Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita sekalian,
sehingga kita dapat menerbitkan jurnal ilmiah bidan volume 1 nomor 2 sebagai upaya terobosan dari PPIBI
sesuai dengan rencana kerja 2013-2018.
Jurnal ilmiah bidan merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
sebagai sarana untuk menyajikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pelayanan
kebidanan. Dalam proses pengerjaannya, tentunya tidak sedikit halangan, namun dengan bantuan berbagai
pihak yang tidak pernah berhenti dapat teratasi.
Jurnal Ilmiah Bidan dapat dimanfaatkan oleh semua bidan baik para akedemisi, bidan provider,
maupun bidan yang ada di birokrasi dan di lembaga lainnya. Jurnal ini juga terbuka bagi mahasiswa
kebidanan dan masyarakat umum yang tertarik dengan masalah kebidanan. Harapan kami terbitan jurnal
ini dapat menjadi wadah berbagi ilmu bagi teman-teman sejawat serta dengan hadirnya Jurnal Bidan ini
semakin memicu tumbuh dan suburnya budaya menulis ilmiah serta semangat berkarya di antara kita.
JUDUL, TIMES NEW ROMAN 14pt, DIBUAT DENGAN HURUF KAPITAL SEMUA DAN
DICETAK TEBAL DALAM BAHASA INDONESIA MAKSIMAL 14 KATA
(batas maksimum judul adalah tiga baris)
Nama Penulis 11), Nama Penulis 22), Nama Penulis 33), dst.
1)Nama dan alamat instansi/afiliasi (Program Studi, Fakultas, Universitas) penulis 1
2)Nama dan alamat instansi/afiliasi (Program, Studi, Fakultas, Universitas) penulis 2
3)Nama dan alamat instansi/afiliasi (Program, Studi, Fakultas, Universitas) penulis 3
(Jika penulis lebih dari tiga orang maka cukup nama dan alamat instansi/afiliasi penulis utama yang
ditulis)
e-mail : bidan@domain.com (Ditulis hanya alamat email penulis pertama/utama)
Abstract
This electronic document is a “live” template. The various components of your paper [title, text,
method, etc.] are already defined on the style sheet, as illustrated by the portions given in this document.
Keywords: keyword 1, keyword 2, keyword 3, etc. (max. 5 keywords)
Abstrak
Penulis diwajibkan untuk mengikuti dengan tepat panduan penulisan naskah yang akan diterbitkan
dalam Jurnal IBI vol 2. Format berkas naskah adalah Microsoft Word 2003. Oleh karena itu penulis dihimbau
untuk membaca naskah ini sampai selesai sebelum mengubah format naskah yang akan dikirimkannya.
Abstrak terdiri atas satu paragraf yang di dalamnya hanya boleh terdapat kata-kata dan lambang. Persamaan
sedapat mungkin tidak terdapat dalam abstrak, kecuali terpaksa. Simbol (terutama huruf Yunani) disisipkan
dengan menggunakan menu Insert → Symbol dalam Microsoft Word 2003, jangan menggunakan huruf
biasa yang kemudian diganti fontnya dengan font Symbol. Hal ini penting karena huruf akan berubah
fontnya saat style yang telah ada dalam naskah ini diterapkan. Symbol yang muncul karena bentuk font
akan menjadi huruf biasa. Abstrak berisikan penjelasan singkat mengenai isi naskah yang sedikitnya
memuat tiga hal utama, yaitu: (a) tujuan penelitian, (b) metode penelitian, dan (c) hasil penelitian. Abstrak
diketik menggunakan spasi tunggal dan maksimum 300 kata. Selain itu penulis dapat menambahkan
gambaran umum tentang penelitian, alasan dilakukannya penelitian, serta saran dan rekomendasi yang
diajukan asalkan tidak melebihi 300 kata. Seluruh tulisan ditulis menggunakan kertas A4 rata kanan kiri,,
1 spasi dengan margin kanan, kiri, atas, dan bawah 3cm. Abstrak dilengkapi dengan kata kunci (3 sampai
5 kata kunci) yang berfungsi untuk memudahkan pencarian isi naskah ini secara elektronik. Isi naskah
harus dilengkapi dengan abstrak berbahasa Inggris yang merupakan terjemahan dari abstrak dalam bahasa
Indonesia.
Kata Kunci: kata kunci 1, kata kunci 2, kata kunci 3, dst. (maksimal 5 kata kunci)
4
iv JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016
Format dan Aturan Penulisan
PENDAHULUAN SIMPULAN
Bagian ini terdiri dari dua bagian. Bagian Memuat pernyataan singkat, padat, tegas,
pertama berisi studi literature terkait dengan isi dan pasti dari hasil penelitian.
naskah, menjelaskan apa-apa yang telah diteliti
dan dilaporkan orang lain dengan merujuknya UCAPAN TERIMAKASIH (Optional)
pada jurnal, prosiding, buku, bab dari buku dengan
banyak penulis atau bab dalam buku, buku dengan Memuat ucapan penghargaan kepada
editor, majalah/koran/bulletin, skripsi, tesis, dan institusi penyandang dana penelitian atau orang
disertasi, website, Wikipedia, dokumen resmi, dan yang membantu pelaksanaan penelitian dan atau
makalah seminar, lokakarya, dan penataran. Semua penulisan laporan.
referensi yang dirujuk dalam paparan, (Nama,
tahun) untuk kutipan tidak langsung atau (Nama, DAFTAR PUSTAKA
tahun: hlm) untuk kutipan langsung. Semua kutipan
dicantumkan di dalam Daftar Pustaka. Pendahuluan Sumber yang dirujuk sesuai aturan
diharapkan maksimum 35 persen dari keseluruhan Vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam
isi naskah. keseluruhan teks, dibatasi 25 rujukan dan 80%
Bagian kedua menceritakan secara singkat merupakan periode publikasi 10 tahun terakhir.
kerangka atau outline dari naskah dan tujuan yang
ingin dicapai/diketahui, misalnya bahwa terkait Disusun sesuai nomor urut. Contoh :
dengan studi literatur telah dilakukan pengamatan 1. Cutnell, J.D., & Johnson, K.W. 2012. Physics
dengan rentang lain parameter dengan model yang (9th ed.). New Jersey: John Wiley & Sons.
dimodifikasi. Cara pengamatan akan dijelaskan 2. Giancoli, D.C. 2001. Fisika (Edisi ke-5, Jilid
dalam bagian Metode dan hasilnya akan dibicarakan ke-2). Terjemahan oleh Y. Hanum dan I. Arifin.
dalam bagian Hasil dan diskusi. 1999. Jakarta: Erlangga.
3. Taber, K.S. 2010. ”Intuitions, Conceptions and
METODE Frameworks: Modelling Student Cognition
in Science Learning”. dalam M. S. Khine &
Metode penelitian disesuaikan dengan jenis I. M. Saleh (Eds.). New Science of Learning:
penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, atau mixed. Cognition, Computers and Collaboration in
Pada bagian metode diharapkan cukup jelas Education, 163 – 182. Dordrecht: Springer.
paparan tentang : rancangan penelitian, subjek/ 4. Rusdiana, D., Hasanah, L., dan Suhendi, E.
populasi sampel/focus dan objek penelitian, teknik 2010. ”Mekanisme Hamburan Defek Statis Dan
pengumpulan data dan instrument penelitian, dan Vibrasi Termal Terhadap Mobilitas Elektron
teknik analisis data. pada Film Tipis GaN”. Berkala Fisika, 13 (1):
39 – 44.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Contoh penulisan daftar pustaka:
Berisikan uraian dalam urutan logis tentang Buku
hasil penelitian beserta data dalam bentuk gambar Cutnell, J.D., & Johnson, K.W. 2012. Physics (9th
dan atau table dilengkapi dengan pembahasan ed.). New Jersey: John Wiley & Sons.
secara ilmiah dan komprehensif serta didukung
oleh pustaka ilmiah yang relevan. Buku Terjemahan
Giancoli, D.C. 2001. Fisika (Edisi ke-5, Jilid ke-2).
Terjemahan oleh Y. Hanum dan I. Arifin. 1999. Koran (tanpa nama penulis)
Jakarta: Erlangga. Kontributor Jawa Pos. 1995. ”Wanita Kelas
Bawah Lebih Mandiri”. Jawa Pos, Edisi 22
Bab dalam Buku dengan Editor April 1995. pp.3.
Taber, K.S. 2010. ”Intuitions, Conceptions and
Frameworks: Modelling Student Cognition Dokumen Resmi
in Science Learning”. dalam M. S. Khine & Pemerintah Republik Indonesia. 2009.
I. M. Saleh (Eds.). New Science of Learning: ”Undang-undang Republik Indonesia Nomor
Cognition, Computers and Collaboration in 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Education, 163 – 182. Dordrecht: Springer. Pengelolaan
6
vi JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.I, NO.2, 2016
Hubungan Promosi Kesehatan Reproduksi
email: deyantina@gmail.com
ABSTRACT
Adolescence is a period which the physical development such as the emergence of sex traits, primary,
secondary and psychological form of sexual behavior. Sexual problems in adolescents because of the factor
of hormonal changes that increase sexual desire. From many research about sexual behavior cases in
adolescents, it become worried because the sexual behavior of teenagers today is already beyond the
limit and seriously, especially in late adolescence. The sex behavior occur are not accompanied by a
discussion on the promotion of reproductive health adequate with adolescent it self. The aim of the study to
determine the relationship of reproductive health promotion with adolescent sexual behavior risk factors
in South Jakarta High School. The study design was analityc cross sectional. The Subject of the study were
high school students, 96 people. The sampling use Proportional Stratified Random Sampling. The data
use primary data by giving questionnaires to respondents. Data was analysis using chi-square.The resut
of the study: found no relationship between knowledge, experience dating, sex perception, resources and
communication peers in adolescent sexual risk behavior (p-value <0.05).
Keyword : Reproductive health promotion , sexual behavior , teen
ABSTRAK
Masa remaja adalah masa terjadinya perkembangan fisik berupa munculnya ciri-ciri seks primer,
sekunder serta psikologis berupa prilaku seksual. Masalah seksual pada remaja karena faktor-faktor perubahan
hormonal yang meningkatkan hasrat seksualnya. Dari beberpa penelitian mengenai kasus perilaku seksual
pada remaja dari waktu ke waktu semakin mengkhawatirkan karena perilaku seksual remaja sekarang ini
sudah melebihi batas dan cukup mengkhawatirkan terutama pada masa remaja akhir. Perilaku-perilaku
seks yang terjadi tidak diiringi dengan pemaparan tentang promosi kesehatan reproduksi yang memadai
pada diri remaja Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan promosi kesehatan reproduksi terhadap
faktor risiko perilaku seksual remaja di SMA wilayah Jakarta Selatan. Desain penelitian adalah analitik
dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah siswa SMA berjumlah 96 orang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode Proportional Stratified Random Sampling.Data yang digunakan adalah
data primer dengan memberikan angket kepada responden. Analisis data menggunakan uji chi-square.Hasil
penelitian SST ditemukan ada hubungan antarapengetahuan, pengalaman pacaran, persepsi seks, sumber
informasi serta komunikasi teman sebaya dengan risiko prilaku seks remaja (p-value<0.05).
Kata Kunci : promosi kesehatan reproduksi, perilaku seksual, remaja
(54,3%), sumber Informasi yang terbanyak adalah teman sebaya yang terbanyak komunikasi aktif 52
Media cetak 56 responden (58,3%), komunikasi responden(54,2%).
dengan orang tua yang terbanyak komunikasi pasif Hasil analisis bivariate dapat dilihat pada
70 responden (72,9%), dan komunikasi dengan table 1 berikut ini:
Tabel 1.
Hubungan antara promosi kesehatan dengan factor risiko perilaku sekusal remaja
Data diatas menunjukkan bahwa dari cepatnya perkembangan seksual pada remaja,
sembilan variable, ada lima variable yaitu ketertarikan dengan lawan jenis pun semakin
pengetahuan, pengalaman pacaran, persepsi seks, meningkat. Para remaja baik laki – laki maupun
sumber informasi dan komunikasi dengan teman perempuan mulai saling memperhatikan, dan
sebaya berhubungan secara bermakna dengan factor masing – masing timbul keingintahuan yang makin
risiko perilaku seksual remaja (p-value<0.05). besar tentang lawan jenisnya.11
Sedangkan empat variable lainnya yaitu promosi Hasil penelitian diperoleh nilai p= 0,010
kesehatan, jenis kelamin, lokasi pacaran, dan berarti ada hubungan antara perilaku seks dengan
komunikasi orang tua tidak berhubungan bermakna persepsi seks. Penelitian ini relevan dengan
(p-value>0.05). pendapat( Rufaiah,M 2007)14 yang menyatakan
Hasil penelitian diperoleh ada hubungan bahwa persepsi mempengaruhi sikap dan
antara perilaku seks dengan Pengetahuan pemebentukan label dan atribut sifatnya positif
dengan nilai P 0,00 (p<0,05). Berbagai faktor maka individu tersebut akan menyandang hal – hal
mempengaruhi pembentukan sikap atau negatif. yang positif yang lambat laun akan berkembang
atau positif . Secara teori perubahan perilaku atau secara positif pula dalam diri mereka. Namun
mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap jika label dan atribut tersebut sifatya negatif
– tahap yang meliputi perubahan pengetahuan maka hal – hal negatif pun secara bertahap
dan sikap.11 Jika pengetahuan seserang baik akan tumbuh subur untuk menjadi bagian dari
maka kecenderungan sikap yang positif. %). perkembangan keperibadaian mereka, bila individu
Pengetahuan seks remaja dapat mempengaruhi mempersepsikan bahwa sesuatu itu positif maka ia
sikap individu terhadap perilaku seksual remaja, akan bersikap positif kepada objek tersebut dan
karena pengetahuan merupakan salah satu fakor jika individu tersebut memiliki sikap posistif maka
penting dalam pembentukan sikap seorang remaja perilakuknya akan positif juga. Demikian halnya
yang memasuki masa peralihan.9 Pengetahuan juga dengan remaja yang memiliki persepsi negatif
dapat merubah persepsi sesorang tentang seksualitas tentang seks akan memebentuk perilaku yang
tersebut (Adikusumo, 2005).6 Pengetahuan remaja negatif pula.14
tentang hubungan seksual pranikah merupakan Hasil penelitian diperoleh P 0,002,(p<0,005)
keyakinan atau opini setiap individu terhadap berarti ada hubungan antara perilaku seks dengan
hubungan seksual, pengetahuan ini dapat bersifat sumber informasi. Sumber informasi sebagaimana
positif dan negatif yang tergantung pada luasnya yang dikemukakan dalam teori health belief
wawasan dan nilai moral setiap individu. Apabila merupakan salah satu faktor penting terhadap
seorang individu menyadari bahwa hubungan terjadinya perilaku pada remaja. Teori health belief
seksual pranikah merupakan tindakan yang tidak mengandung pernyataan yang mengemukakan
dapat diterima oleh keluarga dan lingkungan bahwa kempanye media massa / cetak merupakan
komunitas, maka potensi remaja tersebut untuk salah satu faktor dalam coes to action yang
melakukan hubungan seksual pranikah semakin berperan penting untuk mengubah perilaku remaja
kecil (Sekarrini 2012).5 (Glanz, et all, 2008).8 Media berperan sangat
Hasil penelitian diperoleh nilai P 0,010 penting dalam penyebar luasan informasi. Banyak
(p<0,05) ini ada hubungan antara perilaku seks banyak remaja terpapar oleh media, baik media
dengan pengalaman pacaran. Pada masa remaja, cetak maupun media elektronik. Media berperan
manusia mulai mengalami masa terjadinya sangat penting dalam penyebar luasan informasi.
