Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KOMPOS ORGANIK

Judul : Pembuatan Kompos Organik

Hari, Tanggal : Kamis, 5 – 19 Maret 2020

Tujuanl : 1. Mahasiswa mengetahui cara pengolahan sampah


sederhana melalui pembuatan kompos dengan metode
bokashi menggunakan bahan dasar sampah organik dengan
perlakuan pemberian EM4 dan molase

2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan sampah menjadi


bahan yang bisa dimanfaatkan yaitu proses pengomposan
sebagai pupuk bagi tanaman.

I. Landasan Teori
Sampah adalah bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar,
perkantoran, rumah, penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau
aktivitas manusia lainnya. Sampah merupakan hasil sampingan dari
aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai.Sampah juga merupakan
bagian terintim dari diri manusia yang hingga saat ini masalahnya selalu
menarik untuk dibicarakan tetapi menakutkan untuk dijamah. Berawal dari
keberadaan sampah tersebut maka estetika akan berkurang nilainya jika
sampah dibiarkan ada dimana-mana. Semua riset mengatakan bahwa
pertambahan jumlah sampah sama dengan pertambahan jumlah penduduk
sehingga, semakin banyak penduduk yang menghuni bumi maka jumlah
sampah juga akan semakin bertambah (Badan Standarisasi Nasional
(BSN, 2004).
Kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan teratur perlu terus
ditumbuhkan, salah satunya dalam penanganan sampah dari skala rumah
tangga karena sampah juga merupakan bagian dari perilaku hidup bersih
dan sehat. Untuk mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi
mengelola sampah perlu upaya yang dimulai secara individual di setiap
rumah. Untuk menjaga lingkungan bersih bebas dari sampah salah satu
solusinya mengubah kebiasaan membuang sampah untuk mengolah
sampah menjadi kompos dimulai dari sampah rumah tangga. Karena
sebagiansampah yang dihasilkan merupakan sampah organik (sampah
basah), yaitu mencapai 60-70% dari total volume sampah, yang berasal
dari dapur dan halaman. Sampah organik ini, jika pengelolaannya tidak
secara benar maka akan memberikan bau busuk (H2S dan FeS) dan akan
menjadi sumber lalat, bahkan dapat menjadi sumber lebih dari 25 jenis
penyakit.

Sampah terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian organic dan an organic. Rata-
rata presentase bahan oranik sampah mencapai ±80%, sehingga
pengomposan merupakan alternative penanganan yang sesuai. Kompos
sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya
jumlah sampah organic yang dibuang ketempat pembuangan akhir dan
menyebabkan terjadinya polusi, bau, dan melepasnya gas metana ke udara
(Rohendi, 2005).

Pertanian organic menjadi hal yang saat ini sedang dikembangkan dengan
pesat. Hal ini dilatarbelakangi dengan masalah, dimana semakin jenuhnya
pemberian pupuk yang berasal dari industry. Tanah semakin kering,
semakin kurangnya kandungan hara organic yang pada akhirnya
merugikan petani. Dasar inilah diperlukan upaya dalam peningkatan
kebutuhan bahan organic bagi tanaman. Salah satunya adalah dengan
memanfaatkan sisa-sisa bahan organic untuk diolah menjadi kompos.

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran


bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab,
dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian


secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi. Satu jenis pupu organik diantaranya
adalah pupuk bokashi. Bokashi adalah kompos yag dihasilkan memlalui
fermentasi dengan pemberian Effectif Microorganism-4 (EM-4) yang
merupakan salah satu activator untuk mempercepat proses pembuatan
kompos (Indriani 2011)

Pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk


bokashi. Bokashi merupakan “bahan organik yang telah difermentasikan”.
Pupuk bokashi di buat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik
dan EM (Efektif Mikroorganisme). Biasanya bokashi di temukan dalam
bentuk serbuk atau butiran. Bokashi sudah digunakan para petani dalam
perbaikan tanah secara tradisional untuk meningkatkan keragaman
mikroba dalam tanah dan meningkatkan persediaan unsur hara bagi
tanaman. Secara tradisional bokashi dibuat dengan cara menfermentasikan
bahan organik seperti dedak dengan tanah Universitas Sumatera Utara dari
hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme
(Anonimous, 2005).

Meskipun sama-sama organik namun ada perbedaan yang cukup antara


bokashi dengan pupuk organik lainnya. Bokashi merupakan teknologi
untuk menghasilkan pupuk kompos yang lebih efektif melalui formulasi
bahan-bahan pembuat. Bokashi ini memiliki kelebihan yang terkandung di
dalam pupuk kimia sekaligus juga bisa menutupi kekurangan yang ada
pada kompos, misalnya saja untuk kandungan gizi dan vitamin
( Anonimous, 2007).

