Anda di halaman 1dari 61

DEWAN REDAKSI JURNAL ILMIAH BIDAN

Penanggung Jawab / : Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes


Pimpinan Umum

Pemimpin Redaksi : Indra Supradewi, SKM, MKM

Dewan Redaksi : 1. Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes


2. Yetty L. Irawan, MSc
3. Indra Supradewi, SKM, MKM
4. Laurensia Lawintono, MSc
5. Juli Oktalia, M.Keb
6. Bintang Petralina, SST, M.Keb
7. Fitriani, SST, MH.Kes
8. Mitra Kadarsih, SST

Sekretaris Redaksi : 1. Ike Kurnia, SKeb. Bd


2. Rizqi Amelia, Amd.Keb, SKM

Alamat Redaksi : Jl. Johar Baru V No. D13


Johar Baru, Jakarta Pusat
Telp. 021 – 424 77 89
Fax. 021 – 424 42 14
Email : jurnal@ibi.or.id

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 1i


DA F TA R I S I

Hubungan Promosi Kesehatan Reproduksi Terhadap Faktor Resiko


Perilaku Seksual Remaja Di SMA 63 Jakarta Selatan Tahun 2015
Debbiyantina, SST, Mkeb1................................................................................................................................ 1

Hubungan Keikutsertaan Senam Hamil dengan Kecemasan


Primigravida Dalam Menghadapi Persalinan
Diana Hartaty A1), ............................................................................................................................................... 8

Efektivitas Akupresur Selama Persalinan (Studi Tinjauan Pustaka)


Diyah Tepi Rahmawati 1), Indra Iswari 2).................................................................................................... 14

Determinan Pengunaan Fasilitas Kesehatan Reproduksi Remaja


Di Indonesia: Analisis Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007
Ni Komang Yuni Rahyani1), Mohammad Hakimi2), Siswanto Agus Wilopo2),
Adi Utarini 2), Tiara Marthias2), Ketut Sri Muliari3), Komang Suratni3) .......................................... 19

Pengaruh Stimulasi Pendidikan Terhadap Perkembangan


Kecerdasan Anak Usia 3-6 Tahun
Tessa Siswina,S.Si.T,M.Keb 1), Prof.Dr.dr, M. Nurhalim Shahib 2), Dr.Adjat S Rasyad 3).......... 27

Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja


Erna Mesra 1, Fauziah 2 ..................................................................................................................................... 34

Keberhasilan Program Emas Dalam Meningkatkan Pemberian MGSO4


Prarujukan Oleh Bidan yang Merujuk Ke RSUD Serang 2012-2013
Istiyani Purbaabsari 1)......................................................................................................................................... 42

Hubungan Stimulasi Dini Oleh Ibu Balita Dengan Perkembangan


Kemandirian Anak Pra Sekolah
Mth. Sri Suwarti 1), Anggi Ika Yuniarti 2)...................................................................................................... 50

ii2 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


SAMBUTAN
KETUA UMUM IKATAN BIDAN INDONESIA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita sekalian,
sehingga kita dapat menerbitkan jurnal ilmiah bidan volume 1 nomor 2 sebagai upaya terobosan dari PPIBI
sesuai dengan rencana kerja 2013-2018.

Jurnal ilmiah bidan merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
sebagai sarana untuk menyajikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pelayanan
kebidanan. Dalam proses pengerjaannya, tentunya tidak sedikit halangan, namun dengan bantuan berbagai
pihak yang tidak pernah berhenti dapat teratasi.

Jurnal Ilmiah Bidan dapat dimanfaatkan oleh semua bidan baik para akedemisi, bidan provider,
maupun bidan yang ada di birokrasi dan di lembaga lainnya. Jurnal ini juga terbuka bagi mahasiswa
kebidanan dan masyarakat umum yang tertarik dengan masalah kebidanan. Harapan kami terbitan jurnal
ini dapat menjadi wadah berbagi ilmu bagi teman-teman sejawat serta dengan hadirnya Jurnal Bidan ini
semakin memicu tumbuh dan suburnya budaya menulis ilmiah serta semangat berkarya di antara kita.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Wa’alaikumsalam, Wr. Wb.

Jakarta, Maret 2016

Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 iii


3
Format dan Aturan Penulisan

FORMAT DAN ATURAN PENULISAN


NASKAH JURNAL BIDAN

JUDUL, TIMES NEW ROMAN 14pt, DIBUAT DENGAN HURUF KAPITAL SEMUA DAN
DICETAK TEBAL DALAM BAHASA INDONESIA MAKSIMAL 14 KATA
(batas maksimum judul adalah tiga baris)

Nama Penulis 11), Nama Penulis 22), Nama Penulis 33), dst.
1)Nama dan alamat instansi/afiliasi (Program Studi, Fakultas, Universitas) penulis 1
2)Nama dan alamat instansi/afiliasi (Program, Studi, Fakultas, Universitas) penulis 2
3)Nama dan alamat instansi/afiliasi (Program, Studi, Fakultas, Universitas) penulis 3
(Jika penulis lebih dari tiga orang maka cukup nama dan alamat instansi/afiliasi penulis utama yang
ditulis)
e-mail : bidan@domain.com (Ditulis hanya alamat email penulis pertama/utama)

Abstract
This electronic document is a “live” template. The various components of your paper [title, text,
method, etc.] are already defined on the style sheet, as illustrated by the portions given in this document.
Keywords: keyword 1, keyword 2, keyword 3, etc. (max. 5 keywords)

Abstrak
Penulis diwajibkan untuk mengikuti dengan tepat panduan penulisan naskah yang akan diterbitkan
dalam Jurnal IBI vol 2. Format berkas naskah adalah Microsoft Word 2003. Oleh karena itu penulis dihimbau
untuk membaca naskah ini sampai selesai sebelum mengubah format naskah yang akan dikirimkannya.
Abstrak terdiri atas satu paragraf yang di dalamnya hanya boleh terdapat kata-kata dan lambang. Persamaan
sedapat mungkin tidak terdapat dalam abstrak, kecuali terpaksa. Simbol (terutama huruf Yunani) disisipkan
dengan menggunakan menu Insert → Symbol dalam Microsoft Word 2003, jangan menggunakan huruf
biasa yang kemudian diganti fontnya dengan font Symbol. Hal ini penting karena huruf akan berubah
fontnya saat style yang telah ada dalam naskah ini diterapkan. Symbol yang muncul karena bentuk font
akan menjadi huruf biasa. Abstrak berisikan penjelasan singkat mengenai isi naskah yang sedikitnya
memuat tiga hal utama, yaitu: (a) tujuan penelitian, (b) metode penelitian, dan (c) hasil penelitian. Abstrak
diketik menggunakan spasi tunggal dan maksimum 300 kata. Selain itu penulis dapat menambahkan
gambaran umum tentang penelitian, alasan dilakukannya penelitian, serta saran dan rekomendasi yang
diajukan asalkan tidak melebihi 300 kata. Seluruh tulisan ditulis menggunakan kertas A4 rata kanan kiri,,
1 spasi dengan margin kanan, kiri, atas, dan bawah 3cm. Abstrak dilengkapi dengan kata kunci (3 sampai
5 kata kunci) yang berfungsi untuk memudahkan pencarian isi naskah ini secara elektronik. Isi naskah
harus dilengkapi dengan abstrak berbahasa Inggris yang merupakan terjemahan dari abstrak dalam bahasa
Indonesia.
Kata Kunci: kata kunci 1, kata kunci 2, kata kunci 3, dst. (maksimal 5 kata kunci)

4
iv JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016
Format dan Aturan Penulisan

PENDAHULUAN SIMPULAN

Bagian ini terdiri dari dua bagian. Bagian Memuat pernyataan singkat, padat, tegas,
pertama berisi studi literature terkait dengan isi dan pasti dari hasil penelitian.
naskah, menjelaskan apa-apa yang telah diteliti
dan dilaporkan orang lain dengan merujuknya UCAPAN TERIMAKASIH (Optional)
pada jurnal, prosiding, buku, bab dari buku dengan
banyak penulis atau bab dalam buku, buku dengan Memuat ucapan penghargaan kepada
editor, majalah/koran/bulletin, skripsi, tesis, dan institusi penyandang dana penelitian atau orang
disertasi, website, Wikipedia, dokumen resmi, dan yang membantu pelaksanaan penelitian dan atau
makalah seminar, lokakarya, dan penataran. Semua penulisan laporan.
referensi yang dirujuk dalam paparan, (Nama,
tahun) untuk kutipan tidak langsung atau (Nama, DAFTAR PUSTAKA
tahun: hlm) untuk kutipan langsung. Semua kutipan
dicantumkan di dalam Daftar Pustaka. Pendahuluan Sumber yang dirujuk sesuai aturan
diharapkan maksimum 35 persen dari keseluruhan Vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam
isi naskah. keseluruhan teks, dibatasi 25 rujukan dan 80%
Bagian kedua menceritakan secara singkat merupakan periode publikasi 10 tahun terakhir.
kerangka atau outline dari naskah dan tujuan yang
ingin dicapai/diketahui, misalnya bahwa terkait Disusun sesuai nomor urut. Contoh :
dengan studi literatur telah dilakukan pengamatan 1. Cutnell, J.D., & Johnson, K.W. 2012. Physics
dengan rentang lain parameter dengan model yang (9th ed.). New Jersey: John Wiley & Sons.
dimodifikasi. Cara pengamatan akan dijelaskan 2. Giancoli, D.C. 2001. Fisika (Edisi ke-5, Jilid
dalam bagian Metode dan hasilnya akan dibicarakan ke-2). Terjemahan oleh Y. Hanum dan I. Arifin.
dalam bagian Hasil dan diskusi. 1999. Jakarta: Erlangga.
3. Taber, K.S. 2010. ”Intuitions, Conceptions and
METODE Frameworks: Modelling Student Cognition
in Science Learning”. dalam M. S. Khine &
Metode penelitian disesuaikan dengan jenis I. M. Saleh (Eds.). New Science of Learning:
penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, atau mixed. Cognition, Computers and Collaboration in
Pada bagian metode diharapkan cukup jelas Education, 163 – 182. Dordrecht: Springer.
paparan tentang : rancangan penelitian, subjek/ 4. Rusdiana, D., Hasanah, L., dan Suhendi, E.
populasi sampel/focus dan objek penelitian, teknik 2010. ”Mekanisme Hamburan Defek Statis Dan
pengumpulan data dan instrument penelitian, dan Vibrasi Termal Terhadap Mobilitas Elektron
teknik analisis data. pada Film Tipis GaN”. Berkala Fisika, 13 (1):
39 – 44.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Contoh penulisan daftar pustaka:
Berisikan uraian dalam urutan logis tentang Buku
hasil penelitian beserta data dalam bentuk gambar Cutnell, J.D., & Johnson, K.W. 2012. Physics (9th
dan atau table dilengkapi dengan pembahasan ed.). New Jersey: John Wiley & Sons.
secara ilmiah dan komprehensif serta didukung
oleh pustaka ilmiah yang relevan. Buku Terjemahan
Giancoli, D.C. 2001. Fisika (Edisi ke-5, Jilid ke-2).

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 5v


Format dan Aturan Penulisan

Terjemahan oleh Y. Hanum dan I. Arifin. 1999. Koran (tanpa nama penulis)
Jakarta: Erlangga. Kontributor Jawa Pos. 1995. ”Wanita Kelas
Bawah Lebih Mandiri”. Jawa Pos, Edisi 22
Bab dalam Buku dengan Editor April 1995. pp.3.
Taber, K.S. 2010. ”Intuitions, Conceptions and
Frameworks: Modelling Student Cognition Dokumen Resmi
in Science Learning”. dalam M. S. Khine & Pemerintah Republik Indonesia. 2009.
I. M. Saleh (Eds.). New Science of Learning: ”Undang-undang Republik Indonesia Nomor
Cognition, Computers and Collaboration in 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Education, 163 – 182. Dordrecht: Springer. Pengelolaan

Jurnal, Prosiding, Majalah, dan/atau Buletin Dokumen Resmi


Rusdiana, D., Hasanah, L., dan Suhendi, E. Pemerintah Republik Indonesia. 2009.
2010. ”Mekanisme Hamburan Defek Statis Dan ”Undang-undang Republik Indonesia Nomor
Vibrasi Termal Terhadap Mobilitas Elektron 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
pada Film Tipis GaN”. Berkala Fisika, 13 (1): Pengelolaan Lingkungan Hidup”. Lembaran
39 – 44. Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
40. Tambahan Lembaran Negara Republik
Jurnal Online Indonesia Nomor 5059.
Tanamatayarat, J., Arayathanitkul, K., Emarat,
N., Chitaree, R., & Sujarittham, T. 2012. Laporan Penelitian, Disertasi, Tesis, dan/atau
“Surveying Thai Freshmen Science Students’ Skripsi
Background Knowledge of Basic Properties DeChenne, S.E. 2010. ”Learning to Teach
of Laser Beam”. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. Effectively: Science, Technology, Engineering,
6, No. 2, June 2012. laman web: http://www. and Mathematics Graduate Teaching Assistants’
journal.lapen.org.mx/ju-ne12/LAJPE_643_ Teaching Self-Efficacy”. Doctoral Dissertation,
Tanamatayarat.pdf [diakses 6 Desember 2012]. Oregon State University.

Wikipedia Makalah Seminar, Lokakarya, dan Penataran


Kontributor Wikipedia. 2011. “Fisika”, Liliasari. 2011. ”Membangun Masyarakat
Wikipedia, Ensiklopedi Bebas, oldid:4435472, Melek Sains Berkarakter Bangsa Melalui
8 Juni 2011. 08:50 UTC [diakses 13 Juni 2011]. Pembelajaran”. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional IPA, Universitas Negeri
Koran Semarang, Semarang, 16 April.
Pitunov, B. 2002. ”Sekolah Unggulan ataukah
Sekolah Pengunggulan?” Majapahit Post, Edisi
13 Desember 2002. pp. 4 & 11.

6
vi JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016
Hubungan Promosi Kesehatan Reproduksi

HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN


REPRODUKSI TERHADAP FAKTOR RISIKO
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA 63
JAKARTA SELATAN TAHUN 2015

Debbiyantina, SST, Mkeb1


1)
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III

email: deyantina@gmail.com

ABSTRACT

Adolescence is a period which the physical development such as the emergence of sex traits, primary,
secondary and psychological form of sexual behavior. Sexual problems in adolescents because of the factor
of hormonal changes that increase sexual desire. From many research about sexual behavior cases in
adolescents, it become worried because the sexual behavior of teenagers today is already beyond the
limit and seriously, especially in late adolescence. The sex behavior occur are not accompanied by a
discussion on the promotion of reproductive health adequate with adolescent it self. The aim of the study to
determine the relationship of reproductive health promotion with adolescent sexual behavior risk factors
in South Jakarta High School. The study design was analityc cross sectional. The Subject of the study were
high school students, 96 people. The sampling use Proportional Stratified Random Sampling. The data
use primary data by giving questionnaires to respondents. Data was analysis using chi-square.The resut
of the study: found no relationship between knowledge, experience dating, sex perception, resources and
communication peers in adolescent sexual risk behavior (p-value <0.05).
Keyword : Reproductive health promotion , sexual behavior , teen

ABSTRAK

Masa remaja adalah masa terjadinya perkembangan fisik berupa munculnya ciri-ciri seks primer,
sekunder serta psikologis berupa prilaku seksual. Masalah seksual pada remaja karena faktor-faktor perubahan
hormonal yang meningkatkan hasrat seksualnya. Dari beberpa penelitian mengenai kasus perilaku seksual
pada remaja dari waktu ke waktu semakin mengkhawatirkan karena perilaku seksual remaja sekarang ini
sudah melebihi batas dan cukup mengkhawatirkan terutama pada masa remaja akhir. Perilaku-perilaku
seks yang terjadi tidak diiringi dengan pemaparan tentang promosi kesehatan reproduksi yang memadai
pada diri remaja Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan promosi kesehatan reproduksi terhadap
faktor risiko perilaku seksual remaja di SMA wilayah Jakarta Selatan. Desain penelitian adalah analitik
dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah siswa SMA berjumlah 96 orang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode Proportional Stratified Random Sampling.Data yang digunakan adalah
data primer dengan memberikan angket kepada responden. Analisis data menggunakan uji chi-square.Hasil
penelitian SST ditemukan ada hubungan antarapengetahuan, pengalaman pacaran, persepsi seks, sumber
informasi serta komunikasi teman sebaya dengan risiko prilaku seks remaja (p-value<0.05).
Kata Kunci : promosi kesehatan reproduksi, perilaku seksual, remaja

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 1


Hubungan Promosi Kesehatan Reproduksi

PENDAHULUAN masyarakat, baik melalui media masa maupun


media elektronika menjadi referensi remaja tentang
Kelompok remaja, yaitu penduduk dalam seks. Masalah seksualitas tidak dapat dipandang
rentang usia 10- 19 tahun, di Indonesia memiliki dari sisi transaksi hubungan fisik. Seksualitas lebih
proporsi kurang lebih 1/5 dari jumlah seluruh merupakan fenomena multidimensi yang terdiri atas
penduduk. Ini sesuai dengan proporsi remaja di aspek biologi, psikososial, perilaku, klinis, moral,
dunia dimana jumlah remaja diperkirakan 1,2 dan budaya (Masters, Johnson, & Kolodny, 1992).4
miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk Persepsi remaja terhadap perilaku seks berisiko
dunia (WHO, 2003).1 Pada masa ini memang dapat dipengaruhi oleh sumber informasi yang
pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dipeoleh, pengalaman pacaran, dan komunikasi
dengan cepat. Itu dinamakan masa pubertas. Pada kesehatan reproduksi antara orang tua atau dengan
perempuan pubertas ditandai dengan menstruasi teman sebaya mempyunyai andil yang cukup besar
pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki untuk membetuk suatu persepsi tentang perlaku
ditandai dengan mimpi basah.3 seks yang dapat dipertanggungjawabkan.5 Tujuan
Permasalahan remaja yang ada saat ini penelitian untuk mengetahui hubungan promosi
sangat kompleks dan mengkhawatirkan baik yang kesehatan reproduksi terhadap faktor risiko
ditimbulkan dari dalam dirinya sendiri maupun perilaku seksual Remaja di SMA 63 Jakarta Selatan
dari luar dirinya, contohnya pengaruh lingkungan tahun 2015.
sosial (lingkungan peer group, keluarga, sekolah,
kelompok masyarakat) dan media massa. Berbagai METODE PENELITIAN
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
remaja juga akan berdampak kepada remaja untuk Desain penelitian ini adalah studi deskriptif
bersikap dan berperilaku negatif serta tidak sehat, analitik dengan pendekatan cross sectional.
baik dilihat secara fisik, mental dan sosial (high risk Sampel penelitian ini adalah siswa dan siswi
behaviors).6 Berdasarkan hasil Survey Kesehatan SMA 63 Jakarta Selatan berjumlah 96 orang.
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI), didapatkan Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
bahwa remaja yang mengaku mempunyai teman menggunakan kuesioner, yang terdiri dari
yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah pertanyaan tentang perilaku, pengetahuan, sikap
usia 14-19 tahun sebesar 34,7% perempuan dan dan persepsi. Bentuk pertanyaan adalah pertanyaan
30,9% laki-laki, sedangkan yang berusia 20- tertutup.Analisa data yaitu dengan analisa univariat
24 tahun sebesar 48,6% perempuan dan 46,5% dan bivariat menggunakan uji chi-square.
laki-laki. Kesadaran akan pentingnya kesehatan
reproduksi remaja terutama di Indonesia masih HASIL DAN PEMBAHASAN
jauh tertinggal di belakang.3
Pengetahuan akan kesehatan reproduksi dan Hasil analisis univariat menunjukkan
seksual yang efektif harus disesuaikan dengan umur 83 responden (86,5 %), siswa dan siswi yang
remaja, budaya dan konteks kehidupan remaja, mendapatkan Promosi Kesehatan 51 (54,2%),
serta memberikan informasi yang akurat. Hal Pengetahuan tentang seks berisiko baik 87
tersebut mencakup kesempatan bagi remaja untuk responden (90,6 %), jenis kelamin yang terbanyak
mengeksplorasi sikap dan nilai, serta kemampuan perempuan 52 (54,2 %), usia pacaran > 10 tahun
pengambilan keputusan ataupun keterampilan yaitu 75 responden (78,1%), Persepsi terhadap
hidup lainnya yang dibutuhkan remaja untuk dapat akibat yang perilaku seksual berisiko yang
membuat keputusan terkait dengan kehidupan berpersepsi positif yaitu 70 (72, 9%), lokasi
seksualnya.11 Media informasi yang tersebar dalam pacaran terbanyak di private area 56 responden

2 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Hubungan Promosi Kesehatan Reproduksi

(54,3%), sumber Informasi yang terbanyak adalah teman sebaya yang terbanyak komunikasi aktif 52
Media cetak 56 responden (58,3%), komunikasi responden(54,2%).
dengan orang tua yang terbanyak komunikasi pasif Hasil analisis bivariate dapat dilihat pada
70 responden (72,9%), dan komunikasi dengan table 1 berikut ini:

Tabel 1.
Hubungan antara promosi kesehatan dengan factor risiko perilaku sekusal remaja

Variabel Perilaku Seks Total P value


Beresiko Tidak berisiko
N % N % N %
Promosi Kesehatan
Tidak 2 4.5 42 95.5 44 100
Ada 11 21.2 41 78.8 52 100 0.32
Pengetahuan
Kurang 6 66,7 3 33,3 9 100
Baik 7 8.0 80 82.0 87 100 0.000
Jenis Kelamin
Laki -laki 8 11.1 64 88.9 72 100
Perempuan 5 20.8 19 79.2 24 100 0,356
PengalamanPacaran
Pernah 7 9.3 72 90.7 79 100
Belum pernah 6 35.3 11 64.7 17 100 0.01
Persepsi Seks
Negatif 1 1.4 69 98.6 70 100
Positif 12 46.2 14 53.8 26 100 0,00
Lokasi Pacaran
Privasi 8 20 32 80 40 100
Publik 5 8.9 51 91.1 56 100 0.28
Sumber informasi
Media Sosial 11 27.5 29 72.5 40 100
Media Cetak 2 3.6 54 96.4 56 100 0.002
Komunikasi Ortu
Pasif 1 3.8 25 96.2 26 100
Aktif 12 17.1 58 82.9 70 100 0.176
Kom.Teman sebaya
Pasif 0 0 52 100 52 100
Aktif 13 29.5 31 70.5 44 100 0,00