perubahan – perubahan fisik, kogntf dan perubahan Banyak banyak remaja terpapar oleh media, baik
seksual. Perubahan ini berlangsung cepat termasuk media cetak maupun media elektronik. Dari survei
perubahan seksualnya. Seiring dengan semakin yang dilakukan mengenai akses informasi pada
remaja terhadap beberapa media massa ternyata sehingga prilaku yang dianggap merugikan akan
televisi merupakan media masa yang paling di ditinggalkan. Terpaparnya informasi kesehatan
sukai oleh remaja yaitu sebanyak 79% (Djuwita, yang sering bisa menjadi suatu indikator seseorang
2008).8 Kecepatan informasi yang didapatkan dari memahami suatu makna.12,17
media cetak maupun media sosial membuat segala Hasil penelitian diperoleh Nilai P 0,35,
informasi dapat menyebar dengan cepat dikalangan (p>0,05) ini berarti tidak ada hubungan antara
remaja.8 perilaku seks dengan jenis kelamin. Dalam
Hasil penelitian diperoleh didapatkan nilai kesehatan reproduksi jenis kelamin dibedakan
P 0,00 (p<0,005) ini berarti ada hubungan antara berdasarkan organ seksualnya yaitu laki-laki dan
perilaku seks dengan komunikasi teman sebaya. perempuan. Di dalam teori Green jenis kelamin
Teman sebaya adalah anak-anak dengan usia merupakan faktor predisposing terhadap perilaku
dengan tingkat kedewasaan yang kurang lebih kesehatan. Beberapa penelitian tentang hubungan
sama. Sedangkan fungsi yang paling penting dari jenis kelamin dengan perilaku beresiko menyatakan
kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan
sumber informasi dan perbandingan tentang dunia perilaku seksual remaja seperti hasil penelitian yang
di luar keluarga. Interaksi teman sebaya yang dilakukan oleh Pristina (2012)16 mengungkapkan
memiliki usia yang sama memaminkan peran resiko remaja laki-laki untuk berprilaku sesksual
khusus dalam perkembangan sosio-emosional anak. beresiko 29.91 kali dibandingkan dengan remaja
Teman sebaya memainkan peran pertemanan lebih perempuan, faktor biologis dan sosial berperan
cenderung pada lingkungan sekolah menengah dimana remaja laki-laki cenderung lebih mudah
ketimbang sekolah dasar (Robert, 2012).5 Dari terangsang terhadap dorongan seksual dan lebih
analisis WHO (2004) dalam Sekarrini (2012) bebas dari pengawasan orang tua.16
pada literatur kesehatan reproduksi dan seksual Hasil penelitian diperoleh nilai P 0,208
dari seluruh dunia melaporkan bahwa pembicaran ( p>0,005) berarti tidak ada hubungan antara
tentang kesehatan reproduksi dan seksual serta risiko perilaku seks dengan lokasi pacaran. Pada
mempunyai teman yang aktif dalam melakukan penelitian ini remaja yang memiliki pacar memilih
hubungan seksual merupakan faktor resiko untuk lokasi dominan dilokasi umum yang sering
melakukan hubungan seksual pertama kali.2 digunakan pasangan dalam menghabiskan waktu
Promosi kesehatan (penyuluhan kesehatan) pacaran. Tempat umum yang sering dipilih oleh
dapat berjalan secara sistematis, terarah dan pasangan antara ain mall, bioskop, kafe, karaoke.
terencana sesuai konsep promosi kesehatan bahwa Namun yang mendominasi adalah sekolah hal ini
individu dan masyarakat bukan hanya sebagai objek/ dikarenakan pasangan berasal dari sekolah yang
sasaran yang pasif menunggu tetapi juga sebagai sama, dan mereka hampir setiap harinya bertemu.
pelaku maka perlu pengelolaan program promosi Dalam hubungan lokasi pacaran terhadap prilaku
kesehatan mulai dari pengkajian, perencanaan, seksual, bukan menjadi indicator seorang pasangan
penggerakan pelaksanaan, pemantauan dan kekasih untuk melakukan hal – hal yang mengarah
penilaian. Sebagai indkator yang dapat diperoleh pada sikap yeng berisiko melakukan tindakan
dalam mencapai keberhasilan suatu proses seksual, karena indvidu yang bersangkutan
pendidikan kesehatan adalah adanya peningkatan memiliki sikap dan pengetahuan yang baik atau
pengetahuan dan sikap individu yang diaplikasikan tidak, kerena dengan sikap dan pengetahuan yang
dalam perilaku. Promosi kesehatan seharusnya baik akan mempengaruhi pola pikir dan prilaku
mempuyai dampak kuat terhadap perubahan prilaku sesoarang dimana pun berada. Sehingga jika mereka
seseorang, dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang berpacaran maka gaya pacarannya pun tidak akan
sebelumnya tidak mengerti menjadi mengerti, melampaui batas norma walaupun pemilihan lokasi
HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN
SENAM HAMIL DENGAN
KECEMASAN PRIMIGRAVIDA DALAM
MENGHADAPI PERSALINAN
e-mail : deyana_angraini@yahoo.com
ABSTRACT
Pregnancy and childbirth is a natural process and cause pain. Many women feel the pain more
severe than it should be, because it is influenced by a sense of panic and stress. Exercise during pregnancy
is one way that can help pregnant women to cope the anxiety. The purpose of this study is to determine
the participation of exercise during pregnancy to reducing the primigravida anxiety in the face of labor in
Puskesmas western region Year 2015. The type of study is experimental, the design of this study is quasy
non equivalent control group. The population in this study were all primigravida pregnant women third
trimester in puskesmas western region in 2015 consists of the control group and the treatment group. Data
analysis techniques with T test to see the difference from exercise during pregnancy participation in the
control group and the treatment group. The test results of independent T test statistic is known that pvalue =
0.00 with α = 0.05 is stated that exercise during pregnancy is effective in reducing anxiety in primigravida
pregnant women when face of labor.
Key Word : exercise during pregnancy, anxiety
ABSTRAK
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang alami dan menimbulkan rasa sakit. Namun
banyak wanita yang merasakan sakit tersebut lebih parah dari seharusnya karena banyak dipengaruhi
oleh rasa panik dan stres. Senam hamil adalah salah satu cara yang dapat membantu wanita hamil untuk
mengatasi kecemasannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keikutsertaan senam hamil dalam
mengurangi kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Kecamatan wilayah
barat Tahun 2015. Jenis Penelitian ini adalah quasy eksperimental dengan jenis rancangan non equivalent
control group. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil Primigravida trimester ketiga yang
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kecamatan wilayah barat tahun 2015 terdiri dari kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan. Teknik analisis data dengan uji T test untuk melihat perbedaan dari
keikutsertaan senam hamil pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil uji statistic independent T
test diketahui bahwa nilai p=0,00 dengan α=0,05 dinyatakan bahwa senam hamil efektif dalam mengurangi
kecemasan ibu hamil primigravida dalam menghadapi persalinan.
Kata Kunci : Senam Hamil, Kecemasan
Kecamatan wilayah barat tahun 2015 dengan banyak pada pendidikan tinggi sebanyak 82,7%.
jumlah responden pada masing-masing kelompok Untuk variabel pekerjaan pada kelompok kontrol
sebanyak 15 orang. Jadi total sampel pada penelitian paling banyak responden bekerja sebanyak 70%
ini adalah sebanyak 30 orang, dengan kriteria sedangkan untuk kelompok perlakuan paling
Inklusi : Ibu Hamil Primigravida, Trimester III, banyak responden tidak bekerja sebanyak 64,5%.
Sehat Jasmani dan Rohani, Bersedia menjadi Proporsi tingkat kecemasan pada kelompok
responden kontrol maupun kelompok perlakuan berada pada
Kriteria Ekslusi : Multigravida, kehamilan tingkat kecemasan ringan adalah 12 orang (80%)
Risiko terhadap senam hamil. dan kecemasan sedang adalah 3 orang (20%)
Analisis data dengan menggunakan analisis Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada
univariat terkait dengan variabel karakteristik tabel berikut ini:
Tabel
Kecemasan pada ibu hamil primigravida sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol di Puskesmas wilayah Barat
Kelompok Intervensi
Sebelum 15 10.93 0,001 6.72 – 9.42
Sesudah 15 19.00
Selisih 8.07
Kelompok Intervensi
Sebelum 15 9.13 0,001 2.64 – 5.49
Sesudah 15 13.20
Selisih 4.07
(umur, pendidikan, pekerjaan) dan variabel terikat Tabel diatas menunjukkan ada perbedaan
(tingkat kecemasan ibu primigravida dalam secara bermakna kecemasan pada ibu hamil
menghadapi persalinan). Analisa bivariat dengan primigravida sebelum dan sesudah dilaksanakan
menggunakan uji t dependent dan uji t independent senam hamil pada kelompok perlakuan (Pvalue =
untuk mengetahui keikutsertaan senam hamil 0.001 dan α=0.05). Penurunan kecemasan pada ibu
dengan kecemasan ibu primigravida dalam primigravida kelompok perlakuan sebesar 8.07. Ada
menghadapi persalinan. perbedaan secara bermakna kecemasan ibu hamil
primigravida sebelum dan sesudah dilaksanakan
HASIL DAN PEMBAHASAN senam hamil pada kelompok perlakuan (Pvalue =
0.001 dan α=0.05). Penurunan kecemasan pada ibu
Hasil analisi univariat menunjukkan hamil primigravida pada kelompok kontrol sebesar
bahwa proporsi usia respondent terbanyak pada 4.07.
kelompok kontrol adalah 20-35 tahun sebanyak Tabel diatas menunjukkan ada perbedaan
87 % dan kelompok perlakuan ada 70,9 %. secara bermakna kecemasa pada ibu hamil
Variabel pendidikan pada kelompok kontrol primigravida setelah perlakuan pada kelompok
paling banyak pada pendidikan tinggi 83%, perlakuan dan kontrol (pvalue= 0,001 dan α =
sedangkan pada kelompok perlakuaan paling 0,05)
Tabel 2
Kecemasan pada ibu hamil primigravida sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol setelah perlakuan di Puskesmas wilayah Barat
menghadapi persalinan Pvalue= 0,001 (p<0,005) memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kondisi
Artinya ada perbedaan tingkat kecemasan ibu hamil. Saat ibu hamil melakukan latihan
antara ibu primigravida yang mengikuti senam pernafasan, khususnya pernafasan dalam, mereka
hamil dan yang tidak mengikuti senam hamil. merasakan nafasnya menjadi lebih teratur, ringan,
Kondisi itu menunjukkan bahwa senam hamil efektif tidak tergesa-gesa, dan panjang. Latihan penguatan
mengurangi kecemasan menghadapi persalinan. dan peregangan otot juga berdampak pada
Senam hamil merupakan sebagian dari latihan berkurangnya ketegangan pada ibu hamil. Di akhir
yang bisa membantu ibu hamil dalam meningkatkan program senam hamil, terdapat latihan relaksasi
kondisi fisiologis dan psikologisnya. Hasil penelitian yang menggabungkan antara relaksasi otot dan
ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh relaksasi pernafasan. Pada latihan ini, ibu hamil
Rastegari (2005) yang menyatakan bahwa latihan melakukannya sambil membayangkan keadaan
yang dilakukan selama kehamilan akan menolong bayi di dalam perut baik-baik saja. Hal ini cukup
ibu dalam menghadapi stress dan kecemasan. membawa pengaruh relaksasi, bahwa dengan
Seorang ibu hamil primigravida yang akan bersalin membayangkan sesuatu yang menyenangkan dapat
untuk pertama kalinya biasaya memiliki ketakutan membuat tubuh menjadi rileks.
terhadap cerita dari lingkungannya mengenai Semakin sering ibu hamil melakukan senam
persalinan sehingga berdampak pada kecemasan akan hamil semakin berkurang tingkat kecemasannya
ketidaktahuan tentang persalinan tersebut. Stress dalam menghadapi persalinan dan sebaliknya
dapat menimbulkan beberapa reaksi dalam tubuh jika tidak pernah melakukan senam hamil maka
ibu hamil. Kecemasan yang terjadi terus menerus kecemasan ibu hamil akan meningkat.
dapat menyebabkan syaraf simpatetik memacu kerja Pada latihan senam hamil terdapat teknik
pernafasan paru-paru guna mengalirkan oksigen ke relaksasi yang dapat mengurangi kecemasan,.
jantung sehingga jantung dengan kuat memompa Maka relaksasi dapat menekan rasa tegang dan
darah guna dialirkan ke seluruh tubuh, termasuk cemas.1,2,4,9,10
yang dialirkan ke dalam janin melalui plasenta
dalam rahim ibu. Kecemasan yang dirasakan ibu KESIMPULAN
hamil dapat menyebabkan aktivitas kesehariannya
menjadi terganggu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Pada kelompok perlakuan, tingkat kecemasan di Puskesmas kecamatan wilayah Barat tahun 2015
mengalami penurunan setelah melakukan senam didapatkan : ada penurunan rata-rata kecemasan pada
hamil. Hal ini dikarenakan kelompok perlakuan ibu primigavida sebelum dan sesudah dilakukan
cukup disiplin dalam melakukan senam hamil intervensi (P value 0,001, 95% CI 3.8 – 7.8)
baik di tempat penelitian maupun di rumah. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh SARAN
Larasati (2010) yang menemukan bahwa ibu hamil
yang rutin melakukan senam hamil akan memberi Saran yang diberikan adalah diharapkan
kontribusi besar untuk kelancaran proses persalinan. ibu hamil lebih aktif mengikuti kelas ibu hamil,
Dalam penelitian ini, senam hamil terbukti sehingga pengetahuan yang diperoleh juga
memiliki dampak positif dalam menyeimbangkan semakin bertambah sehingga mampu mengurangi
kondisi psikologis ibu hamil. Tiga komponen inti kecemasan, dan mampu merencanakan persalinan
senam hamil (latihan pernafasan, latihan penguatan dengan lebih baik. Puskesmas Diharapkan lebih
dan peregangan otot, serta latihan relaksasi) intensif dalam mensosialiasikan kelas ibu hamil,
ternyata mengandung efek relaksasi pernafasan dan memberikan motivasi kepada semua ibu hamil
dan relaksasi otot. Ketiga komponen inti tersebut agar dapat mengikuti kelas ibu hamil.
email: cecoatepay@gmail.com
ABSTRACT
Background: Most women have experience dealing with labour pain and delivery process. Traditional
selecting method such as acupressure can be used to reduce pain labour that has conducted in acupoints.
The aim of this article is to examine acupressure effectively that can be reduce pain labour. Method: This
article uses literature review from database such as Cochrane Library 2011, Proquest and Science Direct
with the theme acupressure in labour. Results: Pain labour occurs due to uterine contractions, cervical
dilation and thinning, as well as a decrease in the fetus during labor. It makes increasing blood pressure,
pulse, respiration, perspiration, pupil diameter, and tension in the muscles. Acupressure can facilitate the
delivery process for improving the effectiveness of the contractions of the uterus. It also helps produce
endorpine which serves to reduce the pain. It has no side effects or harm to patients and can be performed
by midwives, nurses and husband during labour. Conclusion: Most women choose acupressure as a method
to reduce pain labour. It is due to cheap, easily to learn and quite effective to reduce pain labour. However,
further study about acupressure effectively should be done to get more valid results.
Keywords: acupressure, pain, delivery, method, traditional, alternative
ABSTRAK
Latar Belakang: Banyak wanita mengalami nyeri selama persalinan dan melahirkan. Pemilihan
metode tradisional seperti akupresur mampu mengurangi nyeri persalinan yang dilakukan di beberapa titik
akupuntur. Tujuan artikel ini adalah mengkaji efektivitas akupresur yang digunakan untuk mengurangi
rasa nyeri selama persalinan. Metode: Artikel ini menggunakan metode studi tinjauan pustaka dari
jurnal ilmiah dengan tema akupresur pada persalinan. Jurnal yang ditelaah dalam artikel ini berasal dari
The Cochrane Library 2011, Proquest dan Science Direct. Hasil: Nyeri yang terjadi selama persalinan
diakibatkan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan. Hal ini
mengakibatkan naiknya tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan
pada otot. Akupresur dapat memudahkan proses persalinan karena meningkatkan efektivitas kontraksi pada
uterus. Akupresur juga membantu memproduksi hormon endorpine yang berfungsi mengurangi rasa sakit.
Metode ini tidak memiliki efek samping atau kerugian pada pasien dan dapat dilakukan oleh bidan, perawat
maupun suami selama persalinan. Kesimpulan: Banyak ibu memilih akupresur sebagai metode penghilang
rasa nyeri selama persalinan, metode ini disebabkan karena murah, mudah dipelajari, dan cukup efektif
untuk mengurangi nyeri selama persalinan namun studi lanjutan mengenai efektifitas akupresur masih perlu
dilakukan untuk hasil yang lebih valid.
Kata Kunci: akupresur, nyeri, persalinan, metode, tradisional, alternatif
Menurut Dibble et al. titik SP6 dan titik LI4 UCAPAN TERIMA KASIH
merupakan titik rahim. Penekanan pada kedua
titik ini akan memperbaiki ketidakseimbangan Artikel ini berhasil disusun atas kerja sama
energi, memperlancar aliran darah yang tersumbat dan saran dari berbagai pihak yang tidak bisa
disepanjang meridian.(3) disebutkan satu persatu namanya. Terima kasih
Manfaat akupresur menurut Dibble et kepada Prodi Kebidanan Universitas Padjadjaran
al. (2007 dikutip dalam 3 ) adalah mencegah Bandung dan Institusi Akademi Kebidanan
masuknya sumber penyakit, ketahanan tubuh, Dehasen atas arahan dan dukungan yang tiada
penyembuhan, rehabilitasi dan promotif. hentinya diberikan kepada penulis.
DETERMINAN PENGGUNAAN
FASILITAS KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA DI INDONESIA:
ANALISIS SURVEI KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA INDONESIA 2007
ABSTRACT
Maternal morbidity and mortality as well as high infant in Indonesia with regard to the health status
of women since adolescence . It is not certain the effectiveness of sexual and reproductive health services
for adolescents in health care facilities in Indonesia , because of the program is deemed to be controversial
. The adolescent who were engaged in risk behavior will have negative impact to their future. It should
be analyzed predictors of utilization of sexual and reproductive health services by adolescents in health
facilities in Indonesia . To analyze predictors of utilization of sexual and reproductive health services
by adolescents in Indonesia, in Java and Bali areas with regions outside Java and Bali using the data
Adolescent Reproductive Health Survey in Indonesia 2007. Secondary data analysis based on Adolescent
Reproductive Health Survey in Indonesia (2007) with Logistic regression analysis using the STATA
program. A total of 6,289 adolescents aged 15-24 who are in Java - Bali and adolescents from 13,438 in
addition to the Java- Bali region included in the study. Adolescents who were live in Java – Bali areas
have higher socioeconomic level than outside Java-Bali areas ( 28.5 % vs. 20.4 % ), less gain information
about STDs from health care workers ( 50.0 % vs. 63.9 % ). Received hormonal contraception in health
care facilities between 1.8 % - 5.2 % in the Java - Bali and outside Java - Bali. Teens avoid health care
facilities to obtain contraceptive services ( OR = 0.03 ; 95 % CI = 0.01 to 0.14 ) and the p value < 0,001.
Awareness of youth and health personnel have a major contribution to sexual and reproductive health of
adolescents in the future .
Key words: adolescents, utilisation, survey, reproductive and sexual health care facilities.
ABSTRAK
Angka kesakitan dan kematian ibu serta bayi yang tinggi di Indonesia berkaitan dengan status
kesehatan perempuan sejak masa remaja. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti efektivitas
pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia,
karena program ini dianggap masih kontroversi. Hampir seperempat populasi penduduk di dunia termasuk
di Indonesia adalah penduduk berusia remaja, yang rentan berperilaku berisiko, terutama penyalahgunaan
narkotika dan perilaku seks pranikah. Perlu dianalisis prediktor pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
reproduksi dan seksual oleh remaja di fasilitas kesehatan di Indonesia. Untuk menganalisis prediktor
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual oleh remaja di Indonesia, di daerah Jawa
dan Bali dengan daerah di luar Jawa dan Bali menggunakan data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
Indonesia tahun 2007. Analisis data sekunder yaitu data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI) 2007 menggunakan analisis Logistik Regresi dengan program STATA, untuk mencari prediktor
utama pemanfaatan fasilitas kesehatan reproduksi dan seksual remaja di fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia. Sebanyak 6.289 remaja berusia antara 15-24 tahun yang berada di Jawa - Bali serta 13.438
remaja dari wilayah selain Jawa-Bali dimasukkan dalam studi. Remaja di wilayah Jawa-Bali lebih banyak
dengan tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi (28,5% vs 20,4%), lebih sedikit memperoleh informasi
tentang PMS dari petugas kesehatan (50,0% vs 63,9%). Kontrasepsi hormonal yang diterima di fasilitas
pelayanan kesehatan antara 1,8% - 5,2% di wilayah Jawa-Bali serta di luar Jawa-Bali. Remaja menghindari
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi (OR=0,03; 95%CI=0,01 – 0,14)
dan p value <0,001. Kesadaran remaja dan petugas kesehatan memiliki kontribusi besar bagi kesehatan
reproduksi dan seksual remaja di masa mendatang.
Kata kunci: remaja, penggunaan, survei, fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual
yang merupakan negara kepulauan, memberikan Hipotesis penelitian yang dibuat berdasarkan
kontribusi besar dalam pemerataan pelayanan pemaparan di atas, adalah:
kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja. 1. Pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi
Penelitian dilakukan pada wilayah Jawa-Bali dan seksual oleh remaja di Jawa- Bali lebih
dan di luar Jawa-Bali, menggunakan data Survei tinggi jika dibandingkan dengan di luar Jawa-
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia Bali.
(SKRRI) tahun 2007 6. Dengan demikian, 2. Remaja dengan riwayat pernah mendapat
gambaran utilisasi pelayanan kesehatan reproduksi informasi tentang PMS oleh tenaga kesehatan,
bagi remaja di Indonesia dapat ditemukan. seperti: gejala bisul dan pengeluaran nanah
Variabel dari studi ini berdasarkan data dari alat kelamin serta ingin menggunakan
SKRRI 2007, di antaranya: jenis kelamin, kontrasepsi akan meningkatkan pemanfaatan
pendidikan, sosial ekonomi, tempat tinggal, sumber fasilitas pelayanan kesehatan.
informasi mengenai penyakit menular seksual
(PMS), penggunaan kontrasepsi serta penggunaan METODE
fasilitas kesehatan untuk pelayanan kontrasepsi
bagi remaja. Tujuan studi ini untuk menggali Rancangan studi ini adalah survei
prediktor utilisasi pelayanan kesehatan reproduksi menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
dan seksual bagi remaja di Indonesia menggunakan data SKRRI tahun 2007. Sampel dalam penelitian
data SKRRI tahun 2007. ini adalah remaja berusia antara 15 sampai 24 tahun.
Kerangka konsep penelitian dijabarkan pada SKRRI 2007 dilaksanakan di seluruh provinsi di
Gambar 1 di bawah. Indonesia, sebanyak 33 provinsi. Data dipilih dari
Gambar 1.
Kerangka konsep hubungan antara variabel bebas dan variabel luar dengan pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual remaja.
Variabel bebas:
1. Informasi tentang tanda/gejala Variabel terikat:
penyakit menular seksual (PMS): Penggunaan fasilitas pelayanan
a. abses kesehatan reproduksi dan kontrasepsi
b. pus remaja ke fasilitas pelayanan
2. penggunaan kontrasepsi remaja di kesehatan antara area Jawa- Bali dan
fasilitas kesehatan luar Jawa-Bali
Variabel luar:
1. Jenis kelamin,
2. Tingkat pendidikan,
3. Tempat tinggal,
4. Sosial ekonomi.
tingkat provinsi sampai rumah tangga, analisis banyak yang memanfaatkan fasilitas pelayanan non
multivariabel menggunakan regresi logistik, dan kesehatan jika dibandingkan dengan remaja laki-
program analisis yang digunakan adalah STATA. laki baik di Jawa-Bali maupun di luar Jawa-Bali
Data yang dianalisis berdasarkan data dari SKRRI (77,0% vs 62,8% dan 80,6% vs 58,6%), walaupun
tahun 2007, meliputi: variabel sosiodemografi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
(informasi tentang tanda/gejala penyakit menular (p>0,05).
seksual (PMS), dan penggunaan kontrasepsi remaja Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan
di fasilitas pelayanan kesehatan), jenis kelamin, dari pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi reproduksi dan seksual antara remaja dengan
dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pendidikan (dasar, menengah dan tinggi)
reproduksi dan kontrasepsi remaja ke fasilitas baik di Jawa-Bali dengan di luar Jawa-
pelayanan kesehatan antara area Jawa-Bali dan di Bali (p>0,05). Pemanfaatan fasilitas pelayanan
luar Jawa-Bali. kesehatan reproduksi dan seksual berkisar dari
Variabel terikat adalah penggunaan fasilitas 20,3% - 28,3%. Begitu juga dengan status sosial
pelayanan kesehatan reproduksi dan kontrasepsi ekonomi remaja, tidak menunjukkan perbedaan
remaja ke fasilitas pelayanan kesehatan antara area yang signifikan dalam pemanfaatan fasilitas
Jawa-Bali dan di luar Jawa-Bali. Variabel bebas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual. Lebih
adalah informasi tentang tanda/gejala penyakit dari 2/3 remaja memanfaatkan fasilitas pelayanan
menular seksual (PMS) seperti: abses dan pus non kesehatan untuk mendapatkan pengobatan atau
yang pernah dialami responden, dan penggunaan penanganan menyangkut kesehatan reroduksi dan
kontrasepsi remaja di fasilitas kesehatan. Data seksual.
diperoleh dari data SKRRI 2007 mencakup Lebih dari 60,0% remaja di luar Jawa-
pengetahuan tanda gejala PMS terutama pengeluaran Bali yang mendapatkan informasi dari tenaga
nanah dan adanya bisul pada alat kelamin remaja, kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan
serta akses remaja untuk mendapatkan pelayanan seksual yang memanfaatkan jasa atau mencari
kontrasepsi di fasilitas kesehatan.Variabel antara pertolongan kepada tenaga kesehatan. Terdapat
berupa karakteristik responden, mencakup: jenis perbedaan yang sangat signifikan mengenai upaya
kelamin, tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan memperoleh pertolongan dari tenaga kesehatan
sosial ekonomi. Tingkat pendidikan dibedakan pada remaja yang sebelumnya memperoleh
menjadi tingkat pendidikan dasar, menengah informasi dari tenaga kesehatan (p<0,00). Lebih
dan tinggi. Tingkat sosial ekonomi keluarga atau dari 70,0% remaja di Jawa-Bali yang melaporkan
orangtua dibedakan menjadi sosial ekonomi tinggi pernah mendapat informasi tentang tanda PMS
dan rendah. seperti: keluar nanah dari alat kelaminnya telah
mencari pengobatan di luar tenaga kesehatan,
HASIL DAN PEMBAHASAN dan hanya 25,0% yang mencari bantuan ke
tenaga kesehatan. Namun, terdapat perbedaan
Karakteristik responden SKRRI 2007 yang sangat signifikan antara Jawa-Bali dengan di
yang dianalisis berusia antara 15-19 tahun, luar Jawa-Bali (p<0,00). Remaja dengan riwayat
dan 20 sampai 24 tahun. Hasil menunjukkan pernah memperoleh informasi tentang gejala PMS
bahwa jumlah total populasi remaja adalah 19.727 berupa bisul pada alat kelamin di area Jawa-Bali
orang, dan remaja yang pernah memanfaatkan dan di luar Jawa-Bali, lebih dari 60,0% mencari
fasilitas pelayanan kesehatan serta non kesehatan pengobatan ke tenaga non kesehatan di bandingkan
sebanyak 1.954 orang remaja (hampir 10,0% dari dengan ke tenaga kesehatan, dan perbedaan tersebut
total populasi remaja). Remaja perempuan lebih sangat signifikan (p<0,00). Remaja yang pernah
menggunakan kontrasepsi hormonal lebih rendah menurut karakteristik remaja, terutama: umur, jenis
dibandingkan dengan menggunakan non hormonal, kelamin, pernah mendapat informasi tentang gejala
dan perbedaan tersebut sangat signifikan (p<0,00). PMS seperti bisul dan penggunaan kontrasepsi
Dengan demikian, terdapat perbedaan hormonal. Sedangkan, perbedaan yang sangat
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan signifikan di luar Jawa-Bali dari karakteristik jenis
reproduksi dan seksual remaja di Jawa-Bali kelamin, umur, sumber informasi terkait PMS,
Tabel 1.
Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual oleh remaja di wilayah
Jawa-Bali dan di luar Jawa-Bali (SKRRI, 2007)
riwayat pernah mendengar informasi tentang PMS berupa bisul pada alat kelamin cenderung
gejala PMS berupa bisul, pengeluaran nanah meningkatkan pemanfaatan fasilitas pelayanan
darah alat kelamin, serta penggunaan kontrasepsi kesehatan sebesar 3 kali dan akan menghindari
hormonal. Pada Tabel 1 dijabarkan hasil analisis petugas kesehatan jika ingin memperoleh pelayanan
mengenai karakteristik responden dengan upaya kontrasepsi (p<0,000).
Tabel 2.
Hubungan antara variabel bebas dan variabel antara dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan reproduksi dan seksual remaja di Jawa-Bali dengan di luar Jawa-Bali
Informasi mengenai PMS dari 1,4 0,3 – 7,4 5,9 2,7 – 12,8***
petugas kesehatan
Pernah mendengar gejala PMS:
pengeluaran nanah dari alat kelamin 1,7 0,7 – 4,1 0,9 0,6 – 1,5
Pernah mendengar gejala PMS:
bisul pada alat kelamin 3,0 1,4 – 6,6** 3,1 2,1 – 4,5***
Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal 0,0 0,0 – 0,1*** 0,1 0,1 – 0,2***
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan Dari hasil yang telah diperoleh, bahwa lebih
reproduksi dan seksual di Jawa-Bali serta di luar dari 2/3 remaja yang tidak memanfaatkan fasilitas
Jawa-Bali. pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual
Hasil analisis multivariabel antara variabel di Indonesia. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
bebas dan antara dengan variabel terikat, reproduksi dan seksual oleh remaja dipengaruhi
memperoleh hasil bahwa remaja di Jawa-Bali oleh kualitas pelayanan yang ditentukan melalui
yang pernah memperoleh informasi tentang satu kesatuan susunan dari faktor-faktor yang
gejala PMS berupa bisul pada alat kelamin saling berhubungan, di antaranya: infrastruktur,
akan mencari pengobatan ke fasilitas pelayanan panduan dan standar, suplai dan obat-obatan,
kesehatan tiga kali lebih tinggi. Sebaliknya, remaja penyimpanan pencatatan, serta personel 7,8. Hasil
justru akan menghindari pemanfaatan fasilitas studi sebelumnya mendapatkan bahwa provider
pelayanan kesehatan apabila menginginkan untuk kesehatan atau pemberi pelayanan kesehatan
memperoleh pelayanan kontrasepsi hormonal reproduksi dan seksual memiliki kekuatan
(OR=0,0; 95% CI=0,0-0,1) dan perbedaan tersebut yang sangat besar terhadap klien atau remaja,
sangat signifikan (p<0,001). Kondisi di luar Jawa- terutama untuk memutuskan siapa saja yang boleh
Bali menunjukkan bahwa pemanfaatan fasilitas diberikan informasi atau perhatian medis, juga
kesehatan reproduksi dan seksual meningkat menerjemahkan bagaimana kebijakan atau
hampir 6 kali apabila remaja memperoleh informasi panduan diimplementasikan bagi remaja 9. Hal ini
mengenai PMS dari tenaga kesehatan. Remaja merupakan hambatan terbesar dalam keberhasilan
yang pernah mendengar informasi tentang gejala pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual remaja,
e-mail : virshaia@yahoo.com
ABSTRACT
Among 20,87 million children in Indonesia in 2005, just 60% of them have an early education such
as Play Group, Kindergarten or other early education institution which manage by government or private
sector. This condition is very unfortunate because the children are our next nation generation. Children
quality as a person is depend on their development quality. It is affected by stimulation provided. If children
lose the opportunity to learn at an early age, their brain development will less then the average. The purpose
of this study is to determine the effect of education stimulation to intelligence development of children
at the age of 3-6 years old. This research use pre-experimental method with one group pretest-posttest
design. The samples are 30 students of Raudhatul Athfal Baiturrahman School, Tasikmalaya, Indonesia.
Samples are selected by using randomize method. Samples get education stimulation treatment during 3
(three) months (August to December 2007). Before and after treatment they took IQ test using WPPSI (The
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence) method. Data is analized by paired-samples t-test.
The result of this study show that the increasing score of verbal IQ is equal to 6.0 unit (92.1 versus 98.1)
with p value <0.001. Increasing of performance IQ is equal to 6.6 unit (104.4 versus 111.0) with p value
<0.001. Increasing of full IQ is equal to 7.5 unit (97.5 versus 105.0) with p value <0.001. The result also
show that the IQ of female childeren are increase from 100.8 to 107.5 unit (p value <0,005) and the IQ of
male childeren are increase from 94.2 versus 102.5 ( p value <0.001). As conclusion, education stimulation
have a significant influence to intelligence development at verbal IQ, performance IQ, and full IQ test for
children at the age of 3-6 years old. The IQ of female children are higher than male children.
Keywords : Stimulation, Education, Intelligence, Children
ABSTRAK
Di Indonesia, pada tahun 2005 terdapat 20,87 juta anak balita, tetapi yang mendapatkan pendidikan
dengan baik seperti pada Kelompok Bermain, Taman Bermain dan lainnya yang dikelola oleh pemerintah
maupun swasta hanya sekitar 60%, padahal anak merupakan generasi penerus suatu bangsa. Kualitas anak
tersebut tergantung pada kualitas tumbuh kembangnya, yang salah satunya dipengaruhi oleh pemberian
stimulasi. Jika seorang anak kehilangan kesempatan untuk belajar di usia dini, maka perkembangan otaknya
pun akan berlangsung di bawah rata-rata. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh stimulasi
pendidikan terhadap perkembangan kecerdasan anak usia 3-6 tahun. Penelitian ini menggunakan metode pra-
eksperimental dengan rancangan satu kelompok pretes-postes. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang
siswa Raudhatul Athfal (RA) Baiturrahman, Tasikmalaya yang dipilih berdasarkan randomisasi. Sebelum
diberikannya perlakuan, dilaksanakan tes IQ awal dengan menggunakan WPPSI (The Wechsler Preschool
and Primary Scale of Intelligence) dan kemudian diberikan perlakuan berupa stimulasi pendidikan selama
3 (tiga) bulan mulai Agustus s/d Desember 2007. Setelah selesai diberikannya perlakuan, dilaksanakan
kembali tes IQ akhir, untuk melihat adanya perkembangan kecerdasan pada anak. Data yang diperoleh
dianalisis dengan uji t dua sampel berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
nilai IQ pada saat tes awal dan tes akhir untuk IQ verbal sebesar 6,0 unit (92,1 vs 98,1); nilai p <0,001, IQ
prestasi sebesar 6,6 unit (104,4 vs 111,0); nilai p <0,001, full IQ sebesar 7,7% atau sebesar 7,5 unit (97,5
vs 105,0); nilai p <0,001; pada anak perempuan IQ sebesar 100,8 vs 107,5 unit; nilai p 0,002; serta IQ anak
laki-laki sebesar 94,2 vs 102,5 unit; nilai p <0,001. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa stimulasi
pendidikan secara bermakna berpengaruh terhadap peningkatan perkembangan kecerdasan verbal, prestasi
dan full IQ, serta anak perempuan usia 3-6 tahun memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada
anak laki-laki.
Kata Kunci : Stimulasi, Pendidikan, Kecerdasan, Anak.
PENDAHULUAN 40% atau sekitar 8,35 juta jiwa anak balita yang
belum tersentuh pendidikan. Menurut data yang
Anak merupakan generasi penerus suatu didapatkan pada profil kesehatan Kota Tasikmalaya
bangsa, dimana kualitas anak tersebut tergantung Tahun 2006, anak usia dini (0-6 tahun) di Leuwiurug
pada kualitas tumbuh kembangnya yang berkisar berjumlah 217 anak. Sedangkan AUD yang telah
antara umur 0-5 tahun(1). Menurut UU No 20 mendapatkan pendidikan anak usia dini hanya
tahun 2003, anak usia dini adalah kelompok berjumlah 93 anak (42,8%), sedangkan sisanya
manusia yang berusia 0-6 tahun(2). Anak usia dini sebanyak 124 anak (57,2%) belum mendapatkan
merupakan kelompok anak yang berada dalam pendidikan anak usia dini.
proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik, Periode penting dalam tumbuh kembang
karena terjadi bersamaan dengan golden age (masa anak adalah masa balita, karena masa ini
peka atau emas)(1,3). Di Indonesia, menurut BPS merupakan periode pertumbuhan dasar yang akan
anak balita pada tahun 2005 berjumlah 20,87 juta mempengaruhi dan menentukan perkembangan
jiwa, tetapi yang dapat terlayani pendidikannya anak selanjutnya, sehingga setiap kelainan atau
dengan baik seperti pada Kelompok Bermain, penyimpangan sekecil apapun akan mengurangi
Taman Bermain dan lainnya yang dikelola oleh kualitas generasi penerus bangsa tersebut
pemerintah maupun masyarakat umum hanya dikemudian hari(5,6). Proses pertumbuhan dan
sekitar 60 persen(4). Artinya, masih terdapat sekitar perkembangan anak berjalan secara alami yang
ditandai dengan pola dan karateristik yang dapat sekolah yaitu WPPSI (The Wechsler Preschool and
ditentukan sebelumnya. Walaupun demikian, tidak Primary Scale of Intelligence) yang dikembangkan
semua anak dapat menguasai suatu keterampilan oleh Weschler dan dijadikan sebagai salah satu
atau kemampuan yang sama pada waktu yang standar tes IQ pada tahun 1967. Tes ini mencakup
sama pula, sehingga supaya pertumbuhan dan 2 penilaian besar, yaitu tes verbal yang terdiri atas
perkembangannya dapat terjadi secara optimal, tes informasi, kosakata, aritmatika, persamaan dan
diperlukan keterlibatan dan kecermatan orang tua (5). pemahaman; serta tes prestasi yang terdiri atas
Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan rumah binatang, penyelesaian gambar, mencari
yang optimal, anak memiliki kebutuhan dasar yang jejak, bentuk geomteris, dan bentuk balok.
terbagi atas 3 (tiga) macam yaitu kebutuhan fisik Keterlibatan Bidan menjadi suatu keharusan
biomedis (ASUH), kebutuhan emosi atau kasih dalam pemberian sosialisasi tumbuh kembang
sayang (ASIH) dan kebutuhan stimulasi mental anak di masyarakat, yang berpijak pada wewenang
(ASAH)(7). Bidan yakni Kepmenkes no 900/2002 tentang
Stimulasi merupakan salah satu bentuk registrasi dan praktik bidan tentang pemantauan,
pemenuhan kebutuhan ASAH anak yang berbentuk deteksi, intervensi dini tumbuh kembang serta
permainan menantang pikiran yang berguna untuk pencanangan Presiden RI pada 23 Juli 2005 yang
merangsang semua sistem indera (pendengaran, mencanangkan gerakan nasional pemantauan
penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan(8). tumbuh kembang anak(1) dan dalam Kompetensi
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang Bidan yang ke-7, yaitu “Bidan memberikan
menyenangkan dan kegembiraan antara guru dan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif
anak. Stimulasi ini dapat diselenggarakan melalui pada Bayi dan Balita sehat”. Kompetensi ini
program pendidikan anak usia dini (PAUD). PAUD terdiri atas dua bagian yaitu pengetahuan dasar
ini dapat dilaksanakan melalui jalur formal (TK, RA Bidan (tumbuh kembang bayi dan anak normal
atau bentuk lain yang sederajat), jalur non formal serta faktor-faktor yang mempengaruhinya;
(kelompok bermain, taman penitipan anak, satuan kebutuhan fisik dan psikososial anak; dan
pendidikan anak usia dini (PAUD) sejenis), jalur penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak
informal (pendidikan keluarga atau pendidikan serta penatalaksanaannya) dan ketrampilan dasar
yang diselenggarakan oleh lingkungan). Stimulasi (melaksanakan pemantauan dan menstimulasi
yang dilakukan pada anak usia prasekolah berfungsi tumbuh kembang bayi dan anak)(10). Dengan
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan mengetahui proses alamiah pertumbuhan dan
umur sebelumnya dan di arahkan untuk kesiapan perkembangan anak, diharapkan para orang
bersekolah (2). tua dapat memberikan stimulasi secara terus
Bloom dalam penelitiannya berpendapat menerus, bervariasi, dengan suasana bermain
bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dan kasih sayang, sehingga para orang tua dapat
dewasa telah ada sejak usia empat tahun, 30% mencetak generasi muda penerus bangsa yang
pada usia delapan tahun dan 20% pada usia 18 memiliki berbagai aspek kecerdasan (multiple
tahun(4). Usia empat tahun pertama merupakan intelligences)(11).
kurun waktu seorang anak sangat peka terhadap
kaya miskinnya lingkungan pada stimulasi. Selama METODE
kurun waktu itu, perbedaan kecerdasan pada anak
dari lingkungan kaya stimulasi dengan anak yang Populasi dalam penelitian ini adalah
berada di lingkungan miskin stimulasi kira-kira 10 semua siswa di Raudhatul Athfal Baiturrahman,
unit IQ, dan enam unit pada usia 4-8 tahun(9). Alat Leuwiurug, Kota Tasikmalaya yaitu sebanyak 122
tes untuk mengetahui kecerdasan anak-anak pra- anak. Sampel dalam penelitian diambil dengan
memenuhi syarat berikut : dan motorik, seni). Setelah 3 (tiga) bulan sejak
1) Kriteria Inklusi : anak berusia min 3 tahun dan dilakukannya pretest, dilakukan posttest. Penelitian
max 6 tahun pada saat pretest dan posttest, ini menggunakan teknik analisis kuantitatif/statistik
pendidikan orang tua minimal lulus sekolah dengan komputerisasi, analisis bivariat, pengujian
menengah umum, tidak memiliki kelainan atau hipotesis menggunakan rumusan hipotesis nol atau
keterlambatan mental, min IQ 80 unit, dan statistik untuk paired-samples t-test.
tidak memiliki penyakit berat.
2) Kriteria Eksklusi : anak usia 3-6 tahun yang HASIL DAN PEMBAHASAN
menderita sakit berat lebih dari 7 (tujuh) hari,
pindah atau berhenti dari RA Baiturrahman. 1. Hasil Tes IQ
Tabel 1.
Hasil Tes IQ WPPSI di RA Baiturrahman, Leuwiurug, Tasikmalaya
Tes Verbal Informasi 8,3 (2,44) 9,9 (2,60) 1,6 -6,728 < 0,001
Kosakata 6,9 (1,36) 7,3 (1,26) 0,4 -2,483 < 0,001
Aritmatika 10,2 (2,53) 11,2 (2,07) 1,0 -3,725 < 0,001
Persamaan 9,5 (1,61) 11,0 (1,71) 1,5 -7,969 < 0,001
Pemahaman 8,9 (1,12) 9,2 (1,42) 0,3 0,042 < 0,001
Tes Prestasi Rumah Binatang 10,2 (1,95) 10,6 (2,16) 0,4 -2,359 < 0,001
Penyelesaian Gambar 8,4 (1,69) 9,2 (1,49) 0,8 -3,785 < 0,001
Mencari Jejak 12,3 (1,76) 13,3 (1,79) 1,0 -3,395 < 0,001
Merancang Geometris 11,9 (2,59) 13,9 (2,24) 2,0 -4,597 < 0,001
Merancang Balok 100,5 (1,63) 11,2 (1,61) 0,7 -3,881 < 0,001
Full IQ Tes Verbal 92,07 (9,44) 98,10 (9,20) 6,0 -7,904 < 0,001
Tes Prestasi 104,43 (7,74) 111,03 (8,24) 6,6 -5,405 < 0,001
2. Hasil Full IQ WPPSI test berdasarkan jenis penurunan daripada anak laki-laki, jika stimulasi yang
kelamin anak. diberikan pada anak wanita tidak dilaksanakan secara
Hasil dapat dilihat pada tabel berikut ini : terus menerus/ berkesinambungan, maka sumber daya
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Hasil tes Full IQ WPPSI Berdasarkan Jenis Kelamin Anak
di RA Baiturrahman, Tasikmalaya tahun 2007
Perempuan Tes Verbal 96,4 (9,2) 100,9 (8,9) 4,5 -5,042 <0,001
Tes Prestasi 106,0 (7,1) 112,3 (8,8) 6,3 -3,496 0,004
Full IQ 100,8 (8,7) 107,5 (9,6) 6,7 -3,888 0,002
Laki-laki Tes Verbal 87,7 (7,7) 95,3 (8,9) 7,6 -6,647 <0,005
Tes Prestasi 102,9 (8,3) 109,9 (7,7) 7,0 -4,039 0,001
Full IQ 94,2 (8,3) 102,5 (8,7) 8,3 -5,801 <0,001
Tabel 2. menunjukkan bahwa peningkatan kecerdasan yang dimiliki anak perempuan tersebut
terbesar nilai IQ pada tes WPPSI ini terjadi pada anak akan hilang, sehingga anak laki-laki akan terlihat lebih
laki-laki sebanyak 8,3 unit; p <0,001 dari nilai pretest menonjol. Jika hal ini tanggap diamati oleh pemerintah
sebesar 94,2 unit menjadi 102,5 unit, sedangkan pada dengan memberdayakan anak-anak perempuan secara
anak perempuan peningkatan yang terjadi hanya berkesinambungan, tidak mustahil wanita akan sejajar
sebesar 6,7 unit; p = 0,002 dari nilai pretest sebesar dengan pria dalam hal kecerdasan yang dimiliki dan
100,8 unit menjadi 107,5 unit. aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Bloom
PEMBAHASAN bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang
dewasa telah ada sejak usia 4 tahun, 30% pada usia
Berdasarkan nilai full IQ yang diperoleh, 8 tahun dan 20% pada usia 18 tahun, sehingga usia 4
setelah dikelompokkan menurut jenis kelamin, tahun pertama merupakan kurun waktu seorang anak
didapatkan hasil bahwa anak perempuan usia 3-6 sangat peka terhadap kaya miskinnya lingkungan pada
tahun memiliki nilai IQ yang jauh lebih besar stimulasi. Selama kurun waktu tersebut, perbedaan
daripada anak laki (pretes 100,8 vs 94,2) dan (107,5 kecerdasan pada anak dari lingkungan kaya stimulasi
vs 102,5) yang artinya terdapat perbedaan sebesar dengan anak yang berada di lingkungan miskin
5- 6,6 unit antara anak perempuan dan laki-laki usia stimulasi kira-kira 10 unit IQ, selanjutnya enam
3-6 tahun. Hal ini disebabkan karena pada anak unit pada usia 4-8 tahun(9). Hal ini sesuai dengan
perempuan, tumbuh dan kembangnya lebih cepat hasil penelitian peneliti bahwa pada anak-anak
dimulai yang disebut periode pre-adolescent growth yang diberikan stimulasi secara rutin dalam jangka
and development spurt. Akan tetapi akibat tumbuh waktu hanya 3 bulan sudah dapat meningkatkan
dan kembang anak perempuan terjadi lebih dahulu, full IQ sebesar 7,5 unit atau sebesar 7,69%, apalagi
mengakibatkan tumbuh dan kembangnya akan lebih jika stimulasi yang diberikan secara terus menerus
cepat berhenti daripada anak laki-laki, karena faktor dan bervariasi dan sejak dini, maka tidak mustahil
hormonal (hormon estrogen). Oleh karena tumbuh kecerdasan majemuk akan diperoleh anak.
dan kembang anak perempuan lebih cepat mengalami Hal ini terlihat pada saat dilakukannya pretes
terdapat berbagai hambatan yang berhubungan domain koginitif menurut Bloom(16) sehingga pada
dengan anak tersebut, yaitu kemandirian sehingga anak usia pra-sekolah baru memiliki tingkat kognitif
selalu ingin didampingi oleh orang terdekat yang pertama atau “tahu” dan akan meningkat dengan
mengantarnya ke sekolah, penyesuaian diri (adaptasi) bersekolah. Pada anak-anak, sistem pengelolaan
yang cukup lama dengan orang baru dan lingkungan informasi masih merupakan sistem sederhana
baru sehingga anak menjadi pemalu dan tidak percaya yang baru dapat menjawab stimulus yang datang
diri, suasana hati anak sehingga membutuhkan waktu berdasarkan frekuensi terus menerus dan variasi.
lama untuk melakukan tes agar dapat mencapai Menurut hasil penelitian, anak-anak yang
hasil yang maksimal, kesulitan dalam hal berbahasa cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak yang
karena penggunaan bahasa “ibu”/Sunda, serta miskin kurang cerdas. Anak yang cerdas lebih menyenangi
jawaban. Pada saat postes, hambatan tersebut tidak permainan-permainan yang bersifat intelektual atau
dirasakan lagi, dengan ditunjukkannya kemandirian merangsang daya berpikir(8,14). Hal ini didukung oleh
sehingga anak tidak perlu ditemani lagi dalam Bruce A Epstein yang menyatakan bahwa orang tua
melaksanakan suatu tindakan atau pekerjaan yang harus selalu merangsang berbagai kemampuan yang
dibebankan kepadanya, anak yang tidak pemalu dan tersimpan didalam otak anak terus menerus karena
lebih percaya diri dalam berkomunikasi dengan orang kemampuan atau potensi yang tidak dirangsang
lain, kemampuan berbahasa dan berkomunikasi yang lama-kelamaan akan hilang(17). Banyak anak yang
meningkat dengan tidak lagi menggunakan bahasa telah mengikuti program stimulasi menunjukkan
daerah di lingkungan sekolah serta jawaban yang peningkatan kemampuan kognitif daripada mereka
digunakan untuk menjawab pertanyaan sudah lebih yang tidak mendapatkan program stimulasi. Bahkan
lengkap daripada sebelumnya dan bisa menjelaskan pada anak usia 3-4 tahun yang diberikan stimulasi
tentang jawaban yang dipilihnya sehingga jawaban menunjukkan peningkatan skor IQ yang bermakna.
anak menjadi lebih variatif. Hal ini lebih banyak disebabkan karena dilakukannya
Hal ini juga disebabkan karena kematangan pemberian stimulasi melalui model preschool(15).
penyesuaian sosial anak apabila anak dimasukkan ke Jika dilihat dari sisi biologi molekuler otak,
taman kanak-kanak karena di tempat tersebut, anak terjadinya peningkatan IQ ini dipengaruhi oleh sel
dapat belajar untuk bergaul dan beradaptasi serta otak. Disaat lahir, otak anak memiliki sebanyak
bersosialisasi dengan orang banyak, sehingga dengan 1018 bagian sel otak aktif atau neuron(17,19,) yang
banyaknya pengalaman yang dimiliki seorang anak, memiliki ribuan cabang yang berisi spina dendrit,
akan memicu kecerdasan yang masih belum terasah yaitu titik penyambung antara sel otak yang satu
dengan tajam. Hal ini sesuai dengan teori (14) dimana dengan yang lainnya dan berisi ribuan paket zat kimia
taman kanak-kanak yang dianggap sebagai “jembatan pembawa semua informasi dalam setiap pikiran,
bergaul” sebagai tempat pemberian peluang kepada setiap pengalaman belajar, dan setiap daya ingat yang
anak untuk belajar memperluas pergaulan sosialnya, dimiliki dan akan dimiliki oleh bayi tersebut (19,20). Pada
dan menaati peraturan (kedisiplinan). saat lahir hingga anak berusia 3-4 tahun jumlah sel otak
Hal ini menurut Piaget, disebabkan karena bertambah cepat mencapai milyaran sel, tetapi belum
perkembangan kognitif pada usia pra-sekolah berada terdapat hubungan antara sel-sel tersebut. Hubungan
pada periode pre-operasional, yang merupakan tahapan antar sel-sel ditentukan dengan cara bagaimana otak
dimana anak belum mampu menguasai operasi mental tersebut diperlakukan dan diajarkan(19,20). Kualitas dan
(kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik) kompleksitas rangkaian hubungan antar sel-sel otak
secara logis(15). Hal tersebut menjelaskan mengapa ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) yang dilakukan
perkembangan tertinggi terjadi pada IQ verbal pada oleh lingkungan kepada balita tersebut. Jika pada
sektor informasi karena pengetahuan merupakan usia emas ini anak tidak memperoleh rangsangan,
kemampuan paling sederhana atau pertama pada maka pusat-pusat yang aktif di otak pun akan terbatas
pula. Otak anak harus dibiasakan dengan pemberian 8. Ludington SH, Golant SK. 2001. Membuat
stimulasi tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga Anak Cerdas. Jakarta : PT Prestasi Pustaka.p :
diluar kelas (lapangan) agar tercapai Whole Brained 5-8, 13-7.
Learning. 9. Sahabatnestle. 2006. Stimulasi Untuk
Optimalkan Potensi Kecerdasan Si Kecil. Laman
KESIMPULAN web : http://www.sahabatnestle.co.id.
10. Sofyan M, Madjid NA, Siahaan R. 2003. 50 Tahun
Stimulasi pendidikan sangat berpengaruh IBI, Bidan Menyongsong Masa Depan, Cetakan
terhadap peningkatan perkembangan kecerdasan, Ke II. Jakarta : PPIBI. p : 161-2.
sehingga penulis berharap agar para orang tua 11. Ayah Bunda. 2003. Multiple Intelligences,
dan pihak-pihak lain dapat bekerja sama dalam Mengenali Dan Merangsang Potensi Kecerdasan
memberikan stimulasi yang terus menerus dan Anak. Jakarta : PT Grafika Multi Warna. p : 4-7,
bervariasi kepada anak usia dini baik melalui jalur 9-20.
formal, non formal maupun informal dimanapun dan 12. Seniati L, Yulianto A, Setiadi BN. 2005. Psikologi
kapan pun mereka berada agar para generasi penerus Eksperimen. Jakarta : PT Indeks Kelompok
bangsa Indonesia ini memiliki kecerdasan majemuk Gramedia. p : 35-9, 40-6, 56-7.
dan akhlak yang mulia untuk meningkatkan Indeks 13. Sattler JM. 1974. Assessment Of Childrens
Pembangunan Manusia (IPM). Intelligence, Buku I Revised Reprint. Philadelphia
: Saunders Company. p : 208-47.
DAFTAR PUSTAKA 14. Yusuf S, Pengantar Dahlan D. 2005. Psikologi
Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : PT
1. Soedjtamiko. 2006. Stimulasi, Deteksi Dan Rosda. p : 22-4, 106-37, 162-77.
Intervensi Dini. Jakarta : Yayasan Kesejahteraan 15. Piaget J. 2000. Stage Of Intellectual
Anak Indonesia. p 3-5 Development In Children And Teenagers.
2. Wartanto, Martono H, Rudiyono, Kunarti, America : American Academy Of Pediatrics. p
Yuniarti. 2004. Sosialisasi Pendidikan Anak Usia : 8-9.
Dini : Apa, Mengapa Dan Siapa Yang Bertanggung 16. Gunn JB, Fuligni AS, Berlin LJ. 2003. Early Child
Jawab Terhadap Program Pendidikan Anak Usia Development In The 21st Century, Profiles Of
Dini?. Jakarta: Direktorat PADU, Direktorat Current Research Initiatives. New York : Teachers
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Dan Pemuda, College Press. p : 6.
Direktorat Pendidikan Nasional. p : 2-8, 10-3. 17. Shahib MN. 2005. Pendidikan berbasis
3. Oyeng. 2003. Masa Balita Tentukan Kualitas kompetensi menuju invensi. Bandung : PT gema
Hidup Anak. Jakarta : pikiranrakyat. media pusakatama. p : 27-32, 46-55, 114-5.
4. Banjarmasinpost. 2007. Anak Usia Dini Plus 18. Soedjtamiko. 2005. Stimulasi Dini Pada Bayi
Pendidikan Menjadi Unggul. Jakarta : Kompas. Dan Balita Untuk Mengembangkan Kecerdasan
5. Ayah Bunda. 2003. Tiga Tahun Pertama Yang Multiple Dan Kreativitas Pada Anak. Jakarta :
Menentukan. Jakarta : PT Gaya Favorit Press. p : YayasanKesejahteraanAnakIndonesia. p : 5-8.
2-5, 7-9. 19. Shahib MN. 2003. Pembinaan Kreativitas Menuju
6. Suriviana. 2005. Sesuaikah Tumbuh Kembang Era Global. Bandung : PT alumni. p : 14-5, 21, 29-
Anak Anda-Bag2. Laman web : http://www. 30, 34-5.
infoibu.com/2005. 20. Buzan T. 2005. Brain Child, Cara Pintar Membuat
7. Soetjiningsih, editor Ranuh IGNG. 1995. Tumbuh Anak Jadi Pintar. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Kembang Anak. Jakarta : PT Buku Kedokteran Utama. p : 10-3, 15-7, 20-1.
EGC. p : 33-8.
Email : ernamesra@gmail.com
ABSTRACT
Sexual behavior includes any action that can be observed empirically. This behavior can be one’s
actions on others or his own self, express themselves sexually, how to talk and how to act 1. BKKBN data in
Greater Jakarta and Surabaya, during 2010, the number of single women who had lost her virginity in the
field as much as 52 percent, 47 percent Bandung and Yogyakarta 37 percent. HIV / AIDS cases in Indonesia
reaches 21 770 and 47 157 AIDS cases positively with the percentage of HIV positive cases, people aged
20-29 years of age as much as 48.1 percent and 30.9 percent 30-39 years.2 Objective: To determine the
incidence of sexual behavior in adolescents and the dominant factor related to sexual behavior. Design
Cross-sectional study sample was 155 people. Research result: 51.8% of respondents behave severe
sexual, 6,45% have had sexual intercourse There is a relationship, gender, knowledge reproductive health,
attitude, education of parents environmental dwelling, the role of parents, peers with sexual behavior, the
most dominant variable is peer OR 27.34 meaning that negative peer sexual behavior likely to have a
weight of 27.34 times compared to positive peers. Suggestions: Efforts to improve reproductive health and
development programs, information on reproductive health, provide counseling adolescent sexual behavior.
Parents should be able to contemplate Have become parents close with teenagers, become their friend, to
accompany them and be there when they need it.
Keywords: sexual behavior, knowledge, attitudes, residence. friends of the same age
ABSTRAK
Perilaku seksual meliputi segala tindakan yang dapat diamati secara empiris. Perilaku ini bisa
berupa tindakan seseorang terhadap orang lain atau diri nya sendiri, mengungkapkan diri secara seksual,
cara bicara dan cara bertindak1. Data BKKBN di Jabodetabek dan Surabaya, selama tahun 2010, jumlah
perempuan lajang yang kegadisannya sudah hilang di Medan sebanyak 52 persen, Bandung 47 persen, dan
Yogyakarta 37 persen. Kasus HIV/AIDS di Indonesia mencapai 21.770 kasus AIDS positif dan 47.157
kasus HIV positif dengan persentase, pengidap usia 20-29 tahun sebanyak 48,1 persen dan usia 30-39
tahun sebanyak 30,9 persen.2 Tujuan: mengetahui kejadian perilaku seksual pada remaja dan faktor yang
dominan berhubungan dengan prilaku seksual. Desain penelitian Cross Sectional dengan sampel 155 orang.
Hasil Penelitian: 51.8 % responden berprilaku seksual berat, 6.45% telah melakukan hubungan seksual
Ada hubungan, jenis kelamin, pengetahuan kespro, sikap, pendidikan orang tua lingkungan tempat tinggal,
peran orang tua, teman sebaya dengan perilaku seksual, variabel paling dominan adalah teman sebaya OR
27.34 artinya teman sebaya yang negatif berpeluang mempunyai prilaku seksual berat sebesar 27,34 kali
dibanding teman sebaya yang positif. Saran: Upaya peningkatan dan pengembangan program kesehatan
reproduksi, informasi tentang kesehatan reproduksi, memberikan penyuluhan perilaku seksual remaja.
Orang tua harus dapat merenungi sudahkah menjadi orang tua yang dekat dengan remaja, menjadi sahabat
mereka, mendampingi mereka dan selalu ada di saat mereka membutuhkan.
Kata Kunci : Perilaku seksual, pengetahuan, sikap, tempat tinggal, teman sebaya.
Di Surabaya, remaja perempuan lajang sekolah dan keluarga, remaja dapat mengetahui
yang kegadisannya sudah hilang mencapai 54 pendidikan hubungan seks pranikah yang tepat
persen, di Medan 52 persen, Bandung 47 persen, dan dapat membentuk pola asuh yang positif serta
dan Yogyakarta 37 persen, data ini dikumpulkan membentuk kepribadian yang baik. Peran bidan
BKKBN selama kurun waktu 2010 . Perilaku seks sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan
bebas merupakan salah satu pemicu meluasnya pendidikan dan pembinaan kesehatan reproduksi
kasus HIV/AIDS. Data Kemenkes pada pertengahan pada remaja yang bertujuan untuk meningkatkan
2010, kasus HIV/AIDS di Indonesia mencapai kesehatan reproduksi pada remaja dan menurunkan
21.770 kasus AIDS positif dan 47.157 kasus HIV angka kejadian perilaku seksual yang terjadi
positif dengan persentase pengidap usia 20-29 dikalangan remaja. Peran orang tua sangat penting
tahun (48,1 persen) dan usia 30-39 tahun (30,9 terhadap perkembangan perilaku seksual remaja
persen). Kasus penularan HIV/AIDS terbanyak ada karena orang tua.
di kalangan heteroseksual (49,3 persen) dan IDU
atau jarum suntik (40,4 persen), jumlah pengguna TUJUAN
narkoba di Indonesia saat ini mencapai 3,2 juta jiwa
Sebanyak 75 persen di antaranya atau 2,5 juta jiwa Mengetahui proporsi perilaku seksual pada
adalah remaja gadis SMP-SMA yang tidak virgin remaja dan faktor yang dominan berhubungan
mencapai presentase 67%. 2 dengan perilaku seksual.
Remaja tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan keluarga yang kurang sensitif terhadap METODE
remaja. Selain itu, lingkungan negatif juga akan
membentuk remaja yang tidak punya proteksi Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan
terhadap perilaku orang-orang disekelilingnya. metode deskritif analitik dengan pendekatan cross
Perilaku tersebut dapat berakibat fatal bagi sectional yaitu pengukuran variabel dependen
remaja karena beresiko tinggi terhadap terjadinya dan variabel independen dilaksanakan secara
kehamilan diluar nikah, tertular penyakit menular bersamaan ketika penelitian dilaksanakan.Tempat
seksual, aborsi yang tidak aman hingga kematian. penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Pemahaman tentang kesehatan reproduksi sangat swasta Tangerang. Pada bulan Februari 2014.
penting diberikan kepada remaja. Oleh karena Populasi penelitian ini adalah Siswa siswi SMA
itu perlu diberikan pendidikan seks. Pendidikan swasta di Tangerang kelas XI- XII yang berjumlah
seks merupakan sebuah diskusi yang realitis, 155 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian
jujur, dan terbuka, bukan merupakan dikte moral ini adalah total populasi yaitu siswa siswi kelas XI-
belaka. Dengan diberikannya pendidikan seks XII SMA swasta Tangerang kelas XI- XII yang
kepada remaja sedini mungkin untuk mencegah berjumlah 155 orang.
pemahaman yang keliru yang dapat memicu Pengumpulan Data Data yang digunakan
perilaku seksual negatif karena masa remaja adalah dalam penelitian ini adalah data primer yang
peralihan yang penuh dengan coba-coba. Perilaku diperoleh melalui kuesioner oleh responden siswa
hubungan seks pranikah itu cenderung dilakukan. siswi SMA swasta di Tangerang yang dilaksanakan
Apabila remaja itu tumbuh dan berkembang oleh tim peneliti dan dibantu guru untuk mengawasi
dalam lingkungan keluarga yang kurang sensitif siswa dalam mengisi kuesioner. Instrumen yang
terhadap remaja juga lingkungan negatif juga akan digunakan dalam penelitian adalah format isian
membentuk remaja yang tidak punya proteksi kuesioner/ angket tentang variabel - variabel yang
terhadap perilaku orang-orang di sekelilingnya. akan diteliti yaitu perilaku seksual, pengetahuan,
Sehingga perlu adanya pendidikan dari lingkungan sikap, jenis kelamin, pendidikan orang tua,
lingkungan tempat tinggal peran orang tua, teman Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
sebaya dan paparan media massa. Data yang pengetahuan dengan prilaku seksual. Responden
didapatkan adalah data primer, diambil langsung yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
pada responden oleh tim peneliti memiliki perilaku seksual beresiko berat 63.3%,
semakin rendah/buruk pengetahuan seorang remaja
HASIL DAN PEMBAHASAN semakin tinggi peluang untuk berperilaku seksual
Tabel 1.
Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan prilaku seksual remaja
di Tangerang
Berat Ringan
Variabel n = 75 n = 80 PV OR 95% CI
N % N %
Pengetahuan
Kurang 50 63.3 29 36.7 0.000 3.517 1.814-6.819
Baik 25 32.9 51 67.1
Sikap
Negatif 40 54.1 34 45.9 0.117 1.546 0.820-2.916
Positif 35 43.2 46 56.8
Jenis kelamin
Laki-laki 47 56.0 37 44.0 0.029 1.951 1.027-3.707
Perempuan 28 39.4 43 60.6
Pendidikan ayah
Rendah 51 60.0 34 40.0 0.002 2.875 1.490-5.547
Tinggi 24 34.3 46 65.7
Pendidikan Ibu
Rendah 54 58.7 38 41.3 0.003 2.842 1.457-5.545
Tinggi 21 33.3 42 66.7
Tempat tinggal
Tidak kondusif 17 73.9 6 26.1 0.012 3.615 1.340-9.750
Kondusif 58 43.9 74 56.1
Teman sebaya
Negatif 72 90.0 8 10.0 0.000 16.000 55.078-874.08
Positif 3 4.0 72 96.0
Peran Orang Tua
Tidak baik 45 71.4 18 28.6 0.000 5.167 2.688-10.395
Baik 30 32.6 62 67.4
Media
Tdk terpapar 34 47.9 37 52.1 1.000 0.964 0.512-1.814
Terpapar 41 48.8 43 51.2
berat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian.4 rendah, berperilaku seksual beresiko berat
Didapatkan responden yang memiliki pengetahuan 60.0%. Sedangkan remaja yang memiliki ayah
buruk berperilaku seksual berat 33,3%. Remaja berpendidikan tinggi, berperilaku seksual
kurang memperoleh informasi tentang kesehatan beresiko berat 34.3%. Pendidikan merupakan
reproduksi seperti anatomi dan fisiologi reproduksi, suatu proses. Oleh karena itu dengan sendirinya
bagaimana terjadinya kehamilan dan Infeksi memiliki masukan dan keluaran. Keluaran dari
Menular seksual.1 Orang tua yang masih tabu proses pendidikan adalah lulusan yang mempunyai
berbicara masalah seks dengan anak, menyebabkan wawasan dan cara berfikir yang luas.5 Semakin
remaja terjerumus berperilaku seksual beresiko tinggi pendidikan ayah maka akan semakin dewasa
yang dapat menyebabkan penyakit menular seksual. cara berfikirnya. Hal tersebut akan berpengaruh
Walaupun secara statistik tidak ditemukan pada cara ayah mendidik anak dan informasi yang
hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku diberikan ayah kepada anak. Anak yang diberikan
seksual remaja, namun sikap negatif remaja informasi yang benar dan cukup tentang kesehatan
cenderung berpotensi meningkatkan perilaku reproduksi cenderung akan berperilaku seksual
seksual yang kurang baik. Remaja yang memiliki yang baik.
sikap negatif berperilaku seksual beresiko berat Pendidikan ibu juga berhubungan secara
54.1%, yang memiliki sikap positif berperilaku bermakna dengan perilaku seksual remaja.
seksual beresiko berat 43.2%. Sikap merupakan Remaja yang memiliki ibu berpendidikan
potensi tingkah laku seseorang terhadap kegiatan rendah, berperilaku seksual beresiko berat
yang dilakukan, dapat diartikan jika remaja 58.7%. Sedangkan remaja yang memiliki ibu
mempunyai sikap yang negatif/buruk terhadap berpendidikan tinggi, berperilaku seksual beresiko
seksualitas, maka mereka berpotensi untuk berat 33.3%. Hal ini bertentangan dengan hasil
berperilaku seksual yang berat/beresiko pula dan penelitian.6 bahwa pengetahuan dan tindakan
sebaliknya.3 remaja putri di salah satu SMA Negeri di Jakarta,
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan sebagian responden berperilaku baik berasal dari
antara jenis kelamin dengan perilaku seksual, jenis ibu yang berpendidikan rendah, hampir setengahnya
kelamin laki-laki berperilaku seksual beresiko berasal dari ibu yang berpendidikan menengah,
berat sebanyak 56%. Jenis kelamin perempuan dan tinggi. Ibu yang berpendidikan merupakan
berperilaku seksual beresiko berat 39.4%. Hal ini salah satu indikator keberhasilan seseorang dalam
didukung oleh teori.3 bahwa laki laki mempunyai mendidik anaknya. Remaja yang mempunyai ibu
potensi tingkah laku terhadap kegiatan yang berpendidikan tinggi maupun rendah sama-sama
dilakukan, dapat diartikan perilaku seksual laki-laki memiliki resiko berperilaku seksual berat.
lebih berat dari pada perempuan. Perubahan fisik Tempat tinggal berhubungan bermakna
antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan dengan perilaku seksual. Tempat tinggal yang tidak
tugas melanjutkan keturunan. Dari segi psikis, kodusif memiliki perilaku seksual berat sebanyak
kepribadian perempuan merupakan satu kesatuan 73.9% sedangkan lingkungan tempat tinggal yang
terpadu antara emosi, pikiran, rasio, dan suasana kondusif memiliki perilaku seksual tergolong
hati. Jenis kelamin berpengaruh terhadap perilaku berat sebanyak 43.9% Hasil ini didukung oleh
seksual seseorang, remaja laki-laki menunjukkan penelitian.10 Alasan remaja melakukan perilaku
angka lebih besar dari pada remaja perempuan beresiko adalah pengaruh lingkungan agar tidak
dalam berperilaku seksual. ketinggalan zaman serta kurangnya pengetahuan
Pendidikan ayah berhubungan secara tentang kesehatan reproduksi. Pengaruh dari luar
bermakna dengan perilaku seksual remaja. atau lingkungan tempat tinggal remaja yang tidak
Remaja yang memiliki ayah berpendidikan baik akan menimbulkan hal-hal yang beresiko
bagi remaja yang tidak mendapatkan pendidikan ikatan yang sangat kuat. Teman/sahabat sebaya
seks. Senada dengan hasil penelitian.7 Terdapat adalah teman yang berada pada usia yang sama
hubungan antara tempat tinggal dengan perilaku dan diantara mereka biasanya terjalin keakraban.
