.21 m memiliki resistivitas sebesar 238 , pada
layer 2 dengan kedalaman 0.21-0.45 m memiliki resistivitas sebesar 157-238 ,
pada layer 3 dengan kedalaman 0.45-0.73 m memiliki resistivitas sebesar 69.1-
238 , pada layer 4 dengan kedalaman 0.73-1.05 m memiliki resistivitas sebesar
30.3-45.8 , pada layer 5 dengan kedalaman 1.05-1.42 m memiliki resistivitas
sebesar 20.1  dan pada layer 6 dengan kedalaman 1.42-1.84 m memiliki
resistivitas sebesar 13.3 . Dilihat dari hasil tersebut, pada layer 1 diduga sebagai
objek yang dijadikan percobaan karena memiliki resistivitas terbesar.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari


sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di
permukaan bumi.
2. Berdasarkan nilai-nilai resistivitas akan diketahui jenis penyusun bawah
permukaan bumi.
3. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada lampiran diperoleh bahwa pada
layer 1 dengan kedalaman 0-0.21 m memiliki resistivitas sebesar 238 ,
pada layer 2 dengan kedalaman 0.21-0.45 m memiliki resistivitas sebesar
157-238 , pada layer 3 dengan kedalaman 0.45-0.73 m memiliki
resistivitas sebesar 69.1-238 , pada layer 4 dengan kedalaman 0.73-1.05 m
memiliki resistivitas sebesar 30.3-45.8 , pada layer 5 dengan kedalaman
1.05-1.42 m memiliki resistivitas sebesar 20.1  dan pada layer 6 dengan
kedalaman 1.42-1.84 m memiliki resistivitas sebesar 13.3 .
4. Dilihat dari hasil tersebut, pada layer 1 diduga sebagai objek yang dijadikan
percobaan karena memiliki resistivitas terbesar.

5.2 Saran

Sebelum melakukan pengolahan data sebaiknya mencari reperensi dulu


sebagai panduan dan pertimbangan.

DAFTAR PUSTAKA

Heryanto, R & N. Sikumbang. 1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin,


Kalimantan. Bandung.

Loke, M.H., 2004. Res3Dinv (version 2.14).Rapid 3D resistivity and IP


inversionusing the least-squares method. Malaysia : Geotomo Software.

Putra, I Ketut. 2012. Identifikasi Arah Rembesan dan Letak Akumulasi Lindi
dengan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner –
Schlumberger di TPA Temesi Kabupaten Gianyar. Universitas Udayana.
Denpasar.
Setiyawan, Teguh, dkk. Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Porong Sidoarjo
dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Untuk
Mendapatkan Bidang patahan. . FMIPA ITS. Surabaya

Telford, W. M., Geldart, L. P., Sherif, R.E dan Keys, D. D. 1988. Applied
Geophysics First Edition. Cambridge University Press. Cambridge.
New York.

Telford, W. M., Geldart, L. P., & Sheriff R. E. 1990. Applied Geophysics (2nded).
New York : Cambridge University Press.

LAMPIRAN
Gambar 1. Membuat lubang sedalam 1 meter

Gambar 2. Memasukkan objek benda silinder berdiri

Gambar 3. Kabel
Gambar 4. Palu geologi dan elektroda

Gambar 5. Meteran

Gambar 6. Resistivity meter OYO McOHM 2119EL Jepang


Gambar 7. Aki

Gambar 8. Merangkai kabel dengan resistivitimeter

Gambar 9. Memasang elektroda


Gambar 10. Mengoperasikan resistivitymeter

Gambar 11. Jarak elektroda

Gambar 12. Hasil Pengolahan Data


LAPORAN PRAKTIKUM
KULIAH LAPANGAN I

PERCOBAAN III
RESISTIVITY 2 DIMENSI KONFIGURASI WENNER ALPHA

OLEH :
KELOMPOK : II (DUA)
NAMA : HISNA BAITI (J1D112015)
AULIANA (J1D112019)
ZAINAL ABIDIN (J1D112032)
ASISTEN : ZAKARIA CHANDRA

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 FISIKA
BANJARBARU

2015

Anda mungkin juga menyukai