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 3


Hubungan Promosi Kesehatan Reproduksi

Data diatas menunjukkan bahwa dari cepatnya perkembangan seksual pada remaja,
sembilan variable, ada lima variable yaitu ketertarikan dengan lawan jenis pun semakin
pengetahuan, pengalaman pacaran, persepsi seks, meningkat. Para remaja baik laki – laki maupun
sumber informasi dan komunikasi dengan teman perempuan mulai saling memperhatikan, dan
sebaya berhubungan secara bermakna dengan factor masing – masing timbul keingintahuan yang makin
risiko perilaku seksual remaja (p-value<0.05). besar tentang lawan jenisnya.11
Sedangkan empat variable lainnya yaitu promosi Hasil penelitian diperoleh nilai p= 0,010
kesehatan, jenis kelamin, lokasi pacaran, dan berarti ada hubungan antara perilaku seks dengan
komunikasi orang tua tidak berhubungan bermakna persepsi seks. Penelitian ini relevan dengan
(p-value>0.05). pendapat( Rufaiah,M 2007)14 yang menyatakan
Hasil penelitian diperoleh ada hubungan bahwa persepsi mempengaruhi sikap dan
antara perilaku seks dengan Pengetahuan pemebentukan label dan atribut sifatnya positif
dengan nilai P 0,00 (p<0,05). Berbagai faktor maka individu tersebut akan menyandang hal – hal
mempengaruhi pembentukan sikap atau negatif. yang positif yang lambat laun akan berkembang
atau positif . Secara teori perubahan perilaku atau secara positif pula dalam diri mereka. Namun
mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap jika label dan atribut tersebut sifatya negatif
– tahap yang meliputi perubahan pengetahuan maka hal – hal negatif pun secara bertahap
dan sikap.11 Jika pengetahuan seserang baik akan tumbuh subur untuk menjadi bagian dari
maka kecenderungan sikap yang positif. %). perkembangan keperibadaian mereka, bila individu
Pengetahuan seks remaja dapat mempengaruhi mempersepsikan bahwa sesuatu itu positif maka ia
sikap individu terhadap perilaku seksual remaja, akan bersikap positif kepada objek tersebut dan
karena pengetahuan merupakan salah satu fakor jika individu tersebut memiliki sikap posistif maka
penting dalam pembentukan sikap seorang remaja perilakuknya akan positif juga. Demikian halnya
yang memasuki masa peralihan.9 Pengetahuan juga dengan remaja yang memiliki persepsi negatif
dapat merubah persepsi sesorang tentang seksualitas tentang seks akan memebentuk perilaku yang
tersebut (Adikusumo, 2005).6 Pengetahuan remaja negatif pula.14
tentang hubungan seksual pranikah merupakan Hasil penelitian diperoleh P 0,002,(p<0,005)
keyakinan atau opini setiap individu terhadap berarti ada hubungan antara perilaku seks dengan
hubungan seksual, pengetahuan ini dapat bersifat sumber informasi. Sumber informasi sebagaimana
positif dan negatif yang tergantung pada luasnya yang dikemukakan dalam teori health belief
wawasan dan nilai moral setiap individu. Apabila merupakan salah satu faktor penting terhadap
seorang individu menyadari bahwa hubungan terjadinya perilaku pada remaja. Teori health belief
seksual pranikah merupakan tindakan yang tidak mengandung pernyataan yang mengemukakan
dapat diterima oleh keluarga dan lingkungan bahwa kempanye media massa / cetak merupakan
komunitas, maka potensi remaja tersebut untuk salah satu faktor dalam coes to action yang
melakukan hubungan seksual pranikah semakin berperan penting untuk mengubah perilaku remaja
kecil (Sekarrini 2012).5 (Glanz, et all, 2008).8 Media berperan sangat
Hasil penelitian diperoleh nilai P 0,010 penting dalam penyebar luasan informasi. Banyak
(p<0,05) ini ada hubungan antara perilaku seks banyak remaja terpapar oleh media, baik media
dengan pengalaman pacaran. Pada masa remaja, cetak maupun media elektronik. Media berperan
manusia mulai mengalami masa terjadinya sangat penting dalam penyebar luasan informasi.
perubahan – perubahan fisik, kogntf dan perubahan Banyak banyak remaja terpapar oleh media, baik
seksual. Perubahan ini berlangsung cepat termasuk media cetak maupun media elektronik. Dari survei
perubahan seksualnya. Seiring dengan semakin yang dilakukan mengenai akses informasi pada

4 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Hubungan Promosi Kesehatan Reproduksi

remaja terhadap beberapa media massa ternyata sehingga prilaku yang dianggap merugikan akan
televisi merupakan media masa yang paling di ditinggalkan. Terpaparnya informasi kesehatan
sukai oleh remaja yaitu sebanyak 79% (Djuwita, yang sering bisa menjadi suatu indikator seseorang
2008).8 Kecepatan informasi yang didapatkan dari memahami suatu makna.12,17
media cetak maupun media sosial membuat segala Hasil penelitian diperoleh Nilai P 0,35,
informasi dapat menyebar dengan cepat dikalangan (p>0,05) ini berarti tidak ada hubungan antara
remaja.8 perilaku seks dengan jenis kelamin. Dalam
Hasil penelitian diperoleh didapatkan nilai kesehatan reproduksi jenis kelamin dibedakan
P 0,00 (p<0,005) ini berarti ada hubungan antara berdasarkan organ seksualnya yaitu laki-laki dan
perilaku seks dengan komunikasi teman sebaya. perempuan. Di dalam teori Green jenis kelamin
Teman sebaya adalah anak-anak dengan usia merupakan faktor predisposing terhadap perilaku
dengan tingkat kedewasaan yang kurang lebih kesehatan. Beberapa penelitian tentang hubungan
sama. Sedangkan fungsi yang paling penting dari jenis kelamin dengan perilaku beresiko menyatakan
kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan
sumber informasi dan perbandingan tentang dunia perilaku seksual remaja seperti hasil penelitian yang
di luar keluarga. Interaksi teman sebaya yang dilakukan oleh Pristina (2012)16 mengungkapkan
memiliki usia yang sama memaminkan peran resiko remaja laki-laki untuk berprilaku sesksual
khusus dalam perkembangan sosio-emosional anak. beresiko 29.91 kali dibandingkan dengan remaja
Teman sebaya memainkan peran pertemanan lebih perempuan, faktor biologis dan sosial berperan
cenderung pada lingkungan sekolah menengah dimana remaja laki-laki cenderung lebih mudah
ketimbang sekolah dasar (Robert, 2012).5 Dari terangsang terhadap dorongan seksual dan lebih
analisis WHO (2004) dalam Sekarrini (2012) bebas dari pengawasan orang tua.16
pada literatur kesehatan reproduksi dan seksual Hasil penelitian diperoleh nilai P 0,208
dari seluruh dunia melaporkan bahwa pembicaran ( p>0,005) berarti tidak ada hubungan antara
tentang kesehatan reproduksi dan seksual serta risiko perilaku seks dengan lokasi pacaran. Pada
mempunyai teman yang aktif dalam melakukan penelitian ini remaja yang memiliki pacar memilih
hubungan seksual merupakan faktor resiko untuk lokasi dominan dilokasi umum yang sering
melakukan hubungan seksual pertama kali.2 digunakan pasangan dalam menghabiskan waktu
Promosi kesehatan (penyuluhan kesehatan) pacaran. Tempat umum yang sering dipilih oleh
dapat berjalan secara sistematis, terarah dan pasangan antara ain mall, bioskop, kafe, karaoke.
terencana sesuai konsep promosi kesehatan bahwa Namun yang mendominasi adalah sekolah hal ini
individu dan masyarakat bukan hanya sebagai objek/ dikarenakan pasangan berasal dari sekolah yang
sasaran yang pasif menunggu tetapi juga sebagai sama, dan mereka hampir setiap harinya bertemu.
pelaku maka perlu pengelolaan program promosi Dalam hubungan lokasi pacaran terhadap prilaku
kesehatan mulai dari pengkajian, perencanaan, seksual, bukan menjadi indicator seorang pasangan
penggerakan pelaksanaan, pemantauan dan kekasih untuk melakukan hal – hal yang mengarah
penilaian. Sebagai indkator yang dapat diperoleh pada sikap yeng berisiko melakukan tindakan
dalam mencapai keberhasilan suatu proses seksual, karena indvidu yang bersangkutan
pendidikan kesehatan adalah adanya peningkatan memiliki sikap dan pengetahuan yang baik atau
pengetahuan dan sikap individu yang diaplikasikan tidak, kerena dengan sikap dan pengetahuan yang
dalam perilaku. Promosi kesehatan seharusnya baik akan mempengaruhi pola pikir dan prilaku
mempuyai dampak kuat terhadap perubahan prilaku sesoarang dimana pun berada. Sehingga jika mereka
seseorang, dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang berpacaran maka gaya pacarannya pun tidak akan
sebelumnya tidak mengerti menjadi mengerti, melampaui batas norma walaupun pemilihan lokasi

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 5


Hubungan Promosi Kesehatan Reproduksi

pacara di tempat umum atau tidak.18 KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil penelitian diperoleh P Value 0,208
(P> 0,05) tidak ada hubungan Komunikasi Hasil penelitian didapatkan ada hubungan
dengan orang tua.Orang tua dapat mempengaruhi bermakna antara variable pengetahuan, pengalaman
perilaku seksual anaknya melalui tiga cara yaitu pacaran, persepsi seks, sumber informasi dan
komunikasi, bertindak sebagai contoh role model komunikasi dengan teman sebaya dengan factor
dan pengawasan. Ketertutupan orang tua dalam risiko perilaku seksual remaja. Sedangkan variable
pemberian informasi tentang seksualitas dan promosi kesehatan, jenis kelamin, lokasi pacaran,
kesehatan reproduksi akan mendorong remaja dan komunikasi orang tua tidak berhubungan
untuk mengetahui seksualitas dan kesehataan bermakna dengan factor risiko perilaku seksual
reproduksi dengan caranya sendiri.19 Pandangan remaja. Untuk itu perlu memberikan banyak
bahwa seks adalah tabu membuat remaja enggan aktifitas ekstrakurikuler agar siswa dan siswi
berdiskusi tentang kesehatan reproduksinya, dan banyak waktu untuk kegiatan sekolah yang lebih
mereka bahkan merasa paling tidak nyaman bila positif. Menjalin komunikasi dengan orang
harus membahas seksualitas dengan anggota tua muridyang difasilitasi guru bimbingan dan
keluarganya sendiri. Sangatlah penting bagi orang konseling, sehingga remaja mendapatkan informasi
tua membicarakan mengenai seksualitas dengan yang benar dari sumber yang benar berkenaan
anaknya, orang tua perlu mencari jalan untuk dengan perilaku seksual. Pihak sekolah agar dapat
mendiskusikan isu seksualitas ini dengan anaknya mengawasi perilaku pergaulan siswa dan siswi
tentang bagaimana pendapatnya dan keluarganya terhadap perilaku berisiko remaja yang berpacaran
mengenai seksualitas dan penekanan akan resiko sehat dan tidak sehat, oleh karena sekolah dapat
yang dihadapi saat berhubungan seksual sebelum menjadi tempat yang tidak terduga bagi remaja
menikah (Sekarrini, 2012).2 dalam menyalurkan hasrat seksualnya

6 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Hubungan Promosi Kesehatan Reproduksi

DAFTAR PUSTAKA 9. Juliani, dkk, 2014.”Hubungan pengetahuan


dengan sikap remaja tentang perilaku seksual
1. Achmad surya, 2010. “Survei Baseline pra nikah pada siswi kelas X di SMA negeri 1
Reproduksi Remaja Sejahtera di Indonesia”. Manado”, Unv. FK. Samratulangi
Laporan hasil Penelitian Badan Koordinasi 10. Massolo Prima Adrin, 2011. “Pengaruh penyuluhan
Keluarga Berencana Naioal ( BKKBN), Esat kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan
Java Center Part fnder /focus, world bank, sikap remaja tentang seksual pranikah di SMA 1
USAID, Jurnal. Vol.III No.1. Masohi tahun 2011”. Univ. Hasanudin
2. Sekarrini, Loverina. 2012. “Faktor –Faktor 11. Mayratun 2012. “Hubungan pengetahuan dan
Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual peran keluarga dengan prilaku seksual pra nikah
Remaja Di SMK Kesehatan Di Kabupaten pada remaja anak jalanan di Kota Surakarta”.
Bogor Tahun 2011”. Skripsi. Depok: FKM UI Stikes Aisyiyah Surakarta.
3. Arde M Lanova Dwi. 2014 “Sumber Informasi 12. Notoadmojo, S. 2007.”Promosi kesehatan dan
dan Perilaku Seksual Remaja di Indonesia” ilmu perilaku” Jakarta PT. Rineka Cipta
Tahun 2007 dan 2012 ( Analisis Data SKRRI 13. Pawestri, 2013.”Pengethauan, sikap dan
2007 dan 2012). Tesis. Depok: FKM UI perilaku remaja tentang seks pra nikah”, Univ.
4. Santrock, J.W.2004. “Life-Span Development. Muhammdiyah Semarang
Ninth Edition. Boston : McGraw-Hill 14. Rufaiah, M. 2007.”Hubungan antara persepsi
Companies”. Steinberg, Laurance. (1993). tentang seks dan prilaku seksual remaja di
Adolescence. New York : Mc. Graw-Hill, Inc SMA negeri 3 Medan”. Univ Sumetera utara
5. BKKBN, 2012. Pedoman Pengelolaan 15. Santrock, J. W. 2003. “Psikologi Remaja”.
Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Edisi 11. Jilid1. Jakarta : Erlangga
Mahasiswa (PIK R/M). Jakarta : Direktorat 16. Dewi, Ari Pristiana. 2012. “Hubungan
Bina Ketahanan Remaja BKKBN Karateristik Remaja, Peran Teman Sebaya Dan
6. Adikusumo, I. 2005. “Sikap remaja terhadap Paparan Pornografi Dengan Perilaku Seksual
seks bebas di Kota Negara” : Perspektif Remaja Di Kelurahan Pasir Gunung Selatan
kajian Budaya. Ejournal.Unud.Ac.Idabstrake_ Depok”. Tesis. Depok: FIK UI
journal_rasmen.pdf (diakses tanggal 3 April 17. http://dianhusadarefira.blogspot.com/p/peran-
2014). bidan-dalam-promosi-kesehatan.html
7. Badan Pusat Statistik. 2010. “Perkembangan 18. Suzanne. 2009. Pengertian Monitoring dan
beberapa indikator utama sosial-ekonomi Evaluasi. Diakses pada 24 Januari 2015, dari
Indonesia”. Jakarta: 2010. http://hafidzf.wordpress.com/2009/06/16/
8. Glanz, K., Rimer, B., &Viswanath, K., pengertian-monitoring-dan-evaluasi
2008.”Health Behavior and Health Education: 19. http://silviakhairunnisa.blogspot.com/2011/01/
Theory,Research, and Practice. 4th.Edition”. peran-orangtua-masyarakat-dan.html Diakses
USA: Jossey-Bass pada 14 Januari 2015

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 7


Hubungan Keikutsertaan Senam Hamil

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN
SENAM HAMIL DENGAN
KECEMASAN PRIMIGRAVIDA DALAM
MENGHADAPI PERSALINAN

Diana Hartaty A, SST.,M.Keb1


1
Poltekkes Kemenkes Jakarta III , Jl. Arteri Jorr Jatiwarna Bekasi

e-mail : deyana_angraini@yahoo.com

ABSTRACT

Pregnancy and childbirth is a natural process and cause pain. Many women feel the pain more
severe than it should be, because it is influenced by a sense of panic and stress. Exercise during pregnancy
is one way that can help pregnant women to cope the anxiety. The purpose of this study is to determine
the participation of exercise during pregnancy to reducing the primigravida anxiety in the face of labor in
Puskesmas western region Year 2015. The type of study is experimental, the design of this study is quasy
non equivalent control group. The population in this study were all primigravida pregnant women third
trimester in puskesmas western region in 2015 consists of the control group and the treatment group. Data
analysis techniques with T test to see the difference from exercise during pregnancy participation in the
control group and the treatment group. The test results of independent T test statistic is known that pvalue =
0.00 with α = 0.05 is stated that exercise during pregnancy is effective in reducing anxiety in primigravida
pregnant women when face of labor.
Key Word : exercise during pregnancy, anxiety

ABSTRAK

Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang alami dan menimbulkan rasa sakit. Namun
banyak wanita yang merasakan sakit tersebut lebih parah dari seharusnya karena banyak dipengaruhi
oleh rasa panik dan stres. Senam hamil adalah salah satu cara yang dapat membantu wanita hamil untuk
mengatasi kecemasannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keikutsertaan senam hamil dalam
mengurangi kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Kecamatan wilayah
barat Tahun 2015. Jenis Penelitian ini adalah quasy eksperimental dengan jenis rancangan non equivalent
control group. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil Primigravida trimester ketiga yang
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kecamatan wilayah barat tahun 2015 terdiri dari kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan. Teknik analisis data dengan uji T test untuk melihat perbedaan dari
keikutsertaan senam hamil pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil uji statistic independent T
test diketahui bahwa nilai p=0,00 dengan α=0,05 dinyatakan bahwa senam hamil efektif dalam mengurangi
kecemasan ibu hamil primigravida dalam menghadapi persalinan.
Kata Kunci : Senam Hamil, Kecemasan

8 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Hubungan Keikutsertaan Senam Hamil

PENDAHULUAN berlangsung juga dapat diminimalisasi, dengan


jalan mengatur pernapasan, berkonsentrasi, dan
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu mengalihkan pikiran, sehingga dengan sendirinya
proses yang alami dan menimbulkan rasa sakit. stres saat melahirkan dikurangi. Maka persalinan
Rasa sakit ini akan menimbulkan ketegangan dapat berjalan lebih mulus dan singkat.3
dan kepanikan yang bisa menyebabkan otot kaku Hasil penelitian mengenai kecemasan
yang akhirnya akan menyebabkan rasa sakit. pada ibu hamil trimester III didapatkan sebanyak
Proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor 47,1% ibu hamil mengalami kecemasan ringan,
jalan lahir (passage), faktor janin (passanger) dan sebanyak 3,9% mengalami kecemasan sedang
faktor kekuatan (power), faktor psikis juga sangat dalam mengahdapi persalinanya. Kekhawatiran
menetukan keberhasilan persalinan. Rasa takut dan dan kecemasan pada ibu hamil apabila tidak
khawatir dapat menyebabkan rasa sakit pada waktu ditangani dengan serius akan membawa dampak
persalinan dan akan mengganggu jalan persalinan dan pegaruh terhadap fisik dan psikis. Jika kondisi
seperti sungsang, distosia bahu, perpanjangan fisiknya kurang baik, maka proses berpikir,
kala II, dan his lemah. Untuk menghilangkan rasa suasana hati, tindakannya dalam kehidupan sehari-
cemas maka perlu ditanamkan kerja sama antara hari akan terkena imbas negatif.2 Penelitian ini
pasien dan penolong persalinan (dokter, bidan) dan bertujuan Untuk mengetahui keikutsertaan senam
diberikan konseling selama hamil dengan tujuan hamil dengan kecemasan primigravida dalam
menghilangkan ketidaktahuan, latihan-latihan menghadapi persalinan
fisik, dan kejiwaan, mendidik cara-cara perawatan
bayi dan berdiskusi tentang peristiwa persalinan.1 METODE PENELITIAN
Sebanyak 95% tenaga kesehatan tidak terlalu
memperhatikan kondisi psikis wanita melahirkan Desain penelitian yang dilakukan dengan
tetapi lebih memperhatikan kondisi fisik ibu dan kuasi eksperimen. Pada kelompok perlakuan
bayi yang dilahirkannya. Jika kita perhatikan melakukan senam hamil di puskesmas dan pada
banyak wanita memilih persalinan dengan operasi kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi
atas dasar pertimbangan tertentu terutama ibu tindakan senam hamil. Alat pengumpul data
membayangkan rasa sakit pada proses persalinan.1 yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tidak jarang kehamilan membawa rasa cemas yang lembar kuesioner untuk mengetahui karakteristik
akan berpengaruh terhadap fisik dan psikis baik responden dan tingkat kecemasan pada ibu
pada ibu maupun janin yang dikandung, misalnya primigravida.
mengakibatkan kecacatan jasmani dan kemunduran Kuesioner yang terkait dengan karakteristik
potensi intelegensi serta aspek mental emosional.2 responden meliputi: usia, Pendidikan, Pekerjaan.
Salah satu cara untuk mengurangi kecemasan Kuesioner untuk mengetahui tingkat kecemasan
pada ibu hamil adalah senam hamil. Senam hamil pada ibu hamil primigravida menggunakan
yang diterapkan, bukan senam yang berorientasi kuesioner dari Hamilton Anxiety Rating Scale
sebatas pada kebugaran tubuh semata. Melainkan (HARS) yang terdiri dari 14 kelompok gejala
untuk memperkuat otot, melenturkan persendian, yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan
dan utamanya melatih konsentrasi agar bisa gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing
mengalihkan pikiran sehingga bisa melupakan kelompok gejala diberi penilaian angka skor antara
rasa sakit saat melahirkan, serta menguatkan 0-4.
napas. Metode ini terbukti cukup berhasil untuk Populasi dalam penelitian ini adalah
membantu meringankan proses persalinan. Di semua ibu hamil Primigravida trimester III yang
samping itu, rasa nyeri saat proses saat persalinan memeriksakan kehamilannya di Puskesmas

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 9


Hubungan Keikutsertaan Senam Hamil

Kecamatan wilayah barat tahun 2015 dengan banyak pada pendidikan tinggi sebanyak 82,7%.
jumlah responden pada masing-masing kelompok Untuk variabel pekerjaan pada kelompok kontrol
sebanyak 15 orang. Jadi total sampel pada penelitian paling banyak responden bekerja sebanyak 70%
ini adalah sebanyak 30 orang, dengan kriteria sedangkan untuk kelompok perlakuan paling
Inklusi : Ibu Hamil Primigravida, Trimester III, banyak responden tidak bekerja sebanyak 64,5%.
Sehat Jasmani dan Rohani, Bersedia menjadi Proporsi tingkat kecemasan pada kelompok
responden kontrol maupun kelompok perlakuan berada pada
Kriteria Ekslusi : Multigravida, kehamilan tingkat kecemasan ringan adalah 12 orang (80%)
Risiko terhadap senam hamil. dan kecemasan sedang adalah 3 orang (20%)
Analisis data dengan menggunakan analisis Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada
univariat terkait dengan variabel karakteristik tabel berikut ini:
Tabel
Kecemasan pada ibu hamil primigravida sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol di Puskesmas wilayah Barat

Variabel Kecemasan N Mean Pvalue 95%CI

Kelompok Intervensi
Sebelum 15 10.93 0,001 6.72 – 9.42
Sesudah 15 19.00
Selisih 8.07
Kelompok Intervensi
Sebelum 15 9.13 0,001 2.64 – 5.49
Sesudah 15 13.20
Selisih 4.07

(umur, pendidikan, pekerjaan) dan variabel terikat Tabel diatas menunjukkan ada perbedaan
(tingkat kecemasan ibu primigravida dalam secara bermakna kecemasan pada ibu hamil
menghadapi persalinan). Analisa bivariat dengan primigravida sebelum dan sesudah dilaksanakan
menggunakan uji t dependent dan uji t independent senam hamil pada kelompok perlakuan (Pvalue =
untuk mengetahui keikutsertaan senam hamil 0.001 dan α=0.05). Penurunan kecemasan pada ibu
dengan kecemasan ibu primigravida dalam primigravida kelompok perlakuan sebesar 8.07. Ada
menghadapi persalinan. perbedaan secara bermakna kecemasan ibu hamil
primigravida sebelum dan sesudah dilaksanakan
HASIL DAN PEMBAHASAN senam hamil pada kelompok perlakuan (Pvalue =
0.001 dan α=0.05). Penurunan kecemasan pada ibu
Hasil analisi univariat menunjukkan hamil primigravida pada kelompok kontrol sebesar
bahwa proporsi usia respondent terbanyak pada 4.07.
kelompok kontrol adalah 20-35 tahun sebanyak Tabel diatas menunjukkan ada perbedaan
87 % dan kelompok perlakuan ada 70,9 %. secara bermakna kecemasa pada ibu hamil
Variabel pendidikan pada kelompok kontrol primigravida setelah perlakuan pada kelompok
paling banyak pada pendidikan tinggi 83%, perlakuan dan kontrol (pvalue= 0,001 dan α =
sedangkan pada kelompok perlakuaan paling 0,05)