Kelebihan lain dari bokashi ini, dengan formulasi bahan-bahan maka


sangat mudah untuk mengontrol jumlah vitamin. Sementara unsur yang
terkandung pada pupuk bokashi sama dengan kompos, bedanya kalau
bokashi sama artinya dengan peragian dengan sistem cepat dengan jangka
waktu 2minggu, bokasi sudah dapat digunakan sedangkan kalau
pembuatan kompos prosesnya pembusukan dengan jangka waktu yang
lebih lama mencapai waktu 2 bulan (Anonimous, 2007).

Bokashi EM yaitu bokashi dengan bahan organik yang difermentasikan


dengan mikrooganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan atau dari
gunung. EM yang digunakan dalam pembuatan bokashi adalah suatu
kultur campuran berbagai mikroorganisme yang bermanfaat terutama
(bakteri fotosintetik dan bakteri asam laktat, ragi, actinary cetes dan jamur
peragian) dan dapat digunakan sebagi inokulan untuk meningkatkan
keragaman mikroba tanah. Penggunaan EM dalam pembuatan bokashi
selain dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah juga bermanfaat
memperbaiki pertumbuhan serta jumlah dan mutu hasil tanaman
(Anonimous, 2005).

Pemupukan akan efektif jika sifat pupuk yang ditebarkan dapat menambah
atau melengkapi unsur hara yang telah tersedia di dalam tanah. Karena
hanya bersifat menambah atau melengkapi unsur hara, sebelum digunakan
harus diketahui gambaran tentang keadaan tanahnya terlebih dahulu,
khususnya untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Ember yang bertutup
2. Pipa ¾
3. Sambungan T
4. Sambungan L/elbow
5. Kran
6. Sambungan drat kran
7. Dop
8. Kain kasa
9. Karet
10. Gergaji besi
11. Solder
12. Meteran
13. Pena
14. Bor
15. Gelas
16. Sendok

B. Bahan
1. Sampah organic
 Sayuran busuk
 Buah busuk
 Daun-daunan
2. Gula pasir
3. Air
4. Em4
III. PROSEDUR KERJA
A. Cara membuat komposter
1) Siapkan alat untuk membuat komposter
2) Buatlah lubang dengan tinggi kira-kira 10 cm dari dasar
ember dengan diameter ¾ inci (menyesuaikan ukuran
pipa) untuk lubang kran
3) Buat 2 lubang yang sejajar dibagian atas ember (salah
satu lubang sejajar dengan lubang yang ada didasar
ember tadi (berfungsi untuk memasukkan pipa dengan
diameter ¾
4) Potong pipa sepanjang 5 cm, lubangi dengan solder
kemudian pasang drat kran
5) Pasang elbow dalam ember yang menghadap keatas
6) Potong pipa sepanjang 11 cm untuk sambungan antara
elbow dan sambungan T lalu lubangi menggunakan
solder
7) Buat saringan dari tutup bekas cat ember dengan cara
melubanginya dengan solder
8) Pasang saringan
9) Pasang sambungan T diatas pipa
10) Potong pipa sepanjang 32 cm dipotong menjadi 2
sama panjang, lubangi menggunakan solder
11) Sambung pipa yang telah dipotong menjadi 2 dengan
sambungan T
12) Salah satu pipa yang tembus keluar ember dipasang
kain kasa dan salah satunya dipasang dop.
B. Cara membuat kompos dengan metode Bokashi
1) Siapkan komposter, alat dan bahan bahan yang akan
digunakan
2) Cingcang bahan-bahan seperti daun-daunan, buah dan
sayuran yang busuk
3) Kemudian timbang sebanyak 4 kg
4) Siapkan perhitungan EM4, molase dan air, dengan
perhitungan sebagai berikut:
 4kg sampah = 4 ml EM4 : 4 ml molase : 200 ml
air
5) Campur bahan bahan yang sudah ditimbang dengan
air, molase dan EM4 yang sudah dihitung
6) Aduk bahan tersebut hingga merata.
7) Masukan bahan yang sudah dicampur tadi kedalam
komposter.
8) Tutup wadah tadi rapat-rapat dan diamkan selama 14
hari

Jika pembuatan EM4 efektif mikroorganisme (EM) yang kita buat sudah
berhasil cairan akan berwarna coklat gelap atau hampir hitam, nah berarti
air EM4 buatan kita berhasil, jika masih bingung kita bisa mencium bau
pada cairan itu biasanya jika mikroorganisme yang tumbuh baik dan
mengeluarkan bau yang khas. Jangan lupa saring terlebih dahulu agar
hampas yang tercampur bisa terpisah dari larutannya. Cairan efektif
mikroorganisme (EM) yang kita buat bisa digunakan untuk pembuatan
pupuk bokashi. Untuk lebih rapih kami sarankan menyimpanya di dalam
botol atau sejenisnya. Cairan yang kita buat tadi biasanya tahan hingga 6
bulan untuk digunakan tergantung kita menyimpanya. Untuk
memanfaatkan bekas hampas dari bekas pembuatan tadi kita bisa gunakan
sebagai pupuk kompos dan lebih bagus lagi jika dipadukan dengan pupuk
kandang.
IV. HASIL PENGAMATAN