seksual remaja, pada hasil penelitian di temukan Peranan teman/sahabat sebaya pada remaja sangat
responden yang tidak tinggal dengan orang tua besar dalam kehidupan remaja sehari-hari. Remaja
berperilaku seksual tergolong berat 93,3%. Anak lebih banyak berada diluar rumah bersama teman-
sangat membutuhkan keluarga dan rasa aman yang teman sebaya sebagai kelompok, pengaruh teman-
diperoleh dari Ibu dan rasa terlindung dari Ayah. teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, dan
Rasa aman dari keluarga merupakan kelancaran perilaku lebih besar dari pengaruh keluarga.
proses perkembangan anak, memperoleh dasar Remaja yang terpapar rendah media
dalam membentuk kemampuan agar berhasil di pornografi memiliki perilaku seksual berat
masyarakat. 47.9%. Remaja yang terpapar tinggi berperilaku
Teman/sahabat sebaya mempunyai pengaruh seksual berat 48.8%. Secara statistik menunjukkan
terhadap perilaku seksual remaja dimana hasil tidak ada hubungan bermakna antara paparan
penelitian ditemukan ada hubungan secara media dengan perilaku seksual. Walaupun tidak
bermakna. Pengaruh teman sebaya negatif memiliki berhubungan, namun perlu juga mendapat perhatian
perilaku seksual berat sebanyak 90.0% sedangkan bahwa remaja mungkin bisa memperoleh informasi
pengaruh teman sebaya positif memiliki perilaku dari media yang dapat mendukung perilakunya
seksual tergolong berat 4 %. Pengaruh negatif dari baik positif maupun negatif. Perlu ada control dari
teman sebaya adalah gaya pergaulan bebas. Perilaku orang tua dalam hal menyaring berbagai informasi
teman sebaya dalam kelompok menjadi acuan yang diperoleh oleh remaja.
atau norma tingkah laku yang diharapkan dalam Peran orang tua tidak baik mempengaruhi
kelompok. Gaya berpacaran teman sebaya menjadi perilaku seksual berat 71.4%. sedangkan
model atau acuan yang digunakan seseorang peran orang tua baik memiliki perilaku seksual
remaja dalam pacaran. Teman biasa melakukan tergolong berat 32.6%. Teori Beansay yang
ciuman dengan pacarnya, maka dibenarkan dikutip,9 menyatakan bahwa kebanyakan orang
kalau dia juga berciuman. Remaja cenderung tua yang paling banyak bertanggung jawab pada
mengembangkan norma sendiri yang bertentangan diri anaknya ternyata bukan orang yang paling
dengan norma umum yang berlaku.8 Remaja sangat dekat dengan anaknya. Orang tua harus dapat
terbuka terhadap kelompok teman sebaya. Mereka merenungi sudahkah menjadi orang tua yang
melakukan diskusi tentang roman, falsafah hidup, dekat dengan remaja, menjadi sahabat mereka,
rekreasi, perhiasan, pakaian, sampai berjam-jam. mendampingi mereka dan selalu ada di saat
Pengaruh teman sebaya menjadi suatu jalinan mereka membutuhkan.
No Variabel B P Value OR 95 % CI
Tabel 2. Menunjukkan bahwa Teman sahabat sebaya pada remaja sangat besar dalam
sebaya merupakan variabel yang paling dominan kehidupan remaja sehari-hari.
berhubungan dengan perilaku seksual remaja
dengan nilai p=0,000, OR 27.34 CI 95% (55.08- KESIMPULAN
847.08). Teman Sebaya negatif mempunyai
peluang perilaku seksual berat sebesar 27.34 Hasil penelitian menggambarkan bahwa
kali dibandingkan dengan teman sebaya positif. 51,8 % responden berprilaku seksual berat, 6,45%
Pengaruh negatif dari teman sebaya adalah gaya telah melakukan hubungan seksual. Ditemukan
pergaulan bebas. Perilaku teman sebaya dalam ada hubungan antara jenis kelamin, pengetahuan
kelompok menjadi acuan atau norma tingkah kespro, pendidikan orang tua, lingkungan
laku yang diharapkan dalam kelompok. Gaya tempat tinggal, teman sebaya, dan peran orang
berpacaran teman sebaya menjadi model atau tua dengan perilaku seksual. Variabel paling
acuan yang digunakan seseorang remaja dalam dominan berhubungan dengan perilaku seksual
pacaran. Teman biasa melakukan ciuman dengan remaja adalah Teman Sebaya. Remaja mengisi
pacarnya, maka dibenarkan kalau dia juga kegiatan yang bersifat positif dan tidak merugikan
berciuman. Remaja cenderung mengembangkan diri sendiri dengan mengikuti kegiatan sosial
norma sendiri yang bertentangan dengan norma karang taruna, olah raga, Pramuka, kesenian
umum yang berlaku.8 dan aktif mengikuti berbagai penyuluhan dan
Remaja sangat terbuka terhadap kelompok seminar tentang kesehatan reproduksi, baik yang
teman sebaya. Mereka melakukan diskusi tentang dilakukan di sekolah maupun diluar sekolah
roman, falsafah hidup, rekreasi, perhiasan, pakaian, untuk mendapat informasi tentang kesehatan
sampai berjam-jam. Pengaruh teman sebaya reproduksi serta mengakses informasi dari
menjadi suatu jalinan ikatan yang sangat kuat. berbagai media. Adanya upaya peningkatan dan
Perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh teman- pengembangan program kesehatan reproduksi
teman dalam kelompoknya. Teman/sahabat sebaya dan penyebarluasan informasi tentang kesehatan
adalah teman yang berada pada usia yang sama dan reproduksi, melalui program promosi kesehatan
diantara mereka terjalin keakraban. Peranan teman/ di sekolah pada remaja.
Istiyani Purbaabsari 1)
1)
Istiyani Purbaabsari JHPIEGO – USAID EMAS
Istiyani.Purbaabsari@jhpiego.org
ABSTRACT
According to EMAS (Expanding Maternal Neonatal Survival) report in 2011, provision of Magnesium
Sulfate prior referral in 6 provinces in Indonesia still remains low. This cross-sectional study analyzes
the success of system approach implementing by EMAS project to strengthen midwives role in provision
Magnesium Sulfate prior referral in community health centers. Study was conducted in Serang District
Hospital on all severe preeclampsia and eclampsia cases which was referral from community health
centers in 2012-2013, total of 822 cases. Study found that EMAS intervention which began in March
2012 in Serang district, succeeded in increasing Magnesium Sulfate provision prior referral at EMAS
intervention – Community Health Center, which in January to March 2012 it is still low ranged from
25% - 53%, and the percentage increase significantly by 88% in May to 94% in December. In 2013, the
percentage is always between ≥ 90% every month even reached 100%. Strengthening of referral systems
implemented by EMAS project through policies including support from OBGYN and SMS gateway system
in Serang District Hospital also successfully improved provision of Magnesium sulfate in EMAS non
intervention - community health centers. On May 2012 the percentage began to increase by 64% until
December 2012 reached 84%. Whereas in 2013, the percentage continues to increase until December by
93%. But in July dropped to 47%, because it is difficult to control the quality of EMAS non intervention –
Community Health Center.
Keywords: EMAS, Magnesium Sulfate, System Approach, Community Health Center
ABSTRAK
Berdasarkan laporan program EMAS 2011, stabilisasi MgSO4 prarujukan di 6 propinsi di Indonesia
masih rendah. Penelitian deskriptif dengan design cross-sectional ini bertujuan untuk melihat keberhasilan
pendekatan sistem, program EMAS dalam penguatan peran bidan terkait pemberian stabilisasi MgSO4
prarujukan di puskesmas yang merujuk ke RSUD Serang. Penelitian dilakukan di RSUD Serang terhadap
semua kasus rujukan PEB dan Eklampsia dari puskesmas tahun 2012-2013, sebanyak 822 kasus. Hasil
penelitian menunjukkan, bahwa program EMAS yang dimulai pada bulan Maret 2012 di kabupaten Serang,
berhasil meningkatkan presentasi pemberian MgSO4, pada puskesmas intervensi EMAS, persentase
pemberian MgSO4 prarujukan bulan Januari-Maret 2012 masih rendah berkisar antara 25% - 53%, dan
persentasenya meningkat signifikan di mei sebesar 88% sampai bulan desember sebesar 94%. Tahun 2013,
persentasenya selalu berkisar antara ≥ 90% setiap bulannya bahkan mencapai 100%. Penguatan sistem
rujukan melalui kebijakan termasuk dukungan spesialis dan sistem SMS gateway di RSUD Serang juga
berhasil meningkatkan pemberian MgSO4 prarujukan di puskesmas non intervensi EMAS. Mei 2012
persentasenya mulai meningkat sebesar 64% sampai bulan desember 2012 mencapai 84%. Tahun 2013,
persentasenya terus meningkat sampai di bulan desember sebesar 93%, namun di bulan juli turun sampai
47%, karena sulit mengontrol kualitas di tingkat puskesmas non intervensi EMAS.
Kata Kunci : EMAS, MgSO4, Pendekatan Sistem, Puskesmas
sehingga angka kematian ibu dan neonatal dapat dilakukan di RSUD Serang tahun 2012 – 2013 .
ditekan seminimal mungkin. Sebaliknya, rendahnya Populasi pada penelitian ini adalah semua kasus
pemberian MgSO4 sebelum dirujuk pada pasien komplikasi PEB dan eklampsia dari puskesmas
dengan Preeklampsia Berat dan Eklampsia akan intervensi EMAS dan non intervensi EMAS yang
berkontribusi pada terjadinya komplikasi yang dirujuk ke RSUD Kabupaten Serang tahun 2012 –
lebih berat bahkan kematian. 2013, sebanyak 822 kasus. Sampel penelitian ini
Laporan program EMAS (Expanding adalah total populasi.
Maternal Neonatal Survival) tahun 2011, terlihat Pengambilan sampel dilakukan di RSUD
bahwa rata-rata pemberian MgSO4 pra rujukan Serang yang merupakan rumah sakit pusat rujukan
ke 23 RS rujukan intervensi EMAS (termasuk di kabupaten Serang yang menggunakan SIJARI
RSUD Serang) di 6 propinsi di Indonesia, masih EMAS. Pengambilan data dilakukan dengan
sangat rendah, yaitu sebesar 24 %, hal ini ternyata mempelajari buku laporan harian, buku register
memang disebabkan oleh rendahnya dukungan dan data rujukan SIJARI EMAS di IGD maternal
akan peranan bidan di fasilitas kesehatan untuk & neonatal RSUD Serang
penatalaksanaan PEB dan eklampsia. Pemberian
MgSO4 pra rujukan pada seluruh kasus-kasus PEB/ HASIL PENELITIAN
Eklampsia yang dirujuk ke RSUD Serang tahun
2011 juga terlihat rendah hanya sebesar 28%.2 Sejak Maret 2012, Kabupaten Serang
Usaha pemerintah untuk mendukung program menjadi salah satu dari 10 kabupaten intervensi
seperti pemberian MgSO4 ini sebenarnya sudah cukup program EMAS pada fase 1. Program EMAS
baik. Kebijakan, strategi dan pedoman pelayanan membina 1 rumah sakit pusat rujukan yaitu RSUD
kesehatan ibu (termasuk pemberian MgSO4) telah Serang, dan 10 puskesmas di kabupaten Serang.
didistribusikan secara luas kepada pengambil Peningkatan pelayanan maternal dan
keputusan dan pengelola program di tingkat provinsi. neonatal emergensi dilakukan melalui “metode
Namun hambatan utamanya adalah kurangnya pendampingan” di seluruh fasilitas binaan EMAS,
komitmen dari beberapa provinsi dan kabupaten kota termasuk di RSUD Serang dan 10 puskesmas,
dalam mendukung implementasi program kesehatan yang dilakukan oleh Lembaga Kesehatan Budi
ibu, kurangnya pengetahuan dan ketrampilan Kemulyaan, sebagai salah satu rumah sakit model
tenaga kesehatan serta kepatuhan terhadap standar yang memang sistem tata kelola klinisnya sudah
yang berdampak terhadap kualitas pelayanan yang berjalan baik. Diharapkan fasilitas yang didampingi
diberikan, serta ketidaksiapan fasilitas kesehatan dapat menghadapi kasus-kasus emergensi dengan
dalam memberikan pelayanan kesehatan baik dari tepat dan cepat. Termasuk untuk menghadapi
kecukupan sarana prasarana, serta obat-obatan.6 kasus-kasus seperti eklampsia, diharapkan pasien
Penelitian ini bertujuan untuk melihat mendapatkan stabilisasi yang sesuai dengan
keberhasilan pendekatan sistem yang dilakukan menggunakan MgSO4 di tingkat pelayanan dasar,
program EMAS dalam penguatan peranan bidan terkait sebelum dirujuk ke tingkat pelayanan kesehatan
pemberian stabilisasi MgSO4 pra rujukan di fasilitas yang lebih tinggi.
dengan melihat jumlah kasus PEB dan Eklampsia yang RSUD Serang sebagai RS pusat rujukan,
mendapatkan stabilisasi MgSO4 pra rujukan. juga diperkuat dengan adanya SMS Gateway yang
dikenal dengan “SIJARI EMAS” sejak bulan April
METODE 2012, sistem ini terpasang pada layar monitor di
ruang IGD Maternal & Neonatal RS pusat rujukan
Penelitian ini merupakan penelitian intervensi program EMAS, dimana bila terdapat
deskriptif dengan design cross-sectional, yang sms rujukan dari bidan di fasilitas perujuk, alarm
Grafik 1
Jumlah kasus PEB/E yang mendapatkan atau tidak mendapatkan MgSO4 prarujukan di
Puskesmas Intervensi EMAS tahun 2012
Grafik 2
Jumlah kasus PEB/E yang mendapatkan atau tidak mendapatkan MgSO4 prarujukan di
Puskesmas Non Intervensi EMAS tahun 2012
Grafik 3
Jumlah kasus PEB/E yang mendapatkan atau tidak mendapatkan MgSO4 prarujukan di
Puskesmas Intervensi EMAS tahun 2013
Grafik 4
Jumlah kasus PEB/E yang mendapatkan atau tidak mendapatkan MgSO4 prarujukan di
Puskesmas Non Intervensi EMAS tahun 2013
Grafik 5.
Persentase pemberian MgSO4 prarujukan dari puskesmas yang merujuk
ke RSUD Serang tahun 2012
Grafik 5 menunjukkan bahwa pemberian pada puskesmas non intervensi EMAS yang merujuk
MgsO4 pra rujukan dari puskesmas intervensi EMAS ke RSUD Serang, dimana terlihat di bulan mei
di bulan Januari sampai Maret 2012 masih relative persentase mulai meningkat sampai 64%, dan setelah
rendah yaitu berkisar antara 25% sampai 53%, namun berproses beberapa bulan , sistem ini dapat terus
dengan pendekatan sistem yang dilakukan program meningkatkan persentase pemberian MgSO4 pada
EMAS untuk memperkuat peranan bidan dalam puskesmas non intervensi EMAS dari bulan ke bulan
stabilisasi kasus kegawatan yang salah satunya adalah hingga bulan desember tahun 2012 sebesar 84%, yang
penatalaksanaan kasus PEB dan Eklampsia yang memang dengan adanya SIJARI EMAS ini, setiap
dimulai di bulan Maret 2012, memperlihatkan bahwa bidan perujuk yang akan merujuk ke RSUD Serang
peningkatan persentase pemberian MgSO4 mengalami , diwajibkan mengirimkan SMS sebelum merujuk,
kenaikan yang cukup signifikan, dimulai dari bulan mei yang kemudian akan mendapatkan sms balasan berisi
2012 sebesar 88%, Juni 100%, dan persentasinya tetap advise untuk melakukan stabilisasi prarujukan serta
terlihat tinggi setiap bulannya hingga desember 2012 berkonsultasi dengan spesialis Obgyn yang bertugas
mencapai 94%. di RSUD Serang.
Grafik 6
Persentase pemberian MgSO4 prarujukan dari puskesmas yang merujuk
ke RSUD Serang tahun 2013
Penguatan sistem rujukan yang dilakukan Grafik 6 menunjukkan bahwa pada tahun 2013,
program EMAS melalui SMS gateway dan alur pendekatan sistem ini, terus memperkuat stabilisasi
rujukan serta alur konsultasi kepada dokter spesialis pemberian MgSO4 prarujukan pada puskesmas
di RSUD Serang, bersamaan dengan dukungan intervensi EMAS dimana terlihat bahwa setiap
kebijakan terhadap kewenangan bidan untuk bulannya sepanjang tahun 2013 persentasenya selalu
memberikan MgSO4 ternyata juga berkontribusi ≥ 90%. Sedangkan untuk puskesmas non intervensi
terhadap peningkatan persentase pemberian MgSO4 EMAS juga terlihat peningkatan persentase yang
signifikan setiap bulannya sampai pada akhir tahun Kemulyaan , memperkuat kualitas sistem rujukan
2013 sebesar 93%, namun memang untuk puskesmas antara puskesmas dengan RSUD Serang melalui
non intervensi EMAS sulit untuk mengontrol kualitas SIJARI EMAS dan pembinaan yang dilakukan RSUD
petugas dan sistem yang berjalan di puskesmas karena Serang kepada fasilitas perujuk serta pembentukan
tidak dilakukan intervensi oleh EMAS, sehingga kebijakan-kebijakan regional melalui keterlibatan
terlihat di bulan juli 2013 persentasinya sempat turun organisasi profesi dalam penguatan bidan untuk
di angka 47%. memberikan MgSO4 pada tatalaksana PEB/Eklampsia
Data menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi di puskesmas berhasil meningkatkan persentase
di puskesmas intervensi EMAS, karena di tingkat stabilisasi pemberian MgSO4 pra rujukan pada kasus-
fasilitas, puskesmas intervensi EMAS mendapatkan kasus di puskesmas intervensi EMAS yang dirujuk
penguatan melalui “pendampingan” dari Lembaga ke RSUD Serang. Bahkan pendekatan sistem ini juga
Kesehatan Budi Kemulyaan , dimana peningkatan ikut memperkuat sistem rujukan pada puskesmas non
kualitas pelayanan emergensi maternal dan neonatal intervensi EMAS, dengan adanya SIJARI EMAS
selalu dilakukan melalui penerapan Principle of Good di RSUD Serang dan adanya kebijakan regional di
Care (POGC) dan Clinical Governance (Tata Kelola tingkat stakeholder yang mendukung penguatan
Klinis). Dalam POGC penguatan dilakukan terhadap peranan bidan, namun perlu diingat bahwa penguatan
5 aspek penting yaitu dokumentasi, komunikasi, sistem yang berjalan di fasilitas perujuk juga harus
privasi, pengorganisasian tempat kerja dan terus di monitor dan ditingkatkan, sehingga kualitas
pencegahan infeksi, sedangkan penerapan tata kelola rujukan dapat terus maksimal dan sesuai standar, yang
klinis dilakukan melalui beberapa kegiatan antara lain akhirnya akan berkontribusi pada penurunan kematian
pembuatan dashboard ruangan, pembahasan kasus ibu dan neonatal.
rujukan, refreshing, update skill dan drill emergensi
untuk mempertahankan ketrampilan klinik. DAFTAR PUSTAKA
Monitoring rutin juga dilakukan secara mandiri
oleh fasilitas yang mendapatkan intervensi EMAS 1. Duley L. 2009. “Seminars in Perinatology: The
menggunakan tools “Penilaian Sistem Kinerja Global Impact of Pre-eclampsia and Eclampsia”.
Puskesmas”, suatu tools penilaian yang di adopt Elsevier 33 (3) :130–137
program EMAS dari standar PONED, yang didalamnya 2. Expanding Maternal and Neonatal Survival. 2012.
tercakup penilaian kompetensi petugas, persiapan tim Annual Report For Expanding Maternal and
emergensi, kelengkapan alat-alat emergensi serta Neonatal Survival, Jakarta: USAID
dokumentasi,SOP dan algoritma yang membantu 3. Carl H. Backes. et al. 2011 Maternal Preeclampsia
tenaga kesehatan di fasilitas untuk membangun sistem and Neonatal Outcomes, Journal of Pregnancy ;
yang mendukung kualitas pelayanan emergensi yang April 2011: 214365.
baik dan tepat termasuk penatalaksanaan kasus-kasus 4. Kementerian Kesehatan.2013. Buku Saku
PEB/eklampsia. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan, Jakarta:Kemenkes
KESIMPULAN 5. Altman D. et al. 2002. “Do women with pre-
eclampsia, and their babies, benefit from
Program EMAS yang melakukan pendekatan magnesium sulphate? The Magpie Trial: a
sistem secara komprehensif mulai dari tingkat randomised placebo-controlled trial”. Lancet, 359
fasilitas dasar dengan memperkuat kompetensi dan (9321):1877-1890
sistem yang berjalan baik di puskesmas maupun 6. Kementerian Kesehatan. 2014. Analisis Situasi
RSUD serang sebagai fasilitas rujukan melalui Kesehatan Neonatal, Jakarta:Kemenkes
“pendampingan” oleh Lembaga Kesehatan Budi
e-mail : mthsrisuwarti@yahoo.co.id 1)
ABSTRACT
Active role mother in stimulating the development accordance with the child’s age affects the
development of the child, because the first five years of life is a period that is very sensitive to the environment.
This type of research is analytical of correlation studies. The population is all pre-school children in early
childhood Aisyiyah, Waung Village, District Baron, Nganjuk, using purposive sampling. Data was collected
using a questionnaire. The independent variable is the early stimulation, while the dependent variable
was the development of the preschool child’s independence. Analysis data was Chi Square statistical.The
Research shown that there is a correlation between early stimulation with the development of self-reliance
on pre-school children in early childhood Aisyiyah, Waung Village, District Baron, Nganjuk. Thus the
toddler’s mother is expected to be able to give enough attention and time to supervise and provide early
stimulation for their babies, so that the development of self-reliance may Toddler according to age.
Keywords: Early stimulation, development of independence, preschoolers
ABSTRAK
Ibu berperan aktif dalam merangsang perkembangan anaknya, stimulasi yang dilakukan akan
mempengaruhi perkembangan anak sesuai usianya, karena lima tahun pertama kehidupan adalah masa yang
sangat sensitif terhadap lingkungan. Jenis penelitian ini adalah analisis dari studi korelasi. Populasi adalah
semua anak pra-sekolah pada anak usia dini Aisyiyah, Waung, Kecamatan Baron, Nganjuk, menggunakan
purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Variabel bebas adalah stimulasi
dini, sedangkan variabel dependen adalah pengembangan kemandirian anak prasekolah ini. Data analisis
adalah Chi Square. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara stimulasi dini dengan
perkembangan kemandirian pada anak-anak pra-sekolah pada anak usia dini Aisyiyah, Waung, Kecamatan
Baron, Nganjuk. Sehingga ibu Balita diharapkan dapat memberikan cukup perhatian dan waktu untuk
mengawasi dan memberikan stimulasi dini untuk Balita mereka, sehingga perkembangan kemandirian
Balita akan sesuai dengan usianya.
Kata kunci: stimulasi dini, perkembangan kemandirian, anak-anak prasekolah
Berdasarkan Tabel di atas diperoleh fakta indera6). Rangsangan yang dilakukan sejak
bahwa dari 9 responden (26,5%) yang memiliki lahir, terus menerus, bervariasi, dengan suasana
keterampilan stimulasi dini kurang, seluruhnya bermain dan kasih sayang. Berdasarkan pendapat
9 orang memiliki anak dengan perkembangan tersebut, stimulasi dini dipandang sebagai suatu
kemandirian yang tidak sesuai. Dari 10 responden proses perilaku yang dilakukan oleh ibu terhadap
(29,4%) yang memiliki keterampilan stimulasi dini anaknya. Menurut Green dipengaruhi oleh faktor
cukup, sebanyak 7 orang memiliki anak dengan predisposisi (predisposing factors), salah satu
perkembangan kemandirian yang sesuai dan 3 yang utama adalah pengetahuan. Pengetahuan
orang yang memiliki anak dengan perkembangan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan,
kemandirian tidak sesuai. Selanjutnya dari 15 umur, pengalaman, dan informasi. Semakin
responden (44,1%) yang memiliki keterampilan tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula
stimulasi dini baik, seluruhnya 15 orang memiliki mereka menerima informasi, dan pada akhirnya
anak dengan perkembangan kemandirian yang makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
sesuai. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya
Hasil penelitian ini telah menemukan fakta rendah, akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap penerimaan, informasi dan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Lingkungan mengalami defisit sel otak dan simpanan zat gizi
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh sehingga mudah sakit dan membutuhkan waktu
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung lebih lama dalam perkembangan, mengalami
maupun secara tidak langsung. Bertambahnya kesulitan belajar, gangguan fungsi otak, gangguan
umur seseorang akan terjadi perubahan taraf kesehatan mental serta masalah tumbuh kembang
berfikir seseorang semakin matang dan dewasa7). lainnya. Riwayat persalinan dengan masalah
Pengalaman yang kurang baik akan berusaha untuk khusus juga berpotensi mengganggu proses tumbuh
dilupakan seseorang, namun jika pengalaman kembang anak. Anak-anak dengan kelainan motorik
tersebut menyenangkan, maka secara psikologis (palsi serebralis) diperkirakan disebabkan karena
timbul kesan yang membekas dan menimbulkan asfiksia intrauterin, hipoksia, perdarahan otak,
sikap positif. Kemudahan memperoleh informasi prematuritas, postmaturitas, hiperbilirubinemia
dapat membantu mempercepat seseorang untuk dan bayi kembar. Lingkungan postnatal merupakan
memperoleh pengetahuan yang baru. Hal ini lingkungan setelah lahir yang dapat mempengaruhi
senada juga diungkapkan Soetjiningsih bahwa tumbuh kembang anak, salah satunya posisi anak
pengetahuan mengenai stimulasi tumbuh kembang dalam keluarga dan status kesehatan anak Semakin
anak sangat penting untuk diketahui orang tua agar banyak jumlah anak, maka cadangan gizi ibu bagi
tercapai perkembangan dan pertumbuhan yang pertumbuhan bayi akan berkurang, serta pola asuh
optimal. Tingkat pendidikan orang tua merupakan menjadi tidak optimal. Ibu yang memiliki anak
faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, terlalu banyak menyebabkan kasih sayang orang
karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua pada anak terbagi, jumlah perhatian yang
tua dapat menerima informasi yang datang dari luar diterima per anak menjadi berkurang. Kondisi
terutama dengan cara pengasuhan anak yang baik ini memperburuk jika status ekonomi keluarga
agar anak dapat menjadi sehat dan dapat tumbuh tergolong rendah, sumber daya yang terbatas,
dan berkembang sebagaimana mestinya. termasuk bahan makanan harus dibagi rata kepada
Hasil penelitian ini telah menemukan fakta semua Balita8).
bahwa responden yang memiliki anak dengan Berdasarkan hasil pengujian korelasi Chi
perkembangan kemandirian yang sesuai, yaitu Square menyatakan bahwa ada hubungan antara
sebanyak 22 responden (64,7%). Jika dikaitkan stimulasi dini dengan perkembangan kemandirian
dengan data umum, diperoleh fakta bahwa pada anak pra sekolah usia 36-48 bulan di PAUD
responden yang memiliki 2 anak yaitu sebanyak 16 Aisyiyah, Desa Waung, Kecamatan Baron,
responden (44,1%) dan responden yang termasuk Kabupaten Nganjuk dengan pola hubungan yang
kelompok ibu yang memiliki riwayat persalinan bersifat searah.
berat badan bayi normal sebanyak 26 responden Perkembangan memerlukan rangsangan/
(81,3%). stimulasi khususnya dalam keluarga. Stimulasi
Faktor lingkungan yang mempengaruhi merupakan hal yang penting dalam proses tumbuh
pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi
lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal. yang terarah dan teratur dari orang tua akan lebih
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kandungan yang umumnya tercermin dari riwayat kurang/tidak mendapat stimulasi. Perkembangan
status gizi waktu lahir. Bayi yang lahir dengan berat kemandirian dan sosialisasi Balita usia 36-48 bulan
badan normal memiliki risiko kecil mengalami dapat ditingkatkan melalui stimulasi dini dengan
gangguan tumbuh kembang dibandingkan bayi cara mendorong anak mengutarakan perasaan,
yang lahir dengan masalah pesalinan khusus. mengajak anak bermain dan berjalan-jalan serta