10 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Hubungan Keikutsertaan Senam Hamil

Tabel 2
Kecemasan pada ibu hamil primigravida sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol setelah perlakuan di Puskesmas wilayah Barat

Variabel Kecemasan N Mean Pvalue 95%CI


Kelompok Intervensi 15 19 0,001 3.8 – 7.8
Kelompok Kontrol 15 13.2

PEMBAHASAN persalinan. Namun dikarenakan sudah banyak


fasilitas kesehatan yang melakukan promosi
Umur kesehatan terutama tentang ibu hamil, seluruh
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui kalangan masyarakat dapat mengetahui informasi
bahwa tidak ada hubungan antra umur dengan tentang kehamilan dan persalinan melalui tenaga
kejadian cemas Pvalue 0,750. Hamil pada umur kesehatan dan seiring dengan perkembangan
kurang dari 20 tahun merupakan umur yang zaman, informasi yang dibutuhkan dapat diterima
dianggap terlalu muda untuk bersalin. Baik secara melalui media publik seperti televisi, majalah,
fisik maupun psikologis, ibu hamil belum tentu ataupun internet.8
siap menghadapinya sehingga gangguan kesehatan
selama kehamilan bisa dirasakan berat. Hal ini Pekerjaan Ibu
akan meningkatkan kecemasan yang dialaminya. Pekerjaan ibu berkaitan dengan aktivitas
Demikian juga yang terjadi pada ibu hamil dengan yang di lakukan ibu hamil. Aktivitas yang berat
umur lebih dari 35 tahun, umur ini digolongkan membuat resiko keguguran dan kelahiran prematur
pada kehamilan beresiko tinggi dimana keadaan lebih tinggi karena kurang asupan oksigen pada
fisik sudah tidak prima lagi seperti pada umur 20- plasenta dan mungkin terjadi kontraksi dini.
35 tahun. Di kurun umur ini, angka kematian ibu Aktivitas atau latihan ringan yang dilakukan ibu
melahirkan dan bayi meningkat, sehingga akan hamil akan membantu mempertahankan kehamilan.
meningkatkan kecemasan.4,5 Ibu hamil yang melakukan aktifitas ringan terbukti
menurunkan risiko bayi lahir prematur. Maka dapat
Pendidikan Ibu dikatakan bahwa ibu yang bekerja akan mengalami
Tingkat pendidikan merupakan salah satu kecemasan lebih tinggi dari ibu yang tidak bekerja
aspek sosial yang dapat mempengaruhi tingkah dikarenakan aktifitas yang dilakukan lebih banyak
laku manusia. Pendidikan akan mempengaruhi dan dikhawatirkan dapat berpengaruh kepada janin
seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dalam kandungan.
yang datang dari luar. Orang yang mempunyai Sebagai tenaga kesehatan, bidan harus
pendidikan lebih tinggi akan memberikan respon mengingatkan kembali kepada ibu tentang pola
yang lebih rasional dibandingkan mereka yang aktifitas yang baik untuk ibu sehingga tidak
tidak berpendidikan tidak mampu menghadapi terjadi suatu masalah pada saat kehamilan maupun
suatu tantangan dengan rasional . Sebaliknya persalinan.4,7
rendahnya pendidikan akan menyebabkan
seseorang mengalami stres, dimana stres dan Senam Hamil
kecemasan yang terjadi disebabkan kurangnya Hasil analisis Faktor yang berhubungan dengan
informasi yang didapatkan orang tersebut.6,7 kecemasan primigravida menghadapi persalinan
Pendidikan memang seharusnya menunjukkan ada hubungan antara keikutsertaan
berpengaruh terhadap kecemasan menghadapi senam hamil dengan kecemasan primigravida

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 11


Hubungan Keikutsertaan Senam Hamil

menghadapi persalinan Pvalue= 0,001 (p<0,005) memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kondisi
Artinya ada perbedaan tingkat kecemasan ibu hamil. Saat ibu hamil melakukan latihan
antara ibu primigravida yang mengikuti senam pernafasan, khususnya pernafasan dalam, mereka
hamil dan yang tidak mengikuti senam hamil. merasakan nafasnya menjadi lebih teratur, ringan,
Kondisi itu menunjukkan bahwa senam hamil efektif tidak tergesa-gesa, dan panjang. Latihan penguatan
mengurangi kecemasan menghadapi persalinan. dan peregangan otot juga berdampak pada
Senam hamil merupakan sebagian dari latihan berkurangnya ketegangan pada ibu hamil. Di akhir
yang bisa membantu ibu hamil dalam meningkatkan program senam hamil, terdapat latihan relaksasi
kondisi fisiologis dan psikologisnya. Hasil penelitian yang menggabungkan antara relaksasi otot dan
ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh relaksasi pernafasan. Pada latihan ini, ibu hamil
Rastegari (2005) yang menyatakan bahwa latihan melakukannya sambil membayangkan keadaan
yang dilakukan selama kehamilan akan menolong bayi di dalam perut baik-baik saja. Hal ini cukup
ibu dalam menghadapi stress dan kecemasan. membawa pengaruh relaksasi, bahwa dengan
Seorang ibu hamil primigravida yang akan bersalin membayangkan sesuatu yang menyenangkan dapat
untuk pertama kalinya biasaya memiliki ketakutan membuat tubuh menjadi rileks.
terhadap cerita dari lingkungannya mengenai Semakin sering ibu hamil melakukan senam
persalinan sehingga berdampak pada kecemasan akan hamil semakin berkurang tingkat kecemasannya
ketidaktahuan tentang persalinan tersebut. Stress dalam menghadapi persalinan dan sebaliknya
dapat menimbulkan beberapa reaksi dalam tubuh jika tidak pernah melakukan senam hamil maka
ibu hamil. Kecemasan yang terjadi terus menerus kecemasan ibu hamil akan meningkat.
dapat menyebabkan syaraf simpatetik memacu kerja Pada latihan senam hamil terdapat teknik
pernafasan paru-paru guna mengalirkan oksigen ke relaksasi yang dapat mengurangi kecemasan,.
jantung sehingga jantung dengan kuat memompa Maka relaksasi dapat menekan rasa tegang dan
darah guna dialirkan ke seluruh tubuh, termasuk cemas.1,2,4,9,10
yang dialirkan ke dalam janin melalui plasenta
dalam rahim ibu. Kecemasan yang dirasakan ibu KESIMPULAN
hamil dapat menyebabkan aktivitas kesehariannya
menjadi terganggu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Pada kelompok perlakuan, tingkat kecemasan di Puskesmas kecamatan wilayah Barat tahun 2015
mengalami penurunan setelah melakukan senam didapatkan : ada penurunan rata-rata kecemasan pada
hamil. Hal ini dikarenakan kelompok perlakuan ibu primigavida sebelum dan sesudah dilakukan
cukup disiplin dalam melakukan senam hamil intervensi (P value 0,001, 95% CI 3.8 – 7.8)
baik di tempat penelitian maupun di rumah. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh SARAN
Larasati (2010) yang menemukan bahwa ibu hamil
yang rutin melakukan senam hamil akan memberi Saran yang diberikan adalah diharapkan
kontribusi besar untuk kelancaran proses persalinan. ibu hamil lebih aktif mengikuti kelas ibu hamil,
Dalam penelitian ini, senam hamil terbukti sehingga pengetahuan yang diperoleh juga
memiliki dampak positif dalam menyeimbangkan semakin bertambah sehingga mampu mengurangi
kondisi psikologis ibu hamil. Tiga komponen inti kecemasan, dan mampu merencanakan persalinan
senam hamil (latihan pernafasan, latihan penguatan dengan lebih baik. Puskesmas Diharapkan lebih
dan peregangan otot, serta latihan relaksasi) intensif dalam mensosialiasikan kelas ibu hamil,
ternyata mengandung efek relaksasi pernafasan dan memberikan motivasi kepada semua ibu hamil
dan relaksasi otot. Ketiga komponen inti tersebut agar dapat mengikuti kelas ibu hamil.

12 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Hubungan Keikutsertaan Senam Hamil

DAFTAR PUSTAKA 6. Wulandari, P & Yogi. 2006. “Keikutsertaan


Senam Hamil sebagai Pelayanan Prenatal
1. Larasati, M. & Kumolohadi, R. 2010. dalam Menurunkan Kecemasan Menghadapi
“Kecemasan menghadapi masa persalinan Persalinan”. Skripsi FK UNAIR
ditinjau dari keikutsertaan ibu dalam senam 7. Anggraeni, R. 2010. “Karakteristik Ibu
hamil”. Laman web : http://psychology.uii. Hamil Yang Mengalami Kecemasan Dalam
ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah- Menghadapi Persalinan”. Laman Web: http://
publikasi-03320104.pdf. [diakses 2 Februari library.usu.ac.id. [diakses 14 Januari 2015]
2015] 8. Kushartanti. 2004. “Senam Hamil
2. Maimunah. 2009. “Kecemasan ibu hamil Menyamankan Kehamilan Mempermudah
menjelang persalinan pertama”. Laman Persalinan”. Yogyakarta: Lintang Pustaka.
web:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ 9. Widyawati & Syahrul, F. 2013. “Pengaruh
humanity/article/viewFile/830/866_umm_ Senam Hamil terhadap proses persalinan dan
scientific_journal.pdf. [diakses 2 Februari statud kesehatan Neonatus”. Jurnal Berkala
2015] Epidemiologi. 10 (1): 20 – 24.
3. Andriana, E. 2006. “Melahirkan Tanpa Rasa 10. Rastegari, R. N. E. C. (dicari 2005). Ency-
Sakit dengan Metode Hypnobirthing”. Jakarta; clopedia of Nursing and Allied Health.. www.
Bhuana Ilmu Populer findarticles.com
4. Puty, Inka dan Wibowo,A. 2012 “Pengaruh
Keikutsertaan Senam Hamil Terhadap
kecemasan”. Jurnal kesmas, 1(1): 8-12.
5. Wijayanti, W.2011. “Hubungan Senam Hamil
dengan Kejadian Persalinan Lama di RPAD
Gatot Soebroto Ditkesad, Jakarta Pusat
Tahun 2009-2010”. Jurnal Berkala Kesehatan
Masyarakat. 3(1): 4-8.

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 13


Efektivitas Akupresur Selama Persalinan

EFEKTIVITAS AKUPRESUR SELAMA


PERSALINAN
(STUDI TINJAUAN PUSTAKA)

Diyah Tepi Rahmawati 1), Indra Iswari 2)


1)
Mahasiswa Magister Kebidanan UNPAD Bandung,
Dosen Akbid Dehasen
2)
Dosen Akbid Dehasen Bengkulu

email: cecoatepay@gmail.com

ABSTRACT

Background: Most women have experience dealing with labour pain and delivery process. Traditional
selecting method such as acupressure can be used to reduce pain labour that has conducted in acupoints.
The aim of this article is to examine acupressure effectively that can be reduce pain labour. Method: This
article uses literature review from database such as Cochrane Library 2011, Proquest and Science Direct
with the theme acupressure in labour. Results: Pain labour occurs due to uterine contractions, cervical
dilation and thinning, as well as a decrease in the fetus during labor. It makes increasing blood pressure,
pulse, respiration, perspiration, pupil diameter, and tension in the muscles. Acupressure can facilitate the
delivery process for improving the effectiveness of the contractions of the uterus. It also helps produce
endorpine which serves to reduce the pain. It has no side effects or harm to patients and can be performed
by midwives, nurses and husband during labour. Conclusion: Most women choose acupressure as a method
to reduce pain labour. It is due to cheap, easily to learn and quite effective to reduce pain labour. However,
further study about acupressure effectively should be done to get more valid results.
Keywords: acupressure, pain, delivery, method, traditional, alternative

ABSTRAK

Latar Belakang: Banyak wanita mengalami nyeri selama persalinan dan melahirkan. Pemilihan
metode tradisional seperti akupresur mampu mengurangi nyeri persalinan yang dilakukan di beberapa titik
akupuntur. Tujuan artikel ini adalah mengkaji efektivitas akupresur yang digunakan untuk mengurangi
rasa nyeri selama persalinan. Metode: Artikel ini menggunakan metode studi tinjauan pustaka dari
jurnal ilmiah dengan tema akupresur pada persalinan. Jurnal yang ditelaah dalam artikel ini berasal dari
The Cochrane Library 2011, Proquest dan Science Direct. Hasil: Nyeri yang terjadi selama persalinan
diakibatkan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Hal ini

14 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Efektivitas Akupresur Selama Persalinan

mengakibatkan naiknya tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan
pada otot. Akupresur dapat memudahkan proses persalinan karena meningkatkan efektivitas kontraksi pada
uterus. Akupresur juga membantu memproduksi hormon endorpine yang berfungsi mengurangi rasa sakit.
Metode ini tidak memiliki efek samping atau kerugian pada pasien dan dapat dilakukan oleh bidan, perawat
maupun suami selama persalinan. Kesimpulan: Banyak ibu memilih akupresur sebagai metode penghilang
rasa nyeri selama persalinan, metode ini disebabkan karena murah, mudah dipelajari, dan cukup efektif
untuk mengurangi nyeri selama persalinan namun studi lanjutan mengenai efektifitas akupresur masih perlu
dilakukan untuk hasil yang lebih valid.
Kata Kunci: akupresur, nyeri, persalinan, metode, tradisional, alternatif

PENDAHULUAN Brown, Douglas dan Flood (2001, dikutip dari 3)


tentang metode nonfarmakologi yang digunakan
Banyak wanita mengalami nyeri selama untuk menghilangkan nyeri selama persalinan.
persalinan dan melahirkan. Pemilihan metode Metode tersebut antara lain relaksasi, teknik
tradisional seperti akupresur mampu mengurangi pernapasan, fokus perhatian, musik, dukungan
nyeri persalinan yang dilakukan di beberapa titik dan informasi, stimulasi cutaneus, massage,
akupuntur. Menurut Tiran (2006 dikutip dari akupresur dan TENS (ranscutaneous electrical
1) meningkatnya metode pengobatan alternatif nerve stimulation). Diantara metode-metode yang
disebabkan karena ketidakpuasan terhadap disebutkan diatas, akupresur merupakan salah
pengobatan medis konvensional dan adanya satu metode yang paling efektif mengurangi nyeri
kepercayaan bahwa pengobatan medis memiliki persalinan.
efek samping. Akupresur adalah metode akupuntur tanpa
Akupresur dapat memudahkan proses jarum yang berasal dari pengobatan tradisional
persalinan karena meningkatkan efektivitas China. Metode akupresur menggunakan tangan
kontraksi pada uterus. Akupresur juga membantu untuk memijat bagian-bagian tubuh tertentu pada
memproduksi hormon endorpine yang berfungsi titik-titik akupuntur. Titik-titik yang berhubungan
mengurangi rasa sakit. Metode ini tidak memiliki dengan persalinan adalah SP6 dan LI4.(3)
efek samping atau kerugian pada pasien dan dapat
dilakukan oleh bidan, perawat maupun suami METODE
selama persalinan.(2)
Dengan menggunakan studi literatur, tujuan Artikel ini menggunakan metode tinjauan
artikel ini adalah mengkaji efektifitas akupresur pustaka dari jurnal ilmiah dengan tema akupresur
selama persalinan. pada persalinan. Jurnal yang ditelaah dalam artikel
Cluet (2002 dikutip dari 1) membagi metode ini berasal dari The Cochrane Library 2011,
alternatif atau non medis menjadi enam kategori, Proquest dan ScienceDirect.
yaitu: 1) mind-body seperti yoga, hipnosis, dan Penulisan dalam artikel ini merujuk pada
terapi relaksasi; 2) metode alternative seperti gaya penulisan Vancouver. Gaya penulisan
Homoepathy dan pengobatan tradisional China; Vancouver sering digunakan dalam jurnal medis.(4)
3) metode penyembuhan manual seperti pijat dan
refleksiologi; 4) penyembuhan secara farmakologik HASIL DAN PEMBAHASAN
dan biologik; 5) bioelektromagnetik seperti magnet;
dan 6) pengobatan herbal. Tinjauan pustaka dari empat database yang
Hal yang sama juga dikemukakan oleh dilakukan oleh Smith, Collins, Crowther dan Levett

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 15


Efektivitas Akupresur Selama Persalinan

tahun 2011 tentang akupuntur dan akupresur dalam Sejarah Akupresur


manajemen nyeri persalinan menyimpulkan bahwa Akupresur adalah metode akupuntur tanpa
akupuntur dan akupresur mungkin berperan dalam jarum yang berasal dari pengobatan tradisional
mengurangi rasa nyeri, meningkatkan kepuasan dan China 500 tahun silam. Akupresur adalah metode
mengurangi penggunaan metode farmakologi.(5) penyembuhan menggunakan tangan untuk memijat
Tujuan dari studi pustaka yang dilakukan bagian-bagian tubuh tertentu pada titik-titik
oleh Smith dkk adalah menguji bukti-bukti yang akupuntur (acupoint).(2,3)
mendukung akupuntur dan akupresur sebagai Berasal dari ajaran Taoisme, akupresur
metode manajemen nyeri selama persalinan. Data dikenal sebagai ilmu penyembuhan berdasarkan
yang digunakan berasal The Cochrane Pregnancy keseimbangan. Seseorang dianggap sehat bila
and Childbirth Group’s Trials Register and The terdapat keseimbangan antara Yin (manusia) dan
Cochrane Complementary Medicine Field’s Trials Yang (alam). Sebaliknya, sakit adalah terjadinya
Register (Oktober 2010), The Cochrane Central ketidakseimbangan antara unsur-unsur Yin dan
Register of Controlled Trials (The Cochrane Yang.(2)
Library 2010, Issue 4), MEDLINE (1996 sampai
oktober 2010) dan CINAHL (1980 sampai Nyeri Persalinan
Oktober 2010). Variabel yang diukur dalam Defenisi nyeri menurut Potter dan Perry
tinjauan ini adalah intensitas nyeri, kepuasan dari (2005, dikutip dari 3) adalah sensasi rasa yang
kurangnya nyeri, penggunaan metode farmakologi dirasakan oleh subjek dan berbeda-beda pada tiap
dalam mengurangi nyeri, relaksasi, angka cesar, individu. Nyeri dipengaruhi oleh faktor psikososial,
peningkatan oksitosin, lama persalinan dan kultural, dan hormon endorpine.
kecemasan.(5) Nyeri merupakan kondisi yang sangat
Kesimpulan yang sama juga dikemukakan dikhawatirkan oleh wanita saat persalinan. Pemilihan
oleh Robinson et al. (dikutip dari 6) bahwa metode nonfarmakologi disebabkan karena murah,
akupresur lebih efektif untuk mengurangi rasa mudah, efektif dan tidak menimbulkan efek
nyeri persalinan. Robinson et al. melakukan samping selama persalinan. Selain itu, seorang ibu
reviuw secara sistematik terhadap enam percobaan dapat dengan leluasa mengontrol perasaannya dan
acak terkontrol dan meriviu beberapa studi yang meningkatkan kepuasan selama persalinan.(2)
menggunakan metode pengobatan tanpa acak Menurut Bobak dkk (2004, dikutip dalam
atau kelompok kontrol atau kurangnya kelompok 3) faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri selama
kontrol. persalinan antara lain: 1) budaya individu; 2)
Walaupun banyak ibu memilih akupresur Emosi mulai dari rasa cemas sampai rasa takut;
sebagai metode penghilang rasa nyeri selama 3) pengalaman masa lalu; 4) persiapan persalinan;
persalinan, penelitian mengenai efektifitas dan 5) sistem yang mendukung.
akupresur masih perlu dilakukan. Studi yang Tiga komponen dasar dalam akupresur
dilakukan oleh Levet, Smith, Dahlen, dan adalah: energi vital, sistem meridian dan lintasannya
Bensoussan menyimpulkan bahwa teknik akupresur dan titik akupresur, fungsi dan lokasinya.
yang dilakukan pada wanita bersalin masih simpang Menurut Sukanta (2008, dalam 3) energi
siur. Namun banyaknya wanita yang menggunakan vital adalah materi kehidupan yang berasal dari sari
akupresur selama persalinan memberikan efek makanan, minuman dan udara serta dipengaruhi
yang menjanjikan dari penggunaan metode ini oleh lingkungan. Sistem meridian adalah saluran
untuk mengurangi nyeri. Rekomendasi dari Studi energi vital yang yang mengalir di seluruh bagian
ini adalah penelitian lanjutan mengenai efektivitas tubuh dan berada dipermukaan kulit dan bagian
akupresur nyeri persalinan.(7) dalam tubuh.

16 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Efektivitas Akupresur Selama Persalinan

Nyeri yang terjadi selama persalinan KESIMPULAN


diakibatkan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan
serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Nyeri merupakan kondisi yang paling dicemaskan
Hal ini mengakibatkan naiknya tekanan darah, oleh wanita selama persalinan. Pemilihan metode ini
denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, disebabkan karena murah, mudah dipelajari, dan cukup
dan ketegangan pada otot.(8) efektif untuk mengurangi nyeri selama persalinan.
Titik akupresur yang berkaitan dengan Dari beberapa studi tentang efektivitas
persalinan adalah SP6 dan LI4. Titik SP6 adalah akupresur, penggunaan metode ini sangat
titik yang terletak empat jari diatas mata kaki. menjanjikan karena banyaknya wanita yang
Sedangkan titik LI4 adalah titik yang terletak antara memilih metode ini. Namun studi lanjutan
tulang metacarpal pertama dan kedua pada bagian mengenai efektifitas akupresur perlu dilakukan
distal lipatan kedua tangan (gambar 1). untuk hasil yang lebih valid.

Menurut Dibble et al. titik SP6 dan titik LI4 UCAPAN TERIMA KASIH
merupakan titik rahim. Penekanan pada kedua
titik ini akan memperbaiki ketidakseimbangan Artikel ini berhasil disusun atas kerja sama
energi, memperlancar aliran darah yang tersumbat dan saran dari berbagai pihak yang tidak bisa
disepanjang meridian.(3) disebutkan satu persatu namanya. Terima kasih
Manfaat akupresur menurut Dibble et kepada Prodi Kebidanan Universitas Padjadjaran
al. (2007 dikutip dalam 3 ) adalah mencegah Bandung dan Institusi Akademi Kebidanan
masuknya sumber penyakit, ketahanan tubuh, Dehasen atas arahan dan dukungan yang tiada
penyembuhan, rehabilitasi dan promotif. hentinya diberikan kepada penulis.

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 17


Efektivitas Akupresur Selama Persalinan

DAFTAR PUSTAKA 5. Smith CA, Collins CT, dan Crowther CA,


Levett KM. Acupuncture or Acupressure
1. Van Der Putten D, Fallon A, Devane D, for Pain Management in Labour. Cochrane
Cullinane F, dan Doherty L. Complementary and Database of Systematic Review 2011. Diakses
Alternative Therapies for Shortening Labour. dari http://onlinelibrary.wiley.com.ezproxy.
Cochrane Database of Systematic Review 2012. ugm.ac.id/doi/10.1002/14651858.CD009232/
Diakses dari http://onlinelibrary.wiley.com. pdf (pada tanggal 23 Agustus 2014)
ezproxy.ugm.ac.id/doi/10.1002/14651858. 6. Selfridge N. Acupressure: The evidence presses
CD009626/pdf (pada tanggal 25 Agustus on. Alternative Medicine Alert 2012. Diakses dari
2014) http://search.proquest.com/docview/1018546725?
2. Akper PPNI Surakarta. Teknik Akupresur accountid=13771 (pada tanggal 25 Agustus 2014)
Untuk Mengatasi Nyeri Persalinan. Diakses 7. Levett KM, Smith CA, Dahlen HG, dan
dari http://www.akperppni.ac.id/tehnik- Bensoussan A. Acupuncture and Acupressure
akupressur-untuk-mengatasi-nyeri-persalinan. for Pain Management in Labour and Birth: A
html (pada tanggal 25 Agustus 2014) Critical Narrative Review of Current Systematic
3. Budiarti KD. Hubungan Akupresur dengan Review Evidence. Complementary Therapies
Tingkat Nyeri dan Lama Persalinan Kala in Medicine 2014; 22 (523-540). Diakses dari
I pada Ibu Primipara di Garut. Fakultas http://dx.doi.org/10.1016/j.ctim.2014.03.011
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (pada tanggal 25 Agustus 2014)
2011. Diakses dari http://lib.ui.ac.id/ 8. Handayani R, Winarni dan Sadiyanto. Pengaruh
file?file=digital/20281670T%20K.%20 Massage Effleurage Terhadap Pengurangan
Dewi%20Budiarti.pdf (pada tanggal 26 Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
Agustus 2014) Pada Primipara di RSIA Bunda Arif Purwokerto
4. The University of Queensland. References/ Tahun 2011. Jurnal Kebidanan 2013; V (01).
Bibliography Vancouver style. Diakses dari Diakses dari http://journal.akbideub.ac.id/
https://www.library.uq.edu.au/training/citation/ index.php/jkeb/article/view/114. (pada tanggal
vancouv.pdf. (pada tanggal 26 Agustus 2014) 27 Agustus 2014)

18 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Determinan Penggunaan Fasilitas Kesehatan

DETERMINAN PENGGUNAAN
FASILITAS KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA DI INDONESIA:
ANALISIS SURVEI KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA INDONESIA 2007

Ni Komang Yuni Rahyani1), Mohammad Hakimi2),


Siswanto Agus Wilopo2), Adi Utarini 2), Tiara Marthias2),
Ketut Sri Muliari3), Komang Suratni3)
1)
Jurusan kebidanan Politeknik Kesehatn Denpasar
2)
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3)
Ketua Pengurus Cabang Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kota
Denpasar

ABSTRACT

Maternal morbidity and mortality as well as high infant in Indonesia with regard to the health status
of women since adolescence . It is not certain the effectiveness of sexual and reproductive health services
for adolescents in health care facilities in Indonesia , because of the program is deemed to be controversial
. The adolescent who were engaged in risk behavior will have negative impact to their future. It should
be analyzed predictors of utilization of sexual and reproductive health services by adolescents in health
facilities in Indonesia . To analyze predictors of utilization of sexual and reproductive health services
by adolescents in Indonesia, in Java and Bali areas with regions outside Java and Bali using the data
Adolescent Reproductive Health Survey in Indonesia 2007. Secondary data analysis based on Adolescent
Reproductive Health Survey in Indonesia (2007) with Logistic regression analysis using the STATA
program. A total of 6,289 adolescents aged 15-24 who are in Java - Bali and adolescents from 13,438 in
addition to the Java- Bali region included in the study. Adolescents who were live in Java – Bali areas
have higher socioeconomic level than outside Java-Bali areas ( 28.5 % vs. 20.4 % ), less gain information
about STDs from health care workers ( 50.0 % vs. 63.9 % ). Received hormonal contraception in health
care facilities between 1.8 % - 5.2 % in the Java - Bali and outside Java - Bali. Teens avoid health care
facilities to obtain contraceptive services ( OR = 0.03 ; 95 % CI = 0.01 to 0.14 ) and the p value < 0,001.
Awareness of youth and health personnel have a major contribution to sexual and reproductive health of
adolescents in the future .
Key words: adolescents, utilisation, survey, reproductive and sexual health care facilities.

ABSTRAK

Angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi yang tinggi di Indonesia berkaitan dengan status
kesehatan perempuan sejak masa remaja. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti efektivitas
pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia,

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 19


Determinan Penggunaan Fasilitas Kesehatan

karena program ini dianggap masih kontroversi. Hampir seperempat populasi penduduk di dunia termasuk
di Indonesia adalah penduduk berusia remaja, yang rentan berperilaku berisiko, terutama penyalahgunaan
narkotika dan perilaku seks pranikah. Perlu dianalisis prediktor pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
reproduksi dan seksual oleh remaja di fasilitas kesehatan di Indonesia. Untuk menganalisis prediktor
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual oleh remaja di Indonesia, di daerah Jawa
dan Bali dengan daerah di luar Jawa dan Bali menggunakan data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
Indonesia tahun 2007. Analisis data sekunder yaitu data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI) 2007 menggunakan analisis Logistik Regresi dengan program STATA, untuk mencari prediktor
utama pemanfaatan fasilitas kesehatan reproduksi dan seksual remaja di fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia. Sebanyak 6.289 remaja berusia antara 15-24 tahun yang berada di Jawa - Bali serta 13.438
remaja dari wilayah selain Jawa-Bali dimasukkan dalam studi. Remaja di wilayah Jawa-Bali lebih banyak
dengan tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi (28,5% vs 20,4%), lebih sedikit memperoleh informasi
tentang PMS dari petugas kesehatan (50,0% vs 63,9%). Kontrasepsi hormonal yang diterima di fasilitas
pelayanan kesehatan antara 1,8% - 5,2% di wilayah Jawa-Bali serta di luar Jawa-Bali. Remaja menghindari
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi (OR=0,03; 95%CI=0,01 – 0,14)
dan p value <0,001. Kesadaran remaja dan petugas kesehatan memiliki kontribusi besar bagi kesehatan
reproduksi dan seksual remaja di masa mendatang.
Kata kunci: remaja, penggunaan, survei, fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual

PENDAHULUAN di fasilitas kesehatan dasar. Faktor-faktor


yang mempengaruhi akses remaja mencari
Masa remaja merupakan masa transisi pelayanan kesehatan, termasuk: etnis, rendahnya
yang memerlukan perhatian khusus, karena cakupan asuransi, jadwal klinik yang terbatas,
mengalami perubahan-perubahan fisik, psikologis, keterbatasan transportasi, sikap dan perilaku
dan sosial yang sangat cepat. Pesatnya perubahan para profesional, serta rendahnya kepastian
fisik tidak diiringi dengan kemampuan berpikir akan jaminan kerahasiaan4. Pelayanan kesehatan
logis, lemahnya kemampuan mengatur emosi, reproduksi remaja di Indonesia masih terbatas
serta rentan terhadap pengaruh teman sebayanya pada kegiatan konseling dan testing mandiri (VCT-
1. Dengan demikian, banyak remaja yang terlibat voluntary counceling and testing), pengobatan dan
dalam perilaku berisiko, diantaranya: merokok, HIV/AIDS. Pemerintah tidak dapat menyediakan
menggunakan obat-obatan terlarang, menjadi alat/cara kontrasepsi untuk remaja yang sudah
anggota geng, berjudi, melakukan hubungan seks seksual aktif dan belum menikah karena dianggap
pranikah pada usia yang lebih dini 2. ilegal5,6.
Sampai saat ini, pemerintah dan organisasi-
organisasi non-pemerintah telah melakukan KERANGKA STUDI DAN TUJUAN
berbagai kegiatan kesehatan reproduksi bagi PENELITIAN
remaja yang berbasis di sekolah, masyarakat,
bahkan di keluarga3. Namun, program-program Berdasarkan masalah tersebut, peneliti
tersebut belum memberikan hasil optimal, ingin menggali pemanfaatan pelayanan kesehatan
karena rendahnya pelaksanaan evaluasi reproduski dan seksual bagi remaja di Indonesia,
program, dan kelemahan pendokumentasian. dengan membandingkan daerah atau wilayah
Pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual dengan infrastruktur yang lebih baik dengan
bagi remaja belum menjadi program prioritas yang kurang baik. Kondisi geografis Indonesia

20 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Determinan Penggunaan Fasilitas Kesehatan

yang merupakan negara kepulauan, memberikan Hipotesis penelitian yang dibuat berdasarkan
kontribusi besar dalam pemerataan pelayanan pemaparan di atas, adalah:
kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja. 1. Pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi
Penelitian dilakukan pada wilayah Jawa-Bali dan seksual oleh remaja di Jawa- Bali lebih
dan di luar Jawa-Bali, menggunakan data Survei tinggi jika dibandingkan dengan di luar Jawa-
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia Bali.
(SKRRI) tahun 2007 6. Dengan demikian, 2. Remaja dengan riwayat pernah mendapat
gambaran utilisasi pelayanan kesehatan reproduksi informasi tentang PMS oleh tenaga kesehatan,
bagi remaja di Indonesia dapat ditemukan. seperti: gejala bisul dan pengeluaran nanah
Variabel dari studi ini berdasarkan data dari alat kelamin serta ingin menggunakan
SKRRI 2007, di antaranya: jenis kelamin, kontrasepsi akan meningkatkan pemanfaatan
pendidikan, sosial ekonomi, tempat tinggal, sumber fasilitas pelayanan kesehatan.
informasi mengenai penyakit menular seksual
(PMS), penggunaan kontrasepsi serta penggunaan METODE
fasilitas kesehatan untuk pelayanan kontrasepsi
bagi remaja. Tujuan studi ini untuk menggali Rancangan studi ini adalah survei
prediktor utilisasi pelayanan kesehatan reproduksi menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
dan seksual bagi remaja di Indonesia menggunakan data SKRRI tahun 2007. Sampel dalam penelitian
data SKRRI tahun 2007. ini adalah remaja berusia antara 15 sampai 24 tahun.
Kerangka konsep penelitian dijabarkan pada SKRRI 2007 dilaksanakan di seluruh provinsi di
Gambar 1 di bawah. Indonesia, sebanyak 33 provinsi. Data dipilih dari

Gambar 1.
Kerangka konsep hubungan antara variabel bebas dan variabel luar dengan pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual remaja.

Variabel bebas:
1. Informasi tentang tanda/gejala Variabel terikat:
penyakit menular seksual (PMS): Penggunaan fasilitas pelayanan
a. abses kesehatan reproduksi dan kontrasepsi
b. pus remaja ke fasilitas pelayanan
2. penggunaan kontrasepsi remaja di kesehatan antara area Jawa- Bali dan
fasilitas kesehatan luar Jawa-Bali

Variabel luar:
1. Jenis kelamin,
2. Tingkat pendidikan,
3. Tempat tinggal,
4. Sosial ekonomi.

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 21


Determinan Penggunaan Fasilitas Kesehatan

tingkat provinsi sampai rumah tangga, analisis banyak yang memanfaatkan fasilitas pelayanan non
multivariabel menggunakan regresi logistik, dan kesehatan jika dibandingkan dengan remaja laki-
program analisis yang digunakan adalah STATA. laki baik di Jawa-Bali maupun di luar Jawa-Bali
Data yang dianalisis berdasarkan data dari SKRRI (77,0% vs 62,8% dan 80,6% vs 58,6%), walaupun
tahun 2007, meliputi: variabel sosiodemografi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
(informasi tentang tanda/gejala penyakit menular (p>0,05).
seksual (PMS), dan penggunaan kontrasepsi remaja Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan
di fasilitas pelayanan kesehatan), jenis kelamin, dari pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi reproduksi dan seksual antara remaja dengan
dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pendidikan (dasar, menengah dan tinggi)
reproduksi dan kontrasepsi remaja ke fasilitas baik di Jawa-Bali dengan di luar Jawa-
pelayanan kesehatan antara area Jawa-Bali dan di Bali (p>0,05). Pemanfaatan fasilitas pelayanan
luar Jawa-Bali. kesehatan reproduksi dan seksual berkisar dari
Variabel terikat adalah penggunaan fasilitas 20,3% - 28,3%. Begitu juga dengan status sosial
pelayanan kesehatan reproduksi dan kontrasepsi ekonomi remaja, tidak menunjukkan perbedaan
remaja ke fasilitas pelayanan kesehatan antara area yang signifikan dalam pemanfaatan fasilitas
Jawa-Bali dan di luar Jawa-Bali. Variabel bebas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual. Lebih
adalah informasi tentang tanda/gejala penyakit dari 2/3 remaja memanfaatkan fasilitas pelayanan
menular seksual (PMS) seperti: abses dan pus non kesehatan untuk mendapatkan pengobatan atau
yang pernah dialami responden, dan penggunaan penanganan menyangkut kesehatan reroduksi dan
kontrasepsi remaja di fasilitas kesehatan. Data seksual.
diperoleh dari data SKRRI 2007 mencakup Lebih dari 60,0% remaja di luar Jawa-
pengetahuan tanda gejala PMS terutama pengeluaran Bali yang mendapatkan informasi dari tenaga
nanah dan adanya bisul pada alat kelamin remaja, kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan
serta akses remaja untuk mendapatkan pelayanan seksual yang memanfaatkan jasa atau mencari
kontrasepsi di fasilitas kesehatan.Variabel antara pertolongan kepada tenaga kesehatan. Terdapat
berupa karakteristik responden, mencakup: jenis perbedaan yang sangat signifikan mengenai upaya
kelamin, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan memperoleh pertolongan dari tenaga kesehatan
sosial ekonomi. Tingkat pendidikan dibedakan pada remaja yang sebelumnya memperoleh
menjadi tingkat pendidikan dasar, menengah informasi dari tenaga kesehatan (p<0,00). Lebih
dan tinggi. Tingkat sosial ekonomi keluarga atau dari 70,0% remaja di Jawa-Bali yang melaporkan
orangtua dibedakan menjadi sosial ekonomi tinggi pernah mendapat informasi tentang tanda PMS
dan rendah. seperti: keluar nanah dari alat kelaminnya telah
mencari pengobatan di luar tenaga kesehatan,
HASIL DAN PEMBAHASAN dan hanya 25,0% yang mencari bantuan ke
tenaga kesehatan. Namun, terdapat perbedaan
Karakteristik responden SKRRI 2007 yang sangat signifikan antara Jawa-Bali dengan di
yang dianalisis berusia antara 15-19 tahun, luar Jawa-Bali (p<0,00). Remaja dengan riwayat
dan 20 sampai 24 tahun. Hasil menunjukkan pernah memperoleh informasi tentang gejala PMS
bahwa jumlah total populasi remaja adalah 19.727 berupa bisul pada alat kelamin di area Jawa-Bali
orang, dan remaja yang pernah memanfaatkan dan di luar Jawa-Bali, lebih dari 60,0% mencari
fasilitas pelayanan kesehatan serta non kesehatan pengobatan ke tenaga non kesehatan di bandingkan
sebanyak 1.954 orang remaja (hampir 10,0% dari dengan ke tenaga kesehatan, dan perbedaan tersebut
total populasi remaja). Remaja perempuan lebih sangat signifikan (p<0,00). Remaja yang pernah

22 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Determinan Penggunaan Fasilitas Kesehatan

menggunakan kontrasepsi hormonal lebih rendah menurut karakteristik remaja, terutama: umur, jenis
dibandingkan dengan menggunakan non hormonal, kelamin, pernah mendapat informasi tentang gejala
dan perbedaan tersebut sangat signifikan (p<0,00). PMS seperti bisul dan penggunaan kontrasepsi
Dengan demikian, terdapat perbedaan hormonal. Sedangkan, perbedaan yang sangat
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan signifikan di luar Jawa-Bali dari karakteristik jenis
reproduksi dan seksual remaja di Jawa-Bali kelamin, umur, sumber informasi terkait PMS,
Tabel 1.
Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual oleh remaja di wilayah
Jawa-Bali dan di luar Jawa-Bali (SKRRI, 2007)

Karakteristik remaja Jawa-Bali Luar Jawa-Bali


n=425 p value n=1.529 p value
Ya (%) Ya (%)
Jenis kelamin:
1 Laki-laki 32(37,2) 0,007** 113(41,4) 0,000***
2. Perempuan 78(23,0) 244(19,4)
Umur:
1. 15-19 tahun 80(26,4) 0,700 237 (22,0) 0,048*
2. 20-24 tahun 30(24,6) 120 (26,7)
Tingkat pendidikan:
1. dasar 17(27,0) 0,857 70 (28,1) 0,110
2. menengah 76(25,2) 244 (22,8)
3. tinggi 17(28,3) 43 (20,3)
Status sosial ekonomi:
1. rendah 3 (20,0) 0,210 101(26,5) 0,086
2. menengah 25(20,5) 145(24,0)
3. tinggi 82(28,5) 111(20,4)
Sumber informasi mengenai PMS:
1. tenaga kesehatan 3 (50,0) 0,174 23 (63,9) 0,000***
2. non tenaga kesehatan 107(25,5) 334(22,4)
Pernah mendengar tentang tanda PMS:
pengeluaran nanah dari alat kelamin:
1. ya 85 (25,1) 0,450 278(21,4) 0,000***
2. tidak 25 (29,1) 79 (34,6)
Pernah mendengar tentang tanda PMS:
bisul pada alat kelamin:
1. ya 41 (33,6) 0,021* 139(35,9) 0,000***
2. tidak 69 (22,8) 218(19,1)
Mencari alat kontrasepsi di tenaga kesehatan:
1. hormonal 2 (1,8) 0,000*** 24 (5,2) 0,000***
2. nonhormonal 108(34,1) 333(31,2)

Sumber: analisis dari data sekunder SKRRI (2007)


Keterangan: p<0,05*, p<0,01**, p<0,005***

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 23


Determinan Penggunaan Fasilitas Kesehatan

riwayat pernah mendengar informasi tentang PMS berupa bisul pada alat kelamin cenderung
gejala PMS berupa bisul, pengeluaran nanah meningkatkan pemanfaatan fasilitas pelayanan
darah alat kelamin, serta penggunaan kontrasepsi kesehatan sebesar 3 kali dan akan menghindari
hormonal. Pada Tabel 1 dijabarkan hasil analisis petugas kesehatan jika ingin memperoleh pelayanan
mengenai karakteristik responden dengan upaya kontrasepsi (p<0,000).

Tabel 2.
Hubungan antara variabel bebas dan variabel antara dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan reproduksi dan seksual remaja di Jawa-Bali dengan di luar Jawa-Bali

Karakteristik Jawa-Bali Luar Jawa-Bali



OR 95% CI OR 95% CI

Informasi mengenai PMS dari 1,4 0,3 – 7,4 5,9 2,7 – 12,8***
petugas kesehatan
Pernah mendengar gejala PMS:
pengeluaran nanah dari alat kelamin 1,7 0,7 – 4,1 0,9 0,6 – 1,5
Pernah mendengar gejala PMS:
bisul pada alat kelamin 3,0 1,4 – 6,6** 3,1 2,1 – 4,5***
Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal 0,0 0,0 – 0,1*** 0,1 0,1 – 0,2***

Sumber: analisis data sekunder SKKRI (2007)


Keterangan: p<0,05* , p<0,01** , p<0,005***

pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan Dari hasil yang telah diperoleh, bahwa lebih
reproduksi dan seksual di Jawa-Bali serta di luar dari 2/3 remaja yang tidak memanfaatkan fasilitas
Jawa-Bali. pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual
Hasil analisis multivariabel antara variabel di Indonesia. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
bebas dan antara dengan variabel terikat, reproduksi dan seksual oleh remaja dipengaruhi
memperoleh hasil bahwa remaja di Jawa-Bali oleh kualitas pelayanan yang ditentukan melalui
yang pernah memperoleh informasi tentang satu kesatuan susunan dari faktor-faktor yang
gejala PMS berupa bisul pada alat kelamin saling berhubungan, di antaranya: infrastruktur,
akan mencari pengobatan ke fasilitas pelayanan panduan dan standar, suplai dan obat-obatan,
kesehatan tiga kali lebih tinggi. Sebaliknya, remaja penyimpanan pencatatan, serta personel 7,8. Hasil
justru akan menghindari pemanfaatan fasilitas studi sebelumnya mendapatkan bahwa provider
pelayanan kesehatan apabila menginginkan untuk kesehatan atau pemberi pelayanan kesehatan
memperoleh pelayanan kontrasepsi hormonal reproduksi dan seksual memiliki kekuatan
(OR=0,0; 95% CI=0,0-0,1) dan perbedaan tersebut yang sangat besar terhadap klien atau remaja,
sangat signifikan (p<0,001). Kondisi di luar Jawa- terutama untuk memutuskan siapa saja yang boleh
Bali menunjukkan bahwa pemanfaatan fasilitas diberikan informasi atau perhatian medis, juga
kesehatan reproduksi dan seksual meningkat menerjemahkan bagaimana kebijakan atau
hampir 6 kali apabila remaja memperoleh informasi panduan diimplementasikan bagi remaja 9. Hal ini
mengenai PMS dari tenaga kesehatan. Remaja merupakan hambatan terbesar dalam keberhasilan
yang pernah mendengar informasi tentang gejala pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual remaja,

24 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Determinan Penggunaan Fasilitas Kesehatan

karena sering menyebabkan klien/remaja merasa Remaja di negara berkembang termasuk di


malu, cemas, atau rentan secara sosial. Masalah Indonesia berusaha menghindari petugas kesehatan
lain yang dihadapi remaja di dalam memanfaatkan atau fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi dan
fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi, baik di seksual disebabkan oleh adanya perilaku stigma
area Jawa-Bali dan area di luar Jawa-Bali adalah dan kasar dari provider. Remaja merasa ketakutan
kemampuan finansial remaja yang sangat terbatas dan dicerca atau dipermalukan oleh sikap
untuk biaya transportasi maupun konsultasi 10,11. bermusuhan dan moralistik provider yang ingin
Remaja di area Jawa-Bali yang pernah membuat perasaan remaja takut untuk seksual aktif.
memperoleh informasi tentang gejala PMS berupa Remaja perempuan akan mendapatkan perlakuan
bisul pada alat kelamin akan mencari pengobatan lebih buruk di fasilitas pelayanan kesehatan oleh
ke fasilitas pelayanan kesehatan tiga kali lebih provider dibandingkan dengan remaja laki-laki,
tinggi, dan akan menghindari pemanfaatan fasilitas yang disebabkan oleh adanya standar ganda
pelayanan kesehatan apabila menginginkan untuk gender.
memperoleh pelayanan kontrasepsi hormonal di
area Jawa-Bali serta di area luar Jawa-Bali. Petugas KESIMPULAN
kesehatan terutama dokter, perawat, dan bidan
memiliki pengaruh yang besar bagi kesehatan Remaja memiliki hak yang sama di dalam
reproduksi dan seksual remaja, karena dianggap memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi
sumber informasi terpercaya terkait isu kesehatan dan seksual yang berkualitas. Sebaliknya, para
reproduksi dan seksual12. Sejumlah studi di provider kesehatan menolak, bahkan kemungkinan
berbagai negara di dunia, mendapatkan bahwa salah menginformasikan kesehatan reproduksi dan
remaja di negara berkembang yang belum menikah seksual bagi remaja, yang akhirnya menghalangi
dan membutuhkan kontrasepsi, akan sangat sulit pemenuhan hak remaja memperoleh pelayanan
untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi tersebut. sesuai standar. Perlu diambil langkah segera terkait
Sependapat dengan hasil studi ini, bahwa pelayanan upaya pencegahan dan pengendalian masalah-
kontrasepsi bagi remaja yang belum menikah di masalah dalam kesehatan reproduksi dan seksual
Indonesia dianggap ilegal (Badan Kependudukan remaja yang disebabkan oleh perilaku berisiko
dan Keluarga Berencana Nasional et al., 2013, remaja, di samping meningkatkan kompetensi
Badan Pusat Statistik (BPS). and Macro., 2007), provider dalam memberikan konseling dan
tidak bermoral, dan tidak sesuai dengan budaya pelayanan yang berkualitas.
setempat 5,6.

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 25


Determinan Penggunaan Fasilitas Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA 7. Bruce, J. (1990) Fundamental elements of


quality of care: a simple framework. Studies in
1. Steinberg, L. (2007) Risk taking in adolescence: Family Planning, 2161-91.
New perspectives from brain and behavioral 8. Shelton, J. D. (2001) The provider perspective:
science. Current Directions in Psychological human after all. International Family Planning
Science, 16: 55-59. Perspectives, 27152-153, 161.
2. Johnson, P. B. & Malow-Iroff, M. S. (2008) 9. Lipsky, M. (1980) Street-level bureaucracy
Adolescents and Risk. Making Sense of of the individual in public services, New
Adolescent Psychology, London:Praeger. York:Russell Sage.
3. Mepham, I. (2001) A review of NGO 10. Schuler, S. R., McIntosh, E. N., Goldstein, M.
adolescent Reproductive Health Program in C. & Pande, B. R. (1985) Barriers to effective
Indonesia. Jakarta: STARH Program. family planning in Nepal. Studies in Family
4. Ryan, S., Millstein, S., Greene, B. & al., e. Planning, 16260-270.
(1996) Utilization of ambulatory health services 11. Smith, E., Murray, S. F., Yousafzai, A. K. &
by urban adolescents. Journal of Adolescent Kasonka, L. (2004) Barriers to accessing safe
Health, 18192. motherhood and reproductive health services:
5. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana the situation of women with disabilities in
Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Lusaka, Zambia. Disability and Rehabilitation,
Kesehatan, MEASURE DHS & International, 26121-127.
I. (2013) Indonesia Demographic and Health 12. Weisman, C. S., Maccannon, D. S., Henderson,
Survey 2012, Jakarta, Indonesia:BPS, BKKBN, J. T., Shortridge, E. & Orso, C. L. (2002)
Kemenkes, and ICF International. Contraceptive counseling in managed care:
6. Badan Pusat Statistik (BPS). & Macro., I. preventing unintended pregnancy in adults.
(2007) Survey Kesehatan Reproduksi Remaja. Women’s Health Issues, 1279-95.
2007. BPS & Macro International.

26 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Pengaruh Stimulasi Pendidikan Terhadap Perkembangan Kecerdasan Anak

PENGARUH STIMULASI PENDIDIKAN


TERHADAP PERKEMBANGAN
KECERDASAN ANAK USIA 3-6 TAHUN

Tessa Siswina,S.Si.T,M.Keb 1),


Prof.Dr.dr, M. Nurhalim Shahib 2), Dr.Adjat S Rasyad 3)
1)
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Pontianak
2)
Jurusan Biologi Molekuler, Universitas Padjadjaran Bandung
3)
Jurusan Magister Kebidanan, Universitas Padjdjaran
Bandung

e-mail : virshaia@yahoo.com

ABSTRACT

Among 20,87 million children in Indonesia in 2005, just 60% of them have an early education such
as Play Group, Kindergarten or other early education institution which manage by government or private
sector. This condition is very unfortunate because the children are our next nation generation. Children
quality as a person is depend on their development quality. It is affected by stimulation provided. If children
lose the opportunity to learn at an early age, their brain development will less then the average. The purpose
of this study is to determine the effect of education stimulation to intelligence development of children
at the age of 3-6 years old. This research use pre-experimental method with one group pretest-posttest
design. The samples are 30 students of Raudhatul Athfal Baiturrahman School, Tasikmalaya, Indonesia.
Samples are selected by using randomize method. Samples get education stimulation treatment during 3
(three) months (August to December 2007). Before and after treatment they took IQ test using WPPSI (The
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence) method. Data is analized by paired-samples t-test.
The result of this study show that the increasing score of verbal IQ is equal to 6.0 unit (92.1 versus 98.1)
with p value <0.001. Increasing of performance IQ is equal to 6.6 unit (104.4 versus 111.0) with p value
<0.001. Increasing of full IQ is equal to 7.5 unit (97.5 versus 105.0) with p value <0.001. The result also
show that the IQ of female childeren are increase from 100.8 to 107.5 unit (p value <0,005) and the IQ of
male childeren are increase from 94.2 versus 102.5 ( p value <0.001). As conclusion, education stimulation
have a significant influence to intelligence development at verbal IQ, performance IQ, and full IQ test for
children at the age of 3-6 years old. The IQ of female children are higher than male children.
Keywords : Stimulation, Education, Intelligence, Children

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 27


Pengaruh Stimulasi Pendidikan Terhadap Perkembangan Kecerdasan Anak

ABSTRAK

Di Indonesia, pada tahun 2005 terdapat 20,87 juta anak balita, tetapi yang mendapatkan pendidikan
dengan baik seperti pada Kelompok Bermain, Taman Bermain dan lainnya yang dikelola oleh pemerintah
maupun swasta hanya sekitar 60%, padahal anak merupakan generasi penerus suatu bangsa. Kualitas anak
tersebut tergantung pada kualitas tumbuh kembangnya, yang salah satunya dipengaruhi oleh pemberian
stimulasi. Jika seorang anak kehilangan kesempatan untuk belajar di usia dini, maka perkembangan otaknya
pun akan berlangsung di bawah rata-rata. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh stimulasi
pendidikan terhadap perkembangan kecerdasan anak usia 3-6 tahun. Penelitian ini menggunakan metode pra-
eksperimental dengan rancangan satu kelompok pretes-postes. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang
siswa Raudhatul Athfal (RA) Baiturrahman, Tasikmalaya yang dipilih berdasarkan randomisasi. Sebelum
diberikannya perlakuan, dilaksanakan tes IQ awal dengan menggunakan WPPSI (The Wechsler Preschool
and Primary Scale of Intelligence) dan kemudian diberikan perlakuan berupa stimulasi pendidikan selama
3 (tiga) bulan mulai Agustus s/d Desember 2007. Setelah selesai diberikannya perlakuan, dilaksanakan
kembali tes IQ akhir, untuk melihat adanya perkembangan kecerdasan pada anak. Data yang diperoleh
dianalisis dengan uji t dua sampel berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
nilai IQ pada saat tes awal dan tes akhir untuk IQ verbal sebesar 6,0 unit (92,1 vs 98,1); nilai p <0,001, IQ
prestasi sebesar 6,6 unit (104,4 vs 111,0); nilai p <0,001, full IQ sebesar 7,7% atau sebesar 7,5 unit (97,5
vs 105,0); nilai p <0,001; pada anak perempuan IQ sebesar 100,8 vs 107,5 unit; nilai p 0,002; serta IQ anak
laki-laki sebesar 94,2 vs 102,5 unit; nilai p <0,001. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa stimulasi
pendidikan secara bermakna berpengaruh terhadap peningkatan perkembangan kecerdasan verbal, prestasi
dan full IQ, serta anak perempuan usia 3-6 tahun memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada
anak laki-laki.
Kata Kunci : Stimulasi, Pendidikan, Kecerdasan, Anak.

PENDAHULUAN 40% atau sekitar 8,35 juta jiwa anak balita yang
belum tersentuh pendidikan. Menurut data yang
Anak merupakan generasi penerus suatu didapatkan pada profil kesehatan Kota Tasikmalaya
bangsa, dimana kualitas anak tersebut tergantung Tahun 2006, anak usia dini (0-6 tahun) di Leuwiurug
pada kualitas tumbuh kembangnya yang berkisar berjumlah 217 anak. Sedangkan AUD yang telah
antara umur 0-5 tahun(1). Menurut UU No 20 mendapatkan pendidikan anak usia dini hanya
tahun 2003, anak usia dini adalah kelompok berjumlah 93 anak (42,8%), sedangkan sisanya
manusia yang berusia 0-6 tahun(2). Anak usia dini sebanyak 124 anak (57,2%) belum mendapatkan
merupakan kelompok anak yang berada dalam pendidikan anak usia dini.
proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik, Periode penting dalam tumbuh kembang
karena terjadi bersamaan dengan golden age (masa anak adalah masa balita, karena masa ini
peka atau emas)(1,3). Di Indonesia, menurut BPS merupakan periode pertumbuhan dasar yang akan
anak balita pada tahun 2005 berjumlah 20,87 juta mempengaruhi dan menentukan perkembangan
jiwa, tetapi yang dapat terlayani pendidikannya anak selanjutnya, sehingga setiap kelainan atau
dengan baik seperti pada Kelompok Bermain, penyimpangan sekecil apapun akan mengurangi
Taman Bermain dan lainnya yang dikelola oleh kualitas generasi penerus bangsa tersebut
pemerintah maupun masyarakat umum hanya dikemudian hari(5,6). Proses pertumbuhan dan
sekitar 60 persen(4). Artinya, masih terdapat sekitar perkembangan anak berjalan secara alami yang

28 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Pengaruh Stimulasi Pendidikan Terhadap Perkembangan Kecerdasan Anak

ditandai dengan pola dan karateristik yang dapat sekolah yaitu WPPSI (The Wechsler Preschool and
ditentukan sebelumnya. Walaupun demikian, tidak Primary Scale of Intelligence) yang dikembangkan
semua anak dapat menguasai suatu keterampilan oleh Weschler dan dijadikan sebagai salah satu
atau kemampuan yang sama pada waktu yang standar tes IQ pada tahun 1967. Tes ini mencakup
sama pula, sehingga supaya pertumbuhan dan 2 penilaian besar, yaitu tes verbal yang terdiri atas
perkembangannya dapat terjadi secara optimal, tes informasi, kosakata, aritmatika, persamaan dan
diperlukan keterlibatan dan kecermatan orang tua (5). pemahaman; serta tes prestasi yang terdiri atas
Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan rumah binatang, penyelesaian gambar, mencari
yang optimal, anak memiliki kebutuhan dasar yang jejak, bentuk geomteris, dan bentuk balok.
terbagi atas 3 (tiga) macam yaitu kebutuhan fisik Keterlibatan Bidan menjadi suatu keharusan
biomedis (ASUH), kebutuhan emosi atau kasih dalam pemberian sosialisasi tumbuh kembang
sayang (ASIH) dan kebutuhan stimulasi mental anak di masyarakat, yang berpijak pada wewenang
(ASAH)(7). Bidan yakni Kepmenkes no 900/2002 tentang
Stimulasi merupakan salah satu bentuk registrasi dan praktik bidan tentang pemantauan,
pemenuhan kebutuhan ASAH anak yang berbentuk deteksi, intervensi dini tumbuh kembang serta
permainan menantang pikiran yang berguna untuk pencanangan Presiden RI pada 23 Juli 2005 yang
merangsang semua sistem indera (pendengaran, mencanangkan gerakan nasional pemantauan
penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan(8). tumbuh kembang anak(1) dan dalam Kompetensi
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang Bidan yang ke-7, yaitu “Bidan memberikan
menyenangkan dan kegembiraan antara guru dan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif
anak. Stimulasi ini dapat diselenggarakan melalui pada Bayi dan Balita sehat”. Kompetensi ini
program pendidikan anak usia dini (PAUD). PAUD terdiri atas dua bagian yaitu pengetahuan dasar
ini dapat dilaksanakan melalui jalur formal (TK, RA Bidan (tumbuh kembang bayi dan anak normal
atau bentuk lain yang sederajat), jalur non formal serta faktor-faktor yang mempengaruhinya;
(kelompok bermain, taman penitipan anak, satuan kebutuhan fisik dan psikososial anak; dan
pendidikan anak usia dini (PAUD) sejenis), jalur penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak
informal (pendidikan keluarga atau pendidikan serta penatalaksanaannya) dan ketrampilan dasar
yang diselenggarakan oleh lingkungan). Stimulasi (melaksanakan pemantauan dan menstimulasi
yang dilakukan pada anak usia prasekolah berfungsi tumbuh kembang bayi dan anak)(10). Dengan
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan mengetahui proses alamiah pertumbuhan dan
umur sebelumnya dan di arahkan untuk kesiapan perkembangan anak, diharapkan para orang
bersekolah (2). tua dapat memberikan stimulasi secara terus
Bloom dalam penelitiannya berpendapat menerus, bervariasi, dengan suasana bermain
bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dan kasih sayang, sehingga para orang tua dapat
dewasa telah ada sejak usia empat tahun, 30% mencetak generasi muda penerus bangsa yang
pada usia delapan tahun dan 20% pada usia 18 memiliki berbagai aspek kecerdasan (multiple
tahun(4). Usia empat tahun pertama merupakan intelligences)(11).
kurun waktu seorang anak sangat peka terhadap
kaya miskinnya lingkungan pada stimulasi. Selama METODE
kurun waktu itu, perbedaan kecerdasan pada anak
dari lingkungan kaya stimulasi dengan anak yang Populasi dalam penelitian ini adalah
berada di lingkungan miskin stimulasi kira-kira 10 semua siswa di Raudhatul Athfal Baiturrahman,
unit IQ, dan enam unit pada usia 4-8 tahun(9). Alat Leuwiurug, Kota Tasikmalaya yaitu sebanyak 122
tes untuk mengetahui kecerdasan anak-anak pra- anak. Sampel dalam penelitian diambil dengan

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 29


Pengaruh Stimulasi Pendidikan Terhadap Perkembangan Kecerdasan Anak

memenuhi syarat berikut : dan motorik, seni). Setelah 3 (tiga) bulan sejak
1) Kriteria Inklusi : anak berusia min 3 tahun dan dilakukannya pretest, dilakukan posttest. Penelitian
max 6 tahun pada saat pretest dan posttest, ini menggunakan teknik analisis kuantitatif/statistik
pendidikan orang tua minimal lulus sekolah dengan komputerisasi, analisis bivariat, pengujian
menengah umum, tidak memiliki kelainan atau hipotesis menggunakan rumusan hipotesis nol atau
keterlambatan mental, min IQ 80 unit, dan statistik untuk paired-samples t-test.
tidak memiliki penyakit berat.
2) Kriteria Eksklusi : anak usia 3-6 tahun yang HASIL DAN PEMBAHASAN
menderita sakit berat lebih dari 7 (tujuh) hari,
pindah atau berhenti dari RA Baiturrahman. 1. Hasil Tes IQ
Tabel 1.
Hasil Tes IQ WPPSI di RA Baiturrahman, Leuwiurug, Tasikmalaya

Kategori Sub_Kategori Mean Pretest Mean Posttest Selisih


(Sd) (Sd) (unit) Nilai t Nilai P

Tes Verbal Informasi 8,3 (2,44) 9,9 (2,60) 1,6 -6,728 < 0,001
Kosakata 6,9 (1,36) 7,3 (1,26) 0,4 -2,483 < 0,001
Aritmatika 10,2 (2,53) 11,2 (2,07) 1,0 -3,725 < 0,001
Persamaan 9,5 (1,61) 11,0 (1,71) 1,5 -7,969 < 0,001
Pemahaman 8,9 (1,12) 9,2 (1,42) 0,3 0,042 < 0,001
Tes Prestasi Rumah Binatang 10,2 (1,95) 10,6 (2,16) 0,4 -2,359 < 0,001
Penyelesaian Gambar 8,4 (1,69) 9,2 (1,49) 0,8 -3,785 < 0,001
Mencari Jejak 12,3 (1,76) 13,3 (1,79) 1,0 -3,395 < 0,001
Merancang Geometris 11,9 (2,59) 13,9 (2,24) 2,0 -4,597 < 0,001
Merancang Balok 100,5 (1,63) 11,2 (1,61) 0,7 -3,881 < 0,001
Full IQ Tes Verbal 92,07 (9,44) 98,10 (9,20) 6,0 -7,904 < 0,001
Tes Prestasi 104,43 (7,74) 111,03 (8,24) 6,6 -5,405 < 0,001

TOTAL 97,5 (9,01) 105,0 (9,34) 7,5 -6,758 < 0,001

Didapatkan sampel yang memenuhi Tabel 1. menunjukkan bahwa peningkatan


kriteria sebanyak 36 anak yang kemudian dipilih terbesar IQ pada tes WPPSI ini terletak pada tes
secara random sebanyak 30 anak. Penelitian ini prestasi sebanyak 6,6 unit (6,3%) dari nilai pretest
menggunakan metode pra-eksperimental dengan sebesar 104,4 unit menjadi 111,0 unit, sedangkan
rancangan one group pretest-postest design, hasil IQ verbal hanya meningkat sebesar 6,0 poin
menggunakan data sekunder yang berasal dari dari nilai pretest sebesar 92,1 unit menjadi 98,1
hasil test IQ WPPSI oleh psikolog(7,12,13). Sebelum unit. Dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan
diberikan perlakuan, dilakukan pretest pada nilai IQ sebesar 7,5 unit (7,7%) dari nilai pretest
kelompok tersebut dan kemudian diberikan sebesar 97,5 unit menjadi 105,0 unit. Berdasarkan
intervensi berupa stimulus pembentukan perilaku analisis statistik didapatkan hasil bahwa nilai p <
(moral, agama, sosial, emosional, dan kemandirian), 0,001.
serta kemampuan dasar (berbahasa, kognitif, fisik

30 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Pengaruh Stimulasi Pendidikan Terhadap Perkembangan Kecerdasan Anak

2. Hasil Full IQ WPPSI test berdasarkan jenis penurunan daripada anak laki-laki, jika stimulasi yang
kelamin anak. diberikan pada anak wanita tidak dilaksanakan secara
Hasil dapat dilihat pada tabel berikut ini : terus menerus/ berkesinambungan, maka sumber daya

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Hasil tes Full IQ WPPSI Berdasarkan Jenis Kelamin Anak
di RA Baiturrahman, Tasikmalaya tahun 2007

Jenis Kelamin Kategori Mean Pretes Mean Postes Selisih


(Sd) (Sd) (unit) Nilai t Nilai P

Perempuan Tes Verbal 96,4 (9,2) 100,9 (8,9) 4,5 -5,042 <0,001
Tes Prestasi 106,0 (7,1) 112,3 (8,8) 6,3 -3,496 0,004
Full IQ 100,8 (8,7) 107,5 (9,6) 6,7 -3,888 0,002

Laki-laki Tes Verbal 87,7 (7,7) 95,3 (8,9) 7,6 -6,647 <0,005
Tes Prestasi 102,9 (8,3) 109,9 (7,7) 7,0 -4,039 0,001
Full IQ 94,2 (8,3) 102,5 (8,7) 8,3 -5,801 <0,001

Tabel 2. menunjukkan bahwa peningkatan kecerdasan yang dimiliki anak perempuan tersebut
terbesar nilai IQ pada tes WPPSI ini terjadi pada anak akan hilang, sehingga anak laki-laki akan terlihat lebih
laki-laki sebanyak 8,3 unit; p <0,001 dari nilai pretest menonjol. Jika hal ini tanggap diamati oleh pemerintah
sebesar 94,2 unit menjadi 102,5 unit, sedangkan pada dengan memberdayakan anak-anak perempuan secara
anak perempuan peningkatan yang terjadi hanya berkesinambungan, tidak mustahil wanita akan sejajar
sebesar 6,7 unit; p = 0,002 dari nilai pretest sebesar dengan pria dalam hal kecerdasan yang dimiliki dan
100,8 unit menjadi 107,5 unit. aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Bloom
PEMBAHASAN bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang
dewasa telah ada sejak usia 4 tahun, 30% pada usia
Berdasarkan nilai full IQ yang diperoleh, 8 tahun dan 20% pada usia 18 tahun, sehingga usia 4
setelah dikelompokkan menurut jenis kelamin, tahun pertama merupakan kurun waktu seorang anak
didapatkan hasil bahwa anak perempuan usia 3-6 sangat peka terhadap kaya miskinnya lingkungan pada
tahun memiliki nilai IQ yang jauh lebih besar stimulasi. Selama kurun waktu tersebut, perbedaan
daripada anak laki (pretes 100,8 vs 94,2) dan (107,5 kecerdasan pada anak dari lingkungan kaya stimulasi
vs 102,5) yang artinya terdapat perbedaan sebesar dengan anak yang berada di lingkungan miskin
5- 6,6 unit antara anak perempuan dan laki-laki usia stimulasi kira-kira 10 unit IQ, selanjutnya enam
3-6 tahun. Hal ini disebabkan karena pada anak unit pada usia 4-8 tahun(9). Hal ini sesuai dengan
perempuan, tumbuh dan kembangnya lebih cepat hasil penelitian peneliti bahwa pada anak-anak
dimulai yang disebut periode pre-adolescent growth yang diberikan stimulasi secara rutin dalam jangka
and development spurt. Akan tetapi akibat tumbuh waktu hanya 3 bulan sudah dapat meningkatkan
dan kembang anak perempuan terjadi lebih dahulu, full IQ sebesar 7,5 unit atau sebesar 7,69%, apalagi
mengakibatkan tumbuh dan kembangnya akan lebih jika stimulasi yang diberikan secara terus menerus
cepat berhenti daripada anak laki-laki, karena faktor dan bervariasi dan sejak dini, maka tidak mustahil
hormonal (hormon estrogen). Oleh karena tumbuh kecerdasan majemuk akan diperoleh anak.
dan kembang anak perempuan lebih cepat mengalami Hal ini terlihat pada saat dilakukannya pretes

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 31


Pengaruh Stimulasi Pendidikan Terhadap Perkembangan Kecerdasan Anak

terdapat berbagai hambatan yang berhubungan domain koginitif menurut Bloom(16) sehingga pada
dengan anak tersebut, yaitu kemandirian sehingga anak usia pra-sekolah baru memiliki tingkat kognitif
selalu ingin didampingi oleh orang terdekat yang pertama atau “tahu” dan akan meningkat dengan
mengantarnya ke sekolah, penyesuaian diri (adaptasi) bersekolah. Pada anak-anak, sistem pengelolaan
yang cukup lama dengan orang baru dan lingkungan informasi masih merupakan sistem sederhana
baru sehingga anak menjadi pemalu dan tidak percaya yang baru dapat menjawab stimulus yang datang
diri, suasana hati anak sehingga membutuhkan waktu berdasarkan frekuensi terus menerus dan variasi.
lama untuk melakukan tes agar dapat mencapai Menurut hasil penelitian, anak-anak yang
hasil yang maksimal, kesulitan dalam hal berbahasa cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak yang
karena penggunaan bahasa “ibu”/Sunda, serta miskin kurang cerdas. Anak yang cerdas lebih menyenangi
jawaban. Pada saat postes, hambatan tersebut tidak permainan-permainan yang bersifat intelektual atau
dirasakan lagi, dengan ditunjukkannya kemandirian merangsang daya berpikir(8,14). Hal ini didukung oleh
sehingga anak tidak perlu ditemani lagi dalam Bruce A Epstein yang menyatakan bahwa orang tua
melaksanakan suatu tindakan atau pekerjaan yang harus selalu merangsang berbagai kemampuan yang
dibebankan kepadanya, anak yang tidak pemalu dan tersimpan didalam otak anak terus menerus karena
lebih percaya diri dalam berkomunikasi dengan orang kemampuan atau potensi yang tidak dirangsang
lain, kemampuan berbahasa dan berkomunikasi yang lama-kelamaan akan hilang(17). Banyak anak yang
meningkat dengan tidak lagi menggunakan bahasa telah mengikuti program stimulasi menunjukkan
daerah di lingkungan sekolah serta jawaban yang peningkatan kemampuan kognitif daripada mereka
digunakan untuk menjawab pertanyaan sudah lebih yang tidak mendapatkan program stimulasi. Bahkan
lengkap daripada sebelumnya dan bisa menjelaskan pada anak usia 3-4 tahun yang diberikan stimulasi
tentang jawaban yang dipilihnya sehingga jawaban menunjukkan peningkatan skor IQ yang bermakna.
anak menjadi lebih variatif. Hal ini lebih banyak disebabkan karena dilakukannya
Hal ini juga disebabkan karena kematangan pemberian stimulasi melalui model preschool(15).
penyesuaian sosial anak apabila anak dimasukkan ke Jika dilihat dari sisi biologi molekuler otak,
taman kanak-kanak karena di tempat tersebut, anak terjadinya peningkatan IQ ini dipengaruhi oleh sel
dapat belajar untuk bergaul dan beradaptasi serta otak. Disaat lahir, otak anak memiliki sebanyak
bersosialisasi dengan orang banyak, sehingga dengan 1018 bagian sel otak aktif atau neuron(17,19,) yang
banyaknya pengalaman yang dimiliki seorang anak, memiliki ribuan cabang yang berisi spina dendrit,
akan memicu kecerdasan yang masih belum terasah yaitu titik penyambung antara sel otak yang satu
dengan tajam. Hal ini sesuai dengan teori (14) dimana dengan yang lainnya dan berisi ribuan paket zat kimia
taman kanak-kanak yang dianggap sebagai “jembatan pembawa semua informasi dalam setiap pikiran,
bergaul” sebagai tempat pemberian peluang kepada setiap pengalaman belajar, dan setiap daya ingat yang
anak untuk belajar memperluas pergaulan sosialnya, dimiliki dan akan dimiliki oleh bayi tersebut (19,20). Pada
dan menaati peraturan (kedisiplinan). saat lahir hingga anak berusia 3-4 tahun jumlah sel otak
Hal ini menurut Piaget, disebabkan karena bertambah cepat mencapai milyaran sel, tetapi belum
perkembangan kognitif pada usia pra-sekolah berada terdapat hubungan antara sel-sel tersebut. Hubungan
pada periode pre-operasional, yang merupakan tahapan antar sel-sel ditentukan dengan cara bagaimana otak
dimana anak belum mampu menguasai operasi mental tersebut diperlakukan dan diajarkan(19,20). Kualitas dan
(kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik) kompleksitas rangkaian hubungan antar sel-sel otak
secara logis(15). Hal tersebut menjelaskan mengapa ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) yang dilakukan
perkembangan tertinggi terjadi pada IQ verbal pada oleh lingkungan kepada balita tersebut. Jika pada
sektor informasi karena pengetahuan merupakan usia emas ini anak tidak memperoleh rangsangan,
kemampuan paling sederhana atau pertama pada maka pusat-pusat yang aktif di otak pun akan terbatas

32 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Pengaruh Stimulasi Pendidikan Terhadap Perkembangan Kecerdasan Anak

pula. Otak anak harus dibiasakan dengan pemberian 8. Ludington SH, Golant SK. 2001. Membuat
stimulasi tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga Anak Cerdas. Jakarta : PT Prestasi Pustaka.p :
diluar kelas (lapangan) agar tercapai Whole Brained 5-8, 13-7.
Learning. 9. Sahabatnestle. 2006. Stimulasi Untuk
Optimalkan Potensi Kecerdasan Si Kecil. Laman
KESIMPULAN web : http://www.sahabatnestle.co.id.
10. Sofyan M, Madjid NA, Siahaan R. 2003. 50 Tahun
Stimulasi pendidikan sangat berpengaruh IBI, Bidan Menyongsong Masa Depan, Cetakan
terhadap peningkatan perkembangan kecerdasan, Ke II. Jakarta : PPIBI. p : 161-2.
sehingga penulis berharap agar para orang tua 11. Ayah Bunda. 2003. Multiple Intelligences,
dan pihak-pihak lain dapat bekerja sama dalam Mengenali Dan Merangsang Potensi Kecerdasan
memberikan stimulasi yang terus menerus dan Anak. Jakarta : PT Grafika Multi Warna. p : 4-7,
bervariasi kepada anak usia dini baik melalui jalur 9-20.
formal, non formal maupun informal dimanapun dan 12. Seniati L, Yulianto A, Setiadi BN. 2005. Psikologi
kapan pun mereka berada agar para generasi penerus Eksperimen. Jakarta : PT Indeks Kelompok
bangsa Indonesia ini memiliki kecerdasan majemuk Gramedia. p : 35-9, 40-6, 56-7.
dan akhlak yang mulia untuk meningkatkan Indeks 13. Sattler JM. 1974. Assessment Of Childrens
Pembangunan Manusia (IPM). Intelligence, Buku I Revised Reprint. Philadelphia
: Saunders Company. p : 208-47.
DAFTAR PUSTAKA 14. Yusuf S, Pengantar Dahlan D. 2005. Psikologi
Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : PT
1. Soedjtamiko. 2006. Stimulasi, Deteksi Dan Rosda. p : 22-4, 106-37, 162-77.
Intervensi Dini. Jakarta : Yayasan Kesejahteraan 15. Piaget J. 2000. Stage Of Intellectual
Anak Indonesia. p 3-5 Development In Children And Teenagers.
2. Wartanto, Martono H, Rudiyono, Kunarti, America : American Academy Of Pediatrics. p
Yuniarti. 2004. Sosialisasi Pendidikan Anak Usia : 8-9.
Dini : Apa, Mengapa Dan Siapa Yang Bertanggung 16. Gunn JB, Fuligni AS, Berlin LJ. 2003. Early Child
Jawab Terhadap Program Pendidikan Anak Usia Development In The 21st Century, Profiles Of
Dini?. Jakarta: Direktorat PADU, Direktorat Current Research Initiatives. New York : Teachers
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Dan Pemuda, College Press. p : 6.
Direktorat Pendidikan Nasional. p : 2-8, 10-3. 17. Shahib MN. 2005. Pendidikan berbasis
3. Oyeng. 2003. Masa Balita Tentukan Kualitas kompetensi menuju invensi. Bandung : PT gema
Hidup Anak. Jakarta : pikiranrakyat. media pusakatama. p : 27-32, 46-55, 114-5.
4. Banjarmasinpost. 2007. Anak Usia Dini Plus 18. Soedjtamiko. 2005. Stimulasi Dini Pada Bayi
Pendidikan Menjadi Unggul. Jakarta : Kompas. Dan Balita Untuk Mengembangkan Kecerdasan
5. Ayah Bunda. 2003. Tiga Tahun Pertama Yang Multiple Dan Kreativitas Pada Anak. Jakarta :
Menentukan. Jakarta : PT Gaya Favorit Press. p : YayasanKesejahteraanAnakIndonesia. p : 5-8.
2-5, 7-9. 19. Shahib MN. 2003. Pembinaan Kreativitas Menuju
6. Suriviana. 2005. Sesuaikah Tumbuh Kembang Era Global. Bandung : PT alumni. p : 14-5, 21, 29-
Anak Anda-Bag2. Laman web : http://www. 30, 34-5.
infoibu.com/2005. 20. Buzan T. 2005. Brain Child, Cara Pintar Membuat
7. Soetjiningsih, editor Ranuh IGNG. 1995. Tumbuh Anak Jadi Pintar. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Kembang Anak. Jakarta : PT Buku Kedokteran Utama. p : 10-3, 15-7, 20-1.
EGC. p : 33-8.

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 33


Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja

PENGARUH TEMAN SEBAYA


TERHADAP PERILAKU
SEKSUAL REMAJA

Erna Mesra1, Fauziah 2


1,2)
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Jalan Arteri JORR Jatiwarna Kecamatan Pondok Melati
17415

Email : ernamesra@gmail.com

ABSTRACT

Sexual behavior includes any action that can be observed empirically. This behavior can be one’s
actions on others or his own self, express themselves sexually, how to talk and how to act 1. BKKBN data in
Greater Jakarta and Surabaya, during 2010, the number of single women who had lost her virginity in the
field as much as 52 percent, 47 percent Bandung and Yogyakarta 37 percent. HIV / AIDS cases in Indonesia
reaches 21 770 and 47 157 AIDS cases positively with the percentage of HIV positive cases, people aged
20-29 years of age as much as 48.1 percent and 30.9 percent 30-39 years.2 Objective: To determine the
incidence of sexual behavior in adolescents and the dominant factor related to sexual behavior. Design
Cross-sectional study sample was 155 people. Research result: 51.8% of respondents behave severe
sexual, 6,45% have had sexual intercourse There is a relationship, gender, knowledge reproductive health,
attitude, education of parents environmental dwelling, the role of parents, peers with sexual behavior, the
most dominant variable is peer OR 27.34 meaning that negative peer sexual behavior likely to have a
weight of 27.34 times compared to positive peers. Suggestions: Efforts to improve reproductive health and
development programs, information on reproductive health, provide counseling adolescent sexual behavior.
Parents should be able to contemplate Have become parents close with teenagers, become their friend, to
accompany them and be there when they need it.
Keywords: sexual behavior, knowledge, attitudes, residence. friends of the same age

ABSTRAK

Perilaku seksual meliputi segala tindakan yang dapat diamati secara empiris. Perilaku ini bisa
berupa tindakan seseorang terhadap orang lain atau diri nya sendiri, mengungkapkan diri secara seksual,
cara bicara dan cara bertindak1. Data BKKBN di Jabodetabek dan Surabaya, selama tahun 2010, jumlah
perempuan lajang yang kegadisannya sudah hilang di Medan sebanyak 52 persen, Bandung 47 persen, dan
Yogyakarta 37 persen. Kasus HIV/AIDS di Indonesia mencapai 21.770 kasus AIDS positif dan 47.157

34 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja

kasus HIV positif dengan persentase, pengidap usia 20-29 tahun sebanyak 48,1 persen dan usia 30-39
tahun sebanyak 30,9 persen.2 Tujuan: mengetahui kejadian perilaku seksual pada remaja dan faktor yang
dominan berhubungan dengan prilaku seksual. Desain penelitian Cross Sectional dengan sampel 155 orang.
Hasil Penelitian: 51.8 % responden berprilaku seksual berat, 6.45% telah melakukan hubungan seksual
Ada hubungan, jenis kelamin, pengetahuan kespro, sikap, pendidikan orang tua lingkungan tempat tinggal,
peran orang tua, teman sebaya dengan perilaku seksual, variabel paling dominan adalah teman sebaya OR
27.34 artinya teman sebaya yang negatif berpeluang mempunyai prilaku seksual berat sebesar 27,34 kali
dibanding teman sebaya yang positif. Saran: Upaya peningkatan dan pengembangan program kesehatan
reproduksi, informasi tentang kesehatan reproduksi, memberikan penyuluhan perilaku seksual remaja.
Orang tua harus dapat merenungi sudahkah menjadi orang tua yang dekat dengan remaja, menjadi sahabat
mereka, mendampingi mereka dan selalu ada di saat mereka membutuhkan.
Kata Kunci : Perilaku seksual, pengetahuan, sikap, tempat tinggal, teman sebaya.

PENDAHULUAN tidak aman hingga kematian. Pemahaman tentang


kesehatan reproduksi sangat penting diberikan
Perilaku seksual yang dilakukan remaja kepada remaja. Hal ini dapat berupa diberikannya
menyebabkan remaja mengalami gangguan pendidikan seks. Pendidikan seks itu merupakan
kesehatan reproduksi. Dibutuhkan pengetahuan sebuah diskusi yang realitis, jujur, dan terbuka,
dan pemahaman terhadap kesehatan reproduksi bukan merupakan dikte moral belaka. Dengan
khususnya perilaku seksual pada remaja untuk diberikannya pendidikan seks kepada remaja
membuat generasi muda dapat terhindar dari sedini mungkin untuk mencegah pemahaman
masalah perkawinan muda, kehamilan dini dan yang keliru yang dapat memicu perilaku seksual
aborsi yang tidak aman hingga kematian.Semakin negatif karena masa remaja adalah peralihan
luas dampak penularan penyakit mematikan seperti yang penuh dengan cobacoba. Perilaku hubungan
HIV/AIDS seks pranikah itu cenderung dilakukan karena
Angka pernikahan dini, menikah sebelum pengaruh teman sebaya yang negatif. Apalagi
berusia 16 tahun hampir dijumpai di seluruh bila remaja itu tumbuh dan berkembang dalam
propinsi Indonesia. Sekitar 10% remaja putri lingkungan keluarga yang kurang sensitif terhadap
melahirkan anak pertamanya pada usia 15-19 remaja. Selain itu, lingkungan negatif juga akan
tahun. Kehamilan remaja akan meningkatkan membentuk remaja yang tidak punya proteksi
resiko kematian dua hingga empat kali lebih terhadap perilaku orang-orang disekelilingnya.
tinggi dibandingkan perempuan yang hamil pada Sehingga perlu adanya pendidikan dari lingkungan
usia lebih dari 20 tahun.2 Perilaku hubungan seks sekolah dan keluarga, remaja dapat mengetahui
pranikah cenderung dilakukan karena pengaruh pendidikan hubungan seks pranikah yang tepat
teman sebaya yang negatif. Apalagi bila remaja dan dapat membentuk pola asuh yang positif serta
itu tumbuh dan berkembang dalam lingkungan membentuk kepribadian yang baik.
keluarga yang kurang sensitif terhadap remaja. Pengetahuan tentang hubungan seks pranikah
Selain itu, lingkungan negatif juga akan membentuk yang sepotong-sepotong, lalu masuklah informasi
remaja yang tidak punya proteksi terhadap perilaku yang beraneka ragam seputar masalah seksualitas
orang-orang disekelilingnya. Perilaku tersebut lainnya, misalnya pornografi. Perilaku coba-coba
dapat berakibat fatal bagi remaja karena beresiko tanpa dibekali pengetahuan dan pendidikan yang
tinggi terhadap terjadinya kehamilan diluar nikah, cukup mengenai seksualitas mendorong mereka
tertular penyakit menular seksual, aborsi yang berperilaku seks bebas.3

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 35


Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja

Di Surabaya, remaja perempuan lajang sekolah dan keluarga, remaja dapat mengetahui
yang kegadisannya sudah hilang mencapai 54 pendidikan hubungan seks pranikah yang tepat
persen, di Medan 52 persen, Bandung 47 persen, dan dapat membentuk pola asuh yang positif serta
dan Yogyakarta 37 persen, data ini dikumpulkan membentuk kepribadian yang baik. Peran bidan
BKKBN selama kurun waktu 2010 . Perilaku seks sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan
bebas merupakan salah satu pemicu meluasnya pendidikan dan pembinaan kesehatan reproduksi
kasus HIV/AIDS. Data Kemenkes pada pertengahan pada remaja yang bertujuan untuk meningkatkan
2010, kasus HIV/AIDS di Indonesia mencapai kesehatan reproduksi pada remaja dan menurunkan
21.770 kasus AIDS positif dan 47.157 kasus HIV angka kejadian perilaku seksual yang terjadi
positif dengan persentase pengidap usia 20-29 dikalangan remaja. Peran orang tua sangat penting
tahun (48,1 persen) dan usia 30-39 tahun (30,9 terhadap perkembangan perilaku seksual remaja
persen). Kasus penularan HIV/AIDS terbanyak ada karena orang tua.
di kalangan heteroseksual (49,3 persen) dan IDU
atau jarum suntik (40,4 persen), jumlah pengguna TUJUAN
narkoba di Indonesia saat ini mencapai 3,2 juta jiwa
Sebanyak 75 persen di antaranya atau 2,5 juta jiwa Mengetahui proporsi perilaku seksual pada
adalah remaja gadis SMP-SMA yang tidak virgin remaja dan faktor yang dominan berhubungan
mencapai presentase 67%. 2 dengan perilaku seksual.
Remaja tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan keluarga yang kurang sensitif terhadap METODE
remaja. Selain itu, lingkungan negatif juga akan
membentuk remaja yang tidak punya proteksi Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan
terhadap perilaku orang-orang disekelilingnya. metode deskritif analitik dengan pendekatan cross
Perilaku tersebut dapat berakibat fatal bagi sectional yaitu pengukuran variabel dependen
remaja karena beresiko tinggi terhadap terjadinya dan variabel independen dilaksanakan secara
kehamilan diluar nikah, tertular penyakit menular bersamaan ketika penelitian dilaksanakan.Tempat
seksual, aborsi yang tidak aman hingga kematian. penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Pemahaman tentang kesehatan reproduksi sangat swasta Tangerang. Pada bulan Februari 2014.
penting diberikan kepada remaja. Oleh karena Populasi penelitian ini adalah Siswa siswi SMA
itu perlu diberikan pendidikan seks. Pendidikan swasta di Tangerang kelas XI- XII yang berjumlah
seks merupakan sebuah diskusi yang realitis, 155 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian
jujur, dan terbuka, bukan merupakan dikte moral ini adalah total populasi yaitu siswa siswi kelas XI-
belaka. Dengan diberikannya pendidikan seks XII SMA swasta Tangerang kelas XI- XII yang
kepada remaja sedini mungkin untuk mencegah berjumlah 155 orang.
pemahaman yang keliru yang dapat memicu Pengumpulan Data Data yang digunakan
perilaku seksual negatif karena masa remaja adalah dalam penelitian ini adalah data primer yang
peralihan yang penuh dengan coba-coba. Perilaku diperoleh melalui kuesioner oleh responden siswa
hubungan seks pranikah itu cenderung dilakukan. siswi SMA swasta di Tangerang yang dilaksanakan
Apabila remaja itu tumbuh dan berkembang oleh tim peneliti dan dibantu guru untuk mengawasi
dalam lingkungan keluarga yang kurang sensitif siswa dalam mengisi kuesioner. Instrumen yang
terhadap remaja juga lingkungan negatif juga akan digunakan dalam penelitian adalah format isian
membentuk remaja yang tidak punya proteksi kuesioner/ angket tentang variabel - variabel yang
terhadap perilaku orang-orang di sekelilingnya. akan diteliti yaitu perilaku seksual, pengetahuan,
Sehingga perlu adanya pendidikan dari lingkungan sikap, jenis kelamin, pendidikan orang tua,

36 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja

lingkungan tempat tinggal peran orang tua, teman Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
sebaya dan paparan media massa. Data yang pengetahuan dengan prilaku seksual. Responden
didapatkan adalah data primer, diambil langsung yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
pada responden oleh tim peneliti memiliki perilaku seksual beresiko berat 63.3%,
semakin rendah/buruk pengetahuan seorang remaja
HASIL DAN PEMBAHASAN semakin tinggi peluang untuk berperilaku seksual

Tabel 1.
Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan prilaku seksual remaja
di Tangerang

Berat Ringan
Variabel n = 75 n = 80 PV OR 95% CI
N % N %
Pengetahuan
Kurang 50 63.3 29 36.7 0.000 3.517 1.814-6.819
Baik 25 32.9 51 67.1
Sikap
Negatif 40 54.1 34 45.9 0.117 1.546 0.820-2.916
Positif 35 43.2 46 56.8
Jenis kelamin
Laki-laki 47 56.0 37 44.0 0.029 1.951 1.027-3.707
Perempuan 28 39.4 43 60.6
Pendidikan ayah
Rendah 51 60.0 34 40.0 0.002 2.875 1.490-5.547
Tinggi 24 34.3 46 65.7
Pendidikan Ibu
Rendah 54 58.7 38 41.3 0.003 2.842 1.457-5.545
Tinggi 21 33.3 42 66.7
Tempat tinggal
Tidak kondusif 17 73.9 6 26.1 0.012 3.615 1.340-9.750
Kondusif 58 43.9 74 56.1
Teman sebaya
Negatif 72 90.0 8 10.0 0.000 16.000 55.078-874.08
Positif 3 4.0 72 96.0
Peran Orang Tua
Tidak baik 45 71.4 18 28.6 0.000 5.167 2.688-10.395
Baik 30 32.6 62 67.4
Media
Tdk terpapar 34 47.9 37 52.1 1.000 0.964 0.512-1.814
Terpapar 41 48.8 43 51.2

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 37


Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja

berat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian.4 rendah, berperilaku seksual beresiko berat
Didapatkan responden yang memiliki pengetahuan 60.0%. Sedangkan remaja yang memiliki ayah
buruk berperilaku seksual berat 33,3%. Remaja berpendidikan tinggi, berperilaku seksual
kurang memperoleh informasi tentang kesehatan beresiko berat 34.3%. Pendidikan merupakan
reproduksi seperti anatomi dan fisiologi reproduksi, suatu proses. Oleh karena itu dengan sendirinya
bagaimana terjadinya kehamilan dan Infeksi memiliki masukan dan keluaran. Keluaran dari
Menular seksual.1 Orang tua yang masih tabu proses pendidikan adalah lulusan yang mempunyai
berbicara masalah seks dengan anak, menyebabkan wawasan dan cara berfikir yang luas.5 Semakin
remaja terjerumus berperilaku seksual beresiko tinggi pendidikan ayah maka akan semakin dewasa
yang dapat menyebabkan penyakit menular seksual. cara berfikirnya. Hal tersebut akan berpengaruh
Walaupun secara statistik tidak ditemukan pada cara ayah mendidik anak dan informasi yang
hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku diberikan ayah kepada anak. Anak yang diberikan
seksual remaja, namun sikap negatif remaja informasi yang benar dan cukup tentang kesehatan
cenderung berpotensi meningkatkan perilaku reproduksi cenderung akan berperilaku seksual
seksual yang kurang baik. Remaja yang memiliki yang baik.
sikap negatif berperilaku seksual beresiko berat Pendidikan ibu juga berhubungan secara
54.1%, yang memiliki sikap positif berperilaku bermakna dengan perilaku seksual remaja.
seksual beresiko berat 43.2%. Sikap merupakan Remaja yang memiliki ibu berpendidikan
potensi tingkah laku seseorang terhadap kegiatan rendah, berperilaku seksual beresiko berat
yang dilakukan, dapat diartikan jika remaja 58.7%. Sedangkan remaja yang memiliki ibu
mempunyai sikap yang negatif/buruk terhadap berpendidikan tinggi, berperilaku seksual beresiko
seksualitas, maka mereka berpotensi untuk berat 33.3%. Hal ini bertentangan dengan hasil
berperilaku seksual yang berat/beresiko pula dan penelitian.6 bahwa pengetahuan dan tindakan
sebaliknya.3 remaja putri di salah satu SMA Negeri di Jakarta,
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan sebagian responden berperilaku baik berasal dari
antara jenis kelamin dengan perilaku seksual, jenis ibu yang berpendidikan rendah, hampir setengahnya
kelamin laki-laki berperilaku seksual beresiko berasal dari ibu yang berpendidikan menengah,
berat sebanyak 56%. Jenis kelamin perempuan dan tinggi. Ibu yang berpendidikan merupakan
berperilaku seksual beresiko berat 39.4%. Hal ini salah satu indikator keberhasilan seseorang dalam
didukung oleh teori.3 bahwa laki laki mempunyai mendidik anaknya. Remaja yang mempunyai ibu
potensi tingkah laku terhadap kegiatan yang berpendidikan tinggi maupun rendah sama-sama
dilakukan, dapat diartikan perilaku seksual laki-laki memiliki resiko berperilaku seksual berat.
lebih berat dari pada perempuan. Perubahan fisik Tempat tinggal berhubungan bermakna
antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan dengan perilaku seksual. Tempat tinggal yang tidak
tugas melanjutkan keturunan. Dari segi psikis, kodusif memiliki perilaku seksual berat sebanyak
kepribadian perempuan merupakan satu kesatuan 73.9% sedangkan lingkungan tempat tinggal yang
terpadu antara emosi, pikiran, rasio, dan suasana kondusif memiliki perilaku seksual tergolong
hati. Jenis kelamin berpengaruh terhadap perilaku berat sebanyak 43.9% Hasil ini didukung oleh
seksual seseorang, remaja laki-laki menunjukkan penelitian.10 Alasan remaja melakukan perilaku
angka lebih besar dari pada remaja perempuan beresiko adalah pengaruh lingkungan agar tidak
dalam berperilaku seksual. ketinggalan zaman serta kurangnya pengetahuan
Pendidikan ayah berhubungan secara tentang kesehatan reproduksi. Pengaruh dari luar
bermakna dengan perilaku seksual remaja. atau lingkungan tempat tinggal remaja yang tidak
Remaja yang memiliki ayah berpendidikan baik akan menimbulkan hal-hal yang beresiko