TGL KETERANGAN
PH TEKSTUR WARNA SUHU BAU
9 Maret 7 Kasar Warna asli 350C Bau
2020 sayuran, busuk
buah, dan sayuran
daun- dan buah
daunan
11 Maret 7 Kasar Warna asli 36,40C Busuk
2020 dan sedikit
kecoklatan
13 Maret 8 Sedikit Coklat 36,80C Sangat
2020 lunak busuk
0
15 Maret 9 Lunak Coklat 37 C Sangat
2020 gelap busuk
0
17 Maret 9 Lunak Coklat 37,7 C Sangat
2020 (lembek) gelap busuk
19 Maret
2020

V. PEMBAHASAN
Pupuk bokashi adalah pupuk yang dibuat dengan proses pengom-posan
menggunakan EM4. Keuntungan dalam penggunaan EM4 yang
ditambahan molase adalah pupuk organik dapat dihasilkan dalam waktu
yang lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional. EM4
mengandunga ragi, bakteri fotosintetik, jamur Lactobacillus sp, dan lain-
lainnya.
Manfaat pupuk bokashi
Pupuk bokashi memiliki berbagai manfaat yang menguntungkan bagi para
petani, antara lain:
 Meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanam.
 Kandungan hara dalam pupuk bokashi lebih tinggi dibandingkan
dengan pupuk kompos.
 Mempercepat pertumbuhan tanaman.
 Meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan.
 Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit yang merugikan
tanaman.
 Mampu memperbaiki sifat kimia dan biologis tanah.
 Menggemburkan tanah dan meningkat aerasi tanah.

Manfaat diatas akan didapatkan oleh para petani dalam budidaya tanaman
dibandingkan dengan pupuk kompos. Sehingga, kesejahteraan para petani
bisa meningkat dengan penggunaan pupuk ini. Pupuk bokashi jelas
berbeda dengan pupuk kompoas, baik itu cara pembuatannya,
kandungannya, perlakuan yang diberikannya dan kandungan yang ada
didalamnya yang lebih menguntung-kan bagi para petani.

Pupuk Bokashi berbeda dengan pupuk kandang pada umunya. Pupuk


bokashi dibuat menggunakan limbah pertanian seperti kotoran hewan
ternak seperti ayam maupun sapi. Namun dalam pembuatannya. pupuk
bokashi menggunakan mikroorganisme efektif . bakteri yang digunakan
dalam pembuatan pupuk akan bekerja dalam proses fermentasi pembuata
pupuk bokashi. Pupuk bokashi mampu menghasilkan berbagai senyawa
yang baik bagi tanaman. Senywa yang dihasilkan oleh pupuk bokashi
adalah asam organik, vitamin, enzim, asam amino dan polisakarida.

VI. KESIMPULAN
Pupuk bokashi adalah sebuah metode pengomposan yang dapat meng-
gunakan starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan
organik, biasanya berupa campuran molasses, air, starter mikro organisme
dan sekam padi. Praktikum pada kegiatan ini, kami menggunakan 3 jenis
bahan baku untuk membuat pupuk bokashi, antara lain: buah yang busuk,
sayuran busuk, dan daun-daunan. Ketiga pupuk tersebut diamati selama 3x
dalam seminggu.

VII. SARAN
Sebaiknya pembuatan bokashi lebih dapat dioptimalkan dengan beberapa
fasilitas yang memadai yaitu berupa tempat mendiamkan pupuk dan alat
lain yangdapat menunjang pera-atan bokashi selama proses dekomposisi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Standar Kualitas Kompos. SNI 19-
7030-2004
Crawford. J.H. 2003. Composting of Agricultural Waste. in
Biotechnology Applications and Research, Paul N.,
Cheremisinoff and R. P.Ouellette (ed).p. 68-77.
Indiani, Y. H. 2011. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebaran Swadaya.
Jakarta
Kusumaningwarti, R. 2009. Pengolahan Sampah dengan cara
Menjdikannya Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
Vol. 2, No. 1
Rohendi, E. 2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI
Jakarta. Hal:132. Jakarta: UI-press.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27377/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=AB121EF627114FA6988BA54AA0
B490C9?sequence=4
https://www.academia.edu/31329594/Teknik_Pembuatan_Pupuk_Bokashi
_LAPORAN_PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai