YAYASAN SAYAP IBU Dalam sebuah kunjungan yang diadakan pada hari kamis 12 Desember 2019 ke sebuah Yayasan yang bernama ‘Yayasan Sayap Ibu’ cabang 3 yang berada di daerah Ngemplak Sleman Yogyakarta diketahui bahwa di yayasan tersebut dihuni oleh orang-orang yang berkebutuhan khusus/disabilitas,mulai dari umur belasan tahun hingga umur 30-an.Semua yang ada di yayasan ini tentunya memiliki kesetaraan hak dalam segala aspek kehidupan,tak terkecuali penyandang disabilitas itu sendiri. Pada dasarnya setiap orang punya hak dan kesempatan yang sama untuk turut serta dalam menjalankan kehidupan.Namun,dalam realitas kehidupan seringkali ditemukan ketidakadilan atas hak dan kesempatan dalam segala aspek kehidupan oleh beberapa orang,salah satunya terhadap penyandang disabilitas seperti cacat mental. Mengangkat salah satu contoh yang terjadi di Yayasan Sayap Ibu cabang 3,saya menilai bahwa semua terlihat baik-baik saja dengan perhatian khusus yang diberikan oleh pengawas dan pengampu disana cukup baik.Tapi ada salah satu yang menarik untuk ditelusuri lebih dalam,yaitu ada anak yang bias dikatakan anak baru yang masuk ke yayasan tersebut sekitar 3 bulan yang bernama Dayat.yang menarik ialah ketika semua orang yang ada di yayasan tersebut mengikuti kegiatan yang sedang berlangsung yang penuh dengan candaan dan keceriaan,Dayat justru hanya mondar mandir disekitaran acara tersebut berlangsung,dan pengawas/pengampu hanya memperhatikan seraya sesekali memanggil tanpa ada upaya lain untuk mengikutsertakan Dayat dalam kegiatan tersebut.Banyak orang yang mengatakan bahwa Dayat anak baru di yayasan itu yang dapat dikatakan butuh penyesuaian karena baru 3 bulan.Ya,memang bisa dikatakan bahwa anak seperti ini butuh penyesuaian,tapi menurut saya justru dengan mengikutsertakan Dayat dalam kegiatan tersebut menjadi langkah awal untuk penyesuaian dengan lingkungan.dan justru dengan mengabaikannya seperti itu seperti terasa ada perbedaan perlakuan yang mencolok antara Dayat dengan anak anak lain,ditambah lagi Dayat adalah anak baru di tempat itu,menimbulkan pemikiran bahwa anak-anak lain yang dapat dikatakan senior lebih diperhatikan daripada anak baru/junior. Kembali lagi bahwa setiap orang mempunyai hak dan kesempatan dalam segala aspek kehidupan tak terkecuali penyandang disabilitas.Maka dari itu diperlukan upaya dari seluruh elemen baik dari pemerintah,elemen masyarakat,dan dari pihak internal itu sendiri yaitu penyandang disabilitas itu sendiri. Dari pihak pemerintah sebenarnya sudah dilakukan dengan banyak usaha,salah satunya yaitu dengan penerbitan Undang-Undang yang menjamin hak orang-orang difabel.Diantara undang- undangnya yaitu : UU no 6 Tahun 1974 UU no 15 Tahun 1992 UU no 28 Tahun 2002 UU no 20 Tahun 2003 UU no 12 Tahun 2003 Hak-hak yang disebutkan diatas meliputi hak memperoleh transportasi,bangunan gedung,penyediaan fasilitas,mendapatkan pendidikan,dan partisaipasi dalam pemilu. Selain dari pihak pemerintah,diperlukan juga dukungan dari seluruh elemen masyarakat misalnya dengan membentuk organisasi-organisasi yang bergerak di bidang penyetaraan hak bagi kaum difabel.Dalam rangka pemberdayaan dan meningkatkan kemandirian penyandang disabilitas,elemen masyarakat bisa dengan mengadakan kegiatan-kegiatan seperti pembinaan,pendidikan,penelitian,pelatihan langsung kepada penyandang disabilitas dengan cara turun langsung ke yayasan-yayasan disebilitas seperti salah satunya ke yayasan sayap ibu,dikarenakan di yayasan tersebut masih banyak penyandang disabilitas yang berusia muda berkisar belasan tahun hingga 30 tahun.Hal ini dapat dikatakan lebih efektif mengingat di usia muda memang diperlukan pemupukan yang lebih untukmemberikan pemahaman kepada penyandang disabilitas. Sedangkan dari pihak internal yaitu para penyandang disabilitas itu sendiri yaitu perlunya kesadaran akan hak-haknya,hal ini bisa dilakukan dengan dipelopori oleh penyandang disabilitas yang mempunyai kelebihan dengan cara mengajak yang lainnya dan menyadarkannya akan pentingnya hak-hak disabilitas.upaya lainnya yaitu dengan menanamkan kegigihan dan pantang menyerah dalam diri sendiri serta menghilangkan rasa malu/tidak percaya diri dalam dirinya sendiri merupakan faktor yang penting. Anak-anak yang ada di Yayasan Sayap Ibu menurut saya belum sepenuhnya mendapatkan pembelaan atas hak-haknya,mengambil contohnya saja yaitu Dayat sebagai anak baru yang justru sebaiknya diperkenalkan dengan kegiatan-kegiatan yang ada justru hanya dibiarkan saja walau sesekali dipanggil,tetapi tidak ada upaya lain yang benar benar berniat untuk mengikutsertakannya.Hal ini bisa dipandang bahwa anak baru/junior lebih dikesampingkan daripada anak lama/senior. Guna mewujudkan kesetaraan dan pembelaad hak difabel dan orang-orang pada umumnya,maka diperlukan dukungan dan kesadaran dari banyak pihak yang melipti pemerintah,masyarakat,dan penyandang disabilitas itu sendiri.Hal ini tidak akan terwujud tanpa adanya campur tangan yang positif dari elemen-elemen tersebut. Terlepas dari kisah tentang Dayat di atas,Saya hanya mengungkapkan apa yang saya pikirkan,jika mungkin memang ada perbedaan cara pandang dan cara berpikir,mungkin dapat dijadikan referensi dan tambahan pemikiran saja.Namun dari kisah di atas,dapat kita ambil pelajaran bahwa setiap orang memiliki hak dan kesempatan yang sama,tak peduli itu kaya,miskin,cacat maupun normal,semua memiliki hak-hak dan kesempatan dalam segala aspek kehidupan.Dan orang orang yang tertindas justru harus mendapatkan pembelaan HAM.