38 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja

bagi remaja yang tidak mendapatkan pendidikan ikatan yang sangat kuat. Teman/sahabat sebaya
seks. Senada dengan hasil penelitian.7 Terdapat adalah teman yang berada pada usia yang sama
hubungan antara tempat tinggal dengan perilaku dan diantara mereka biasanya terjalin keakraban.
seksual remaja, pada hasil penelitian di temukan Peranan teman/sahabat sebaya pada remaja sangat
responden yang tidak tinggal dengan orang tua besar dalam kehidupan remaja sehari-hari. Remaja
berperilaku seksual tergolong berat 93,3%. Anak lebih banyak berada diluar rumah bersama teman-
sangat membutuhkan keluarga dan rasa aman yang teman sebaya sebagai kelompok, pengaruh teman-
diperoleh dari Ibu dan rasa terlindung dari Ayah. teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, dan
Rasa aman dari keluarga merupakan kelancaran perilaku lebih besar dari pengaruh keluarga.
proses perkembangan anak, memperoleh dasar Remaja yang terpapar rendah media
dalam membentuk kemampuan agar berhasil di pornografi memiliki perilaku seksual berat
masyarakat. 47.9%. Remaja yang terpapar tinggi berperilaku
Teman/sahabat sebaya mempunyai pengaruh seksual berat 48.8%. Secara statistik menunjukkan
terhadap perilaku seksual remaja dimana hasil tidak ada hubungan bermakna antara paparan
penelitian ditemukan ada hubungan secara media dengan perilaku seksual. Walaupun tidak
bermakna. Pengaruh teman sebaya negatif memiliki berhubungan, namun perlu juga mendapat perhatian
perilaku seksual berat sebanyak 90.0% sedangkan bahwa remaja mungkin bisa memperoleh informasi
pengaruh teman sebaya positif memiliki perilaku dari media yang dapat mendukung perilakunya
seksual tergolong berat 4 %. Pengaruh negatif dari baik positif maupun negatif. Perlu ada control dari
teman sebaya adalah gaya pergaulan bebas. Perilaku orang tua dalam hal menyaring berbagai informasi
teman sebaya dalam kelompok menjadi acuan yang diperoleh oleh remaja.
atau norma tingkah laku yang diharapkan dalam Peran orang tua tidak baik mempengaruhi
kelompok. Gaya berpacaran teman sebaya menjadi perilaku seksual berat 71.4%. sedangkan
model atau acuan yang digunakan seseorang peran orang tua baik memiliki perilaku seksual
remaja dalam pacaran. Teman biasa melakukan tergolong berat 32.6%. Teori Beansay yang
ciuman dengan pacarnya, maka dibenarkan dikutip,9 menyatakan bahwa kebanyakan orang
kalau dia juga berciuman. Remaja cenderung tua yang paling banyak bertanggung jawab pada
mengembangkan norma sendiri yang bertentangan diri anaknya ternyata bukan orang yang paling
dengan norma umum yang berlaku.8 Remaja sangat dekat dengan anaknya. Orang tua harus dapat
terbuka terhadap kelompok teman sebaya. Mereka merenungi sudahkah menjadi orang tua yang
melakukan diskusi tentang roman, falsafah hidup, dekat dengan remaja, menjadi sahabat mereka,
rekreasi, perhiasan, pakaian, sampai berjam-jam. mendampingi mereka dan selalu ada di saat
Pengaruh teman sebaya menjadi suatu jalinan mereka membutuhkan.

Tabel 2. Hasil pemodelan akhir

No Variabel B P Value OR 95 % CI

1 sikap 2.021 0.026 4.94 0.820-2.916


2 Jenis kelamin -2.570 0.034 4.51 1.027-3.707
3 Peran Orang Tua 3.848 0.004 8.18 1.340-9.750
4 Teman Sebaya 7.609 0.000 27.34 55.08-847.08
5 Tempat tinggal 2.078 0.021 5.35 2.688-10.395

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 39


Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja

Tabel 2. Menunjukkan bahwa Teman sahabat sebaya pada remaja sangat besar dalam
sebaya merupakan variabel yang paling dominan kehidupan remaja sehari-hari.
berhubungan dengan perilaku seksual remaja
dengan nilai p=0,000, OR 27.34 CI 95% (55.08- KESIMPULAN
847.08). Teman Sebaya negatif mempunyai
peluang perilaku seksual berat sebesar 27.34 Hasil penelitian menggambarkan bahwa
kali dibandingkan dengan teman sebaya positif. 51,8 % responden berprilaku seksual berat, 6,45%
Pengaruh negatif dari teman sebaya adalah gaya telah melakukan hubungan seksual. Ditemukan
pergaulan bebas. Perilaku teman sebaya dalam ada hubungan antara jenis kelamin, pengetahuan
kelompok menjadi acuan atau norma tingkah kespro, pendidikan orang tua, lingkungan
laku yang diharapkan dalam kelompok. Gaya tempat tinggal, teman sebaya, dan peran orang
berpacaran teman sebaya menjadi model atau tua dengan perilaku seksual. Variabel paling
acuan yang digunakan seseorang remaja dalam dominan berhubungan dengan perilaku seksual
pacaran. Teman biasa melakukan ciuman dengan remaja adalah Teman Sebaya. Remaja mengisi
pacarnya, maka dibenarkan kalau dia juga kegiatan yang bersifat positif dan tidak merugikan
berciuman. Remaja cenderung mengembangkan diri sendiri dengan mengikuti kegiatan sosial
norma sendiri yang bertentangan dengan norma karang taruna, olah raga, Pramuka, kesenian
umum yang berlaku.8 dan aktif mengikuti berbagai penyuluhan dan
Remaja sangat terbuka terhadap kelompok seminar tentang kesehatan reproduksi, baik yang
teman sebaya. Mereka melakukan diskusi tentang dilakukan di sekolah maupun diluar sekolah
roman, falsafah hidup, rekreasi, perhiasan, pakaian, untuk mendapat informasi tentang kesehatan
sampai berjam-jam. Pengaruh teman sebaya reproduksi serta mengakses informasi dari
menjadi suatu jalinan ikatan yang sangat kuat. berbagai media. Adanya upaya peningkatan dan
Perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh teman- pengembangan program kesehatan reproduksi
teman dalam kelompoknya. Teman/sahabat sebaya dan penyebarluasan informasi tentang kesehatan
adalah teman yang berada pada usia yang sama dan reproduksi, melalui program promosi kesehatan
diantara mereka terjalin keakraban. Peranan teman/ di sekolah pada remaja.

40 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja

DAFTAR PUSTAKA 5. Notoadmodjo, soekidjo .Et al 2007 Pengantar


Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
1. YPKP 2006 Modul Mahasiswi Kesehatan Cetakan Pertama, Andi Offset, Yogyakarta.
Reproduksi. Penerbit Yayasan Pendidikan 2007
Kesehatan Perempuan (YPKP) bekerjasama 6. Nurhayati, 2009 Faktor – faktor yang
dengan Pusat Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes) berhubungan dengan perilaku Kesehatan Siswa
DEPKES dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI), SMAN 27 Jakarta.
Jakarta. 7. Rasyid, 2007 Faktor- faktor yang berhubungan
2. Martopo, Didik I. 2010 Tren Perilaku Remaja perilaku seksual di SMK Semarang
di Era Millenium. www.bkkbn.go.id 8. Depari , Eduar, Pengarahan Media Massa
3. Sarwono, Sarlito Wirawan, 2008 Psikologi terhadap opini masyarakat, Jakarta, PKBI,2006.
Remaja Penerbit P.T Raja Grafindo Persada, 9. Inayati, Ummi, Peran Orang Tua dalam
Jakarta Mendidik Anak, Jakarta No.6/XII, Oktober-
4. Agustina, Santi. 2004 Faktor- Faktor Yang November 2006
Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Remaja 10. Notoadmodjo, soekidjo . 2007 Promosi
Di Pantai Sosial Bina Remaja “Taruna Jaya” Kesehatan teori dan Aplikasi (Ilmu Perilaku),
Tebet Jakarta Selatan. Penerbit P.T Rineka Cipta, Jakarta.

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 41


Keberhasilan Program Emas Dalam Meningkatkan Pemberian MGSO4

KEBERHASILAN PROGRAM EMAS


DALAM MENINGKATKAN PEMBERIAN
MGSO4 PRARUJUKAN OLEH BIDAN
YANG MERUJUK KE RSUD SERANG
2012-2013

Istiyani Purbaabsari 1)
1)
Istiyani Purbaabsari JHPIEGO – USAID EMAS

Istiyani.Purbaabsari@jhpiego.org

ABSTRACT

According to EMAS (Expanding Maternal Neonatal Survival) report in 2011, provision of Magnesium
Sulfate prior referral in 6 provinces in Indonesia still remains low. This cross-sectional study analyzes
the success of system approach implementing by EMAS project to strengthen midwives role in provision
Magnesium Sulfate prior referral in community health centers. Study was conducted in Serang District
Hospital on all severe preeclampsia and eclampsia cases which was referral from community health
centers in 2012-2013, total of 822 cases. Study found that EMAS intervention which began in March
2012 in Serang district, succeeded in increasing Magnesium Sulfate provision prior referral at EMAS
intervention – Community Health Center, which in January to March 2012 it is still low ranged from
25% - 53%, and the percentage increase significantly by 88% in May to 94% in December. In 2013, the
percentage is always between ≥ 90% every month even reached 100%. Strengthening of referral systems
implemented by EMAS project through policies including support from OBGYN and SMS gateway system
in Serang District Hospital also successfully improved provision of Magnesium sulfate in EMAS non
intervention - community health centers. On May 2012 the percentage began to increase by 64% until
December 2012 reached 84%. Whereas in 2013, the percentage continues to increase until December by
93%. But in July dropped to 47%, because it is difficult to control the quality of EMAS non intervention –
Community Health Center.
Keywords: EMAS, Magnesium Sulfate, System Approach, Community Health Center

ABSTRAK

Berdasarkan laporan program EMAS 2011, stabilisasi MgSO4 prarujukan di 6 propinsi di Indonesia
masih rendah. Penelitian deskriptif dengan design cross-sectional ini bertujuan untuk melihat keberhasilan
pendekatan sistem, program EMAS dalam penguatan peran bidan terkait pemberian stabilisasi MgSO4
prarujukan di puskesmas yang merujuk ke RSUD Serang. Penelitian dilakukan di RSUD Serang terhadap
semua kasus rujukan PEB dan Eklampsia dari puskesmas tahun 2012-2013, sebanyak 822 kasus. Hasil

42 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Keberhasilan Program Emas Dalam Meningkatkan Pemberian MGSO4

penelitian menunjukkan, bahwa program EMAS yang dimulai pada bulan Maret 2012 di kabupaten Serang,
berhasil meningkatkan presentasi pemberian MgSO4, pada puskesmas intervensi EMAS, persentase
pemberian MgSO4 prarujukan bulan Januari-Maret 2012 masih rendah berkisar antara 25% - 53%, dan
persentasenya meningkat signifikan di mei sebesar 88% sampai bulan desember sebesar 94%. Tahun 2013,
persentasenya selalu berkisar antara ≥ 90% setiap bulannya bahkan mencapai 100%. Penguatan sistem
rujukan melalui kebijakan termasuk dukungan spesialis dan sistem SMS gateway di RSUD Serang juga
berhasil meningkatkan pemberian MgSO4 prarujukan di puskesmas non intervensi EMAS. Mei 2012
persentasenya mulai meningkat sebesar 64% sampai bulan desember 2012 mencapai 84%. Tahun 2013,
persentasenya terus meningkat sampai di bulan desember sebesar 93%, namun di bulan juli turun sampai
47%, karena sulit mengontrol kualitas di tingkat puskesmas non intervensi EMAS.
Kata Kunci : EMAS, MgSO4, Pendekatan Sistem, Puskesmas

PENDAHULUAN sistem akan melihat apakah sistem yang ada


mendukung bidan untuk memberikan MgSO4,
Di Indonesia, kematian ibu dapat terjadi artinya dinilai juga apakah memang MgSO4
setiap jam ,akibat komplikasi dalam kehamilan tersedia di puskesmas, spesialis kandungan
dan persalinan. Berdasarkan hasil analisa sensus setempat memperbolehkan bidan memberikan
penduduk tahun 2010, Proporsi ketiga penyebab MgSO4, ada protap yang jelas di fasilitas
kematian telah berubah, dimana perdarahan dan kesehatan dan di tingkat kabupaten tentang bidan
infeksi semakin menurun sedangkan eklampsia dalam memberikan MgSO4, sehingga perbaikan
proporsinya semakin meningkat, hampir 30% dilakukan dalam seluruh sistem agar mendukung
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2011 bidan untuk memberikan MgSO4.
disebabkan oleh eklampsia.5 Penelitian yang dilakukan Duley dkk
Salah satu upaya pemerintah dalam menyatakan bahwa pemberian MgSO4 dapat
percepatan penurunan kematian maternal adalah mencegah dan mengontrol kejang karena eklampsia,
kerjasama Kementrian Kesehatan dengan Program dan menurunkan resiko terjadinya kejang pada
EMAS, yang merupakan proyek 5 tahun, yang pasien PEB dan akan menurunkan resiko kematian
didanai oleh USAID untuk mendukung pemerintah ibu.3 Penelitian lain yang dilakukan Magpie trial
Indonesia dalam menurunkan kematian maternal collaboration group, juga membuktikan bahwa
dan bayi baru lahir, termasuk salah satu program resiko kematian ibu jauh lebih rendah pada pasien
yang memiliki focus dalam 2 hal utama, yaitu yang mendapatkan MgSO4.1
meningkatan pelayanan maternal dan neonatal Backes dkk dalam penelitiannya yang
emergensi di tingkat puskesmas dan rumah sakit, berjudul “Maternal Preeclampsia and Neonatal
serta peningkatan efisiensi dan efektivitas sistem Outcomes”, menunjukkan bahwa preeclampsia
rujukan antara puskesmas dan rumah sakit.2 juga berkontribusi pada peningkatan kesakitan
Intervensi EMAS menggunakan pendekatan dan kematian perinatal, apabila tidak dilakukan
sistem, artinya perbaikan dan penguatan dilakukan tatalaksana dengan tepat dan ternyata pemberian
dengan melihat sistem secara menyeluruh. Dalam MgSO4 pada kasus preeclampsia memberikan
program EMAS, penilaian selalu dilakukan secara efek neuroprotective bagi janin preterm.2 Hal ini
sistem, bukan individual. Contoh penilaian dengan menunjukkan bahwa pemberian stabilisasi yang
pendekatan sistem, apabila bidan di puskesmas tepat menggunakan MgSO4 dan respon yang
tidak memberikan MgSO4, maka tidak serta merta cepat, sebenarnya dapat mencegah dan mengurangi
ini menjadi kesalahan si bidan, namun pendekatan terjadinya komplikasi pada ibu dan neonatal

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 43


Keberhasilan Program Emas Dalam Meningkatkan Pemberian MGSO4

sehingga angka kematian ibu dan neonatal dapat dilakukan di RSUD Serang tahun 2012 – 2013 .
ditekan seminimal mungkin. Sebaliknya, rendahnya Populasi pada penelitian ini adalah semua kasus
pemberian MgSO4 sebelum dirujuk pada pasien komplikasi PEB dan eklampsia dari puskesmas
dengan Preeklampsia Berat dan Eklampsia akan intervensi EMAS dan non intervensi EMAS yang
berkontribusi pada terjadinya komplikasi yang dirujuk ke RSUD Kabupaten Serang tahun 2012 –
lebih berat bahkan kematian. 2013, sebanyak 822 kasus. Sampel penelitian ini
Laporan program EMAS (Expanding adalah total populasi.
Maternal Neonatal Survival) tahun 2011, terlihat Pengambilan sampel dilakukan di RSUD
bahwa rata-rata pemberian MgSO4 pra rujukan Serang yang merupakan rumah sakit pusat rujukan
ke 23 RS rujukan intervensi EMAS (termasuk di kabupaten Serang yang menggunakan SIJARI
RSUD Serang) di 6 propinsi di Indonesia, masih EMAS. Pengambilan data dilakukan dengan
sangat rendah, yaitu sebesar 24 %, hal ini ternyata mempelajari buku laporan harian, buku register
memang disebabkan oleh rendahnya dukungan dan data rujukan SIJARI EMAS di IGD maternal
akan peranan bidan di fasilitas kesehatan untuk & neonatal RSUD Serang
penatalaksanaan PEB dan eklampsia. Pemberian
MgSO4 pra rujukan pada seluruh kasus-kasus PEB/ HASIL PENELITIAN
Eklampsia yang dirujuk ke RSUD Serang tahun
2011 juga terlihat rendah hanya sebesar 28%.2 Sejak Maret 2012, Kabupaten Serang
Usaha pemerintah untuk mendukung program menjadi salah satu dari 10 kabupaten intervensi
seperti pemberian MgSO4 ini sebenarnya sudah cukup program EMAS pada fase 1. Program EMAS
baik. Kebijakan, strategi dan pedoman pelayanan membina 1 rumah sakit pusat rujukan yaitu RSUD
kesehatan ibu (termasuk pemberian MgSO4) telah Serang, dan 10 puskesmas di kabupaten Serang.
didistribusikan secara luas kepada pengambil Peningkatan pelayanan maternal dan
keputusan dan pengelola program di tingkat provinsi. neonatal emergensi dilakukan melalui “metode
Namun hambatan utamanya adalah kurangnya pendampingan” di seluruh fasilitas binaan EMAS,
komitmen dari beberapa provinsi dan kabupaten kota termasuk di RSUD Serang dan 10 puskesmas,
dalam mendukung implementasi program kesehatan yang dilakukan oleh Lembaga Kesehatan Budi
ibu, kurangnya pengetahuan dan ketrampilan Kemulyaan, sebagai salah satu rumah sakit model
tenaga kesehatan serta kepatuhan terhadap standar yang memang sistem tata kelola klinisnya sudah
yang berdampak terhadap kualitas pelayanan yang berjalan baik. Diharapkan fasilitas yang didampingi
diberikan, serta ketidaksiapan fasilitas kesehatan dapat menghadapi kasus-kasus emergensi dengan
dalam memberikan pelayanan kesehatan baik dari tepat dan cepat. Termasuk untuk menghadapi
kecukupan sarana prasarana, serta obat-obatan.6 kasus-kasus seperti eklampsia, diharapkan pasien
Penelitian ini bertujuan untuk melihat mendapatkan stabilisasi yang sesuai dengan
keberhasilan pendekatan sistem yang dilakukan menggunakan MgSO4 di tingkat pelayanan dasar,
program EMAS dalam penguatan peranan bidan terkait sebelum dirujuk ke tingkat pelayanan kesehatan
pemberian stabilisasi MgSO4 pra rujukan di fasilitas yang lebih tinggi.
dengan melihat jumlah kasus PEB dan Eklampsia yang RSUD Serang sebagai RS pusat rujukan,
mendapatkan stabilisasi MgSO4 pra rujukan. juga diperkuat dengan adanya SMS Gateway yang
dikenal dengan “SIJARI EMAS” sejak bulan April
METODE 2012, sistem ini terpasang pada layar monitor di
ruang IGD Maternal & Neonatal RS pusat rujukan
Penelitian ini merupakan penelitian intervensi program EMAS, dimana bila terdapat
deskriptif dengan design cross-sectional, yang sms rujukan dari bidan di fasilitas perujuk, alarm

44 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Keberhasilan Program Emas Dalam Meningkatkan Pemberian MGSO4

tanda rujukan akan berbunyi, dan tenaga kesehatan (Puskesmas PONED).


yang bertugas segera memberikan feedback Pada penelitian ini, untuk melihat adanya
tindakan stabilisasi berdasarkan SOP yang harus progress pemberian MgSO4 pra rujukan,
dilakukan sebelum merujuk, serta alur konsultasi pengambilan data dimulai di awal tahun 2012,
kepada dokter spesialis kandungan yang bertugas sedangkan program EMAS di kabupaten Serang
di rumah sakit saat memberikan stabilisasi pasien dimulai pada bulan Maret 2012. Responden dibagi
sebelum dirujuk. menjadi dua kelompok yaitu kasus PEB/ Eklampsia
Pada level yang lebih tinggi yaitu level rujukan dari puskesmas intervensi EMAS dan
stakeholder, program EMAS juga berusaha rujukan dari puskesmas non intervensi EMAS,
memperbaiki sistem rujukan bekerjasama dengan kemudian melihat perbandingan peningkatan
dinas kesehatan, Rumah sakit dan organisasi persentase pemberian MgSO4 pra rujukan dari
profesi setempat, serta melibatkan dukungan dari kedua kelompok tersebut dan dampak dari sistem
dokter-dokter spesialis di tingkat regional untuk rujukan yang dibangun oleh program EMAS
memperkuat peranan bidan dan dokter umum di bersama dinkes dan fasilitas terhadap penguatan
puskesmas, melalui kebijakan-kebijakan yang bidan dalam memberikan MgSO4 pra rujukan di
dapat menunjang pelimpahan kewenangan untuk di puskesmas EMAS dan puskesmas non intervensi
melakukan stabilisasi di tingkat pelayanan dasar EMAS.

Grafik 1
Jumlah kasus PEB/E yang mendapatkan atau tidak mendapatkan MgSO4 prarujukan di
Puskesmas Intervensi EMAS tahun 2012

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 45


Keberhasilan Program Emas Dalam Meningkatkan Pemberian MGSO4

Grafik 2
Jumlah kasus PEB/E yang mendapatkan atau tidak mendapatkan MgSO4 prarujukan di
Puskesmas Non Intervensi EMAS tahun 2012

Grafik 3
Jumlah kasus PEB/E yang mendapatkan atau tidak mendapatkan MgSO4 prarujukan di
Puskesmas Intervensi EMAS tahun 2013

46 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Keberhasilan Program Emas Dalam Meningkatkan Pemberian MGSO4

Grafik 4
Jumlah kasus PEB/E yang mendapatkan atau tidak mendapatkan MgSO4 prarujukan di
Puskesmas Non Intervensi EMAS tahun 2013

Grafik 5.
Persentase pemberian MgSO4 prarujukan dari puskesmas yang merujuk
ke RSUD Serang tahun 2012

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 47


Keberhasilan Program Emas Dalam Meningkatkan Pemberian MGSO4

Grafik 5 menunjukkan bahwa pemberian pada puskesmas non intervensi EMAS yang merujuk
MgsO4 pra rujukan dari puskesmas intervensi EMAS ke RSUD Serang, dimana terlihat di bulan mei
di bulan Januari sampai Maret 2012 masih relative persentase mulai meningkat sampai 64%, dan setelah
rendah yaitu berkisar antara 25% sampai 53%, namun berproses beberapa bulan , sistem ini dapat terus
dengan pendekatan sistem yang dilakukan program meningkatkan persentase pemberian MgSO4 pada
EMAS untuk memperkuat peranan bidan dalam puskesmas non intervensi EMAS dari bulan ke bulan
stabilisasi kasus kegawatan yang salah satunya adalah hingga bulan desember tahun 2012 sebesar 84%, yang
penatalaksanaan kasus PEB dan Eklampsia yang memang dengan adanya SIJARI EMAS ini, setiap
dimulai di bulan Maret 2012, memperlihatkan bahwa bidan perujuk yang akan merujuk ke RSUD Serang
peningkatan persentase pemberian MgSO4 mengalami , diwajibkan mengirimkan SMS sebelum merujuk,
kenaikan yang cukup signifikan, dimulai dari bulan mei yang kemudian akan mendapatkan sms balasan berisi
2012 sebesar 88%, Juni 100%, dan persentasinya tetap advise untuk melakukan stabilisasi prarujukan serta
terlihat tinggi setiap bulannya hingga desember 2012 berkonsultasi dengan spesialis Obgyn yang bertugas
mencapai 94%. di RSUD Serang.

Grafik 6
Persentase pemberian MgSO4 prarujukan dari puskesmas yang merujuk
ke RSUD Serang tahun 2013

Penguatan sistem rujukan yang dilakukan Grafik 6 menunjukkan bahwa pada tahun 2013,
program EMAS melalui SMS gateway dan alur pendekatan sistem ini, terus memperkuat stabilisasi
rujukan serta alur konsultasi kepada dokter spesialis pemberian MgSO4 prarujukan pada puskesmas
di RSUD Serang, bersamaan dengan dukungan intervensi EMAS dimana terlihat bahwa setiap
kebijakan terhadap kewenangan bidan untuk bulannya sepanjang tahun 2013 persentasenya selalu
memberikan MgSO4 ternyata juga berkontribusi ≥ 90%. Sedangkan untuk puskesmas non intervensi
terhadap peningkatan persentase pemberian MgSO4 EMAS juga terlihat peningkatan persentase yang

48 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Keberhasilan Program Emas Dalam Meningkatkan Pemberian MGSO4

signifikan setiap bulannya sampai pada akhir tahun Kemulyaan , memperkuat kualitas sistem rujukan
2013 sebesar 93%, namun memang untuk puskesmas antara puskesmas dengan RSUD Serang melalui
non intervensi EMAS sulit untuk mengontrol kualitas SIJARI EMAS dan pembinaan yang dilakukan RSUD
petugas dan sistem yang berjalan di puskesmas karena Serang kepada fasilitas perujuk serta pembentukan
tidak dilakukan intervensi oleh EMAS, sehingga kebijakan-kebijakan regional melalui keterlibatan
terlihat di bulan juli 2013 persentasinya sempat turun organisasi profesi dalam penguatan bidan untuk
di angka 47%. memberikan MgSO4 pada tatalaksana PEB/Eklampsia
Data menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi di puskesmas berhasil meningkatkan persentase
di puskesmas intervensi EMAS, karena di tingkat stabilisasi pemberian MgSO4 pra rujukan pada kasus-
fasilitas, puskesmas intervensi EMAS mendapatkan kasus di puskesmas intervensi EMAS yang dirujuk
penguatan melalui “pendampingan” dari Lembaga ke RSUD Serang. Bahkan pendekatan sistem ini juga
Kesehatan Budi Kemulyaan , dimana peningkatan ikut memperkuat sistem rujukan pada puskesmas non
kualitas pelayanan emergensi maternal dan neonatal intervensi EMAS, dengan adanya SIJARI EMAS
selalu dilakukan melalui penerapan Principle of Good di RSUD Serang dan adanya kebijakan regional di
Care (POGC) dan Clinical Governance (Tata Kelola tingkat stakeholder yang mendukung penguatan
Klinis). Dalam POGC penguatan dilakukan terhadap peranan bidan, namun perlu diingat bahwa penguatan
5 aspek penting yaitu dokumentasi, komunikasi, sistem yang berjalan di fasilitas perujuk juga harus
privasi, pengorganisasian tempat kerja dan terus di monitor dan ditingkatkan, sehingga kualitas
pencegahan infeksi, sedangkan penerapan tata kelola rujukan dapat terus maksimal dan sesuai standar, yang
klinis dilakukan melalui beberapa kegiatan antara lain akhirnya akan berkontribusi pada penurunan kematian
pembuatan dashboard ruangan, pembahasan kasus ibu dan neonatal.
rujukan, refreshing, update skill dan drill emergensi
untuk mempertahankan ketrampilan klinik. DAFTAR PUSTAKA
Monitoring rutin juga dilakukan secara mandiri
oleh fasilitas yang mendapatkan intervensi EMAS 1. Duley L. 2009. “Seminars in Perinatology: The
menggunakan tools “Penilaian Sistem Kinerja Global Impact of Pre-eclampsia and Eclampsia”.
Puskesmas”, suatu tools penilaian yang di adopt Elsevier 33 (3) :130–137
program EMAS dari standar PONED, yang didalamnya 2. Expanding Maternal and Neonatal Survival. 2012.
tercakup penilaian kompetensi petugas, persiapan tim Annual Report For Expanding Maternal and
emergensi, kelengkapan alat-alat emergensi serta Neonatal Survival, Jakarta: USAID
dokumentasi,SOP dan algoritma yang membantu 3. Carl H. Backes. et al. 2011 Maternal Preeclampsia
tenaga kesehatan di fasilitas untuk membangun sistem and Neonatal Outcomes, Journal of Pregnancy ;
yang mendukung kualitas pelayanan emergensi yang April 2011: 214365.
baik dan tepat termasuk penatalaksanaan kasus-kasus 4. Kementerian Kesehatan.2013. Buku Saku
PEB/eklampsia. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan, Jakarta:Kemenkes
KESIMPULAN 5. Altman D. et al. 2002. “Do women with pre-
eclampsia, and their babies, benefit from
Program EMAS yang melakukan pendekatan magnesium sulphate? The Magpie Trial: a
sistem secara komprehensif mulai dari tingkat randomised placebo-controlled trial”. Lancet, 359
fasilitas dasar dengan memperkuat kompetensi dan (9321):1877-1890
sistem yang berjalan baik di puskesmas maupun 6. Kementerian Kesehatan. 2014. Analisis Situasi
RSUD serang sebagai fasilitas rujukan melalui Kesehatan Neonatal, Jakarta:Kemenkes
“pendampingan” oleh Lembaga Kesehatan Budi

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 49


Hubungan Stimulasi Dini Oleh Ibu Balita

HUBUNGAN STIMULASI DINI OLEH


IBU BALITA DENGAN PERKEMBANGAN
KEMANDIRIAN ANAK PRA SEKOLAH

Mth. Sri Suwarti 1), Anggi Ika Yuniarti 2)


Akademi Kebidanan Wiyata Mitra Husada Nganjuk

e-mail : mthsrisuwarti@yahoo.co.id 1)

ABSTRACT

Active role mother in stimulating the development accordance with the child’s age affects the
development of the child, because the first five years of life is a period that is very sensitive to the environment.
This type of research is analytical of correlation studies. The population is all pre-school children in early
childhood Aisyiyah, Waung Village, District Baron, Nganjuk, using purposive sampling. Data was collected
using a questionnaire. The independent variable is the early stimulation, while the dependent variable
was the development of the preschool child’s independence. Analysis data was Chi Square statistical.The
Research shown that there is a correlation between early stimulation with the development of self-reliance
on pre-school children in early childhood Aisyiyah, Waung Village, District Baron, Nganjuk. Thus the
toddler’s mother is expected to be able to give enough attention and time to supervise and provide early
stimulation for their babies, so that the development of self-reliance may Toddler according to age.
Keywords: Early stimulation, development of independence, preschoolers

ABSTRAK

Ibu berperan aktif dalam merangsang perkembangan anaknya, stimulasi yang dilakukan akan
mempengaruhi perkembangan anak sesuai usianya, karena lima tahun pertama kehidupan adalah masa yang
sangat sensitif terhadap lingkungan. Jenis penelitian ini adalah analisis dari studi korelasi. Populasi adalah
semua anak pra-sekolah pada anak usia dini Aisyiyah, Waung, Kecamatan Baron, Nganjuk, menggunakan
purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Variabel bebas adalah stimulasi
dini, sedangkan variabel dependen adalah pengembangan kemandirian anak prasekolah ini. Data analisis
adalah Chi Square. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara stimulasi dini dengan
perkembangan kemandirian pada anak-anak pra-sekolah pada anak usia dini Aisyiyah, Waung, Kecamatan
Baron, Nganjuk. Sehingga ibu Balita diharapkan dapat memberikan cukup perhatian dan waktu untuk
mengawasi dan memberikan stimulasi dini untuk Balita mereka, sehingga perkembangan kemandirian
Balita akan sesuai dengan usianya.
Kata kunci: stimulasi dini, perkembangan kemandirian, anak-anak prasekolah

50 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Hubungan Stimulasi Dini Oleh Ibu Balita

LATAR BELAKANG kesehatan lain, dan monitoring dan evaluasi


tahunan pelayanan kesehatan ibu dan anak di
Anak memiliki suatu ciri yang khas wilayah Kabupaten Nganjuk. Program-program
yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak tersebut perlu terus dievaluasi dan dioptimalkan
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. dari waktu ke waktu sehingga target cakupan
Hal ini yang membedakan anak dengan orang SDIDTK di Kabupaten Nganjuk dapat dicapai
dewasa. Anak menunjukan ciri-ciri pertumbuhan dan dapat menghasilkan SDM generasi penerus
dan perkembangan sesuai dengan usianya1). yang berkualitas di masa mendatang. Dan dalam
Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penelitian ini, peneliti mengupayakan membuat
keterlambatan tumbuh kembang anak adalah instrumen yang didesain mudah dimengerti dan
kurang terampilnya ibu dalam menstimulasi dipahami responden sehingga memudahkan
perkembangan anak. Dalam melakukan stimulasi menggali informasi sesuai fakta yang terjadi.
perkembangan anak ibu tidak menggunakan Dengan menggunakan kuesioner untuk ibu
pedoman dari tenaga kesehatan, sehingga Balita tentang stimulasi yang dilakukannya dan
hasilnya tidak maksimal2). Hasil penelitian lembar observasi untuk memudahkan peneliti
terdahulu yang dilakukan menyatakan bahwa menilai perkembangan kemandirian anak.
ada hubungan antara keterampilan stimulasi ibu Dengan demikian diharapkan informasi dan data
dengan perkembangan motorik kasar pada anak yang diperoleh dapat menjawab semua tujuan
usia 2-3 tahun di Desa Jintel Kecamatan Rejoso dari penelitian yang dilaksanakan4).
tahun 20133). Menurut hasil penelitian Supinah, Berdasarkan uraian di atas penelitian ini
sebagian besar sebesar 53% keterampilan bertujuan untuk mengetahui hubungan stimulasi
stimulasi ibu adalah baik dan menghasilkan dini oleh ibu Balita dengan perkembangan
sebagian besar anak usia 2-3 tahun sebesar 71% kemandirian anak pra sekolah usia 36-48 bulan
memiliki perkembangan motorik kasar yang di PAUD Aisyiah Desa Waung Kecamatan Baron
sesuai. Analisa spearman rank menghasilkan Kabupaten Nganjuk 2014.
nilai rho hitung sebesar 0,687 menunjukkan
bahwa antara keterampilan stimulasi ibu dengan TUJUAN
perkembangan motorik kasar pada anak usia 2-3
tahun memiliki keeratan yang kuat. Artinya baik Tujuan penelitian ini adalah untuk
buruknya keterampilan ibu dalam menstimulasi mengetahui hubungan stimulasi dini oleh ibu
anaknya akan sangat berpengaruh pada balita dengan perkembangan kemandirian anak pra
perkembangan motorik kasar anaknya. sekolah
Beberapa upaya solusi yang telah dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk RANCANGAN / METODE
dalam mengembangkan atau meningkatkan
pelaksanaan program kegiatan SDIDTK guna Jenis penelitian adalah penelitian analitik
menjamin keberhasilan tumbuh kembang anak korelasional5). Sampel adalah seluruh anak
antara lain: mengadakan Buku Kesehatan Ibu prasekolah di PAUD Aisyiyah desa Waung
dan Anak (Buku KIA) dan Buku Pedoman Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk,
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Di Tingkat menggunakan teknik proposive sampling sehingga
Pelayanan Dasar, mengadakan formulir laporan diperoleh sampel 34 responden. Alat ukur yang
kesehatan dan formulir rekapitulasi laporan digunakan adalah kuesioner dan lembar observasi.
kesehatan anak Balita dan prasekolah, melakukan Yang hasilnya dianalisa dengan menggunakan uji
pelatihan SDIDTK bagi tenaga bidan dan tenaga statistik Spearman Rank dengan α = 0.05.

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 51


Hubungan Stimulasi Dini Oleh Ibu Balita

HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa responden memiliki keterampilan stimulasi


dini dengan kategori baik, yaitu sebanyak 15
Penelitian ini menunjukkan responden responden (44,1%). Jika hal itu dikaitkan dengan
yang memiliki keterampilan stimulasi dini dengan data umum responden, diperoleh fakta bahwa
kategori baik, yaitu sebanyak 15 responden (44,1%), responden dengan kelompok umur 21 - 35 tahun
sedangkan yang memiliki ketrampilan cukup sebanyak 21 responden (61,8%), responden yang
sebanyak 10 responden (29,4%), dan yang memiliki memiliki tingkat pendidikan SMA sederajad
ketrampilan kurang sebanyak 9 responden (26,5%). sebanyak 16 responden (47,1%), responden sebagai
Hasil uji korelasi Chi Square menghasilkan nilai ibu rumah tangga sebanyak 16 responden (47,1%),
p-value ≤ α , sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. responden yang memiliki 2 anak yaitu sebanyak 16
Artinya ada hubungan antara stimulasi dini oleh responden (44,1%).
ibu Balita dengan perkembangan kemandirian pada Stimulasi dini adalah rangsangan yang
anak pra sekolah di PAUD Aisyiyah, Desa Waung, dilakukan sejak bayi baru lahir yang dilakukan
Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk. setiap hari, untuk merangsang semua sistem
Tabel 1.
Analisa Hubungan Stimulasi Dini dengan Perkembangan Kemandirian Anak

Perkembangan Kemandirian Total


Stimulasi Dini Tidak Sesuai Sesuai
Jumlah Frekuensi Jumlah Frekuensi Jumlah Frekuensi

Baik 0 0% 15 44,1% 15 44,1%


Cukup 3 8,8% 7 20,6% 10 29,4%
Kurang 9 26,5% 0 0% 9 26,5%

Total 12 35,3% 22 64,7% 34 100%

Sumber : Data Primer, Juni 2014

Berdasarkan Tabel di atas diperoleh fakta indera6). Rangsangan yang dilakukan sejak
bahwa dari 9 responden (26,5%) yang memiliki lahir, terus menerus, bervariasi, dengan suasana
keterampilan stimulasi dini kurang, seluruhnya bermain dan kasih sayang. Berdasarkan pendapat
9 orang memiliki anak dengan perkembangan tersebut, stimulasi dini dipandang sebagai suatu
kemandirian yang tidak sesuai. Dari 10 responden proses perilaku yang dilakukan oleh ibu terhadap
(29,4%) yang memiliki keterampilan stimulasi dini anaknya. Menurut Green dipengaruhi oleh faktor
cukup, sebanyak 7 orang memiliki anak dengan predisposisi (predisposing factors), salah satu
perkembangan kemandirian yang sesuai dan 3 yang utama adalah pengetahuan. Pengetahuan
orang yang memiliki anak dengan perkembangan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan,
kemandirian tidak sesuai. Selanjutnya dari 15 umur, pengalaman, dan informasi. Semakin
responden (44,1%) yang memiliki keterampilan tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula
stimulasi dini baik, seluruhnya 15 orang memiliki mereka menerima informasi, dan pada akhirnya
anak dengan perkembangan kemandirian yang makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
sesuai. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya
Hasil penelitian ini telah menemukan fakta rendah, akan menghambat perkembangan sikap

52 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016


Hubungan Stimulasi Dini Oleh Ibu Balita

seseorang terhadap penerimaan, informasi dan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Lingkungan mengalami defisit sel otak dan simpanan zat gizi
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh sehingga mudah sakit dan membutuhkan waktu
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung lebih lama dalam perkembangan, mengalami
maupun secara tidak langsung. Bertambahnya kesulitan belajar, gangguan fungsi otak, gangguan
umur seseorang akan terjadi perubahan taraf kesehatan mental serta masalah tumbuh kembang
berfikir seseorang semakin matang dan dewasa7). lainnya. Riwayat persalinan dengan masalah
Pengalaman yang kurang baik akan berusaha untuk khusus juga berpotensi mengganggu proses tumbuh
dilupakan seseorang, namun jika pengalaman kembang anak. Anak-anak dengan kelainan motorik
tersebut menyenangkan, maka secara psikologis (palsi serebralis) diperkirakan disebabkan karena
timbul kesan yang membekas dan menimbulkan asfiksia intrauterin, hipoksia, perdarahan otak,
sikap positif. Kemudahan memperoleh informasi prematuritas, postmaturitas, hiperbilirubinemia
dapat membantu mempercepat seseorang untuk dan bayi kembar. Lingkungan postnatal merupakan
memperoleh pengetahuan yang baru. Hal ini lingkungan setelah lahir yang dapat mempengaruhi
senada juga diungkapkan Soetjiningsih bahwa tumbuh kembang anak, salah satunya posisi anak
pengetahuan mengenai stimulasi tumbuh kembang dalam keluarga dan status kesehatan anak Semakin
anak sangat penting untuk diketahui orang tua agar banyak jumlah anak, maka cadangan gizi ibu bagi
tercapai perkembangan dan pertumbuhan yang pertumbuhan bayi akan berkurang, serta pola asuh
optimal. Tingkat pendidikan orang tua merupakan menjadi tidak optimal. Ibu yang memiliki anak
faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, terlalu banyak menyebabkan kasih sayang orang
karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua pada anak terbagi, jumlah perhatian yang
tua dapat menerima informasi yang datang dari luar diterima per anak menjadi berkurang. Kondisi
terutama dengan cara pengasuhan anak yang baik ini memperburuk jika status ekonomi keluarga
agar anak dapat menjadi sehat dan dapat tumbuh tergolong rendah, sumber daya yang terbatas,
dan berkembang sebagaimana mestinya. termasuk bahan makanan harus dibagi rata kepada
Hasil penelitian ini telah menemukan fakta semua Balita8).
bahwa responden yang memiliki anak dengan Berdasarkan hasil pengujian korelasi Chi
perkembangan kemandirian yang sesuai, yaitu Square menyatakan bahwa ada hubungan antara
sebanyak 22 responden (64,7%). Jika dikaitkan stimulasi dini dengan perkembangan kemandirian
dengan data umum, diperoleh fakta bahwa pada anak pra sekolah usia 36-48 bulan di PAUD
responden yang memiliki 2 anak yaitu sebanyak 16 Aisyiyah, Desa Waung, Kecamatan Baron,
responden (44,1%) dan responden yang termasuk Kabupaten Nganjuk dengan pola hubungan yang
kelompok ibu yang memiliki riwayat persalinan bersifat searah.
berat badan bayi normal sebanyak 26 responden Perkembangan memerlukan rangsangan/
(81,3%). stimulasi khususnya dalam keluarga. Stimulasi
Faktor lingkungan yang mempengaruhi merupakan hal yang penting dalam proses tumbuh
pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi
lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal. yang terarah dan teratur dari orang tua akan lebih
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kandungan yang umumnya tercermin dari riwayat kurang/tidak mendapat stimulasi. Perkembangan
status gizi waktu lahir. Bayi yang lahir dengan berat kemandirian dan sosialisasi Balita usia 36-48 bulan
badan normal memiliki risiko kecil mengalami dapat ditingkatkan melalui stimulasi dini dengan
gangguan tumbuh kembang dibandingkan bayi cara mendorong anak mengutarakan perasaan,
yang lahir dengan masalah pesalinan khusus. mengajak anak bermain dan berjalan-jalan serta

JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016 53


Hubungan Stimulasi Dini Oleh Ibu Balita

membantu pekerjaan rumah yang ringan9). Waktu DAFTAR PUSTAKA


yang tepat untuk mengajari anak mandiri adalah
ketika usia 2-3 tahun. Dengan melatih kebutuhan 1. Anonim, 2007. Pedoman Pelaksanaan
anak untuk mandiri sejak dini, dan membantu Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
anak untuk menunjukkan kemampuannya, bahwa Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar.
ia mampu makan sendiri, pakai baju sendiri, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
maka ketika anak memasuki usia pra sekolah, ia Indonesia
makin terlatih mandiri. Bila anak masih kurang 2. Sulistyawati, Ari, 2014. Deteksi Tumbuh
mandiri, biasanya disebabkan orang tua kurang Kembang Anak. Jakarta: Salemba Medika
memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih 3. Supinah. 2011. Hubungan Antara Ketrampilan
mandiri. Anak selama 24 jam selalu dilayani, baik Stimulasi Ibu Dengan Perkembangan Motorik
oleh pengasuhnya maupun ibunya sendiri untuk Kasar Pada Anak Usia 2-3 Tahun di Desa
memenuhi semua kebutuhannya9). Jintel Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk.
Skripsi.Program Studi Kebidanan (D-IV)
KESIMPULAN Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri.
4. Cahyaningsih, Dwi Sulistyo. 2011.
Bahwa stimulasi dini oleh ibu Balita Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja.
yang baik akan mempengaruhi perkembangan Jakarta: Transinfo Media.
kemandirian pada anak pra sekolah. Untuk itu perlu 5. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi
adanya perhatian khusus dalam menstimulasi anak Kesehatan Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi.
agar perkembangannya dapat optimal. Jakarta: Rineka Cipta.
6. Soedjatmiko, 2009. Membentuk Anak Sehat,
Tumbuh Kembang Optimal, Kreatif dan Cerdas
Multipel. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
7. Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Promosi
Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
8. Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Siapa Bilang Anak
Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
9. Hilmansyah, Hilman. 2011. 3 Penyebab
Balita Kurang Mandiri. Kompas Online Edisi
28 September 2011. Sumber: http://female.
kompas.com/read/2011/09/28/11414157/3.
Penyebab.Balita.Kurang.Mandiri. Diunduh 25
Juni 2014

54 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016

Anda mungkin juga menyukai